MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi...

83
MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi Analisis Alquran Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh Musyarofah NIM: 106024000939 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 i

Transcript of MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi...

Page 1: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN

(Studi Analisis Alquran Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

Musyarofah NIM: 106024000939

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010

  

i

Page 2: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN

(Studi Analisis Alquran Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Musyarofah NIM:106024000939

Pembimbing

Dr. H. A. Ismakun Ilyas, MA NIP : 150274620000000000

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010

  

ii

Page 3: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 18 Mei 2010

Musyarofah NIM: 106024000939

  

iii

Page 4: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul”Makna Konotatif dalam Surat Ali-‘Imran (Studi Analisis

Alquran Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy) ” telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

Kamis, 03 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 03 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA Ahmad Saekhuddin, M.Ag. NIP: 195708161994031001 NIP: 197005052000031003

Anggota

Dr. H. A. Ismakun Ilyas, MA. NIP: 15027420000000000

  

iv

Page 5: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

PRAKATA

Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa

melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Penulis, sehingga

karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam

semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, Kanjeng Rasulullah

Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat. Semoga kita mendapatkan

“curahan syafa’atnya” di hari akhir nanti.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas

academica UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul

Chaer, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Drs. Ikhwan Azizi, MA.,

Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah, Ahmad Saekhuddin,

M.Ag.

Terima Kasih yang tak terhingga pula kepada Dr. H. Ismakun Ilyas, MA

yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan serta

memotivasi Penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT

senantiasa membalas segala kebaikan Bapak.

Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Ibu Karlina Helmanita, M.Ag, Bpk.

Syarif Hidayatullah, M.Hum, Bpk. Dr. Syukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abubakar,

MA, Bpk. Drs. A. Syatibi, M.Ag, dan lainnya. Terima kasih yang tak terhingga.

Semoga ilmu yang Penulis dapatkan menjadi manfaat di kemudian hari.

  

v

Page 6: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Penghormatan serta ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada Kedua

Orang Tua Penulis, Ayahanda terhebat Ismail dan Ibunda terkasih Nur

Khotimah, merekalah yang menjadi motivasi penulis dalam menggapai semua

mimpi serta orang yang selalu mencintai penulis apa adanya.

Kepada sahabat terbaik penulis Elqie, terima kasih untuk semua

kebaikannya dan kebersamaannya hingga detik ini, dan untuk Ira dan Uswah

yang selalu ada saat penulis membutuhkan bantuan dan dukungan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kawan seperjuangan di

Tarjamah Angkatan 2006, kepada Yatmi dan Ade Ernawati yang telah bersedia

menemani penulis baik suka dan duka dalam meyelesaikan skripsi ini dan

mengisi kebersamaan dengan penulis selama di kampus ini semoga kebersamaan

itu tetap ada dan membawa kesan yang baik. Kemudian kepada Melly Amelia,

Yuli, dan Wulandari yang selalu memberikan bantuan laptop dan kesediaan

mereka saat dibutuhkan. Juga tak lupa kepada Nubzatus Saniyah, Khairunnisa,

Siti Hamidah, dan Elida Syarifah yang telah berbagi informasi dan pengalaman

mereka serta mewarnai kehidupan penulis selama menjadi mahasiswi Tarjamah.

Selain itu tak lupa juga kepada Rina, Yuyun, Yum, Leni, Fuad, Komeri, Suti,

Novita, Ruston, Cholish, dan Daus yang senantiasa menjadi teman yang

menyenangkan dan memberikan kontribusi berarti bagi penulis yang berguna

untuk masa depan penulis dan tanpa mereka, penulis pastinya sudah menjadi

satu-satunya mahasiswi tarjamah untuk angkatan 2006, serta teman-teman BEM-J

Tarjamah dan juga kepada seluruh Kakak kelas dan adik kelas sehingga Penulis

bangga menjadi salah satu mahasiswi Tarjamah.

  

vi

Page 7: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi

semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk

interpretasi yang lebih baik lagi.

Jakarta, 03 Juni 2010

Penulis

  

vii

Page 8: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

ABSTRAK

Musyarofah, “Makna Konotatif dalam Surat Ali-‘Imran(Studi Analisis Terhadap Alquran Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy)”, Jakarta: Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Syarif Hidayatullah, 2010

Penerjemahan merupakan kegiatan mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun konteks. Idealnya terjemahan tidak akan dirasakan sebagai terjemahan. Namun, untuk mereproduksi amanat itu, mau tidak mau, diperlukan penyesuaian makna, maka untuk menunjang itu dibutuhkan pemilihan padanan makna yang sesuai dengan kata yang akan diterjemakan.

Di Indonesia kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia terfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci Alquran, Hadits, dan Tafsir hingga buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan yang menelaah aneka pemikiran keislaman. Salah satu Alquran terjemahan yang dihasilkan oleh para Ulama Indonesia adalah milik Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Alquran terjemahan menjadi sarana terpenting bagi masyarkat non Arab untuk mengetahui isi kandungan Alquran dan menjadi acuan mereka dalam mempelajari dalil hukum-hukum islam. Tidak mudah memahami semua isi kandungan Alquran karena banyaknya makna kata yang membutuhkan interpretasi yang sesuai dengan konteks dimana ayat tersebut diturunkan, oleh karena itu dibutuhkan seorang ahli yang dapat menterjemahkan Alquran sesuai dengan maksud dari kandungan Alquran sehingga para pembaca Alquran terjemahan mengerti isi kandungan Alquran. Selain berhubungan dengan konteks yang harus disesuaikan ayat-ayat Alquran juga terdiri dari kata-kata yang mengandung nilai-nilai konotasi sehingga dibutuhkan sebuah analisis yang harus memadai dalam menterjemahkannya.

Yang jadi permasalahan, hasil terjemahan dari terjemahan Alquran Hasbi Ash-Shiddieqy ini menurut Penulis masih ada yang kurang tepat. Misalnya, penggunaan padanan yang kurang nyaman dibaca oleh kalangan pembaca Indonesia, terutama yang berkaitan dengan makna konotatif sendiri yang dapat membingungkan pembaca dan penggunaan gaya terjemahan harfiah yang mendominasi sehingga hasil terjemahan kurang enak untuk dibaca.

Penulis menarik Kesimpulan bahwa hasil terjemahan Alquran Hasbi Ash-Shiddieqy masih memerlukan koreksi kembali. Padanan makna kata yang berhubungan dengan konotasi perlu dikaji ulang agar hasil terjemahan lebih baik dan lebih enak dibaca.

  

viii

Page 9: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin t ط ا

z ظ b ب

‘ ع t ت gh غ ts ث f ف j جh ح q ق

k ك kh خ l ل d د m م dz ذ n ن r ر w و z ز h ة s س ` ء sy شs ص y ي

d ض

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ---- A Fathah

---- I Kasrah ----- U Dammah

  

ix

Page 10: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ي--- Ai a dan i و--- Au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ----ا/ي Â a dengan topi di atas

ي---- Î i dengan topi di atas و--- Û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata

  

x

Page 11: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara tarîqah طريقة 1 al-jâmi’ah al-islâmiyah الجامعة اإلسالمية 23 wihdat al-wujûd وحدة الوجود

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.

  

xi

Page 12: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… ii

PERNYATAAN………………………………………………………... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN……………………………………. iv

PRAKATA……………………………………………………………… v

ABSTRAK………………………………………………………………. viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN……………………….. ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………… 5

D. Tinjauan Pustaka………………………………………………….. 5

E. Metodologi Penelitian…………………………………………….. 6

F. Sistematika Penulisan……………………………………………... 6

BAB II KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

1. Definisi Terjemahan……………………………………………… 8

2. Jenis-jenis Penerjemahan…………………………………............. 13

  

xii

Page 13: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

3. Macam-macam Terjemahan Alquran…………………………….. 17

4. Langkah-langkah menerjemahan…………………………………. 19

5. Syarat-syarat Penerjemah…………………………………………. 21

B. Wawasan Semantik

1. Pengertian Semantik……………………………………………… 25

2. Jenis-jenis Semantik……………………………………………… 26

C. Makna

1. Pengertian Makna………………………………………………... 28

2. Aspek-aspek Makna…………………………………………….. 30

3. Jenis-jenis Makna……………………………………………….. 31

4. Pergeseran Dan Perubahan Makna……………………………… 33

D. Makna Konotatif

1. Pengertian Makna Konotatif……………………………………. 35

2. Ragam Konotasi………………………………………………… 35

3. Turun dan Naiknya Konotasi…………………………………… 39

4. Fungsi Makna Konotatif……………………………………….. 40

BAB III Riwayat Hidup Hasbi Ash-Shiddieqy

A. Biografi Hasbi Ash-Shiddieqy

1. Kelahiran, Pendidikan, dan Wafatnya………………………… 42

2. Pemikiran Hasbi Ash-Shiddieqy……………………………… 44

B. Karya-karya Hasbi Ash-Shiddieqy………………………............ 48

  

xiii

Page 14: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

  

xiv

BAB IV ANALISIS MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT AL-‘IMRAN

A. Gambaran Surat Al-‘Imran…………………………………….. 50

B. Metode Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy……………………. 50

C. Analisis Makna Konotatif……………………………………… 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………. 66

B. Saran-saran……………………………………………………. 66

DAFTAR PUTAKA…………………………………………………. 68

Page 15: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi siapa pun, karena ia

menjadi sarana terpenting dalam menyampaikan informasi atau apa yang ada

dalam pikiran kita. Oleh karena itu, bahasa harus dapat dipahami dengan baik

oleh penggunanya. Pemakaian bahasa tidak semudah saat kita

menggunakannya sehari-hari, karena banyaknya ragam bahasa yang ada di

dunia ini adakalanya saat menggunakan bahasa kita harus memperhatikan juga

aspek-aspek di luar bahasa yang diantaranya; Siapa orang yang kita ajak

berbahasa, latar belakang kebudayaan bahasa tertentu, dan dimana kita

berbahasa.

Dalam berbahasa kata adalah unsur terpenting dalam kalimat, kata itu

mempunyai makna atau arti.1 Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam

semantik, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa makna berarti segala

informasi yang berkaitan erat dengan suatu ujaran. Bila kata dalam kalimat

digunakan secara tidak tepat maka maksud kalimat akan terganggu. Mungkin

kalimat menjadi kurang jelas artinya, mungkin tanggapan pendengar atau

pembaca akan lain dari yang dimaksud oleh si pembicara atau si penulis, atau

mungkin kalimat itu tidak dapat dipahami.2 Namun sedikit sekali orang yang

memperhatikan semantik saat menggunakan bahasa, mereka lebih cenderung

memfokuskan pada masalah sintaksis dan gramatikal saja. Padahal makna

1 J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, (Jakarta, 1995) , h. 50 2 Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, h. 51

1

Page 16: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

adalah hal yang amat sensitif dalam berbahasa, berapa banyak kesalahan fatal

yang dilakukan seseorang karena ia salah menggunakan atau menafsirkan

makna tertentu.

Diantara makna yang terdapat ilmu semantik terdapat dua macam

makna, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah

“makna yang wajar, yang asli, makna sesuai dengan kenyataannya.”3 Makna

denotatif ini bersifat obyektif sedangkan makna konotatif adalah “makna yang

wajar tadi telah memperoleh tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu, nilai

tertentu, dengan rangsangan tertentu pula yang bervariasi dan tak terduga

pula.”4 Makna konotatif inilah makna yang tidak mudah dipahami. Sedangkan

dalam keterangan lain diterangkan bahwa makna denotatif adalah makna asli,

makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem dan

makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif

tadi yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau sekelompok orang

yang menggunakan kata tersebut.5

Pada penelitian ini, penulis akan meneliti salah satu dari dua makna

tersebut, yaitu makna konotasi. Dengan definisi di atas, dapat diketahui bahwa

konotasi adalah makna yang mempunyai nilai rasa, jadi konotasi muncul

karena adanya nilai rasa pada sebuah kata atau sekelompok kata. Adapun nilai

rasa yang dimaksud adalah rangsangan yang mempengaruhi panca indera,

perasaan, sikap dan penilaian. Rangsangan ini dapat bersifat individual

ataupun kolektif dan terkadang berdasarkan pengalaman. Makna konotatif

3 J. D Parera, Teori Semantik, ( Jakarta: Erlangga, 2004), cet. 2. h. 97 4 Parera, Teori Semantik, h. 98 5 Abdul chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h. 292.

2

Page 17: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

mengandung beberapa nilai rasa yaitu, nilai rasa positif, nilai rasa negatif dan

terkadang mengandung nilai rasa netral. Untuk memahami ketiga nilai rasa

tersebut, berikut penulis kemukakan tiga contoh yang mengandung seluruh

nilai rasa konotasi.

1. Pak Kumis, tetangga sebelah, berbadan gembrot.

2. Ibu Pinah, penjual ikan di pasar Kramat Jati, berbadan besar.

3. 3.Lisa, mahasiswi semester tujuh, berbadan gemuk.

Pada ketiga contoh kalimat di atas, kata gembrot, besar, dan gemuk

adalah sinonim yang memiliki makna “kelebihan lemak” atau “tidak

langsing”. Tapi, ketiga contoh tersebut memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata

gembrot memiliki nilai rasa negatif, kata gendut memiliki nilai rasa positif dan

kata gemuk memiliki nilai rasa netral. Ketiga contoh makna konotatif tersebut

adalah sebagian contoh yang terdapat dalam bahasa Indonesia, sedangkan

dalam bahasa Arab juga ada kalimat-kalimat atau kata-kata yang juga

mengandung makna konotatif. Diantaranya adalah:

آاألنثىواهللا اعلم بما و ضعت وليس الذآر .1

“Dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki

tidaklah seperti anak perempuan.”6

مطهرة وازواجخلدين فيها .2

“mereka kekal di dalamnya dan (dikarunia)pasangan-pasangan yang suci.”7

يرى نفسه مرآزا للعالم والتاريخ لغربا .3

6 Hasbi Ash shiddiqieqy, Tafsir Al-Bayan, (Semarang:PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), h.

40 7 Ash-Shiddieqy, h. 15

3

Page 18: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

“Barat memandang dirinya sebagai pusat dunia dan pusat sejarah.”8

Ketiga contoh di atas yang berasal dari bahasa Arab juga

mengandung makna konotasi yaitu; kata ,memiliki nilai rasa negatif أنثى

sebenarnya kalimat pada nomor satu telah mengandung makna yang

menunjukkan adanya kesenjangan gender tapi dengan menerjemahkan anak

perempuan pada kata tersebut lebih menambah nilai rasa negatif pada kata itu

sendiri, kata اج ازو memiliki nilai rasa positif, penggunaan kata pasangan-

pasangan dalam menerjemhkan kata tersebut telah memberi kandungan

makna yang bersifat universal daripada penggunaan kata isteri-isteri yang

banyak digunakan oleh terjemahan Alquran pada umumnya, dan kata الغرب

juga memiliki nilai rasa negatif. Kata barat sangat identik sekali dengan

Amerika dan sekutu-sekutunya, meski demikian kata barat sudah tidak lagi

mengacu kepada persoalan geografis tetapi lebih kepada persoalan sosialis,

kini kata tersebut lebih mengacu pada Amerika, Eropa, dan Australia.

Dalam contoh di atas, penulis menemukan keunikan makna kata yang

terkandung dalam makna konotatif, dan keunikan inilah yang mendorong

penulis untuk meneliti makna konotaif baik dari segi bahasa Indonesia

maupun dari segi bahasa Arab. Adapun mengapa kedua bahasa tersebut, itu

karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang sering digunakan penulis dan

bahasa Arab adalah karena bahasa tersebut menjadi studi kajian penulis

selama menjadi mahasiswi di jurusan Tarjamah. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk meneliti makna konotatif yang terdapat dalam surah Al-‘Imran.

8 Ibnu Burdah, menjadi penerjemah (metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab),

(Yogyakarta; Tiara Wacana Yogya, 2004), cet. 1. h. 90

4

Page 19: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Penelitian ini penulis beri judul: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT

ALI-‘IMRAN (Analisis terhadap Alquran Terjemahan Hasbi Ash

shddiqieqy).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada ayat-ayat Alquran banyak sekali makna yang terkandung di

dalamnya, namun pada penelitian ini penulis membatasinya pada makna

konotatif dalam surah Ali-‘Imran terjemahan Alquran Hasbi Ash-shiddieqy.

Adapun perumusan yang dilakukan berkisar tentang :

1. Apakah penerjemahan makna konotatif dalam surat Ali-‘Imran sudah

tepat?

2. Bagaimana menerjemahkan makna konotatif yang baik dari ayat-ayat

Alquran ke bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ketepatan penerjemahan makna konotatif dalam surat

Ali-‘Imran

2. Untuk mengetahui penerjemahan makna konotatif yang baik dari ayat-ayat

Alquran ke bahasa Indonesia

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini dari hasil observasi penulis, penelitian mengenai makna

konotatif hanya dilakukan oleh satu orang saja yaitu, Aulia Azhar

Mutaqin(2006) dengan judul makna konotatif dalam surat Al-Baqarah(studi

analisis Alquran terjemahan al-Jumanatul ‘Aliy). Hal ini pula yang

5

Page 20: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang sama, namun berbeda

studi analisis yaitu dengan menggunakan Alquran Hasbi Ashshidieqy dalam

surat Ali-‘Imran. Tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan yang lebih

luas mengenai makna konotatif yang terdapat dalam Alquran, sehingga dapat

memberikan kontribusi yang berarti bagi pembaca atau pun peneliti

selanjutnya khususnya mahasiswa tarjamah.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah

metode analisis deskriptif, yaitu dengan memaparkan terlebih dahulu

mengenai makna konotatif kemudian menganalisa terjemahan makna

konotatif pada surat Al-‘Imran setelah itu membandingkan dan membedakan

dua konsep tersebut dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Adapun tekhnik yang digunakan oleh penulis dalam menyusun

penelitian ini dan guna menghindari kesalahan dalam penulisan. Penulis

berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang

disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I terdiri

dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan masalah, Tujuan

dan Manfaat masalah, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

6

Page 21: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

7

Bab II memaparkan gambaran umum penerjemahan yang terdiri dari

Definisi Penerjemahan, Jenis-jenis Penerjemahan, Macam-macam Terjemahan

Alquran, Langkah-langkah Menerjemahkan, dan Syarat-syarat Penerjemah.

Pada bab ini juga dibahas mengenai semantik yang mencakup beberapa sub

pembahasan yaitu, Pengertian Semantik, Jenis-jenis dan Semantik. Selain itu,

untuk membantu penulis melakukan analisa pada bab ini juga membahas

tentang makna yang mencakup Pengertian Makna, Aspek-aspek Makna, Jenis-

jenis Makna, serta Pergeseran dan Perubahan Makna. Selanjutnya sebagai

acuan dalam menganalisa permasalahan pada skripsi ini, penulis harus

memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan makna konotatif yang terdiri dari

Pengertian Makna Konotatif, Ragam Konotasi, Turun dan Naiknnya Konotasi,

dan Fungsi Makna. Semua pembahasan yang ada ada bab ini akan menjadi

alat analisis pada bab IV.

Bab III membahas Riwayat Hidup Hasbi Ash-Shiddieqy yang terdiri

dari Kelahirannya, pendidikannya, Wafatnya, dan Pemikirannya.

Bab IV Berupa analisis Makna Konotatif dalam Alquran Terjemahan

Hasbi Ashshiddieqy Surat Ali-’Imran.

Bab V Terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 22: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

1. Definisi Terjemah

Secara bahasa terjemah (translation) berasal dari kata bahasa Arab

tarjama yutarjimu, artinya menerangkan atau memindahkan perkataan dari

suatu bahasa ke bahasa lainnya. Pelakunya disebut penerjemah (mutarjim).1

Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu

terjemahan. Namun, kata “ilmu” disini berarti teori, metode, tehnik dan

bukannya ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.2 Ada dua pengertian yang

menyangkut kata “terjemahan”. Pertama, terjemahan merupakan proses

kegiatan manusia dalam bidang bahasa (analisis) yang hasilnya merupakan

teks terjemahan (sintesis), kedua, terjemahan hanya sebagai hasil dari proses

kegiatan manusia itu yang hasilnya kita sebut dengan teks terjemahan.3

Namun Rudolf Nababan mengungkapkan tiga pengertian

penerjemahan dan mengelompokkannya menjadi tiga bagian, yaitu lemah,

kuat, dan saling melengkapi.4 Dia mengatakan bahwa proses terjemah

merupakan suatu proses pengubahan suatu teks bahasa sumber ke dalam teks

bahasa sasaran, tetapi Nababan mengatakan bahwa proses tersebut merupakan

kelompok pengertian yang lemah karena ketidakmungkinan seorang

1 Akmaliyah, Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan,( Bandung, N&Z Press,

2007), h. 4 2 Solihen Moentaha, Bahasa dan terjemahan, (Jakarta, Kesaint Blanc, 2006) cet. Pertama,

h. 9 3 Moentaha, Bahasa dan terjemahan, h. 10 4 Akmaliyah, Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan , h. 2

8

Page 23: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

penerjemah menggantikan teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran

dikarenakan struktur kedua bahasa tersebut berbeda. Dia lebih setuju dengan

pendapat Brislin yang mengatakan bahwa penerjemahan mengacu kepada

sebuah proses pengalihan pikiran atau sebuah gagasan dari bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran. Dalam melakukan proses penerjemahan peenerjemah

harus memperhatikan gaya bahasa, karena masing-masing bidang ilmu pada

hakekatnya memiliki gaya bahasa berbeda dalam mengungkapkan pesannya.

Penggunaan kata terjemah sendiri dalam bahasa Arab bukan hanya

berarti memindahkan perkataan dari suatu bahasa ke bahasa lainnya, akan

tetapi terjemah bisa juga berarti riwayat hidup seseorang (bigografi) atau bisa

berarti juga bab atau pasal dalam pembahasan sebuah buku, atau bisa berarti

juga penafsir.5

Sedangakan menurut Widyamartaya menerjemahkan adalah sebagai

memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima

(sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua

mengungkapkan gaya bahasanya.6

Sementara itu menurut Maurits Simatupang menerjemahkan adalah

menglihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa

sasaran dam mewujudkan kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk

sewajar mungkin menurut aturan yang belaku dalam bahasa sasaran. Jadi yang

dialihkan adalah makna bukan bentuk.7

5 Akmaliyah, Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan, h. 6 6 Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta, Kanisius, 1989), h. 11 7 Maurits Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, (Jakarta, Dirjen Dikti Depdiknas,

1992), h. 2

9

Page 24: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Eugene A. Nida dan Charles R Taber memberikan definisi

penerjemahan sebagai berikut:

Translating consists in reproducing in the receptor language the closest

natural equivalent of the source language message, first in terms of

meaning and secondly in terms of style.

Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam

bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya

sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut

maknanya dan kedua menyangkut gayanya.8

Pada buku lain dituliskan bahwa ada dua pengertian yang menyangkut

kata “terjemahan”. Pertama, terjemahan sebagai proses kegiatan manusia di

bidang bahasa yang hasilnya merupakan teks terjemahan. Kedua, terjemahan

hanya sesbagai hasil saja dari proses kegiatan manusia itu. Hasil itu kita sebut

teks terjemahan.9

Catford mendifinisikan penerjemahan sebagai penggantian bahan

kenaskahan dalam suatu bahasa lain (bahasa sasaran).10

Adapun menurut Mary M. F. Massoud penerjemahan tidak cukup

hanya menghasilkan kembali makna yang tepat dalam bahasa yang lain.

Makna tersebut haruslah disampaikan dengan gaya bahasa yang otentik/wajar

dan sekaligus sedekat-dekatnya dengan karya asli. Jadi yang terpenting dalam

penerjemahan yaitu kepentingan pembaca merupakan tujuan utama, maka isi

8 Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, h. 11 9 Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, (Bekasi Timur: Kesaint Blanc, 2006), cet.

pertama, h. 9 10 Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, h. 12

10

Page 25: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

terjemahan seutuh mungkin harus sama dengan karya asli, dan gaya bahasaa

terjemahan terasa wajar bagi pembaca yang dituju.11

Secara definitif mungkin penerjemahan terlihat sederhana namun,

apabila kita melihat pada prosesnya maka tidaklah mudah. Proses

penerjemahan selalu melewati proses interpretasi ulang dari apa yang

dipahami oleh penerjemahan. Dimana proses ini melalui sebuah pencitraan

yaitu gambaran sebuah konsep baik yang berupa peristiwa atau sebuah benda

dan direpresentasi hanya dengan atau beberapa buah kata. Ini disebabkan

karena bahasa merupakan symbol dan sistem penandaan dari dunia nyata.

Menerjemahkan berarti berkomunikasi.12 Maksudnya adalah bahwa

apa yang kita terjemahkan harus bisa dipahami oleh para pembaca dan

alangkah baiknya jika hasil terjemahan tersebut selain dapat dipahami juga

dapat dinikmati, sehingga para pembaca merasa bahwa buku yang dibacanya

merasa bukan hasil terjemahan.

Dari semua definisi yang dipaparkan di atas, semuanya mengandung

pengertian yang sama bahwa menerjemahkan berarti memindahkan sebuah

pesan dari satu bahasa yang satu ke bahasa yang lain dengan mematuhi

kaedah-kaedah kebahasaan tertentu pula.

Sedangkan berdasarkan bukti sejarah tertua tentang aktivitas

penerjemahan pertama dilakukan adalah terjemahan yang terpatri pada batu

Rosetta di sepanjang sungai nil (Mesir), yang ditemukan para arkeolog barat

11 Vero sudiati dan Aloys Widyamartaya. Panggilan menjadi penerjemah,

(Yogyakarta:Pustaka Widyatama. 2005), h. 7 12 Sadtono, pedoman penerjemahan, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985), h. vii

11

Page 26: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

tahun 1799 M. Pada batu itu terpahat tulisan Mesir Kuno Hiroglyf dengan

terjemahannya dalam bahasa Yunani Kuno.13

Kegiatan terjemah juga dikerjakan oleh bangsa Yahudi sekitar 397SM

tahun, atau tahun 445 SM dalam catatan sejarah yang lain. Masyarakat

Nehemiah biasa dikumpulkan di alun-alun kota untuk mendengarkan berbagai

penjelasan hukum. Masyarakat asing yang tidak mengenal bahasa Ibrani

kemudian dapat mendengarkan terjemahannya dalam bahasa Aramaika,

bahasa yang dipergunakan secara luas di Mediterania.14

Penerjemahan interlingual karya sastra Eropa yang pertama kali

dikerjakan oleh Livius Adronicus yang menerjemahkan naskah

karyanHomerus, Odyssey dari bahasa Yunani kuno ke dalam bahasa Latin dan

Naevius. Kemudian Ennius menerjemahkan naskah-naskah Yunani kuno

karya Euripides, dan yang paling terkenal sangat produktif pada masa itu

adalah Cicero dan catulus dalam menerjemahkan naskah-naskah Yunani ke

dalam bahasa Latin. Kemudian pada tahun 384 SM, Paus Damasus

memerintahkan Jerome untuk menerjemahkan kitab suci Perjanjian Baru ke

dalam bahasa Latin, dikarenakan terjemahan lama yang telah diterjemahkan

oleh pendahulunya terasa kaku dan buruk, dia menyuruh Jerome untuk

menerjemahkannya dengan menggunakan penerjemahan bebas. 15

Sekitar abad ke-7, Baghdad menjadi kota yang paling banyak

melakukan kegiatan penerjemahan terhadap karya-karya filsafat klasik

13 Suhendra Yusuf, teori Terjemah, (Bandung: Mandar Maju, 1999), h. 32-33 14 Eko sutyo Humanika, Mesin Penerjemah: Sebuah Tinjauan Linguistik, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2003), h. 4 15 Yusuf, Teori Terjemah, h. 34

12

Page 27: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Aritoteles, Galen, Hipocrates, Plato, dan lain-lainnya ke dalam bahasa Arab.

Sebab itulah kota Baghdad dikenal dengan sebutan kota ilmu pengetahuan,

kota kebudayaan, kota seribu malam, dan juga sebagai kota terjemah.

Kemudia sekitar tahun 1236M kegiatan ilmiiah pindah ke barat setelah

sebelumnya kota Baghdad diserbu oleh bangsa Barbar dari Mongolia. Jika

Baghdad dikenal dengan kota terjemah, maka Teledo di Spanyol dikenal

sebagai kota penerjemah.

Menurut sejarah, penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Eropa

dimulai pada abad ke-12 yang dilakukan oleh Riobert de Ratines, terjemahan

ini pula yang dijadikan acuan dalam menerjemahkan al-Qur’an ke dalam

bahasa Inggris. 16

Di Indonesia, terjemahan telah dilakukan sejak abad ke-4 Masehi,

karena pada masa itu telah sampai kepada kita keterangan-keterangan tertulis

prasasti yang tergoreskan pada batu yang dikemukakan di Kutai, Kalimantan

Timur, dari raja Mulawarman, dan di Jawa Barat dari raja Purnawarman.17

2. Jenis-jenis Penerjemahan

Sebelum memaparkan jenis-jenis penerjemahan sebaiknya kita

mengetahui bahwa pada umumnya tujuan yang berbeda menentukan

pendekatan yang berbeda pula, dan pendekatan yang berbeda akan

menghasilkan jenis terjemahan yang berbeda pula.

16 Yusuf, Teori Terjemah, h. 35 17Akmaliyah, Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan, h. 27

13

Page 28: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Menurut Daud H. Soesilo ada empata jenis pendekatan: 18

a. Pendekatan filologis, pendekatan ini berfokus pada bahasa/budaya

sumber

b. Pendekatan linguistik, berfokus pada kesepadanan bentuk dan

makna antar bahasa sumber dan bahasa sasaran

c. Pendekatan komunikatif, berfokus pada komunikasi/pembaca

terjemahan

d. Pendekatan sosiosemioka, pendekatan yang terakhir ini berfokus

pada segala segi komunikasi antar bahasa: cirri-ciri lambang

linguistik, jenis huruf, jenis gambar, jenis kertas, dll

Para ahli membagi kegiatan penerjemahan berbeda-beda, seperti Nida

dan Taber membagi terjemahan menjadi terjemahan harfiah dan dinamis,

Larson membaginya menjadi terjemahan yang berdasarkan makna (meaning-

based translation) dan terjemahan yang berdasarkan bentuk (form-based

translation). Sedangkan Mariuts Simatupang membagi dalam dua bagian

besar, yaitu terjemahan harfiah (literal translation) dan penerjemahan yang

tidak harfiah/terjemahan bebas (non literal translation/free translation).19

Dalam literature barat, metode penerjemahan diklasifikasikan secara

lebih rinci. New mark misalnya, memandang bahwa metode penerjemahan

dapat dikritik dari segi penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa

18 Sudiati dan Widyamartaya, Panggilan menjadi penerjemah, h. 13 19 Maurits simatupang, Pengantar Teori Terjemahan h. 2

14

Page 29: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

sasaran. Penekanan terhadap bahasa sumber melahirkan 8 metode terjemahan

sebagai berikut.20

1. Penerjemahan kata demi kata

Pada penerjemahan ini kata diterjemahkan satu persatu dengan

makna yang paling umum tanpa memperhatikan konteks pemakaiannya.

Urutan kata bahasa dijaga dan dipertahankan. Biasanya penerjemahan ini

digunakan sebagai langkah awal dari proses penerjemahan yang bertujuan

untuk melihat cara operasi bahasa sumber serta memecahkan kesukaran

nas.

Contoh: و عندي ثالثة أقالم artinya; Dan di sisiku tiga bolpoin.

2. Penerjemah harfiah

Metode ini digunakan dengan menkonversi gramatika bahasa

sumber ke dalam konstruksi bahasa sasaran yang paling dekat, sedangkan

kata-katanya tetap diterjemahkan satu persatu. Metode ini digunakan oleh

DEPAG dalam menerjemahkan Alquran.

Contoh: جاء رجل من رجال البر واإلحسان إلى بندو نج لمساعدة ضحايا الزلزل

Artinya; Datang seorang laki-laki baik ke bandung untuk membantu

korban-korban goncangan.21

3. Penerjemahan setia

Metode ini berusaha untuk menghasilkan makna konseptual bahasa

sumber ke dalam struktur bahasa sasaran setepat mungkin. Metode ini

setia dengan tujuan penulis.

20 Syihabuddin, penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek),(Bandung:HUMANIORA, 2005), h. 71

21 Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h. 113

15

Page 30: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Contoh: هو آثير الرماد artinya; Dia dermawan karena banyak abunya.22

4. Penerjemahan semantis

Penggunaan metode ini sangat fleksibel serta memberikan

kebebasan kepada penerjemaha dalam berkreatifitas dan menggunakan

intuisinya.

Contoh: ذاالوجهين امام البيت artinya; Aku melihat si muka dua di depan رأيت

kelas.

5. Penerjemahan adaptasi

Diantara semua metode penerjemahan yang ada penerjemahan

adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas, karena pada

metode ini penerjemah boleh mengubah kultur bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran. Metode ini sering digunakan untuk menerjemahkan naskah

drama dan puisi. Meski demikian, penerjemahan adaptasi tetap

mempertahankan tema, karakter, dan alur cerita bahasa sasaran.

Contoh: بعيدا ال تخطو قدم عند الينابيع بأعلي النهر عاشت artinya; Dia hidup jauh

dari jangkauan, di atas gemericik air sungai yang terdengar jernih.23

6. Penerjemahan bebas

Penerjemahan ini lebih bersifat parafrastik karena mengungkapkan

maksud bahasa sumber dengan menggunakan ungkapan penerjemah

sendiri dalam bahasa sasaran, sehingga terkadang terjemahannya lebih

panjang daripada teks aslinya.

Contoh: صول لحياة الناس اجمعين الفسادأن المال أصل عظيم من أ artinya; Harta

sumber malapetaka.24

22 Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h.114 23 Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h.114

16

Page 31: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

7. Penerjemahan idiomatis

Pada penerjemahan idiomatis ini hasil terjemahannya cenderung

mengubah nuansa makna karena penerjemahnya sering menampilkan

idiom-idiom atau kolokasi yang tidak terdapat pada naskah bahasa

sumbernya.

Contoh: وماالذة إال بعد التعب artinya; Berakit-rakit ke hulu, berenang ke

tepian.25

8. Penerjemahan komunikatif.

Penerjemahan ini digunakan untuk menyampaikan makna

kontekstual teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan suatu

cara sehingga pesannya dapat dimengerti olen pembaca.

Contoh: نتطور من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة artinya; Kita tumbuh dari mani,

lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging.26

3. Macam-macam Terjemahan al-Qur’an

Al-Shabuni mengatakan, mengalihkan Alquran kepada bahasa asing

selain bahasa arab dan terjemahan, dicetak dengan maksud agar dapat dikaji

oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab sehingga memudahkan

mereka untuk memahami maksud dari firman Allah dengan bantuan

terjemahan tersebut.27 Muhammad Mansur membagikan penerjemahn

Alquran menjadi tiga bagian:28

24 Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h. 114 25 Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h.115 26 Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h.115 27 Muhammad Ali al-Shabuni, al Tibyan fi ‘Ulum Alquran,(Beirut:Alam al Kutub, 1985),

h. 205 28 al-Shabuni, al-Tibyan fi ‘Ulum Alquran, h. 206

17

Page 32: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

a. Terjemahan Harfiah

b. Terjemahan Tafsiriyah

c. Terjemahan Maknawiyah

Menerjemahkan Alquran merupakan pekerjaan yang paling sulit bagi

seorng penerjemah karena berhubungan erat dengan maksud sang

penciptanya-Allah- dan ini tidaklah mudah mengingat kandungan yang

terdapat dalam Alquran sangat kompleks terutama yang berhubungan dengan

akidah. Sebab itulah banyak para ulama bahkan sampai sekarang yang sangat

takut atau khawatir dalam menerjemahkan Alquran sehingga karena

kekhawatiannya tersebut mereka menerjemahkan Alquran dengan

menggunakan metode kata demi kata atau harfiah, ini dilakukan guna

menghindari penyelewangan makna atau pesan yang tidak diinginkan. Maka

jangan heran, apabila kita sering membaca terjemahan Alquran terasa kaku

dan kurang mudah dipahami.

Perlu diketahui bahwa redaksi Alquran tidak dapat dijangkau secara

pasti, kecuali Allah sendiri. Hal ini menghasilkan keanekaragaman

penerjemah maupun penafsir. Bahkan para sahabat nabi pun sering berbeda

pendapat dalam menerjemahkan dan menefsirkan serta menangkap-

menangkap firman Allah.29

Selain metode penerjemahan Alquran yang telah dikemukakan di atas.

Para ulama al-Azhar pun merekomendasikan sebuah metode penafsiran makna

Alquran. Metode diuraikan dalam langkah-langkah sebagai berikut.

29 M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung: Mizan, 1997), h. 75

18

Page 33: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

a. Membahas sebab turunnya ayat, menafsirkan sebuah ayat dengan

Hadits atau perkataan para sahabat dan pilihlah riwayat yang paling

shahih.

b. Membahas kosa kata Alquran secara lughawi serta melihat

karakteristik ayat yang akan ditafsirkan dari segi balaghah.

c. Membahas semua pendapat para ulama tafsir dan memilih pendapat

yang paling kuat. 30

4. Langkah-langkah Menerjemahkan

Dr. Ronald H. Bathgate mengemukakan tujuh unsur, langkah, atau

bagian integral dari proses penerjemahan sebagai berikut:

a. Tuning (Penjajagan)

b. Analysis (Penguraian)

c. Understanding (Pemahaman)

d. Terminology (Peristilahan)

e. Restructuring (Perakitan)

f. Checking (Pengecekan)

g. Discussion (Pembicaraan).31

1) Penjajagan. Pada proses ini seorang penerjemah dituntut untuk

melakukan tuning terlebih dahulu sebelum melakukan penerjemahan

yaitu menjajagi bahan yang akan diterjemahkan baik dari segi makna

ataupun gaya bahasanya.

30 Syihabuddin, penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), h. 175 31 Akmaliyah, Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan, h. 71-75

19

Page 34: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

2) Penguraian. Setelah melakukan proses penjajagan, penerjemah perlu

melakukann analisis, yaitu dengan mengurai tiap kalimat bahasa

sumber ke dalam satuan-satuan berupa kata-kata atau frase-frase,

langkah tersebut dilakukan guna memudahkan penerjemah dalam

melihat hubungan-hubungan antara unsure-unsur dalam bagian teks

yang lebih besar sehngga memudahkan penerjemah untuk menciptakan

konsistensi dalam terjemahannya.

3) Pemahaman. Selanjutnya seorang penerjemah harus dapat menangkap

gagasan utama tiap pragraf dan ide-ide pendukungnya serta

pengembangnya; ia harus menangkap hubungan gagasan satu sama

lain dalam tiap paragraf dan antar paragraf. Seorang penerjemah yang

ideal adalah seseorang yang sebidang ilmu dengan pengarang yang

akan diterjemahkannya.

4) Peristalahan. Kemudian setelah melakukan pemahaman pada sebuah

teks penerjemah harus berpikir untuk mengungkapkan isinya ke dalam

bahasa sasaran. Terutama ia harus menemukan istilah-istilah,

ungkapan-ungkapan dalam bahasa sasaran yang tepat, cermat, dan

selaras.

5) Perakitan (Restructing, al-Tarkib). Tahap dimulai dengan merakit atau

menyusun kalimat terjemahan dengan wajar dan efektif berdasarkan

aturan makna dan gaya bahasa sasaran yang sesuai dengan bahasa

sumber.

20

Page 35: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

6) Pengecekan (Checking, al-Taqwim). Yaitu melakukan pengecekan

penggunaan kata dan tanda baca serta susunan kalimat yang

digunakan. Pada tahap ini boleh dilakukan orang lain atau editor.

7) Pembicaraan (Discussion, al-Mubahatsah). Ialah melakukan

pembahasan dengan orang lain mengenai hasil terjemahan kita,

sebaiknya pada tahap ini jangan melibatkan banyak orang karena akan

terlalu banyak pendapat yang masuk.

5. Syarat-syarat Penerjemah

Kualitas penerjemah berdampak pada kualitas terjemahan. Penerjemah

berkualitas buruk akan menghasilkan terjemahan yang buruk. Karena seorang

penerjemah tidak dapat menerjemahkan naskah untuk segala bidang.

Penerjemah harus menguasai pengetahuan umum, seperti tentang kehidupan

social, politik, ekonomi, budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan.

Penerjemah yang berspesialisasi, misalnya hokum, teknik, atau kedokteran,

harus menguasai subtansi yang diterjemahkan.32

Syarif Hidayatullah memaparkan cara menanggulangi penerjemah

berkualitas buruk, yaitu:

Pertama, etik. Salah satu butir kode etik Himpunan Penerjemah

Indonesia menyebutkan penerjemah tidak dibenarkan menerima pekerjaan

penerjemah yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Kedua,

peningkatan diri. Penerjemah harus selalu meningkatkan dan memperluas

serta menyegarkan pengetahuannya. Ketiga,perguruan tinggi harus

32 Moch. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, (Jakarta, Tp, 2007), h. 3

21

Page 36: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

berperan sebagai tempat mengembangkan program latihan disamping

program pendidika formal di jenjang pasca sarjana (spesialis atau

magister). Keempat, HPI sedang membina para penerjemah dengan

pendidikan non formal untuk meningkatkan kualitas. Keenam,

pengembangan karir penerjemah harus mendapat dorongan dari

masyarakat pengguna.33

Berikut beberapa syarat untuk menjadi penerjemah yang baik menurut

Bathgate.34 Diantaranya yaitu:

a. Penerjemah dituntut untuk benar-benar menguasai bahasa sumber dan

bahasa sasaran.

b. Penerjemah harus memahami bahan yang akan diterjemahkannya,

alangkah baiknya jika sesuai dengan bidang yang ia kuasai.

c. Penerjemah harus memiliki kemampua menulis yang baik.

d. Penerjemah dituntut untuk dapat bekerja dengan teliti dan cermat

terutama dalam diksi.

e. Penerjemah juga diharapkan untuk memiliki kerendahan hati untuk

berkonsultasi atau sharing dengan orang lain, jika ia ragu-g-ragu dalam

menerjemahkan sesuatu.

f. Penerjemah memiliki pengalaman dalam menefsirkan

Sementara Machali, ia menggunakan istilah perangkat untuk

pengetahuan dan keterampilan penerjemah ini. Perangkat itu sendiri menurut

Machali dibedakan menjadi perangkat intelektual dan perangkat praktis.

33Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, h. 3-4 34Sudiati dan Widyamartaya, Panggilan menjadi penerjema, h. 11-12

22

Page 37: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Perangkat intelektual mencakup: (a) kemampuan yang baik dalam Bsu; (b)

kemampuan yang baik dalam Bsa; (c) pengetahuan mengenai pokok masalah

yang diterjemahkan; (d) penerapan pengetahuan yang dimiliki; dan (e)

keterampilan. Sementara perangkat praktis berupa (a) kemampuan

menggunakan sumber-sumber rujukan (kamus manual maupun elektronik,

narasumber, dll); dan (b) kemampuan mengenali konteks suatu teks.35

Pada buku lain dituliskan bahwa setidaknya seorang penerjemah yanga

baik memenuhi empat syarat dasar, yaitu:36

(1) Memiliki pengetahuan umum

(2) Memelihara pengetahuannya dengan banyak membaca dan

menyerap informasi.

(3) Mempunyai kecerdasan, kemampuan untuk melakukan analogi, dan

kemampuan dalam memahami taks dan wacana.

(4) Memiliki keterampilan retorika yang dapat dilatih dan dikembangkan

dengan banyak membaca, mendengarkan, dan menulis.

Sedangkan dalam menerjemahkan ayat-ayat Alquran seorang

penerjemah harus memperhatikan beberapa kaedah atau aturan yang pernah

difatwakan oleh al-Azhar berkenaan dengan penerjemahan Alquran ke bahasa

asing dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah itu.37

35 http://callhavid.wordpress.com/my-articles/05-persamaan-dan-perbedaan-

penerjemahan-tulis-dan-lisan-, diakses pada tanggal 5 maret 2010 36 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan( Jakarta: PT. Dunia Pustaka

Jaya, 2006), cet. 1, h. 115 37Syihabuddin, penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), h. 174-175

23

Page 38: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

a. Ketika menafsirkan ayat Alquran sebisa mungkin hindari istilah-istilah

ilmiah.

b. Tidak boleh menyuguhkan pandangan-pandangan ilmiah.

c. Apabila memerlukan penelitian ilmiah pada sebuah ayat sebaiknya

dibentuk sebuah komisi yang bertugas melakukan itu kemudian

menempatkannya sebagai catatan terhadap tafsiran yang telah

diberikan.

d. Komisi hanya boleh tunduk kepada sesuatu yang dikemukakan oleh

sebuah ayat dan tidak boleah terikat pada madzhab fiqih atau teologi

tertentu.

e. Tidak boleh melakukan pemaksaan dalam mengaitkan ayat atau surat

yang satu dengan yang lainnya.

f. Sebaiknya menuliskan sebab-sebab turunnya ayat yang sangat berguna

untuk menambah pemahaman pembaca akan makna suatu ayat.

g. Pada permulaan surat disajikan hal-hal yang berhubungan dengan

masalah surat mengenai penggolongan Makiyyah atau Madaniyah

h. Sebuah tafsir atau terjemahan sebaiknya didahului dengan pengantar

yang mencakup pengertian Alquran, kandungan utama Alquran, dan

metode yang digunakan.

24

Page 39: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

B. WAWASAN SEMANTIK

1. Pengertian Semantik

Secara singkat dan popular dapatlah kita katakana bahwa “semantik

adalah telaah mengenai makna”.38

Istilah semantik dapat dipakai dalam pengertian luas dan sempit.

Berikut kita bahas satu persatu secara singkat. Dalam pengertian luas,

semantik dapat terbagi dalam tiga pokok bahasan, yaitu:

a. Sintaksis menelaah hubungan-hubungan formal antara tanda-tanda satu

sama lain.

b. Semantik menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan obyek-obyek

yang merupakan wadah dari penerapan tanda-tanda tersebut.

c. Pragmatik menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan para

penafsir.39

Dalam bahasa Arab, semantik dinamakan dengan ‘Ilmu al-Dalalah’

yang berarti العلم الذي يدرس المعنى (Ilmu yang mempelajari makna).40 Selain

itu, semantik disebut juga dengan علم المعنى (ilmu makna).41 Artinya semantik

adalah ilmu yang obyek kajiannya mengenai makna suatu bahasa. Bahasa

adalah fenomena kemaknaan dalam komunikasi antar manusia dimanapun ia

berada, kebermaknaan komunikasi inilah yang menjadi ciri khas bahasa

sebagai suatu isyarat komunikasi.42

38 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, ( Bandung: ANGKASA, 1995), cet. 10,

h. 2 39 Tarigan, Pengajaran Semantik, h. 2-3 40Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilmu al-Dalalah (Kairo: Ilmu al-Kutub, 1998), h. 11 41 Mukhtar Umar, h. 2 42 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga), cet. 2. h. 41

25

Page 40: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Coseriu dan Geckeler mengatakan bahwa istilah semantik yang mulai

popular tahunn 50-an mula-mula diperkenalkan oleh sarjana dari Perancis

yang bernama M. Breal pada tahun 1883. Mereka mengatakn bahwa sekurang-

kurangnya ada tiga istilah yang berhubungan dengan semantik, yakni (i)

linguistic semantic; (ii) the semantic of logician; dan (iii) general semantic.43

Pada penjelasan lain dapat disimpulkan bahwa semantik adalah

subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Dengan kata lain semantik

berobjekkan makna.44

2. Jenis-jenis Semantik

Makna yang menjadi obyek semantik dapat dikaji dari banyak segi,

terutama teori atau aliran yang berada dalam linguistik. Teori yang mendasari

dan dalam lingkungan mana semantik dibahas membawa kita ke pengenalan

tentang jenis-jenis semantik. Jenis-jenis semantik itu akan dibicarakan sebagai

berikut:45

a. Semantik Behavioris

Pada jenis semantik ini dikatakan bahwa, formula umum yang

berlaku bagi penganut behavioris, yakni adalah hubungan antara

rangsangan dan reaksi. Menurut mereka makna beraa daalam rentangan

stimulus dan respon, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan

oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan.46 Oleh karena itu,

makna dapat dipahami apabila ada data yang diamati yang berada di

43 Mansour Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), h. 3 44 Pateda,Semantik Leksikal, h. 7 45Pateda,Semantik Leksikal , h. 65 46 Pateda,Semantik Leksikal, h. 66

26

Page 41: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

sekitar lingkungan pengalaman atau kegiatan manusia. Contoh: seorang

ibu memberitahukan anaknya yang masih kecil akan seekor kucing dengan

sebutan meong…meong..sambil menunjuk-nunjuk atau memanggil kucing

itu, kejadian seperti itu terjadi berulang-ulang. Anak kecil tadi akan

memahami bahwa seekor hewan(kucing) yang sering ia lihat selalu

mengeluarkan bunyi meong-meong. Dari kebiasaan tersebut anak tadi

akan mengetahui sebuah makna meong..meong.

b. Semantik Deskriptif

Semantik ini mengkaji makna yang sekarang berlaku dan hanya

memperhatikan makna sekarang dalam bahasa yang diketahui secara

umum, bukan karena bahasa tersebut berasal dari bahasa daerah atau

dialek bahasa yang bersangkutan.

c. Semantik Generatif

Teori semantik generatif muncul tahun 1968. Teori ini tiba pada

kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak

lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan

ujaran. Kedua strktur ini dihubungkan dengan suatu proses yangdisebut

transformasi.47

d. Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal adalah studi semantik yang khusus mengkaji

makna yang terdapat dalam satuan kalimat.48

47Pateda,Semantik Leksikal h.70 48 Pateda,Semantik Leksikal, h. 71

27

Page 42: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

e. Semantik Historis

Semantik ini merupakan suatu kajian semantik yang mempelajari

system makna dalam rangkaian waktu.

f. Semantik Leksikal

Pada semantik tidak ada kajian baru yang dilakukan tapi ia

mengkaji lebih dalam mengenai system makna yang terdapat dalam kata.

g. Semantik Logika

Semantik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan

dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa.49 Pada

semantik ini pengkajian terhadap sistem makna dilihat dari segi logika.

h. Semantik Struktural

Semantik jenis ini pertama kali dikemukakan oleh Ferdinand de

Saussure.

Penganut struktualisme berpendapat bahwa setiap bahasa dalah

sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari

satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsure

berupa fonem, morfem, kata. Frasa, klausa, klaimat dan wacana yang

membaginya menjadi kajian fonologi, morfololgi, sintaksis,dan wacana.50

C. MAKNA

1. Pengertian Makna

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi

manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan

49 Pateda,Semantik Leksikal, h. 75 50 Pateda,Semantik Leksikal, h. 76

28

Page 43: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara

pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan

makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari

tentang makna.

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu

melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri

sangatlah beragam. Istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang

membingungkan.51 Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun

kalimat. Menurut Ullman makna adalah hubungan antara makna dengan

pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian

makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu

tanda linguistik.52

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi empat

bagian.53

1. Maksud pembicara;

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku

manusia atau kelompok manusia;

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara

bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

51Pateda,Semantik Leksikal, h.79 52 Abdul, Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 286 53 Harimurti Kridalaksana, kamus linguistic(Jakarta: Gramedia, 1993, h. 132

29

Page 44: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

2. Aspek-aspek Makna

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut ada empat hal,

yaitu:54

1. Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai

apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan

pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati

bersama. Lyons mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-

hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.55

2. Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan

dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain,

nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang

berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan

maupun penilaian. Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan

dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan

dengan perasaan.

3. Nada (tone)

Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara

terhadap kawan bicara.56 Aspek nada berhubungan pula dengan aspek

makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara

54 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h.88 55 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h.92 56 Pateda, Semantik Leksikal, h. 94

30

Page 45: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata

yang digunakan.

4. Maksud (intention)

Aspek maksud menurut Shipley merupakan maksud senang atau

tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.57 Maksud yang

diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi,

rekreasi atau politik.

3. Jenis-jenis makna

Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh

terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan

dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik

dengan jenis-jenis makna dalam semantik.

a. Makna Emotif

Makna emotif menurut Sipley adalah makna yang timbul akibat

adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap

sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan.58 Dicontohkan dengan kata kerbau

dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan

tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung

makna emosi. Kata kerbau dikaitkan dengan sikap atau poerilaku malas,

lamban, dan disamakan sebagai penghinaan. Dimana pendengarnya

tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang

yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan

57 Pateda, Semantik Leksikal, h. 95 58 Pateda, Semantik Leksikal, hal. 101

31

Page 46: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan

demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang

dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan

dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung

mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai

akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.

b. Makna Konotatif

Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna

konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah

makna yang bersifat positif.59 Makna konotatif muncul sebagai akibat

adanya asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar.

Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam

kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi

idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata

bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau

sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam

masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.

c. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya,

makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar

bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis

59Fatimah Djajasudarma, Semantik I (Pengantar Ke Arah Ilmu Makna), (Bandung: PT.

Rafika Aditama, 1999), h. 9

32

Page 47: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

komponenya.60 Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang

dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud

dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.

d. Makna Referensial

Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur

linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman

nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa,

proses atau kenyataan.61 Referen merupakan sesuatu yang ditunjuk oleh

suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg

langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa

maupun proses.

Disini perlu dicatat ada kata-kata yang refrennya tidak tetap. Dapat

berpindah dari satu rujukan ke rujukaan lain.62 Contoh kata ganti aku dan

kamu, kedua kata ini memiliki rujukan yang berpindah-pindah.

4. Pergeseran dan Perubahan Makna

Makna berkembang melalui perubahan, perluasan, penyempitan,

atau pergeseran. Pergeseran makna terjadi pada kata-kata (frase)bahasa

Indonesia yang disebut eufisme (melemahkan makna). Caranya dapat

dengan mengganti simbolnya (kata,frase) dengan yang baru dan maknanya

bergeser, biasany aterjadi bagi kata-kata yang dianngap memiliki makna

60 Pateda, Semantik Leksikal, h. 109 61 Pateda, Semantik Leksikal, h. 125 62 Abdul, chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 63

33

Page 48: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya.63 Contoh kata

dipecat bergeser menjadi dipensiunkan dan kata orang sudah tua bergeser

menjadi orang lanjut usia.

Secara sinkronis makna sebuah kata tidak akan berubah, maka

secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Sebuah kata yang dulu

bermakna ‘A’, maka sekarang bisa bermakna ‘B’ dan kelak mungkin

bermakna ‘C’ atau bermakna ‘D’. Ini gejala bahasa yang lumrah terjadi

dimana-mana, karena bahasa bersifat dinamis. Meski demikian, perubahan

makna tidak terjadi pada semua kata, melainkan hanya beberapa kata saja.

Jenis-jenis perubahan makna meliputi:

1. Perluasan makna

2. Penyempitan makna

3. Perubahan makna total

4. Penghalusan (Eufemia/ Eufemisme)

5. Pengasaran (Disfemia/ Disfemisme).64

Dari jenis-jenis perubahan makna tersebut di atas, dapat diketahui

bahwa perubahan yang terjadi meliputi perubahan.:65

1. Ruang lingkup atau fungsi (perluasan makna, penyempitan makna,

perubahan makna total)

2. Nilai rasa (eufemia dan disfemia)

63 Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 (Pemahaman Ilmu makna), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h. 78

64 http://www.studycycle.net/2009/12/perubahan-makna-pergeseran-makna.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2010

65 Abdul, Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h.141

34

Page 49: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

D. MAKNA KONOTATIF

1. Pengertian Makna Konotatif

Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari tentunya kita menngunakan

berbagai macam jenis makna untuk menunjang komunikasi kita dengan orang

lain. Diantaranya adalah penggunaaan makna konotatif. dalam kamus besar

bahasa Indonesia dituliskan, konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan

nilai rasa seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata. Sedangkan

konotatif adalah mempunyai makna tautan.66

Dalam buku lain dikatakan, konotasi adalah segala sesuatu yang kita

pikirkan apabila kita melihat kata tersebut, yang mungkin dan juga mungkin

tidak sesuai dengan makna sebenarnya.67 Contoh kata kurus dan langsing

berdasarkan arti pusat kedua kata tersebut mengandung pengertian kepada

seseorang yang memiliki berat badan yang kurang, tetapi jika dilihat dalam

hubungannya dengan manusia kedua konotasi tersebut jelas berbeda. Menjadi

langsing merupakan dambaan setiap orang sedangkan menjadi kurus adalah

hal yang dihindari semua orang karena kata kurus mengandung konotasi

negatif yaitu kurang gizi.

2. Ragam Konotasi

Setelah membahas pengertian makna konotatif. Sekarang kita akan

membicarakan ragam konotasi yang terdapat dalam bahasa Indonesi. Terdapat

dua ragam konotasi yang sering kita pergunakan dalam komunikasi sehari-

66 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: BALAI PUSTAKA, 1988), cet. 1, h. 456 67 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik , h. 58

35

Page 50: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

hari, yaitu konotasi yang bersifat individual dan konotasi yang bersifat

kolektif.

Adapun konotasi individual adalah nilai rasa yang hanya menonjolkan

diri bagi orang perseorangan. Sedangkan konotasi kolektif adalah nilai raa

yang berlaku untuk para anggota sesuatu golongan atau masyarakat.68 Pada

konotasi individual kita memerlukan penelitian terhadap setiap individu baik

dari segi lahir maupun batin, sejarah, perkembangannya, serta aspek-aspek

lainnya.

Selanjutnya konotasi kolektif secara garis besarnya dapat dibagi atas:

a. Konotasi baik, yang meliputi:

(1) Konotasi tingi

Sudah merupakan hal yang biasa terjadi bahwa kata-kata sastra

dan kata-kata klasik lebih indah dan anggun terdengar oleh

telinga umum; oleh karena itu tidak perlu heran bahwa kata-kata

seperti tersebut mendapat konotasi atau nilai rasa tinngi.69

Contoh kata yang mengandung nilai rasa tinggi, yaitu,

garasi ‘kandang mobil

(2) Konotasi ramah

Terkadang dalam kegiatan komunikasi sehari-sehari kita sering

menggunakan bahasa campuran dari bahasa lain untuk

memberikan kesan lebih ramah dari pada menggunakan bahasa

Indonesia. Contoh: sampeyan ‘kamu’

68 Tarigan,Pengajaran Semantik, h. 59 69Tarigan,Pengajaran semantik, h. 61

36

Page 51: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

b. Konotasi tidak baik, yang meliputi:

(1) Konotasi kasar

Adakalanya kata-kata yang dipakai oleh rakyat jelata

terdengar kasar dan mendapat nilai rasa kasar.70

Contoh: mampus ‘mati’

(2) Konotasi keras

Biasanya untuk membesar-besarkan suatu keadaan kita bisa

menngunakan makna konotasi keras. Contoh: lembah kemelaratan

(3) Konotasi berbahaya

Penggunaan konotasi berbahaya biasanya berhubungan

dengan kepercayaan masyarakat terhadap magis, karena itu dalam

menggunakannya kita harus bersikap hati-hati karena mungkin

dapat mendatangkan mara bahaya.

Contoh: ular disebut tali;ikat pinggang raja Sulaiman

(4) Konotasi tidak pantas

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita mendengar

beberapa kata yang tidak pantas diucapkan atu tidak sesuai dengan

tempatnya, sehingga ketika menggunakan kata-kata tersebut

masyarakat akan menganggapnya ”kurang sopan”. Contoh:

beranak ‘bersalin’

70 Tarigan ,Pengajaran semantik, h. 70

37

Page 52: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

(5) Konotasi tidak enak

Ada sejumlah kata yang karena biasa dipakai dalam

hubungan yang tidak atau kurang baik, maka tidak enak didengar

oleh telinga dan mendapat nilai rasa tidak enak. Kata-kata

semacam itu disebut dengan istilah Latin “in malem partem”.71

Contoh: orang udik ‘orang desa’

c. Konotasi netral atau biasa, yang meliputi:

(1) Konotasi hipokoristik

Dalam bahasa inggris biasa disebut pet-name or hyphocristic

connotation dan terutama sekali dipakai dalam dunia kanak-kanak,

yaitu sebutan nama kanak-kanak yang dipendekkan lalu diulang.72

Contoh: Dede

(2) Konotasi bentuk nonsense

Jenis konotasi sering terjadi pada kata-kata ingris yang dikenal

dengan istilah connotation of nonsense-form. Contoh: tri-li-li

(3) Konotasi bentukan sekolah

Sebuah nilai rasayang memiliki hubungan erat dengan hal-hal di

sekolah. Contoh: nilai anak itu baik benar ‘nilai anak itu seratus’

(4) Konotasi kanak-kanak

Nilai rasa kanak-kanak ini biasa terdapt dalam dunia kanak-kanak,

tetapi adalah sebuah kenyataan bahwa orang tua sering pula turut

menggunakannya.73 Contoh: Bobo ‘tidur’

71 Tarigan,Pengajaran semantik, h. 68 72Tarigan,Pengajaran semantik, h. 78 73Tarigan,Pengajaran semantik, h. 78

38

Page 53: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

3. Turun dan Naiknya Konotasi

Turun naiknya makna konotasi bergantung pada masyarakat yang

menggunakannya. Adakalanya ada sebuah kata yang pada mulanya

mengandung konotasi jelek berubah menjadi konotasi yang baik begitupun

sebaliknya, yang mengakibatkan sebagian kata turun dan sebagian lagi

naik pula konotasinya.Dalam dunia ilmiah nilai makna kotasi dapat

ditekan atau dikurangi seminim mungkin. Pada hakikatnya istilah-istilah

yang digunakan oleh dunia ilmiah maknanya sudah jelas, akan tetapi jika

istilah-istilah tersebut digunakan di luar bidangnya, maka tentu akan

menimbulkan nilai rasa yang nyata.

Makna dan konotasi tidak ditentukan oleh etimologi. Biarpun

sesuatu kata berasal dari suatu etimologi yang jelek artinya, asal diterima

oleh masyarakat dengan makna yang baik, maka kata tersebut akan

mempunyai konotasi yang baik. Kebiasaan pemakai bahasa itulah yang

menentukan makna dan nilai rasa sesuatu kata.74

Mengenai konotasi yang turun dapat kita lihat pada masa penjajahan

dahulu kala, dimana kata raja, bangsawan, dan nyai memiliki konotasi

yang tinggi. Tetapi pada zaman sekarang makna kata tersebut telah

mengalami penurunan nilai rasa atau konotasinya.

Sebaliknya ada beberap kata yang dulu mengandung nilai rasa

rendah atau turun, namun padaera sekarang kata itu mengalami kenaikan

konotasi seperti kata gotong-royong, musyawarah dan rakyat.

74 Tarigan,Pengajaran semantik, h. 80

39

Page 54: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

4. Fungsi makna konotatif

Pada pemaparan sebelumnya telah dikatakan bahwa makna

konotasi adalah makna yang memiliki tautan antara ujaran dan situasi.

Dapat pula dikatakan bahwa makna konotatif adalah ko-makna yang

ditentukan oleh stilis fungsional dan nuansa ekspresif pengungkapan

bahasa.75 Jadi makna konotatif timbul akibat dari situasi atau psikis sang

penutur.

Dari segi makna, konotatif memilki berbagai macam fungsi karena

sebuah makna-terutama makna konotatif- cenderung masih membutuhkan

suatu argumentasi yang memang disesuaikan dengan situasi atau kondisi si

penutur atau penulis.

Berikut beberapa fungsi makna konotatif, yaitu:76

1. Sebagai efek pembantu ingatan terhadap suatu perangsang.

2. Sebagai tempat untuk menafsirkan sesuatu.

3. Untuk mengetahui esensi dari sesuatu yang bersifat samar atau

terkandung.

4. Sebagai konsekuensi-konsekuensi praktis suatu hal atau benda

dalam pengalaman.

5. Penghubung yang bersifat aktual dan berhubungan dengan tanda

tertentu.

75Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemah, h.163 76 Aulia Azhar muttaqien, “Makna Konotatif dalam Surah al-BAqarah: Studi Analisis Alquran

Terjemahan al-Jumanatul ‘aliy,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 34

40

Page 55: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

41

6. Mengetahui tautan pikiran atau hal-hal lain yang dapat

menimbulkan nilai rasa.

Konotasi memiliki sifat yang dapat menggugah dan merangsang

panca indera, perasaan, sikap, penilaian dan keyakinan baik yang bersifat

individual atau kolektif, karena itulah konotasi sangat bersandar pada

konteks. Hal ini pula yang menyebabkan konotasi selalu berhadapan

dengan kondisi dan situasi penutur atau penulis serta yang menyebabkan

makna konotasi jarang dimasukkan ke dalam kamus bahasa tertentu.

Page 56: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

BAB III

BIOGRAFI HASBI ASH-SHIDDEQY

A. Riwayat Hidup Hasbi Ash-Shiddieqy

1. Kelahiran, pendidikan, dan wafat

Hasbi Ash-Shiddieqy dilahirkan di Lhokseumawe, 10 Mac 1904.

Nama sebenarnya ialah Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ayahnya,

Teungku Qadhi Chik Maharaja Mangkubumi Husein ibn Muhammad Su'ud,

adalah seorang ulama terkenal di kampungnya dan mempunyai sebuah

pesantren (meunasah). Ibunya bernama Teungku Amrah binti Teungku Chik

Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz, putri seorang Qadhi Kesultanan Aceh

ketika itu. Menurut silsilah, Hasbi ash-Shiddieqy adalah keturunan Abu Bakar

ash-Shiddieq (573-13 H/634 M), khalifah pertama. Ia sebagai generasi ke-37

dari khalifah tersebut melekatkan gelar ash-Shiddieqy di belakang namanya.1

Pendidikan agamanya diawali di dayah (pesantren) milik ayahnya.

Kemudian selama 20 tahun ia mengunjungi berbagai dayah dari satu kota ke

kota lain. Pengetahuan bahasa Arabnya diperoleh dari Syekh Muhammad ibn

Salim al-Kalali, seorang ulama berkebangsaan Arab. Pada tahun 1926, ia

berangkat ke Surabaya dan melanjutkan pendidikan di Madrasah al-Irsyad,

sebuah organisasi keagamaan yang didirikan oleh Syekh Ahmad Soorkati

(1874-1943), ulama yang berasal dari Sudan yang mempunyai pemikiran

1 http://darul-ulum.blogspot.com/2007/11/fiqh-indonesia-tema-pemikiran-hukum.html diakses pada tanggal 15 Maret 2010. 

42

Page 57: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

modern ketika itu. Di sini ia mengambil pelajaran takhassus (spesialisasi)

dalam bidang pendidikan dan bahasa. Pendidikan ini dilaluinya selama 2

tahun. Al-Irsyad dan Ahmad Soorkati inilah yang ikut berperan dalam

membentuk pemikirannya yang modern sehingga, setelah kembali ke Aceh.

Hasbi ash-Shiddieqy langsung bergabung dalam keanggotaan organisasi

Muhammadiyah.2

Pada zaman demokrasi liberal ia terlibat secara aktif mewakili Partai

Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dalam perdebatan ideologi di

Konstituante. Pada tahun 1951 ia menetap di Yogyakarta dan

mengkonsentrasikan diri dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1960 ia

diangkat menjadi dekan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Jabatan ini dipegangnya hingga tahun 1972. Kedalaman pengetahuan

keislamannya dan pengakuan ketokohannya sebagai ulama terlihat dari

beberapa gelar doktor (honoris causa) yang diterimanya, seperti dari

Universitas Islam Bandung pada 22 Mac 1975 dan dari IAIN Sunan Kalijaga

pada 29 Oktober 1975. Sebelumnya, pada tahun 1960, ia diangkat sebagai

guru besar dalam bidang ilmu Hadis di IAIN Sunan Kalijaga.3

Dalam karir akademiknya, menjelang wafat, memperoleh dua gelar

Doctor Honoris Causa karena jasa-jasanya terhadap perkembangan Perguruan

Tinggi Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan islam di Indonesia. Satu

diperoleh di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 29 Oktober 1975.

2 http://darul-ulum.blogspot.com/2007/11/fiqh-indonesia-tema-pemikiran-hukum.html 3 http://darul-ulum.blogspot.com/2007/11/fiqh-indonesia-tema-pemikiran-hukum.html

43

Page 58: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Kedua beliau peroleh dari Universitas Islam Bandung (UNISBA) pada tanggal

22 Maret 1975.4

Setelah beberapa hari memasuki karantina haji, dalam rangka

menunaikan ibadah haji, beliau berpulang ke rahmatullah, dan jasad beliau

dimakamkam di pemakaman keluarga IAIN ciputat Jakarta.upacara pelepasan

jenazah almarhum, turut memberi sambutan almarhum Buya Hamka. Pada

saat pemakaman beliau dilepas oleh almarhum Mr. Moh. Rum. 5

2. Pemikirannya

Seperti halnya ulama lain, Hasbi ash-Shiddieqy berpendirian bahwa

syariat Islam bersifat dinamis dan elastis, sesuai dengan perkembangan masa

dan tempat. Ruang lingkupnya mencakup segala aspek kehidupan manusia,

baik dalam hubungannya dengan sesama maupun dengan Tuhannya. Syariat

Islam yang bersumber dari wahyu Allah SWT . Ini kemudian dipahami oleh

umat Islam melalui metode ijtihad untuk dapat mengantisipasi setiap

perkembangan yang timbul dalam masyarakat. Ijtihad inilah yang kemudian

melahirkan fiqh. Banyak kitab fiqh yang ditulis oleh ulama mujtahid. Di

antara mereka yang terkenal adalah imam-imam mujtahid pendiri mazhab

yang empat: Abu Hanifah, Malik, Asy syafi’ie, dan Imam Hanbal.6

Akan tetapi banyak kaum islam khususnya di tanah air yang tidak

membedakan antara syariat yang langsung berasal dari Allah SWT dan fiqh

yang merupakan pemahaman ulama mujtahid terhadap syariat tersebut.

4 http://darul-ulum.blogspot.com/2007/11/fiqh-indonesia-tema-pemikiran-hukum.html 5http://darul-ulum.blogspot.com/2007/11/fiqh-indonesia-tema-pemikiran-hukum.html 6 http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/. Diakses pad

tanggal 25 Maret 2010

44

Page 59: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Selama ini terdapat kesan bahwa umat Islam Indonesia cenderung

menganggap fiqh sebagai syariat yang berlaku absolut. Akibatnya, kitab-kitab

fiqh yang ditulis imam-imam mazhab dipandang sebagai sumber syariat,

walaupun terkadang relevansi pendapat imam mazhab tersebut ada yang perlu

diteliti dan dikaji ulang dengan konteks kekinian, karena hasil ijtihad mereka

tidak terlepas dari situasi dan kondisi social, budaya, serta lingkungan

geografis mereka. Tentu saja hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat

sekarang.7

Karena kompleksnya yang terjadi sebagai dampak kemajuan

peradaban, maka pendekatan yang dilakukan untuk mengatasinya tidak bisa

terpilah-pilah pada bidang tertentu saja. Permasalahan ekonomi, umpamanya,

akan berdampak pula pada aspek-aspek lain. Oleh karena itu, menurutnya

ijtihad tidak dapat terlaksana dengan efektif kalau dilakukan oleh pribadi-

pribadi saja. Hasbi ash-Shiddieqy menawarkan gagasan ijtihad jama'i (ijtihad

kolektif). Anggotanya tidak hanya dari kalangan ulama, tetapi juga dari

berbagai kalangan ilmuwan muslim lainnya, seperti ekonom, dokter,

budayawan, dan politikus, yang mempunyai visi dan wawasan yang tajam

terhadap permasalahan umat Islam.8

Lewat ijtihad kolektif ini, umat Islam Indonesia dapat merumuskan

sendiri fiqh yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Rumusan fiqh

tersebut tidak harus terikat pada salah satu mazhab, tetapi merupakan

penggabungan pendapat yang sesuai dengan keadaan masyarakat. Dan

7http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/ 8 http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/

45

Page 60: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

memang, menurutnya hukum yang baik adalah yang mempertimbangkan dan

memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, budaya, adat-istiadat, dan

kecenderungan masyarakat yang bersangkutan. Hasbi ash-Shiddieqy bahkan

menegaskan bahwa dalam sejarahnya banyak kitab fiqh yang ditulis oleh

ulama yang mengacu kepada adat-istiadat (urf) suatu daerah. Contoh paling

tepat dalam hal ini adalah pendapat Imam asy-Syafi'i yang berubah sesuai

dengan lingkungan tempat tinggalnya.9

Ia juga melakukan ijtihad untuk menjawab permasalahan hukum yang

muncul dalam masyarakat. Dalam persoalan zakat, umpamanya, pemikiran

ijtihad Hasbi ash-Shiddieqy tergolong modern dan maju. Secara umum ia

sependapat dengan jumhur ulama yang mengatakan bahwa yang menjadi

objek zakat adalah harta, bukan orang. Oleh karena itu dari harta anak kecil

yang belum mukallaf yang telah mencapai nisabnya wajib dikeluarkan

zakatnya melalui walinya.10

Hasbi mengangap bahwa zakat adalah ibadah sosial yang bertujuan

untuk menjembatani jurang antara yang kaya dan yang miskin . Oleh sebab itu

ia berpendapat bahwa zakat dapat dipungut dari non muslim (kafir kitabi)

untuk diserahkan kembali demi kepentingan mereka sendiri. Ia mendasarkan

pendapatnya pada keputusan Umar ibn al-Khaththab (581-644 M.), khalifah

kedua setelah Nabi Muhammad saw. wafat, untuk memberikan zakat kepada

kaum zimmi atau ahluz zimmah (orang-orang non muslim yang bertempat

tinggal di wilayah negara Islam) yang sudah tua dan miskin. Pada

9 http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/ 10 http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/

46

Page 61: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

pemerintahan Umar bin Khattab zakat juga dipungut dari orang Nasrani Bani

Tughlab. Pendapat ini dilandasi oleh prinsip pembinaan kesejahteraan bersama

dalam suatu Negara tanpa memandang agama ataupun golongan.11

Ada beberapa sisi menarik pada diri Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy,

antara laian:

Pertama, beliau adalah seorang otodidak. Pendidikan yang

ditempuhnya dari dayah ke dayah, dan hanya satu setengah tahun duduk di

bangku sekolah Al Irsyad (1926). Dengan basis pendidikan formal seperti itu,

ia memperlihatkan dirinya sebagai seorang pemikir. Kemampuannya selaku

seorang intelektual diakui oleh dunia internasional. Ia diundang dan

menyampaikan makalah dalam Internasional Islamic Colloquium yang

diselenggarakan di Lahore Pakistan (1958). Dan berbeda dengan tokoh-tokoh

Indonesia lainnya, beliau telah melakukan pembaharuan sebelum beliau naik

haji dan belajar di Timur Tengah.

Kedua, beliau mulai berdakwah di Aceh, di lingkungan masyarakat

yang dikenal fanatik, bahkan ada yang menyangka "angker". Namun Hasbi

pada awal perjuangannya berani menentang arus. Ia tidak gentar dan surut dari

perjuangannya kendatipun karena itu ia dimusuhi, ditawan, dan diasingkan

oleh pihak yang tidak sepaham dengannya.

Ketiga, dalam menyampaikan pendapat beliau merasa dirinya bebas

tidak terikat dengan pendapat kelompoknya. Ia berpolemik dengan orang-

orang Muhammadiyah dan Persis, padahal ia juga anggota dari kedua

11 http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/

47

Page 62: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

perserikatan itu. Beliau bahkan berani berbeda pendapat dengan jumhur

ulama.

Keempat, beliau adalah orang pertama di Indonesia yang menghimbau

perlunya dibina fiqh yang berkepribadian Indonesia. Himbauan ini menyentak

sebagian ulama Indonesia. Mereka angkat bicara menentang fiqh (hukum in

concreto) di-Indonesia-kan atau dilokalkan. Bagi mereka, fiqh dan syariat

(hukum in abstracto) adalah semakna dan sama-sama universal. Kini setelah

berlalu tigapuluh lima tahun sejak 1960, suara-suara yang menyatakan

masyarakat muslim Indonesia memerlukan "fiqh Indonesia" terdengar

kembali. Namun sangat disayangkan, mereka enggan menyebut siapa

penggagas awalnya.12

B. Karya-karya Hasbi Ash-Shiddieqy

Semasa hidupnya, Muhammad Hasbi telah menulis 72 buku dan 50

artikel di bidang tafsir, hadits, fiqih, dan pedoman ibadah umum. Di bawah

beberapa judul karangan beliau, antara lain:13

1. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 2.

2. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 3.

3. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 4.

4. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 5.

5. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 6.

6. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 7.

12 http://sabrial.wordpress.com/teungku-muhammad-hasbi-ash-shiddiqy/ 13 http://dwisri.multiply.com/journal/item/12. Diakses pada tanggal 5 April 2010

48

Page 63: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

49

7. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 8.

8. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jilid 9.

9. Mutiara Hadis 1 (Keimanan).

10. Mutiara Hadis 2 (Thaharah & Shalat).

11. Mutiara Hadis 3 (Shalat).

12. Mutiara Hadis 4 (Jenazah, Zakat, Puasa, Iktikaf & Haji).

13. Mutiara Hadis 5 (Nikah & Hukum Keluarga, Perbudakan, Jual Beli, Nazar

& Sumpah, Pidana & Peradilan, Jihad).

14. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran dan Tafsir Teungku Muhammad

Hasbi ash-Shiddieqy.

15. Islam dan HAM (Hak Asasi Manusia): Dokumenter Politik Pokok-pokok

Pikiran Partai Islam dalam Sidang Konsituante 4 Februari 1958.

16. Sejarah Pengantar Ilmu Hadis.

17. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir.

18. Kriteria Antara Sunnah dan Bid‘ah.

19. Tafsir Alquran al-Madjied-An-Nur.

20. Pedoman Haji, (Cetakan ke-9, Edisi ke-2).

Page 64: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

BAB IV

Analisis Makna Konotatif dalam Surat Ali-‘Imran pada Alquran

Terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy

A. Gambaran Surat Al-‘Imran

Surat Al-‘Imran diturunkan di Madinah sesudah surat Al-Anfal dan

terdiri dari 200 ayat. Pada surat ini Tuhan memperingatkan kita akan kejadian

Nabi Isa yang serupa dengan Nabi Adam yaitu kedua-duanya diciptakan tidak

menurut sunnah yang dilazimkan sebagaimana penciptaan manusia pada

umumnya. 1

Menurut al-Muhaiyimy, surat ini dinamai dengan surat Al-‘Imran

karena dalam surat ini diterangkan tentang keutamaan keluarga ‘Imran, yaitu:

“Isa, Yahya, Maryam, dan ibunya. Lebih dari 80 ayat dalam surat ini

menceritakan tentang kisah mereka. Surat ini juga menegaskan dasar agama,

yaitu tauhid dan menolak kepercayaan orang kafir. Surat ini ditutup dengan

dengan doa yang merupakan permohonan diterimanya seruan agama dan

pembalasan di akhirat.2

B. Metode terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy

Berikut beberapa langkah yang ditempuh Hasbi Ash-Shiddieqy dalam

menerjemahkan Alquran, yaitu:

1. Menerjemahkan makna lafal dan menerjemahkan kata-kata yang

dipandang ada, baik di awal ayat, di tengah, ataupun di akhirnya.

1 Hasbi Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan (Semarang :PT. Putra Rizki Utama, 2002), h. 283 2 Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan

50  

Page 65: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

2. Menerjemahkan kata-kata yang memiliki dua terjemahan dengan lengkap.

Menerjemahkan lafal-lafal yang ditakdirkan atau yang termasuk kalimat-

kalimat pelancar, yang ditulis dalam 2 strip -…-.

3. Menerjemahkan makna ayat yang bisa diterjemahkan lebih dari satu

macam, dikarenakan berlainan I’rab dan lainnya. Dimana terjemahan yang

ke dua diletakkan di dalam catatan kaki yang diawali dengan perkataan:

“dapat juga diterjemahkan”.

4. Menjelaskan pendapat-pendapat ulama di dalam mengartikan sebuah ayat,

atau kata yang berbeda-beda di tempat yang dianggap perlu dan penting

untuk diberi perhatian, karena adanya dalil yang kuat, hal seperti ini ditulis

dalam catan kaki.

5. Menerjemahkan lafal-lafal sifat Allah dengan mengawali terjemahannya

dengan “yang sangat” atau “yang sangat banyak” atau juga “yang maha”.

6. Dalam menghadapi lafal-lafal yang musytarak yang dipakai dalam

berbagai pengertian seperti kata haq, maka diterjemahkan sesuai dengan

pengertian yang dimaksud di tempat masing-masing.

C. Analisis Makna Konotatif dalam Surah Al-‘Imran

51  

Page 66: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Artinya; dialah yang telah menurunkan Al Kitab (Alquran) kepada Engkau; di

antara isinya, ada ayat-ayat lain yang mutasyabihat. Adapun mereka yang

hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti apa yang mutasyabihah

untuk meimbulkan kekacauan…3

Ketika mendengar kalimat yang berbunyi “condong pada kesesatan”

maka kalimat tersebut cukup tepat. Ketika kata condong disandingkan dengan

kata “hati” maka kata tersebut berubah menjadi kata yang mengandung nilai

rasa yang tinggi dalam menggugah perasaan mengenai keberpalingan

seseorang dari kebenaran. Pada dasarnya organ hati memang tidak condong

tapi pada ayat ini yang dimaksud adalah mengenai keyakinan seseorang.

Artinya; “Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau miringkan jiwa

kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Dam berilah

kepada kami rahmat yang besar dari sisi Engkau; bahwasanyalah

Engkaulah Tuhan yang Maha Memberi.” 4

Kalimat yang berbunyi “jangan engkau miringkan jiwa ini” adalah

suatu pernyataan yang berkonotasikan “tetapkan hati kami pada keyakinan

kami”. Penggunaan kata “miringkan” pada kalimat “ jangan Engkau

3 Hasbi Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 120 4Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 121

52  

Page 67: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

miringkan jiwa ini” adalah suatu pernyataan yang sangat tegas mengenai

sebuah permohonan, ini dapat dilihat dari pemilihan kata saat menerjemahkan

kata “ “ dan “ “ . Dalam kamus besar

Indonesia dituliskan pengertian dari kata “miring” yaitu satu lebih tinggi

sebelah dari sisi yang lain, rendah sebelah, dan tidak setara5 sedangkan

dalam kamus bahasa arab kata “ ”mengandung makna condong

atau cenderung(kepada) perbuatan yang menyimpang.6 Sedangkan makna

kata jiwa pada percakapan sehari-hari lebih mengacu pada ruh atau spirit.

Dari hasil analisa kedua kata tersebut maka penulis menyimpulkan

banwa penggunaan kata “miringkan” untuk terjemahan kata “ ”

mengandung nilai rasa yang tidak enak, sebaiknya terjemahan yang digunakan

adalah kata “berpaling” begitu pula dengan terjemahan “jiwa” sebaiknya

dirubah dengan “hati” karena pada umumnya para pembaca Alquran

terjemahan terbiasa dengan penggunaan kalimat” condongkan hati” dari pada

“miringkan jiwa”.

⌧ ⌧

Artinya; Sesungguhnya orang-orang kafir, harta-harta mereka dan

anak-anak mereka sama sekali(sedikkiatpun) tidak member manfaat kepada

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2000), h. 325 6Ahmad Munawwir Warson, Kamus Bahasa Arab-IndonesiaTerlengkap, (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1957), h.263

53  

Page 68: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

mereka terhadap –azab- Allah; dan mereka adalah yang menjadi kayu api

neraka.7

Maksud dari ayat di atas adalah untuk mengingatkan manusia akan

akibat yang akan mereka peroleh dari perbuatan mereka di akhirat kelak,

sehingga mereka disamakan dengan kayu yang dimakan api tanpa dapat

berbuat apa-apa atau ketidak berdayaan manusia ketika mereka dimasukkan ke

dalam api neraka. Mengibaratkan manusia dengan kayu bakar merupakan

suatu maksud yang diinginkan Allah agar kandungan ayat tersebut terus

menggugah manusia untuk selalu mengingat keadaan mereka kelak di hari

kiamat, dan pemilihan kalimat tersebut juga mengandung nilai rasa rendah

karena menurunnya nilai derajat manusia menjadi seperti kayu bakar.

☺ Artinya; Semua manusia dihiasi dengan kecenderungan kepada

syahwat, yaitu(cinta) isteri, anak-anak, harta yang banyak dari emas dan

perak, kuda yang digembalakan(kuda-kuda yang dilatih), binatang-binataang

unta, lembu, dan kambing/biri-biri, tumbuh-tumbuhan yang beraneka

7Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan,

54  

Page 69: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

warna/rupa. Itulah permata hidup di dunia. Di sisi-Nyalah sebaik-baik tempat

kembali.8

Pada umumnya kata “permata” ditunjukkan kepada batu mulia yang

digunakan manusia sebagai perhiasaan. Pada ayat di atas kata “permata”

disandingkan dengan kata “dunia” yang berguna untuk memberikan nilai rasa

tinggi kepada manusia mengenai keberadaan dunia itu sendiri. Menurut

penulis mengenai penerjemahan “ ” Sebaiknya padanan kata yang

digunakan adalah “perhiasan” karena kata “permata” mengandung maksud

spesifik terhadap suatu benda mulia, sedangkan perhiasan lebih general dan ini

lebih sesuai dengan adanya beberapa kategori yang disebutkan dalam ayat di

atas yang digolongkan menjadi “ ”

Artinya; Sesungguhnya agama di sisi Allah, ialah islam. Dan tidak

berselisih orang-orang yang diberi kitab, melainkan sesudah ilmu dating

kepada mereka disebabkan kedengkian di antara mereka. Dan barang siapa

tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah Maha cepat

siksaan-Nya.9

Kata “di sisi” yang digunakan untuk menerjemahkan kata

“ ”berguna untuk menunjukkan suatu kedekatan, keterikatan, yang

8Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 122 9Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 124

55  

Page 70: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

berarti juga yang direstui atau yang dianggap. Pengggunaan kata

“ ”pada kalimat di atas mampu memberikan beberapa interpresentasi

makna yang positif dan ketika kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan menggunakan “di sisi” maka telah memberikan nilai

konotasi positif pula pada keseluruhan makna ayat tersebut.

⌧ Artinya; Sesungguhnya orang-orang- yang tidak mau beriman kepada

Allah dan membunuh para Nabi tanpa sesuatu dasar yang benar dan

membunuh pula orang-orang yang menyuruh berlaku adil di antara manusia,

maka gembirakanlah mereka dengan azab yang menyedihkan.10

Kata “ ” yang diterjemahkan dengan

“gembirakanlah” mengandung makna yang bukan sebenarnya karena

disandingkan dengan frasa “ ⌧ ”sehingga

makna kata tersebut yang pada mulanya mengandung nilai rasa positif

berubah menjadi negatif, ini karena adanya ketidaksesuian maksud dengan

kata-kata selanjutnya. Pada ayat tersebut maksud dari “gembirakanlah” bukan

sesuatu yang menyenangkan tetapi sesuatu yang harus diwaspadai atau

ditakuti. kemudian pada kata selanjutnya yaitu

“ ⌧ ”yang diterjemahkan dengan “azab

10Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 125

56  

Page 71: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

☺ ☺

⌧ ⌦

Artinya; katakanlah: ” Jika kamu menyembunyikan apa yang ada di

dada mu atau kamu melahirkannya, pasti yang demikian itu diketahui Allah.

Dan Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan Allah

maha berkuasa atas segala sesuatu.11

Pada kalimat di atas kita menemukan kata

“ ”yang diterjemahkan dengan “dada mu”,

sebenarnya maksud dada pada ayat ini bukan menunjuk kepada dada

sebenarnya tapi pada suatu organ yang disanalah tersimpan segala niat yaitu

hati. Terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah Alquran ini menggunakan

terjemahan kata sehingga kata “ ” diartikan dengan

“dada” begitu saja, begitupun dengan penerjemahan” ” yang

diterjemahkan dengan “melahirkan”, penggunaan hasil terjemahan pada

kedua kata tersebut mengandung konotasi tidak pantas dan tidak enak.

11 Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 127

57  

Page 72: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

☺ ⌧

Artinya;  ‐ingatlah‐  ketika  isteri  ‘Imran  berkata:  “Wahai  Tuhanku! 

Sesungguhnya  aku  bernazar  untuk  Engkau  apa  yang  di  dalam  kandunganku  –

menjadi‐  orang  yang  semata‐mata  beribadah  dan  mengkhidmati  Baitul  Maqdis. 

Maka  terimalah dia dariku.  Sesungguhnya Engkaulah  yang Maha Mendengar dan 

Maha mengetahui.12  

Pada dasarnya kata “ ” pada ayat tersebut

memiliki padanan makna dalam bahasa Indonesia yaitu “perempuan”, tapi

pada kalimat tersebut kata “ ” yang disandingkan dengan

kata “ ☺ ”tidak mungkin menterjemahkannya dengan

“perempuan ‘Imran” melainkan yang sesuai dengan maksud ayat tersebut

yaitu “isteri ‘Imran”. Penerjemahan pada kata tersebut telah memberikan nilai

positif pada kata “ ” dibandingkan jika terjemahan yang

digunakan adalah kata “bini”. 

⌦ ⌧⌧

12Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 128

58  

Page 73: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Artinya; kata Zakaria: “Tuhanku! Bagaimana saya akan mendapat

seorang anak padahal sesungguhnya saya telah sangat tua, sedang isteri saya

pun seorang yang mandul?” Allah menjawab urusan itu memang demikian,

Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki.13

Kata” ” ini mengandung makna denotasi yaitu; tidak

dapat memilliki anak, kemudian berdasarkan konteks ayat tersebut maka

tejemahan yang sesuai pula adalah “mandul” dimana kata tersebut merupakan

suatu pernyataan yang mamiliki nilai rasa rendah serta kasar dari pada makna

denotasinya. Penggunaan kata tersebut tidak hanya memberikan pernyataan

ketidakmampuan tapi lebih dari itu penerjemahan kata tersebut juga secara

langsung menunjukkan kelemahan seseorang yang terkadang memberikan

respon iba. Dan pada teks aslinya bukan tanpa alasan penggunaan kata

tersebut karena memang kata “ ”mendukung suatu keadaan dari

keseluruhan isi ayat tersebut.

Artinya; -mendengar itu-Maryam berkata: “Wahai Tuhanku! Bagai

mana saya mempunyai anak, padahal saya belum bersuami?” Allah

menjawab: “Demikianlah! (dalam keadaan tidak bersuami). “Allah

menciptakan apa yang ia kehendaki. Apabila Allah menghendaki sesuatu Dia

13Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 130

59  

Page 74: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Ayat di atas adalah pernyataan Maryam kepada Rabb-nya ketika

mengetahui dirinya hamil padahal dia belum menikah. Penerjemahan kalimat

“ ☺ " menjadi “belum

bersuami” adalah suatu penerjemahan yang sangat baik, mengingat dalam

hukum islam tidak boleh adanya persetubuhan sebelum adanya pernikahan

serta memberikan konotasi yang tinggi dan sopan. Padahal jika ditilik dari teks

aslinya kalimat tersebut memilki arti “dan tak seorangpun menyentuhku”

maka sepatutnyalah kita memberikan apresiasi kepada penerjemahnya yang

memilih terjemahan “belum bersuami” sebagai padananannya.

Artinya; Jika mereka berpaling-dari menerima kebenaran-, maka

sesungguhnya Allah senantiasa mengetahui kaum yang membuat

kerusakan.15

Menurut pemahaman pada umumnya kerusakan adalah sesuatu yang

yang bersifat merugikan karena menimbulkan hilangnya suatu kebendaaan

tapi berbeda dengan pemahaman yang sudah ada, pada ayat ini yang dimaksud

dengan “kaum yang membuat kerusakan” adalah mereka yang mudah

berganti-ganti keyakinan. Mereka disamakan dengan orang-orang yang

14Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 131 15Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 135

60  

Page 75: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Artinya; Hai Ahlul Kitab! Mengapakah kamu mencampurkan

kebenaran dengan kebatilan(mencampurkan wahyu-wahyu Tuhan dengan apa

yang kamu buat-buat)dan kamu menyembunyikan kebenaran-kenabian

Muhammad-sedang kamu mengetahuinya?16

Ketika kita mendengar sebuah kalimat yang berbunyi “ibu

mencampurkan telur dengan tepung” itu adalah suatu kalimat yang tepat dan

benar pada kenyataannya, akan tetapi jika kita mendengar sebuah kalimat

yang berbunyi ”kamu mencampurkan kebenaran dengan kebatilan” adalah

suatu bentuk pernyataan yang asing karena kata “mencampurkan” lebih kental

disandangkan dengan sesuatu yang bersifat konkrit bukan abstrak. Meski

demikian, penggunaan kata “ ” yang diterjemahkan dengan

“mencampurkan” yang pada awalnya berkonotasikan netral sekarang berubah

16Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 137

61  

Page 76: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

☺ ☺ ⌧

☺ ⌧

Artinya; Sesungguhnya orang yang menukar janji Allah dan sumpah-

sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mempunyai

peruntungan apa-apa di akhirat, dan Allah tidak berbicara dengan mereka,

tidak melihat mereka pada hari kiamat dan tidak menyucikan mereka-dari

kotoran dosa-dan bagi mereka azab yang memedihkan.17

Penggunaan kata” ” yang diterjemahkan dengan

“menukar” telah memberi nilai rasa rendah kepada orang yang melakukan

kegiatan tersebut meskipun dalam islam kegiatan tukar-menukar bukanlah

perbuatan yang dilarang, dikatakan demikian karena pada ayat di atas yang

menjadi alat tukarnya adalah bukan suatu benda melainkan janji Allah dan

sumpah-sumpah mereka.

⌧☺ ⌧

17Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 139

62  

Page 77: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

Artinya; -Yaitu- segala orang yang menafkahkanhartanya di dalam

keadaan senang, di dalam masa susah, segala mereka yang

menyembumyikan rasa marah, segala mereka yang member maaf kepada

manusia. Dan Allah menyukai para muhsin(yang mengerjakan sesuatu dengan

sebaik-baiknya).18

Pada redaksi lain -sebuah hadis- terdapat sebuah ungkapan yang sama

maksudnya dengan”

☺ ⌧ ⌧” Yaitu “ومن يملك نفسه عند الغضب”.

Frasa” ☺ ⌧ ” yang

pada Alquran terjemahan ini diterjemahkan dengan ‘menyembunyikan rasa

marah” adalah sebuah terjemahan yang menurut penulis kurang tepat. Kata

sembunyi memiliki nilai konotasi yang rendah dan negatif karena kata ini

identik dengan perbuatan tidak terpuji berbeda bila kata tersebut

diterjemahkan dengan “menahan” kata ini berkonotasikan tinggi serta positif

dan sesuai dengan nilai yang terkandung pada ayat tersebut bahwa

sikap" ☺ ⌧ ” adalah

termasuk perbuatan terpuji. Jadi menurut penulis sebaiknya kalimat tersebut

diterjemahkan dengan “menahan amarah”.

18Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 154

63  

Page 78: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

64  

Artinya; Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah

berlalu beberapa rasul sebelumnya. Apakah kamu beriman kepadanya di

waktu dia hidup kemudian setelah dia meninggal atau dibunuh, kamu berbelik

dengan tumit-tumitmu-menjadi penentang-? Dan barang siapa berbalik

dengan tumit-tumitnya, maka sama sekali dia tidak member mudarat

sedikitpun kepada Allah. Dan Allah kelak akan member pembalasan kepada

orang-orang yang mensyukuri-Nya.19

Ayat ini diturunkan untuk menegur orang-orang muslim yang tidak

percaya dan tidak rela akan wafatnya Rasulullah SAW, salah satu diantaranya

adalah Umar bin Khattab. Pada tataran bahasa Arab ada beberapa kata yang

dapat ditunjuk untuk mewakili ungkapan “meninggal dunia” diantaranya

yaitu; و توفى , مات, فقد

Dan pada ayat di atas Allah menggunakan kata” ” yang

menurut penulis, kata tersebut lebih dipilih Allah daripada kata lainnya

karena berguna untuk menyamakan keadaan nabi dengan orang kebanyakan

yang tidak akan terlepas dari maut sehingga kata kata tersebut mampu

melahirkan konotasi netral. Pada Alquran terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy

ini, kata tersebut diterjemahkan dengan “meninggal dunia” suatu ungkapan

yang sama memberikan nilai rasa netral pada para pembacanya.

19Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 156

Page 79: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

  

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alquran sebagai kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi

Muhammad banyak mencakup kata-kata, frasa, dan juga kalimat yang

mengandung nilai konotasi. Setelah melakukan analisa terhadap surah Ali-‘

Imran pada Alquran terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy, penulis menyimpulkan

bahwa dari 15 ayat yang mengandung makna konotatif ada beberapa ayat

yang perlu direvisi atas penerjemahannya karena penulis menganggap

bahwasanya terjemahan yang dibuat oleh Hasbi Ash-Shiddieqy kurang tepat.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan

pula bahwa dalam menerjemahkan ayat-ayat Alquran yang mengandung

makna konotatif harus diketahui terlebih dahulu konteks yang berkenaan

dengan ayat tersebut sehingga dapat membantu kita untuk mencari padanan

katanya. Seperti yang telah dilakukan Hasbi Ash-Shiddieqy .

B. Saran-saran

Penelitian yang telah penulis lakukan pada skripsi ini mengenai

makna konotatif belum dikatakan sempurna karena penulis yakin masih

banyak sekali kekurangan atau perlunya beberapa penambahan, oleh karena

itu penulis mengharapkan kepada para peniliti selanjutnya untuk

menyempurnakannya.

66  

Page 80: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

  

Kesimpulan yang dibuat oleh penulis juga bukan final dari penelitian

ini sendiri. Kesimpulan tersebut dibuat untuk dijadikan tolak ukur dan acuan

bagi peneliti selanjutnya agar melihat kembali penelitian ini guna

memberikan beberapa komentar atau mungkin koreksi.

Makna konotatif yang terdapat dalam Alquran masih banyak yang

belum digali, sehingga ini bisa menjadi salah satu alasan bagi mahasiswa

terjemah untuk dijadikan bahan penelitian di kemudian hari, mengingat

makna konotatif sangat menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Keunikan

ini terletak pada konteks yang harus disertakan dalam melakukan penelitian

makna konotatif, maka secara tidak langsung kita mengetahui apa sebab dari

suatu kata atau kalimat yang mengandung konotasi diturunkan oleh Allah.

Dalam melakukan penelitian makna konotatif alangkah baiknya jika peneliti

selanjutnya untuk meneruskan surat-surat Alquran yang belum dilakukan

penelitian, karena menurut penulis itu lebih bermanfaat dibandingkan jika peneliti

selanjutnya mengambil analisis yang serupa.

67  

Page 81: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

  

DAFTAR PUSTAKA

Akmaliyah. Wawasan dan Tekhnik Terampil Menerjemahkan. Bandung: N & Z Press, 2007

Al-Shabuni, Ali Muhammad, al-Tibyan fi 'Ulum Alquran. Beirut: 'Alam al-Kutub,

1985. Al-Shiddieqy, Hasbi, Tafsir Al-Bayan. Semarang: PT. Putra Rizki Utama, 1956. Badudu, J. S, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1995. Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah (Metode dan wawasan Menerjemah Teks

Arab). Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004. Chaer, Abdul, Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995.

___________, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta,

1994. ___________, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2000. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 2000. Djajasudarma, Fatimah. Semantik 1 (Pengantar ke Arah Ilmu Makna). Bandung:

PT. Refika Aditama, 1999. ____________ , Semantik 2 ( Pemahaman Ilmu Makna). Bandung: PT.

Refika Aditama, 1999. Fitriyah, Mahmudah dan A Ramlan Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2007. Hidayatullah, Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan.

Jakarta: Jurussan Tarjamah, 2007. Hoed, Hoedoro Salihen, Bahasa dan Terjemahan. Bekasi Timur: Kesaint Blanc,

2006. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, 1982. Kushartanti., dkk, Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia, 2005.

68  

Page 82: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

  

Machali, Rohayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000. Moentaha, Salihen. Bahasa dan Terjemah. Bekasi Timur: Kesaint Blanc, 2006. Mutaqien, Azhar Aulia. "Makna Konotatif dalam Surah al-Baqaroh (StudiAnalisis Alquran Terjemahan al-Jumanatul 'Aliy)." Skripsi S1 Fakultas

Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Nadwi, Abdullah Abbas. Belajar Mudah Bahasa Alquran. Bandung: Mizan, 1996. Ohoiwutun, Paul, Sosio Linguistik. Bekasi Timur: Kesaint Blanc, 2002. Parera, J.D, Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004. Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001. Sadtono, Pedoman Penerjemah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985. Shihab, Quraish, Membumikan Alquran. Bandung: Mizan, 1997. Simatupang, Maurits, Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas, 1999. Sudiati, Vero dan Aloys Widyamartaya, Panggilan Menjadi Penerjemah.

Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2005. Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: HUMANIORA, 2005. Tarigan. Henry Guntur, Pengajaran Semantik. Bandung: ANGKASA, 1995. Umar, Achmad Muktar, Ilmu al-Dilalah. Kairo: Ilmu al-Kutub, 1998. Warson, Ahmad munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Terlengkap.

Surabaya: Pustaka Progressif, 1957. Widyamartaya, A, Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989. Yusuf, Suhendra, Teori Terjemah. Bandung: Mandar Maju, 1999. http://callhavid.wordpress.com/my‐articles/05‐persamaan‐danperbedaan‐

penerjemahan‐tulis‐dan‐lisan‐, diakses pada tanggal 5 maret 2010

69  

Page 83: MAKNA KONOTATIF DALAM SURAT ALI-‘IMRAN (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21144/1/... · Makna inilah yang menjadi obyek utama dalam semantik, dengan kata

  

70  

http://www.studycycle.net/2009/12/perubahan-makna-pergeseran-makna.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2010

http://mauswah.blogspot.com/2007/09/prof-dr-tm-hasbi-ash-shiddieqy-

ulama.html, diakses pada tanggal 8 Maret 2010