MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN...

38
81 BAB IV MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORAL Hasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi penulis dalam mengkaji nilai-nilai pastoral dalam adat mambere namalum. A. Mambere namalum dari perspektif pastoral A. 1.Asal usul Setiap manusia selalu ingin bermakna sampai akhir kehidupan. Dalam kehidupan yang bermakna seseorang akan merasa dibutuhkan dan membutuhkan orang lain sehingga keberadaannya berharga. Bagi sebagian orang lanjut usia, penurunan fisik yang dialami tidak menggangu kehidupannya karena ia telah mempersiapkan diri memasuki tahapan lanjut usia. Tetapi dapat juga di dimana orang lanjut usia terganggu, tidak nyaman dengan kondisi fisik yang menurun. Biasanya terjadi karena orang lanjut usia tidak siap memasuki tahapan akhir dari hidupnya sehingga pada tahap ini kedamaian hilang dalam hidupnya. Kondisi ini semakin berat karena adanya stigma masyarakat yang sering sekali melihat orang lanjut usia sebagai manusia yang kurang produktif sehingga kehadiran lanjut usia dianggap sebagai beban. Orang lanjut usia mengalami beban ganda dalam menjalani hidupnya, beban karena tidak siap memasuki tahap lanjut usia dan stigma masyarakat yang tidak memahami kondisi orang lanjut usia. Kondisi ini dapat menyebabkan krisis pada orang lanjut usia kurang terampil mengelola persoalan yang terjadi, sehingga kebutuhan tidak terpenuhi. Selama pemenuhan kebutuhan yang menyangkut fisik dan psikis belum terpenuhi maka stress dapat

Transcript of MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN...

Page 1: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

81

BAB IV

MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORAL

Hasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

penulis dalam mengkaji nilai-nilai pastoral dalam adat mambere namalum.

A. Mambere namalum dari perspektif pastoral

A. 1.Asal usul

Setiap manusia selalu ingin bermakna sampai akhir kehidupan. Dalam

kehidupan yang bermakna seseorang akan merasa dibutuhkan dan membutuhkan

orang lain sehingga keberadaannya berharga. Bagi sebagian orang lanjut usia,

penurunan fisik yang dialami tidak menggangu kehidupannya karena ia telah

mempersiapkan diri memasuki tahapan lanjut usia. Tetapi dapat juga di dimana

orang lanjut usia terganggu, tidak nyaman dengan kondisi fisik yang menurun.

Biasanya terjadi karena orang lanjut usia tidak siap memasuki tahapan akhir dari

hidupnya sehingga pada tahap ini kedamaian hilang dalam hidupnya. Kondisi ini

semakin berat karena adanya stigma masyarakat yang sering sekali melihat orang

lanjut usia sebagai manusia yang kurang produktif sehingga kehadiran lanjut usia

dianggap sebagai beban. Orang lanjut usia mengalami beban ganda dalam

menjalani hidupnya, beban karena tidak siap memasuki tahap lanjut usia dan

stigma masyarakat yang tidak memahami kondisi orang lanjut usia. Kondisi ini

dapat menyebabkan krisis pada orang lanjut usia kurang terampil mengelola

persoalan yang terjadi, sehingga kebutuhan tidak terpenuhi. Selama pemenuhan

kebutuhan yang menyangkut fisik dan psikis belum terpenuhi maka stress dapat

Page 2: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

82

berlangsung lama.1 Ini akan menjadikan orang lanjut usia menjalani hidup dengan

berat sehingga jauh dari kebahagiaan.

Ditambah juga kemajuan zaman mendorong setiap orang untuk hidup sukses

dan berhasil. Pemikiran ini menjadikan setiap orang berlomba lomba untuk

meraih sukses sebagai ukuran keberhasilan. Salah satu akibat yang dapat dilihat

adalah tersingkirnya orang lanjut usia karena dianggap tidak produktif. Atas nama

kemajuan dan perkembangan jaman, menjadi sebuah pembenaran dalam keluarga

serta masyarakat dimana orang lanjut usia ditinggal dan tersingkirkan. Sadar atau

tidak, dengan sikap ini, keutuhan keluarga sedang mengalami krisis. Demi

kemajuan jaman, manusia memfokuskan tujuan hidup pada kesuksesan sehingga

nilai kemanusiaan dikorbankan. Setiap individu yang memiliki masalah,

khususnya orang lanjut usia ingin dihormati, dipercaya, dipahami dan diterima

dalam keluarga.2 Sehingga ketika hal tersebut tidak ada dalam keluarga maka

individu lemah, khususnya bagi orang lanjut usia. Seharusnya dalam keluarga

ditemukan relasi yang saling mendukung untuk keutuhan bersama. Karena salah

satu fungsi keluarga adalah memberikan stabilitas bagi semua anggota keluarga

dan disaat yang sama mengelola situasi untuk mengubah kehidupan baru untuk

kebaikan bersama.3

1 David K. Switzer, Pastoral Care Emergencies (Augsburg, 2000) 184-188 2 Montaque, Janice,: Counseling Families From Diverse Cultures : A Nondeficit Approach: Journal of Multicultural counseling & Development, Jan 1996, vol. 24, Issues 1 3 Ivey, Allen E., Family Counseling and Therapy Theoretical Foundations and Issues of Practice dalam buku Theories of Counseling & Psychotherapy; A multicultural Perspective (Pearson Education, Inc, 2009) 432-433, 440-442

Page 3: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

83

Lembaga swasta dan pemerintah sudah melihat ini sebagai sebuah masalah

yang harus dijawab dengan segera. Alasan kemanusiaan memaksa untuk

menemukan solusi pada kehidupan orang lanjut usia. Pemerintah, lembaga swasta

dan lembaga agama mencoba memberikan jawaban atas kondisi ini dengan cara

melakukan pelayanan khusus pada orang lanjut usia. Pemerintah dalam hal ini

memberi solusi dengan posyandu untuk lanjut usia (masih di pulau Jawa),

mendirikan panti jompo, melakukan senam bagi lanjut usia. Lembaga swasta

membuat panti jompo untuk orang lanjut usia. Sementara itu lembaga agama,

misalnya gereja dengan melakukan program kusus untuk orang lanjut usia

termasuk pelayanan panti jompo. Semua bertujuan agar kebutuhan orang lanjut

usia terpenuhi, sehingga mereka tidak terlantar dimasa tua.

Persoalan lanjut usia bukanlah persoalan yang muncul pada saat ini. Sejak

dulu masyarakat Simalungun sudah melihat ini sebagai suatu proses dimana tiap

individu dalam keluarga akan mengalami hidup dalam tahapan lanjut usia.

Adanya mambere namalum merupakan upaya untuk menjawab persoalan orang

lanjut usia. Suku Simalungun sejak dulu melakukan adat mambere namalum

sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada orang tua. Juga melalui

mambere namalum orang tua diingatkan dan diharapkan untuk tetap melakukan

tugas dan tanggungjawabnya untuk menopang kehidupan anak dan cucu. Artinya

orang lanjut usia tetap berperan penting dalam kehidupan keluarga sehingga

penurunan fisik tidak menjadi alasan untuk ditinggalkan.

Menurut Arthur, keluarga yang melupakan atau meninggalkan budaya seperti

kapal yang kehilangan kompas. Sehingga dalam menyelesaikan persolan dalam

Page 4: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

84

keluarga, budaya menjadi hal yang penting untuk dilibatkan, karena melalui

budaya termanifestasi fungsi dari tingkah laku. Melalui tingkah laku dapat

diperoleh gambaran yang mengancam keutuhan keluarga.4 Mambere namalum

menjadi cara orang Simalungun untuk berelasi dan bersikap kepada orang lanjut

usia di tengah-tengah keluarga. Tetapi seiring dengan kemajuan jaman, penilaian

terhadap adat berubah. Dulu adat dipandang sebagai hal yang penting untuk

mengatur kehidupan bersama. Melalui adat nilai-nilai kemanusiaan diekspresikan

sehingga adat menjadi penting. Saat ini, terjadi pergeseran nilai karena harta,

jabatan dan kepintaran sudah menjadi ukuran hidup yang baik dan sukses. Nilai

ini mengharuskan setiap individu untuk bekerja keras dan menghabiskan waktu

untuk meraih yang dianggap kehidupan baik dan mapan. Seiring waktu adat

ditinggalkan diganti nilai material. Contohnya pada acara ulang tahun, lebih

banyak memakai cake. Cake bukanlah ciri khas adat orang Simalungun, tetapi

model ekspresi peradapan manusia saat ini. Dalam adat Simalungun, orang tua

sering memberi telur rebus atau dayok binatur (ayam yang diatur). Telur rebus

adalah simbol dari kehidupan yang utuh dan dayok binatur adalah simbol doa

orang tua agar hidup anak teratur serta diberkati Tuhan. Secara perlahan ini mulai

ditinggalkan dengan alasan tidak tahu, repot dan tidak mengikuti perkembangan

jaman atau kuno.

Faktor pendukung yang lain adalah masuknya ke-Kristenan di Indonesia. Ke-

Kristenan memberi nilai baru bagi masyarakat Simalungun. ke-Kristenan

dianggap sebagai sakral dan menjadi tolak ukur bagi kehidupan. Bahkan alkitab

4 Arthur R. Sanchez, Multicultural Family Counseling, dalam buku Handbook of Multicultural Counseling, Sage Publication, Inc. 2001, 674-676

Page 5: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

85

menjadi tolak ukur untuk melihat nilai yang ada pada adat. Kesimpulan sementara

adalah adat adalah primitif dan kurang sakral karena hasil ciptaan manusia dan

diwariskan oleh nenek moyang yang belum menerima ke-Kristenan. Tidak heran

jika mambere namalum yang merupakan warisan dari nenek moyang untuk

diberlakukan dalam keluarga secara perlahan kehilangan nilai dan fungsinya.

Melupakan atau meninggalkan mambere namalum merupakan tindakkan

menghilangkan nilai penghormatan dan penghargaan kepada orang tua. Justru

dalam mambere namalum ini, anak dan cucu diajarkan untuk menghargai dan

menghormati orang tua yang sudah merawat dan mendidik anak hingga mereka

berhasil.

A. 2. Pelaksanaan mambere namalum

a. Riah do saud ni horja, artinya berdamai untuk musyawarah.

Setiap keluarga pasti pernah mengalami konflik yang mengakibatkan

keretakan bahkan kehancuran hubungan dalam keluarga, baik konflik antara anak

dengan anak maupun anak dengan orang tua. Konflik ini dapat berlangsung cepat

karena ada upaya berdamai, dan dapat berlangsung lama bahkan sampai puluhan

tahun. Kadang-kadang sampai akhir hidup seseorang tetap dalam kondisi konflik

dalam keluarga. Konflik mengakibatkan tidak adanya komunikasi yang baik

dalam keluarga sehingga tidak ada kerjasama dalam keluarga. Dapat mengganggu

tubuh sehingga mengalami sakit penyakit karena terjadi disfungsi tubuh. Konflik

dapat mengakibatkan lumpuhnya upaya kerjasama dan saling mendukung sesama

anggota keluarga serta merusak kesehatan. Dalam hal ini Murdock dalam buku

Page 6: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

86

Counseling Across Cultures mengatakan bahwa keluarga seharusnya menjadi

tempat terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis semua anggota keluarga.

Pemenuhan ini berdampak pada kekuatan dalam mempertahankan keluarga dan

serta bertahan hidup sebagai sebuah kelompok.5 Artinya ketika konflik terjadi

maka sulit untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis semua anggora

keluarga,khususnya dalam pemenuhan kebutuhan orang lanjut usia. Oleh sebab

itu, konflik dalam keluarga harus diselesaikan oleh keluarga itu sendiri karena

pelaku konflik adalah anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga yang konflik

harus terlibat dalam penyelesaiannya.

Suku Simalungun, khususnya masyarakat desa Nagori memiliki cara untuk

menyelesaikan persoalan keluarga khususnya yang menyangkut kehidupan orang

lanjut usia. Dimulai dari anak cucu yang memiliki keinginan untuk melakukan

mambere namalum kepada orang tua, maka semua anggota keluarga berjuang

untuk berdamai. Upaya mambere namalum ini biasanya dilakukan oleh anggota

keluarga yang memiliki keinginan untuk menghormati dan menghargai orang tua.

Karena orang tua sudah lanjut usia, dimasa tuanya seharusnya bersukacita dan

bergembira dengan kehadiran anak dan cucu. Pemikiran ini menjadi sebuah

motivasi untuk melakukan mambere namalum. Fokus pada upaya bagaimana

menyenangkan orang tua membuat dorongan yang kuat bagi semua pihak untuk

melaksanakan mambere namalum. Pertimbangan akan kondisi orang tua yang

sudah lanjut usia memberi kekuatan bagi semua nggota keluarga untuk berdamai.

Hesselgrave mengatakan pada proses pendampingan aspek penting yang terjadi

5 James Georgas, Family and Counseling With Ethnic Groups, dalam buku Counseling Across Cultures, (Sage Publications, 2008), 416-417

Page 7: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

87

dalam prosesnya adalah kesediaan konselor terbuka untuk mengubah dirinya.6

Dalam mambere namalum, anggota keluarga yang berkeinginan dan memulai

dalam membuka kemunikasi keluarga menjadi konselor bagi yang lain. Disebut

sebagai konselor dalam keluarga karena menaruh perhatian pada keluarga, peka

dan terbuka terhadap tindakan anggota keluarga yang lain serta menghayati nilai-

nilai kemanusiaan setiap individu. Konselor sadar akan dirinya dan melakukan

upaya pengutuhan keluarga. 7 Maka konselor dalam mambere namalum dapat

dimulai dari orang tua, anak dan cucu.

Disamping keadaan orang tua yang sudah lanjut usia sebagai

pertimbangan melakukan mambere namalum, maka kerinduan anggota keluarga

untuk berdamai juga menjadi motivasi. Dengan melakukan mambere namalum

maka sangat terbuka bagi semua anggota keluarga untuk meninggalkan konflik

dan masuk dalam hubungan yang baru. Syarat harus berdamai agar mambere

namalum dilakukan menunjukkan kekuatan adat dalam mengontrol prilaku

individu dan kelompok. Dalam hal ini, otoritas adat menjadi pengendali bagi

prilaku semua anggota keluarga. Sehingga mambere namalum menjadi fungsi

penyembuh bagi semua anggota keluarga. Ketika semua telah setuju melakukan

membere namalum, maka penyembuhan luka batin telah berlangsung secara

otomatis. Penyembuhan ini bersifat kedalam, artinya setiap anggota keluarga

kembali pada diri sendiri, berjuang menerima kekurangan diri sendiri dan belajar

untuk menerima orang lain. Kemarahan, kekecewaan, sakit hati dan luka hati

6 David J. Hesselgrave, Counseling Cross-Cultural : an introduction to theory & practice for christians (Baker Book House Company, 1984), 318-319 7 Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling (BPK Gunung Mulia, 2016),84-85

Page 8: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

88

lainnya mengalami penurunan menuju pada penyembuhan. Maka penyembuhan

adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk kebaikkan individu sendiri dan

keluarga/kelompok.

Selanjutnya, masuk dalam panriahan atau percakapan dalam musyawarah

semua anggota keluarga. Percakapan-percakapan yang terjadi merupakan proses

dari penyembuhan itu sendiri. Hal ini ditandai dengan dimulai adanya komunikasi

kembali sesama anggota keluarga yang sempat rusak. Percakapan untuk mencapai

kesepakatan menjadi media atau alat untuk menyambung komunikasi yang

sempat terputus karena konflik sekaligus proses penyembuhan dan pemulihan.

Ketika percakapan terjadi, Clinbell mengatakan bahwa salah satu fungsi pastoral

adalah penyembuhan.8 Komunikasi yang dibangun untuk pelaksanaan mambere

namalum adalah sebuah proses penyembuhan. Percakapan-percakapan yang

dibangun untuk mencapai kesepakatan bertujuan agar mambere namalum berjalan

dengan baik. Sehingga percakapan bersifat saling mendukung untuk kebaikkan

bersama.

1. Magou ma na milas na mohop, artinya hilanglah yang panas.

Kesepakatan yang telah dicapai dalam musyawarah keluarga menghasilkan

keputusan yang harus dihargai dan dihormati oleh semua pihak. Oleh sebab itu,

perkataan maaf secara resmi belum diucapkan, tetapi semua anggota keluarga

telah masuk dalam proses pemulihan. Secara otomatis ketika semua anggota

keluarga setuju melakukan mambere namalum, maka percakapan yang terjadi

8 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral (Kanisius & BPK Gunung Mulia, 2002), 53

Page 9: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

89

selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan mambere namalum menjadi

percakapan yang memulihkan semua anggota keluarga. Karena itu, ketika

pelaksanaan mambere namalum dilakukan, memberi makanan namalum atau

makanan yang menyembuhkan, disertai ucapan : magou ma na milas na mohop.

Ucapan ini adalah pernyataan sekaligus permohonan maaf dari anak cucu kepada

orang tua sehingga konflik yang terjadi telah selesai. Magou ma na mohop na

milas berarti segala yang mengganggu pikiran semua anggota keluarga,

khususnya orang tua menjadi hilang. Segala pemikiran yang menggangu

ketenangan hidup menjadi tidak ada. Kondisi ini mendatangkan kekuatan dan

semangat hidup, khususnya bagi orang tua. Secara otomatis, penyakit yang

disebabkan oleh kondisi jiwa yang sakit sehingga merasa tertekan, marah,

kecewa, takut dan yang lainnya menjadi tidak ada atau sembuh.

Jiwa yang sakit karena luka hati dapat mempengaruhi tubuh, sehingga terjadi

disfungsi tubuh. Dengan medis, penyakit ini sulit untuk sembuh, karena

persoalannya bukan terletak pada tubuh yang lemah tetapi keadaan stress yang

mengakibatkan tubuh tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Penyelesaian

persoalan menjadikan jiwa yang sedang sakit menjadi sembuh, sehingga

berdampak pada tubuh yang sehat dan bersemangat. Oleh sebab itu magou ma na

mailas na mohop memiliki kekuatan yang memulihkan dalam diri seseorang.

Dimulai ketika anak dan cucu menyatakan rencana melakukan mambere

namalum, maka anak cucu sedang ‘mengungkapankan’ kepada orang tua tentang

penyesalan mereka serta keinginan untuk berdamai. Seharusnya konflik dapat

dihindari atau diselesaikan dengan baik, tetapi karena kegagalan anak cucu untuk

Page 10: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

90

menghindari konflik menyebabkan keluarga khususnya orang tua tidak damai.

Sebaliknya juga, ini merupakan ungkapan orang tua bahwa konflik dapat

dihindari atau diselesaikan, tetapi karena kegagalan orang tua sehingga konflik

mengakibatkan kerusakan hubungan keluarga. Konflik sangat menggangu

kehidupan orang tua sehingga masa tua dijalani dengan sakit penyakit dan hati

yang terluka. Keadaan orang tua semakin parah karena anak dan cucu tidak

menghormati orang tua. Bagi anak cucu, konflik mengakibatkan terputusnya

komunikasi sehingga kehilangan tempat untuk berbagi persoalan, kehilangan

kesempatan untuk dibimbing, didoakan dan sebagainya.

Pikiran yang terbeban dengan konflik mengakibatkan orang tua tidak sejahtera

dimasa tuanya. Kondisi fisik yang menurun menjadikan orang tua mudah untuk

sakit-sakitan. Masa tua dijalani jauh dari sejatera. Oleh karena itu, ungkapan

magou ma na milas na mohop menjadi sebuah memulihkan hati yang terluka

berdampak pada kesehatan fisik. Hati yang telah mengalami pemulihan akan

mendatangkan semangat bagi orang tua serta seluruh anggota keluarga. Clinbell

mengatakan bahwa salah satu fungsi pendampingan pastoral adalah memulihkan,9

sehingga pernyataan magou ma na milas na mohop adalah cara untuk

memulihkan seluruh anggota keluarga. Pemulihan dimulai dari diri sendiri, bukan

orang lain. Artinya semua anggota keluarga dimotivasi dan dikuatkan untuk

memulihkan diri sendiri.

Menerima makanan namalum atau makanan yang menyembuhkan, maka

semua anggota keluarga, khususnya orang tua masuk dalam hubungan yang baru.

9 Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral.....................54

Page 11: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

91

Kesembuhan yang terjadi membuka hubungan baru dimana konflik telah selesai.

Keluarga memulai kehidupan bersama dengan pola yang baru, yang mempererat

hubungan keluarga. Pola ini merupakan pemulihan semua keluarga. Pemulihan

terjadi dengan komunikasi, kepedulian, kerjasama yang dibangun oleh semua

anggota keluarga. Pemulihan terjadi jika semua pihak ambil bagian untuk

membangun hubungan yang baru. Dalam hubungan yang baru konflik yang

pernah terjadi tidak boleh hadir kembali, jika terjadi konflik maka dengan mudah

diselesaikan karena semua pihak memiliki komitmen untuk saling peduli. Segala

hal yang terjadi dalam keluarga diselesaikan secara bersama untuk kebaikkan

semua anggota. Keadaan ini menjadi lingkungan yang mendukung kehidupan

orang lanjut usia dengan hidup saling mendukung satu dengan yang lain. Ini

menimbulkan kepedulian, perhatian serta kasih sayang kepada orang tua dalam

keluarga. Orang lanjut usia tidak merasa kesepian dan ditinggal, tetapi tetap

dihormati dan dihargai.

2. Ase atur, artinya supaya teratur.

Hubungan yang telah mengalami penyembuhan dan pemulihan memberikan

dampak pada kehidupan selanjutnya. Kehidupan baru harus ditata dengan baik

agar mendatangkan kebaikkan bersama. Ketika dayok binatur atau ayam yang

diatur diberikan maka harapannya adalah kehidupan yang teratur. Keteraturan

dimulai dari pikiran, percakapan dan tingkah laku. Apa yang pernah terjadi

dimasa lalu, dimana melalui perkataan dan perbuatan sehingga mendatangkan

luka hati, harus dihindari atau tidak boleh terulang lagi. Ketika cucu menyerahkan

dayok binatur kepada kakek nenek maka itu adalah penyerahan kembali otoritas

Page 12: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

92

kepada orang tua untuk mengajari dan menuntun anak cucu, karena konflik

menyebabkan orang tua kehilangan kendali atas anak dan cucunya. Dengan

menerima dayok binatur maka orang tua harus menjadi contoh dalam tutur kata

dan bersikap bagi anak cucu dalam kehidupan keseharian mereka. Orang tua

menjadi contoh dalam keluarga menjadikan kehidupan orang tua sangat penting

bagi anak dan cucu. Pemberian dayok binatur juga merupakan simbol dari anak

cucu masih membutuhkan kakek nenek untuk mengajari dan membimbing mereka

hidup dalam keteraturan tutur kata dan tingkah laku. Clinbell mengatakan bahwa

salah satu fungsi penting dalam pendampingan pastoral adalah membimbing

sehingga tahu dalam menentukan sikap dan pilihan serta akibat dari pilihan dan

sikapnya.10 Oleh sebab itu orang tua memiliki otoritas untuk membimbing anak

cucu dalam menentukan sikap dan pilihan melalui tutur kata dan perbuatan.

Hidup dalam keteraturan dilaksanakan dalam tutur kata dan tingkah laku

menjadi sebuah cara untuk menghargai sesama anggota keluarga. Tutur kata yang

baik serta didukung tingkah laku yang baik sangat dibutuhkan untuk menghidari

konflik, karena konflik sering terjadi karena tutur kata dan tingkah laku yang

salah. Keteraturan menjadikan kehidupan na patut atau yang pantas. Tutur kata

yang baik adalah cara menghargai sesama anggota keluarga sehingga semua

anggota keluarga saling menghargai dan menghormati. Didukung dengan

perbuatan yang teratur, dalam pengertian sikap yang pantas maka komunitas

keluarga semakin baik. Ketika keteraturan tutur kata dan sikap menjadi pola

dalam berelasi maka secara otomatis diberlakukan juga untuk orang lain diluar

10 Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral...............54

Page 13: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

93

anggota keluarga sehingga orang lain dapat melihat dan merasakan. Pada akhirnya

keluarga yang teratur tutur kata dan sikap menjadi contoh dalam masyarakat.

Semua ini dimulai dari orang tua yang memberi contoh kepada anak dan cucu.

Kehidupan yang teratur dalam tutur kata dan perbuatan akan memudahkan

anak cucu untuk diterima dan berelasi dengan orang lain. Relasi yang baik

menjadi peluang bagi anak cucu untuk menghargai dan dihargai, menghormati

dan dihormati. Kondisi ini mendukung bagi kehidupan anak dan cucu untuk

mendapatkan apa yang diharapkan karena banyak pihak yang mendukung. Oleh

sebab itu, tutur kata yang teratur dan perbuatan merupakan kesempatan untuk

mendapatkan dukungan dari orang lain. Keadaan ini menjadi jalan bagi anak dan

cucu mendapat dukungan dari orang lain khususnya dalam mencapai upaya untuk

meningkatan ekonomi keluarga. Keteraturan hidup mendatangkan rasa hormat

dari orang lain sehingga menjadi cara untuk memperoleh peluang bantuan dan

dukungan dari orang lain. Perkembangan ekonomi didasari oleh tutur kata dan

sikap yang baik sehingga simbol dalam dayok binatur adalah keteraturan hidup

menjadi peluang untuk sukses dalam kehidupan. Dalam hal ini, orang tua menjadi

tokoh dalam kehidupan anak cucu. Kehidupan orang tua menjadi pola kehidupan

anak dalam tutur kata dan bersikap. Orang tua menjadi soko guru dalam berelasi

dengan orang lain yang membuka kesempatan untuk meraih kesempatan dalam

peningkatan kehidupan anak dan cucu. Sehingga kehidupan yang ase atur, sonai

homa atur pansarianta, artinya supaya teratur, juga teratur rejeki yang diperoleh,

menjadi pola hidup yang berkaitan. Hidup teratur dalam tutur kata dan tindakan

merupakan cara untuk memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik, semua

Page 14: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

94

diawali dari orang tua yang membimbing anak cucu melalui keteraturan tutur

kata dan sikap dalam hidup.

3. Ase gabur, ase siang panonggor, artinya supaya mudah

mendapatkan rejeki, supaya pikiran terang, bersih melihat anak dan

cucu.

Salah satu hal penting dalam hidup adalah kesehatan. Faktor pendukungnya

adalah makanan. Bagi orang lanjut usia, penurunan fungsi tubuh salah satu

berdampak pada penurunan jumlah gigi. Penurunan ini menjadikan mereka tidak

dapat mengunyah makanan yang keras. Nitak adalah makan yang lembut, tidak

perlu dikunyah dapat langsung ditelan. Ketika nitak diberikan maka harapan anak

cucu kepada orang tua adalah supaya sehat sehingga dapat melakukan tugasnya

untuk memelihara atau mengasuh anak cucu melalui mendoakan, bimbingan dan

menuntun anak cucu. Dalam hal ini orang tua diposisikan menjadi ‘perantara’

berkat dari Tuhan kepada anak dan cucu. Pemeliharaan atau pengasuhan orang tua

pada anak cucu menempatkan doa sebagai pusat kekuatan dalam mengembangkan

potensi yang dimiliki seluruh anggota keluarga. Dukungan anak dan cucu melalui

makanan agar orang tua sehat dan orang tua memohonkan kepada Tuhan

menjadikan relasi anak cucu dan orang tua menjadi sangat kuat. Anak dan cucu

tidak dapat meninggalkan orang tua dalam masa tuanya,sehingga orang tua dapat

melakukan tanggungjawanya kepada anak cucu.

Memelihara atau mengasuh anak cucu melalui doa dilakukan dengan pikiran

terang atau tenang yang diungkapkan dengan nitak siang-siang. Pikiran yang

Page 15: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

95

terang dapat diperoleh jika tidak ada yang menggangu pikiran dari orang tua,

misalnya kemarahan, kekecewaan dan yang lainnya. Dengan kesembuhan maka

orang tua dapat melihat dan menerima keadaan anak cucu dalam keadaan tenang,

damai. pikiran yang terang atau tenang sehingga seluruh kekuatan yang ada pada

orang tua ditujukan untuk memelihara atau mengasuh kehidupan anak dan cucu.

Kekuatan ini adalah spirit atau energi kehidupan untuk mendukung secara

keseluruhan kehidupan bagi keluarga sehingga dapat berkembang sesuai dengan

potensi yang dimiliki. Kekuatan ini menjadikan orang tua memiliki fungsi untuk

menuntun atau mengsuh anak cucu. Seperti yang dikatakan Clinbell bahwa salah

satu fungsi pendampingan adalah memelihara atau mengasuh. 11 Orang tua

memelihara atau mengasuh kehidupan anak dan cucu sehingga dapat berkembang

secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

4. Ase marminak goluhta on, ase menggargar, artinya supaya hidup

berminyak atau berseri-seri, supaya hidup berketurunan

Sembuh dari luka hati menjadikan setiap anggota keluarga terbebas dari

tekanan-tekanan. Pembebasan tersebut mendatangkan semangat untuk

mengarahkan hidup pada pengembangan potensi yang ada. Pengembangan diri

dilakukan dengan pola keteraturan dalam tutur kata dan sikap yang diwujudkan

dalam kedisiplinan dalam hidup serta menghormati orang lain. Peran orang tua

adalah sebagai contoh dalam keteraturan serta dukungan dalam spiritual melalui

doa kepada Tuhan untuk kehidupan anak cucu. Dukungan yang kuat menjadikan

anak cucu bersemangat dalam melakukan tanggung jawab melalui pekerjaan,

11 Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral........................54

Page 16: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

96

pendidikan, sosial dan yang lainnya. Melakukan segala sesuatu dengan

bersemangat adalah kehidupan yang berminyak. Karena berminyak atau semangat

menandakan adanya kekuatan dalam diri anak cucu dalam melakukan segala

sesuatu. Sesuatu dikerjakan secara maksimal sehingga diperoleh kepuasan hati.

Hidup menjadi sukacita sehingga kehidupan yang didukung oleh orang tua akan

mendatangkan semangat bagi anak cucu.

Kehidupan semakin sempurna kerena hidup bersemangat dan memiliki

berketurunan. Hidup berketurunan dianggap penting karena keluarga harus

berkembang sehingga memiliki generasi yang meneruskan marga dan nilai-nilai

dalam keluarga. Ungkapan ase manggargar adalah upaya yang harus dicapai

keluarga. Pencapaian ini melibatkan peran orang tua yang mendukung secara

spiritual karena melibatkan kuasa Tuhan dalam melakukan tanggungjawabnya.

Dalam hal ini Angel mengatakan bahwa dalam pendampingan pastoral, relasi

pendamping dan yang didampingi harus menempatkan relasi dengan Tuhan. 12

Orang tua yang mendampingin anak untuk menopang semangat anak,

menempatkan Tuhan sebagai bagian yang penting dalam pencapaian keberhasilan.

Harapan agar hidup manis karena baik secara ekonomi serta berketurunan

merupakan hanya dapat dicapai bersama dengan orang tua serta kekuatan spiritual

orang tua. Dukungan orang tua mendatangkan semangat bagi anak cucu serta

dalam kemurahan Tuhan menjadikan anak berketurunan. Dengan memberikan

galuh siminak maka anak cucu mengharapkan doa orang tua agar kehidupan

keluarga semakin baik dan berketurunan. Dalam pencapaian hidup marminak

12 Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral, (Tisara Grafika, 2007), 14

Page 17: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

97

(bersemangat) serta memiliki keturunan, maka orang tua mendukung kehidupan

spiritual anak cucu. Clinbell mengatakan bahwa ini merupakan salah satu fungsi

dari pastoral yaitu mendukung.13 Orang tua yang menopang hidup anak cucu serta

anak cucu yang menerima topangan orang tua akan mencapai hidup yang

bersemangat (berminyak) serta dapat mencapai berketurunan.

5. Tobu, artinya tebu, matobu ma pansarian, matobu goluhta on,

artinya manis pendapatan, manis kehidupan.

Kehidupan yang mengalami kesembuhan dari luka hati memiliki kesempatan

untuk hidup teratur sehingga dapat mengetahui dan memiliki kekuatan untuk

mencapai apa yang diharapkan dalam hidup. Semua ini tidak terlepas dari peran

orang tua yang selalu menopang secara spiritual sehingga anak dan cucu memiliki

semangat yang kuat. Hasil yang diperoleh adalah hidup matobu, atau hidup terasa

manis. Kehidupan yang manis dalam keluarga merupakan gambaran dari hidup

yang harmonis karena setiap na anggota keluarga hidup dalam kondisi saling

mendukung. Kehidupan yang harmonis menjadikan setiap anggota keluarga ada

dalam relasi saling membutuhkan sehingga segala sesuatu ditujukan untuk

kebaikkan bersama. Dalam hal ini, orang tua juga menjadi bagian yang penting

karena dukungan orang tua menjadikan anak cucu dapat mencapai hal-hal yang

diinginkan untuk kebaikkan bersama. Orang tua menjadi kekuatan anak cucu

untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan saling mendukung sesama anggota

keluarga. Ketika salah satu anggota keluarga mengalami persolan maka anggota

yang lain, khususnya orang tua menjadi pendukung yang menuntun dan mengajari

13 Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling....................53

Page 18: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

98

agar dapat memutuskan pilihan yang terbaik. Pilihan serta konsekwensi dari

pilihan menjadi hal yang dapat dilakukan dan dipertanggungjawabkan karena

semua anggota mendukung dan membantu. Dengan demikian, kekuatan keluarga

menjadi kekuatan yang besar dalam menopang satu dengan yang lain. Dukungan

ini menjadikan anggota keluarga berpeluang untuk mengalami perkembangan

walaupun konflik ada. Permasalahan bukan hal yang ditakuti atau dihindari tetapi

menjadi kesempatan bagi setiap anggota untuk berkembang. Kehidupan yang

saling mendukung adalah kehidupan yang harmonis.

Kehidupan yang harmonis juga menjadi ladang yang subur bagi setiap anggota

keluarga untuk mengembang diri. Dalam hidup harmonis semua anggota keluarga

melakukan tanggungjawab masing-masing untuk kebaikkan bersama. Peran orang

tua yang selalu mendoakan, menuntun, membimbing dan menjadi teladan bagi

anak cucu dalam keluarga. Sehingga tiap anggota keluarga berkembang dalam

potensi yang dimiliki. Pengembangan potensi berdampak pada semakin

membaiknya kehidupan karena setiap anggota mampu melakukan peran dan

tanggungjawabnya masing-masing. Kondisi ini dapat berdampak pada semakin

membaiknya ekonomi dalam keluarga. Pencapaian ini disebut kehidupan

harmonis keluarga karena anak dan cucu melakukan peran dan tanggungjawabnya

masing-masing. Keharmonisan menjadikan hidup matobu atau manis, semakin tua

sifat tebu semakin manis. Kehidupan yang harmonis adalah kehidupan manis

yang semakin lama semakin manis. Penulis menambahkan bahwa keharmonisan

adalah salah satu nilai mambere namalum yang berperspektif pastoral.

Page 19: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

99

6. Goluh na mataboh janah mumbang, artinya menjadi hidup yang

berlemak serta diatas.

Proses kehidupan yang panjang seharusnya menjadikan seseorang memiliki

hikmat yang bersumber dari pengalaman hidup. Hikmat merupakan salah satu ciri

yang harus ada dari seseorang yang sudah lama dalam proses kehidupan. Kalapa

mumbang adalah gambaran kehidupan manusia, dimana semakin lama semakin

tua sehingga memiliki banyak santan. Kehidupan manusia yang digambarkan

seperti kelapa mumbang adalah kehidupan seseorang dimana semakin tambah

usia, semakin berhikmat. Dengan hikmat yang dimiliki seseorang maka hidup

semakin dapat dinikmati dan disyukuri karena pengalaman hidup menjadi sumber

pangajaran yang berharga untuk berproses. Ketika orang tua menerima kalapa

mumbang maka harapan yang harus dipenuhi adalah orang tua menikmati hidup

karena hikmat yang ada padanya, sehingga menjadi teladan bagi anak dan cucu.

Hidup menjadi teladan adalah hidup namataboh, yang berlemak, yang

menyenangkan karena nilai-nilai kehidupan yang melekat dan diwariskan kepada

anak dan cucu. Nilai-nilai yang melekat tersebut menjadikan orang tua sebagai

sumber hikmat dalam menentukan pilihan-pilihan dalam hidup, khususnya ketika

konflik terjadi. Hikmat juga menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu

sehingga mereka dapat mengatasi segala keadaan tanpa harus dikuasai oleh

ketakutan, kebingungan dan putus asa. Kehidupan anak dan cucu menajdi

kehidupan yang manis karena tahu menentukan pilihan dan siap dengan resiko

dari pilihan tersebut. Proses nilai yang berulang karena diwariskan menjadi

sebuah ikatan yang menguatkan hubungan anak cucu dengan orang tua.

Page 20: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

100

Warisan nilai yang diterima anak cucu menjadi anak tangga untuk mencapai

hidup pada posisi mumbang, atau diatas. Jalan menuju tingkat teratas menjadi hal

yang sangat mungkin dicapai karena anak dan cucu memiliki pegangan berupa

nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari orang tua. Pencapaian teratas bukanlah

dalam arti jabatan, pangkat tetapi anak cucu mampu hidup dengan nilai-nilai

kehidupan yang diwariskan sehingga hidup dijalankan dengan sungguh-sungguh.

Kehidupan yang seperti ini menjadikan anak cucu selalu dihargai dan dihormati

dalam keluarga dan masyarakat. Ungkapan ase mumbang, supaya diatas

dimengerti sebagai kehidupan yang terlihat karena menonjolkan nilai-nilai

kehidupan. Cara ini menjadi langkah untuk mencapai hal-hal yang terbaik dalam

hidup sehingga hidup selalu terlihat. Orang tua menjadi teladan dalam pewarisan

nilai-nilai kehidupan itu sendiri sehingga anak dan cucu tetap menghormati dan

menghargai orang tua. Penulis menambahkan bahwa keteladanan yang

disimbolkan melalui kalapa mumbang merupakan salah satu nilai mambere

namalum dalam perspektif pastoral.

7. Ase borsih angkula sonai homa uhur, artinya supaya badan bersih

juga hati bersih

Jeruk secara medis dapat digunakan sebagai pembersih tubuh. Keadaaan tubuh

yang bersih mendatangkan kesehatan bagi yang memakainya. Ketika orang tua

menerima uttei anggir atau jeruk purut serta dimandikan, maka jeruk purut

membersihkan badan orang tua sehingga terbebas dari kuman penyakit. Ketika

diminum maka air jeruk purut maka tubuh akan sehat. Jeruk purut menjadi simbol

sehat fisik maupun psikis sehingga seseorang menemukan dirinya utuh. Simbol

Page 21: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

101

ini memberikan makna bahwa ketika dimandikan serta diminum maka keberadaan

orang tua menjadi utuh. Orang tua yang mengalami pengutuhan memiliki

kekuatan maksimal untuk mengutuhkan anak dan cucunya. Clinbell mengatakan

fungsi pastoral yang terakhir adalah mengutuhkan sehingga ia mampu untuk

bertumbuh menuju manusia secara utuh dimana ia siap untuk mengembangkan

telenta, menghargai tubuh, memperkaya relasi, kesadaran akan alam, pertambuhan

relasi dengan lembaga-lembaga, memperdalam hubungan dengan Allah sehingga

menjadi manusia yang kreatif.14 Pengutuhan membawa orang lanjut usia untuk

tetap kreatif untuk mengutuhkan dirinya serta anak dan cucu pada masa tuanya.

A. 3. Pemaknaan mambere namalum

Pelaksanaan mambere namalum memiliki makna yaitu :

1. Sebelum pelaksanaan maka fungsinya adalah penyembuhan semua

anggota keluarga sehingga dapat melakukan musyawarah untuk

menentukan tanggal pelaksanaan, jumlah undangan, biaya dan yang

lainnya. Ini adalah syarat mutlak, tidak dapat ditawar karena diyakini

pekerjaan mambere namalum adalah horja na marhidorat, kuasa

2. Dalam pelaksanaan, makanan namalum bertujuan untuk memulihkan

segala luka hati, baik orang tua maupun anak dan cucu. Dengan menerima

dan memakannya maka luka hati dipulihkan sehingga semua anggota

keluarga, khususnya orang tua terbebas dari luka hati.

14 Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral..................55-56

Page 22: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

102

3. Pemberian dayok binatur atau ayam yang diatur adalah harapan bahwa

hidup dalam konflik sehingga tidak ada keteraturan dalam berbicara dan

bersikap, berubah menjadi hidup yang teratur dalam berbicara dan

bersikap. Hal-hal yang menyebabkan luka hati melalui sikap dan cara

berbicara diubah menjadi teratur dalam tutur kata dan sikap. Hidup yang

teratur dimulai dari orang tua sehingga anak dan cucu mencontohnya.

Keteraturan ini merupakan bentuk bimbingan orang tua kepada anak cucu

dalam tutur kata dan sikap.

4. Melalui pemberian nitak orang tua harus sehat agar dapat melakukan

tanggungjawabnya untuk mendoakan, membimbing dan menjadi contoh

bagi anak dan cucu. Dengan makan nitak gabur-gabur danatau nitak siang

siang, maka orang tua sehat dan kuat, serta memiliki hati yang terang

untuk melihat kehidupan anak dan cucu. Dalam tanggungjawabnya orang

tua memelihara atau mengasuh anak dan cucu sehingga anak cucu dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal.

5. Galuh siminak atau pisang minyak merupakan bentuk kehidupan yang

didukung oleh keluarga. Dukungan seluruh anggota keluarga, khususnya

orang tua mendatangkan semangat dan kekuatan untuk berjuang lebih baik

lagi. Dukungan menjadikan hidup penuh semangat, wajah yang

berminyak. Dukungan diberikan orang tua agar anak dan cucu

berketurunan, disebutkan ase manggargar songon pisak siminak artinya

supaya berkembang seperti pisang si minyak. Dukungan orang tua

Page 23: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

103

menjadikan kehidupan anak cucu bersemangat dalam hidup serta

mendapatkan keturunan.

6. Tobu atau tebu, adalah gambaran kehidupan yang manis. Semakin lama

kehidupan keluarga semakin manis karena ada keharmonisan.

Keharmonisan dapat dicapai karena orang tua memiliki otoritas atas

kehidupan anak cucu dengan cara melakukan tanggungjawabnya untuk

mendukung kehidupan anak cucu. Juga karena anak cucu hidup dalam

hormat dan menghargai orang tua sehingga tercapai keseimbangan dalam

keluarga serta adanya peningkatan ekonomi sehingga hidup semakin

manis. Pada bagian ini, penulis menambahkan bahwa keharmonisan dalam

keluarga merupakan salah satu fungsi pastoral mambere namalum.

Pencapaian hidup yang harmonis karena adanya keseimbangan hak dan

kewajiban menjadi cara untuk mencapai peningkatan ekonomi keluarga.

7. Kalapa mumbang atau kelapa muda, sifat kelapa yang selalu diatas adalah

gambaran agar hidup selalu diatas, dan kehidupan orang tua semakin tua

semakin berhikmat sehingga menjadi sumber pengetahuan hidup bagi anak

dan cucu. Kehidupan manusia semakin tua semakin mataboh, semakin

enak karena dengan bertambahnya usia seseorang maka bertambah

pengalaman hidup yang menjadikan orang tua bersyukur dan bersukacita

dalam hidup. Semakin tua, menjadikan orang lanjut usia bertambah

pengalaman sehingga menjadi guru yang pantas diteladani anak dan cucu.

Keteladanan yang diberikan orang tua melalui hidupnya akan menuntun

anak cucu mencapai kehidupan diatas, dapat diteladani orang lain.

Page 24: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

104

Kehidupan orang tua menjadi teladan anak cucu sehingga dalam

keteladanan tersebut kehidupan anak cucu dapat mencapai puncak atau

kehidupan yang maksimal. Penulis menambahkan bahwa fungsi pastoral

mambere namalum dalam hubungan orang tua dengan anak cucu

memberikan fungsi keteladanan. Dengan fungsi keteladanan maka anak

cucu memiliki guru yaitu orang tua yang menjadi contoh atau panutan

dalam hidup.

8. Uttei anggir atau jeruk purut adalah harapan agar orang lanjut usia bersih

secara fisik dan psikis. Dimandikan menjadikan fisik bersih sehingga

mendukung kesehatan dimasa tua dan diminum berarti menghilangkan

pikiran-pikiran yang mengganggu. Sehingga mandi dan minum uttei

anggir adalah bersih secara fisik dan psikis sehingga keadaan orang tua

sehat secara keseluruhan. Dengan sehat fisik dan psikis, maka orang tua

mampu melakukan tugasnya untuk mengutuhkan dirinya serta anak cucu.

Rangkuman

Penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai spiritual yang ada pada mambere

namalum serta dua penambahan nilai sehingga menjadi 8 yaitu riah do saud ni

horja (berdamai untuk musyawarah), magou ma na milas na mohop (hilanglah

segala yang menggangu pikiran), ase atur (supaya teratur), ase gabur janah siang

(supaya subur dan terang), ase marminak janah manggargar (supaya berminyak

serta berkembang), ase matobu goluhta janah matobu pansarian (supaya hidup

harmonis serta manis pencaharian), gabe mataboh janah mumbang (hidup

Page 25: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

105

berhikmat dan diatas) dan borsih angkula pakon uhur (bersih fisik dan psikis)

secara keseluruhan memiliki nilai spiritual yang berperspektif pastoral untuk

seluruh anggota keluarga, khususnya bagi lanjut usia dalam memenuhi

kebutuhannya. Melalui mambere namalum, orang lanjut usia diposisikan pada

tempat tertinggi sekaligus dengan tanggungjawab besar di tengah-tengah keluarga

yaitu sebagai pendamping. Maka tugas pendampingan dan konseling orang tua

dilakukan seumur hidup untuk mengutuhkan kehidupan anak dan cucu.

B. Mambere namalum dikaji dari fungsi Pastoral

Berdasarkan falsafah habonaron do bona (kebenaran nya pangkal) maka nilai-

nilai spiritual nya adalah (1) riah do saud ni horja, (2) magou ma na milas na

mohop, (3) ase atur,(4) ase urah pansarian-ase torang pikkiran-goluh na mantin,

(5) ase marminak goluh on-ase manggargar, (6) matobu pansarian janah

matobuh goluh on, (7) gabe goluh na mataboh janah mumbang, (8) borsih

angkula sonai homa uhur. Nilai tersebut dikaji dari fungsi pastoral maka

memiliki fungsi :

1. Penyembuhan / riah do saud ni horja

Kondisi konflik menjadikan anggota keluarga tidak mampu berfikir secara

benar. Faktor kemarahan, kekecewaan atau ketakutan mampu mempengaruhi cara

bagaimana seseorang melihat konflik termasuk orang-orang yang terlibat

didalamnya. Keadaan ini disebut oleh Jaekle & Clebsch sebagai keadaan jiwa

yang sedang sakit. Oleh sebab itu harus ditemukan cara agar jiwa terbebas dari

penyakit. Pembebasan jiwa yang sakit bagi masyarakat desa Nagori harus

Page 26: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

106

dibebaskan dengan mamberlakukan nilai dari habonaron do bona. Falsafah

habonaron do bona adalah seruan agar segala sesuatu harus berpatokan pada

kebenaran. Dimulai dari adanya kepedulian pada individu untuk kembali kepada

kebenaran. Kepedulian itu menyadarkan individu bahwa konflik harus

diselesaikan karena merusak kehidupan.

Pencapaian kepedulian dimulai dari tahapan panriahan (musyawarah). Ketika

anak dan orang tua sepakat untuk melakukan adat mambere namalum maka

penyembuhan relasi dimulai. Selanjutnya adanya pernyataan kesediaan orang tua

untuk menerima adat mambere namalum. Jika orang tua masih belum mampu

berdamai dengan anaknya, maka pelaksanaan adat ini ditunda. Ketika orang tua

bersedia menerima adat mambere namalum dari anak-anaknya, berarti orang tua

juga bersedia berdamai dengan anak-anaknya. Seperti yang dikatakan D. Purba

bahwa ‘riah do saud ni horja’ artinya hanya dengan jalan bermusyawarah

pekerjaan dapat dilakukan. Penyembuhan antara anak dengan anak dan antara

anak dengan orang tua menjadi dasar pelaksanaan mambere namalum. Disini adat

menjadi kontrol dan memiliki otoritas untuk memaksa orang melakukannya.

Kontrol dan otoritas menjadikan setiap anggota keluarga rendah hati untuk

menerima diri sendiri, menerima orang lain untuk pencapaian penyembuhan

bersama.

Kepedulian berdampak pada peluang untuk penyembuhan sehingga semua

anggota keluarga untuk masuk dalam relasi yang baru. Erik Erikson dalam tulisan

Care and Counseling of The Aging (1979) mengatakan bahwa pada titik krisis

orang memiliki kesempatan untuk bergerak kearah pemulihan dan keutuhan. Atau

Page 27: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

107

krisis untuk menstabilkan pada tingkat yang belum selesai yang sering menjadi

penghambat dalam pertumbuhan di sisa hidup. Oleh sebab itu krisis jangan

dihindari karena memberi kesempatan untuk pertumbuhan dan peningkatan

pribadi. Krisis adalah tahapan perkembangan emosional yang terkait dengan

perkembangan fisik dan usia. 15 dalam kepedulian krisis yang terjadi dalam

keluarga menandakan bahwa keluarga memiliki kesempatana mengalami

kesembuhan dan pemulihan. Ditandai dengan cara pandang baru bahwa konflik

yang terjadi dimasa mendatang harus dipandang bukan sebagai hal yang

memisahkan, tetapi harus dipandang sebagai adanya gangguan pada relasi yang

harus dikelola bersama. Setiap individu dalam keluarga harus hidup dalam

kepedulian sehingga dapat melihat adanya kesempatan untuk saling memahami

dan menopang keadaan orang lain dalam upaya perdamaian. Sehingga ada

kesempatan untuk lebih dekat dan masuk dalam hubungan yang mendalam dalam

relasi keluarga. Cara pandang yang demikian harus menjadi cara pandang bersama

dalam penyembuhan tiap individu. Dalam relasi yang seperti ini, tiap anggota

keluarga menjadi pendamping dan yang didampingi. Peran pendamping dan yang

didampingi dimiliki oleh tiap anggota keluarga untuk proses penyembuhan.

Akhirnya konflik yang dulunya sering diakhiri dengan keterpisahan keluarga

diubah menjadi ‘jembatan’ untuk dekat, memahami dan menerima. Maka setiap

individu akan memiliki pengalaman bersama, untuk saling menyembuhkan dan

disembuhkan. Konflik menjadi ‘media’ untuk boleh saling menerima dan

15 William M. Clements, Care and Counseling of The Aging, (Fortress Press Philadelpia, 1979), 29

Page 28: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

108

diterima. Oleh sebab itu dalam mambere namalum, syarat yang utama sebelum

dilakukan adalah perdamaian semua anggota keluarga.

Ivey mengatakan bahwa tindakan satu anggota keluarga akan berdampak

pada anggota keluarga yang lain. Sehingga ketika semuanya memutuskan

bertindak untuk sembuh dari luka batin maka satu dengan yang lain saling

mempengaruhi.16 Kondisi ini menjadi bagian dari tugas konseling pastoral yang

membebaskan jiwa dari penyakit seperti ketertekanan, kesedihan, ketakutan,

kemarahan, kebencian dan yang lainnya.17 Oleh sebab itu, ketika adat mambere

namalum dilakukan, maka hubungan baru sesama anggota keluarga dimulai dari

penyembuhan yang berdampak pada pembebasan dari gangguan jiwa. Clinebell

mengatakan salah satu fungsi konseling pastoral adalah menyembuhkan hati yang

terluka sehingga berdampak pada pemulihan hubungan. Kesembuhan dalam

keluarga dimulai dari kepedulain terhadap keluarga yang mengalami konflik.

Kepedulian menjadikan sesama anggota keluarga menajdi pendamping dan

didampingi.

2. Pemulihan / sipanganon namalum

Setelah penyembuhan melalui kesepatakan untuk melakukan mambere

namalum maka dalam pelaksanaannya dilakukan pemberian makanan namalum,

makanan yang menyembuhkan. Ucapan dalam pemberian makanan namlum

adalah ‘magou ma na milas na mohop’ artinya hilanglah yang panas. Kata panas

16 Ivey, Allen E., Family Counseling and Therapy Theoretical Foundations and Issues of Practice, dalam buku Theories of Counseling & Psychotherapy: A Multicultural Perspective, (Pearson Education, Inc 2009), 432-433 17 William A. Clebsch & Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspective.............136-137

Page 29: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

109

menunjuk pada pengertian yang menggangu pikiran baik karena kemarahan,

kesedihan, kekecewaan, ketakutan dan yang lainnya. Ketika makanan namalum

diberikan maka seluruh anggota keluarga mengalami pemulihan. Makanan

namalum yang diserahkan anak dan cucu kepada orang tua menjadi cara untuk

memulihkan diri sendiri. Kesediaan orang tua menerima makanan namalum

menjadi cara untuk mengalami pemulihan. Sehingga ungkapan magou ma na

milas na mohop merupakan sebuah proses bagi pemulihan bagi semua anggota

keluarga dan mengalami pembebasan dari jiwa yang sakit. Jiwa sakit menjadi

sembuh sehingga mendatangkan semangat bagi semua anggota keluarga,

khususnya bagi orang tua. Clinbell mengatakan bahwa salah satu fungsi pastoral

adalah pemulihan dari luka hati. Mambere namalum menjadi upaya pemulihan

bagi anggota keluarga yang mengalami konflik, khususnya bagi orang tua. Dalam

ungkapan magou ma na milas na mohop syarat dengan permohonan maaf dari

anak ke orang tua dan orang tua ke anak. Proses ini adalah penyembuhan bagi

setiap anggota keluarga, luka hati menjadi dipulihkan.

3. Membimbing / dayok binatur

Persoalan yang ada dalam keluarga dapat mengakibatkan dua hal yaitu satu,

semakin kuatnya hubungan dalam keluarga karena berhasil mengelola persoalan

dengan baik. Kedua persoalan mengakibatkan keretakkan atau kehancuran

hubungan dalam keluarga. Kehancuran tersebut sangat dipengaruhi oleh cara

menyelesaikan persoalan, dimulai dari tutur kata dan sikap dalam menyelesaikan

persoalan. Menurut Clinbell salah satu fungsi pendampingan patoral adalah

membimbing. Dengan membimbing maka anak dan cucu bagaimana proses

Page 30: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

110

menyelesaikan persoalan. Pemberian dayok binatur atau ayam yang diatur adalah

ungkapan agar orang tua membimbing anak dan cucu dalam tutur kata dan sikap.

Semua dimulai dari orang tua. Konflik mengakibatkan orang tua tidak dapat

menjadi contoh dalam tutur kata dan sikap karena anak dan cucu menolak. Fungsi

membimbing yang diungkapkan dengan dayok binatur menjadikan orang tua

pembimbing bagi anak cucu. Sehingga ketika ada persoalan yang baru maka itu

tidak menjadi alasan hubungan dalam keluarga terputus atau rusak. Karena tutur

kata dan sikap yang baik akan memampukan setiap anggota keluarga untuk

menyelesaikan persoalan yang ada. Tutur kata dan sikap yang baik akan mampu

menjaga komunikasi yang baik dalam keluarga. Artinya tutur kata dan sikap

adalah hal yang paling menentukan apakah sebuah persoalan akan mengutuhkan

atau menghancurkan komunitas dalam keluarga. Orang tua menjadi pembimbing

bagi anak cucu tentang cara bagaimana bersikap dan bertutur kata. Dalam hal ini

orang tua mengajarkan tradisi dan memelihara hubungan dengan keluarga besar.

Orang tua juga memberikan kehangatan dan kenyaman pada anggota keluarga.18

Sehingga dalam keadaan bermasalah atau tidak, anggota keluarga tetap saling

menghormati dan menghargai, khususnya pada orang tua.

4. Memelihara atau mengasuh / nitak

Keluarga yang mengalami konflik sulit untuk bekerjasama dan saling

mendukung. Sehingga anggota tidak dapat berkembang secara maksimal. Clinbell

mengatakan salah satu fungsi pendampingan pastoral adalah memelihara atau

mengasuh. Orang tua yang memelihara atau mengasuh anak cucu menjadikan

18 Georgas, Family and Counseling With Ethnic Groups........................416-417

Page 31: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

111

semua anggota keluarga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan

potensinya masing-masing secara maksimal. Ketika nitak diberikan diserta ucapan

ase gabur ase siang, supaya mudah, supaya terang. Gabur menunjukkan

kemudahan dalam memperoleh ekonomi yang baik, siang menunjukkan terang

yang artinya dengan pikiran yang terang karena tidak ada konflik, menjadikan

orang tua mendukung potensi yang dimiliki anak cucu untuk berkembang dengan

potensi yang dimiliki. Hidup saling mendukung, dimana orang tua mendukung

anak cucu dan anak cucu mendukung dengan cara melakukan dengan sungguh-

sungguh menjadikan hubungan saling membutuhkan. Maka terciptalah hubungan

yang mantin, atau enak, manis, seperti telur yang dibuka dan dimakan, ternyata

enak. Hubungan saling mendukung dalam keluarga adalah hubungan yang mantin

do hape atau enak, manis nya ternyata.

5. Dukungan / galuh siminak

Manusia yang ingin berkembang harus didukung oleh berbagai pihak. Dalam

keluarga, perkembangan seseorang harus dimulai dari keluarga yang saling

mendukung. Hal ini dapat terjadi jika keluarga memiliki komitmen untuk saling

mendukung. Orang yang mendapat dukungan, khususnya secara emosional akan

memiliki semangat dan kekuatan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

Dukungan dapat berupa nasehat, kepedulian, dana dan kehadiran bagi yang lain.

Tetapi ketika konflik terjadi maka dukungan juga terpengaruh, mungkin tidak

maksimal bahkan dimungkinkan tidak ada. Oleh sebab itu, dalam mambere

namalum, anak cucu memberikan dukungan pada orang tua agar orang tua

mendukung kehidupan anak dan cucu. Dukungan yang diberikan orang tua

Page 32: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

112

kepada anak cucu memberikan semangat dan kekuatan untuk mencapai hasil yang

maksimal. Semangat dan kekuatan itu memunculkan ekspresi bergembira, berseri

seri, inilah wajah yang berminyak. Dukungan orang tua pada anak cucu

menjadikan hidup anak berminyak atau berseri. Dukungan itu juga berdampak

pada upaya untuk mendapatkan keturunan. Orang tua yang mendukung kehidupan

anak dan cucu memiliki peluang besar untuk berkembang, berketurunan. Clinbell

mengatakan bahwa dukungan menyebabkan klien mendapatka kekuatan untuk

bertahan dan melanjutkan serta menyelesaikan persoalan yang ada. Dalam hal ini,

dukungan yang diberikan orang tua menjadikan anak dan cucu kuat dan

bersemangat dalam hidup.

6. Keharmonisan / tobu

Tidak ada manusia yang ingin hidupnya tidak bahagia. Kebahagiaan adalah

tujuan yang terus menerus diupayakan manusia agar dapat menikmati kehidupan

dengan sejahtera. Kebahagian yang dimaksud bukan karena banyaknya harta atau

uang yang diperoleh, jabatan yang tinggi atau yang lainnya. Kebahagian dalam

mambere namalum adalah hidup dalam keharmonisan. Hidup dalam konflik

mangakibatkan semua anggota keluarga tidak dapat melakukan peran dan fungsi

dalam keluarga karena dilumpuhkan oleh situasi yang ada. Harapan yang ada

melalui simbol tobu atau tebu adalah supaya kehidupan dalam keluarga menjadi

manis, karena ada keharmonisan. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang

tahu dan melakukan tugas dan fungsinya masing-masing. Sehingga dalam

keluarga saling melengkapi, saling mendukung dan memperhatikan. Ketika salah

satu atau beberapa anggota keluarga mengalami masalah, maka anggota keluarga

Page 33: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

113

yang lain dapat menjadi pendukung. Inilah keluarga yang harmonis karena

semua keluarga saling dibutuhkan dan membutuhkan, saling memberi dan diberi.

Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mendukung keharmonisan karena

mereka memiliki otoritas yang besar dalam keluarga. Sikap yang adil dan

bijaksana yang diberlakukan bagi semua anggota keluarga menjadikan kehidupan

seimbang sehingga keluarga yang harmonis tercipta. Penulis manambahkan

bahwa fungsi untuk mengharmoniskan dalam keluarga merupakan salah satu

fungsi pendampingan pastoral mambere namalum. Keharmonisan adalah wujud

dari keadilan sosial dalam keluarga. Karena ketidakseimbangan hak dan

kewajiban merupakan pemicu konflik dalam keluarga maupun dalam masyarakat

juga bernegara.

7. Keteladanan / kalapa mumbang

Kehidupan yang sudah dilewati seharusnya menjadi maha guru yang baik bagi

setiap orang. Dengan berjalannya waktu serta lamanya seseorang berproses dalam

hidup, maka banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran untuk memetik nilai-nilai

kehidupan. Sehingga semakin tua, kehidupan seseorang dapat menjadi sumber

hikmat bagi generasi selanjutnya. Gambaran hidup manusia seperti kelapa yang

memiliki sifat semakin tua semakin memiliki banyak lemak. Sumber

pengajarannya adalah orang tua yang memiliki kekhususan dan keistimewahan

serta kemampuan-kemampuan yang lebih dibandingkan dengan orang muda.

Perjalanan hidup menjadikan orang tua bijak dan berhikmat dalam melihat

Page 34: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

114

kehidupan.19 Sehingga orang tua menjadi guru dalam kehidupan. Guru dalam

pengertian mampu mencari kekuatan yang ada dalam keluarga melalui

pengalaman hidup. Kekuatan tersebut didukung untuk membantu setiap individu

menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Dengan menfokuskan pada tujuan positif

yaitu mencapai keberhasilan dalam penanganan persoalan.20 Menjadi bukti bahwa

secara fisik mereka mengalami penurunan tetapi pengalaman menjadi orang lanjut

usia membuat kaya akan pengalaman hidup. Orang tua menjadi penuntun,

penyembuh, pembimbing dan guru yang mengajari kehidupan bagi anak cucu.

Dengan demikian orang tua tetap memiliki peran yang bermakna bagi anak cucu

sampai akhir hidupnya.

Kehidupan orang tua yang telah banyak mengalami berbagai situasi sehingga

memiliki nilai-nilai kehidupan yang pantas untuk dicontoh dan diwariskan kepada

generasi penerus. Pemberian kalapa mumbang atau kelapa muda memiliki makna

bahwa kehidupan orang tua harus seperti sifat kelapa. Semakin tua semakin

menjadi sumber keteladan dan sumber hikmat bagi anak dan cucu. Kehidupan

yang dijalanikan oleh orang tua adalah kehidupan yang pantas untuk diteladani

oleh anak dan cucu. Keteladanan ini menjadikan anak dan cucu memiliki sikap

hidup yang baik, yang dapat diandalkan dalam masyarakat sehingga selalu diatas,

selalu menjadi contoh bagi yang lain. Keteladanan manurut penulis adalah fungsi

pendampingan mambere namalum yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan

keluarga.

19 Henry J. M. Nouwen & Walter J. Gaffney, Meniti Roda Kehidupan,( Kanisius 1989), 37-44 20 Richard W. Roukema, Counseling For The Soul In Distress (The Haworth Pastoral Press, Second Edition, 2003), 22

Page 35: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

115

8. Pengutuhan / uttei anggir

Keluarga yang sudah mengalami konflik serta melakukan upaya perdamaian

pada akhirnya menginginkan agar diutuhkan kembali. Pengutuhan tersebut

merupakan bentuk dari selesainya konflik serta setiap anggota keluarga siap untuk

masuk dalam hubungan baru. Maka dengan pengutuhan semua nggota keluarga

sangat dimungkinkan untuk tumbuh bersama dalam setiap potensi yang dimiliki.

Ketika uttei anggir diberikan oleh anak cucu pada orang tua maka itu menjadi

ungkapan bahwa ketika air uttei anggir diminum maka bersihlah pikiran dari

segala persolan yang menggangu dan ketika dimandikan maka tubuh yang lesu,

sakit karena beban pikiran menjadi bebas sehingga memiliki semangat dalam

hidup. Orang tua menjadi sehat secara mental dan fisik sehingga mampu

melakukan tugas dan tanggungjawabnya untuk menjadi penyembuh, memulihkan,

membimbing, memelihara atau mengasugh, mendukung, menjaga keharmonisan

dan keteladanan bagi kehidupan anak cucu. Keseluruhan ini menjadi kehidupan

yang mengutuhkan keluarga. Orang tua bersama dengan anak cucu mengalami

pengutuhan dalam kehidupan bersama. Clinbell mengatakan bahwa ketika sampai

pada tahap pengutuhan maka setiap individu siap untuk mengembangkan diri

dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam hubungan dengan Tuhan.

Sehingga keluarga memiliki relasi yang berkwalitas sehingga berdampak pada

perkembangan jiwa yang sehat untuk setiap individu. Sebaliknya jika kwalitas

relasi dalam keluarga kurang akan berdampak pada perkembangan mental sakit.21

21 William E. Hulme, The Pastoral Care of Families (Abingdon Press 1962), 195

Page 36: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

116

Falsafah habonaron do bona merupakan cara bagi masyarakat Nagori untuk

sampai pada pengutuhan manusia. Hidup dalam kebenaran akan menjadikan

pengutuhan dalam hidup individu, keluarga, masyarakat, alam semesta terlebih

hubungan dengan Tuhan. Pelaksanaan mambere namalum adalah langkah awal

individu untuk hidup dalam kebenaran yang menyembuhkan dan memulihkan dia

dari konflik dalam dirinya yang terjadi di tengah-tengah keluarga. Keluarga yang

telah sembuh dan dipulihkan akan memiliki kekuatan untuk saling mendukung

serta mengembangkan potensi yang ada dan menjadikan keluarga sebagai sumber

pengetahuan, khususnya orang tua. Sikap benar dalam keluarga akan menjadikan

anggota keluarga kuat dan memiliki pengaruh dalam masyarakat, baik dalam

lembaga maupun tidak. Maka alam semesta juga menjadi bagian yang

diperlakukan dengan benar. Sehingga pengutuhan akan berdampak pada individu,

masyarakat luas serta alam semesta.

Ketika masyarakat dan alam mengalami kerusakkan maka yang ditunjukkan

adalah kerusakan individu dalam keluarga. Pengutuhan hubungan individu dengan

individu lain berdampak pada alam semesta. Oleh sebab itu, bagi masyarakat

Nagori, ketika individu rusak maka berdampak pada keluarga, masyarakat dan

alam semesta. Pengutuhan kembali semua kehidupan harus dimulai dari perbaikan

manusia dalam keluarga. Habonaron do bona mampu mengembalikan manusia

menjadi utuh dengan sikap benar, dalam pengertian benar memperlakukan diri

sendiri, benar memperlakukan orang lain dan benar dalam memperlakukan alam

semesta. Sikap benar ini menghantarkan individu masuk dalam hubungan yang

terbuka dengan Tuhan. Oleh sebab itu, peran keluarga dalam pengutuhan sangat

Page 37: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

117

besar, sehingga pelaksanaan mambere namalum adalah kesempatan bagi individu

untuk diutuhkan kembali dalam hidup yang benar dalam keluarga. Hidup benar

adalah hidup yang harus terus menerus diwariskan kepada setiap generasi agar

keutuhan dapat berlangsung terus menerus. Dalam mambere namalum, keinginan

untuk meneruskan hidup benar agar keutuhan tercapai diungkapkan dengan

“songon nasiam” seperti kalian, maksudnya seperti kehidupan orang tua yang

telah berhasil mendidik dalam kebenaran maka kehidupan yang sama juga

menjadi harapan anak dan cucu. Secara otomatis didalam kebenaran tersebut

bernilai pada pengutuhan manusia. Pada akhirnya mambere namalum adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari karya Yesus melalui keluarga Simalungu untuk

menyembuhkan, memulihkan, membimbing, memelihara, mendukung,

mengutuhkan serta keteladanan dan keharmonisan.

C. Rangkuman

Penulis menyimpulkan berdasarkan kajian pastoral mambere namalum serta

fungsi pastoral mambere namalum yaitu

1. Mambere namalum memiliki fungsi pastoral yang ada dalam nilai – nilai

spiritual riah do saud ni horja (menyembuhkan untuk berdamai), magou

ma na milas na mohop (hilanglah segala yang mengganggu hati/panas),

ase atur (supaya teratur), ase gabur janah siang (supaya berkembang

kearah yang baik), ase marminak, manggargar (supaya berminyak,

berketurunan), matobu goluh, pansarian (manis harmonis, ekonomi baik),

goluh namataboh, mumbang (hidup berlemak, hidup diatas), borsih uhur

pakon angkula (bersih pikiran dan tubuh) merupakan upaya pencapaian

Page 38: MAMBERE NAMALUM DALAM KAJIAN PASTORALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13339/4/T2_752015014_BAB IV.pdfHasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya menjadi dasar bagi

118

habonaron do bona dalam menjaga, memelihara serta menggutuhkan

anggota keluarga. Nilai-nilai spiritual dalam mambere namalum mampu

mengembalikan manusia kepada hidup yang berdasar pada kebenaran,

habonaron do bona. Hidup dalam kebenaran akan menjadi jalan menuju

pada pengutuhan. Sehingga mambere namalum memberikan sumbangan

yang besar dalam pencapaian pengutuhan hidup, pemeliharaan serta

keharmonisan dengan sesama dan alam semesta.

2. Mambere namalum menempatkan orang tua pada posisi yang benar dalam

keluarga. Posisi orang tua dalam mambere namalum menjadi bukti bahwa

penurunan fisik tidak menjadi alasan untuk diabaikan. Justru sebaliknya,

mambere namalum menempatkan orang tua pada posisi yang benar yaitu

tertinggi karena pada akhirnya menyembuhkan, memulihkan,

menuntun/membimbing, menguatkan, mendukung, keharmonisan,

keteladanan serta mengutuhkan adalah tugas pendampingan seumur hidup

orang tua kepada anak dan cucu. Sehingga pendampingan dan konseling

pastoral mambere namalum adalah pemenuhan kebutuhan orang tua,

merekonsiliasi keluarga dan pengutuhan keluarga.