MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

22
MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL-MIZAN FI TAFSIR AL-QUR’AN Fiddian Khairudin Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di FIAI UNISI Tembilahan Abstrak Dalam dunia Islam, terdapat perbedaan pendapat yang sangat mencolok antar mazhab-mazhab dalam Islam. Perbedaan tersebut pada awalnya bertendensi politis. Namun watak politik dalam Islam berhubungan erat dengan agama, sehingga dalam orientasinya sering dilakukan pembahasan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok agama (usul al-din) sekitar keimanan dan akidah. Permasalahan imam atau imamah yang selalu diperdebatkan oleh mazhab-mazhab politik, berusaha ditelaah dalam pembahasan ini. Kitab tafsir al- Mizan fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad Husain al- Tabataba’i menjadi sumber primernya. Penafsiran al - Tabataba’i memiliki orientasi penafsiran bi al -ra’yi sangat mempengaruhi penafsiran-penafsiran makna imam di dalam al-Qur’an. Dari aspek substansi penafsiran, al- Tabataba’i menafsirkan kata imam dan bentukannya yang terdapat dalam al-Qur’an pada tujuh ayat. Dalam bentuk mufrad maupun jama’ kata imam menurut al -Tabataba’i memilki makna satu gelar bagi nabi-nabi dan penerus risalah kenabian; pemimpin yang diikuti dalam kebaikan atau keburukan; yang awal atau terdahulu; contoh dalam kebaikan; jalan yang jelas; kitab pedoman suatu kaum; dan al-lawh al-mahfudz. Kata Kunci: Imam, Al-Tabataba’i, dan Kitab tafsir al - Mizan fi Tafsir al-Qur’an

Transcript of MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Page 1: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I

DALAM KITAB AL-MIZAN FI TAFSIR AL-QUR’AN

Fiddian Khairudin

Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di FIAI UNISI Tembilahan

Abstrak

Dalam dunia Islam, terdapat perbedaan pendapat yang

sangat mencolok antar mazhab-mazhab dalam Islam.

Perbedaan tersebut pada awalnya bertendensi politis.

Namun watak politik dalam Islam berhubungan erat

dengan agama, sehingga dalam orientasinya sering

dilakukan pembahasan terhadap masalah-masalah yang

berkaitan dengan pokok-pokok agama (usul al-din) sekitar

keimanan dan akidah. Permasalahan imam atau imamah

yang selalu diperdebatkan oleh mazhab-mazhab politik,

berusaha ditelaah dalam pembahasan ini. Kitab tafsir al-

Mizan fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad Husain al-

Tabataba’i menjadi sumber primernya. Penafsiran al-

Tabataba’i memiliki orientasi penafsiran bi al-ra’yi sangat

mempengaruhi penafsiran-penafsiran makna imam di

dalam al-Qur’an. Dari aspek substansi penafsiran, al-

Tabataba’i menafsirkan kata imam dan bentukannya yang

terdapat dalam al-Qur’an pada tujuh ayat. Dalam bentuk

mufrad maupun jama’ kata imam menurut al-Tabataba’i

memilki makna satu gelar bagi nabi-nabi dan penerus

risalah kenabian; pemimpin yang diikuti dalam kebaikan

atau keburukan; yang awal atau terdahulu; contoh dalam kebaikan; jalan yang jelas; kitab pedoman suatu kaum; dan

al-lawh al-mahfudz.

Kata Kunci: Imam, Al-Tabataba’i, dan Kitab tafsir al-

Mizan fi Tafsir al-Qur’an

Page 2: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

2 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

A. Pendahuluan

Luasnya keanekaragaman karya-karya tafsir tidak dapat

dipungkiri karena telah menjadi fakta bahwa para penafsir pada

umumnya mempunyai cara berfikir yang berbeda-beda, sesuai dengan

latar belakang pengetahuan dan orientasi mereka dalam menafsirkan al-

Qur’an. Sejarah membuktikan, perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak

hanya dalam masalah-masalah penafsiran tapi juga pada sisi-sisi lain

dari ilmu-ilmu keislaman.

Salah satu perbedaan pendapat itu berkisar pada masalah

kepemimpinan (al-imamah). Dinamakan dengan imamah karena

seorang pemimpin disebut imam yang wajib dipatuhi oleh rakyat di

belakangnya. Pemerintahan kenabian menuntut seorang imam untuk

berada di tengah-tengah kaum muslimin agar dapat memperhatikan

kemaslahatan mereka di dunia, memelihara agama mereka yang

diridhai serta menjamin kemerdekaan keyakinan, jiwa dan harta mereka

dalam ruang lingkup syariat Islam.1

Pembahasan ini mencoba mengangkat permasalahan imamah

yang selalu diperdebatkan oleh mazhab-mazhab politik. Penelitian

diarahkan pada penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan kata imam

dalam al-Qur’an dengan mengambil produk penafsiran karya

Muhammad Husayn al-Tabataba’i yang berjudul al-Mizan fi Tafsir al-

Qur’an.2

1 Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyyah, terj. ‘Abd

Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta: Logos, 1996), h. 19. 2 Muhammad Husayn al-Tabataba’i, Islam Syi’ah Asal-Usul dan

Perkembangannya, terj. M. Wahyudin, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989), h. 19.

Page 3: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 3

Fiddian Khairuddin

Telah disepakati tentang kemestian adanya seorang imam untuk

menegakkan persatuan dan mengatur masyarakat, mengusahakan

berlakunya hukum atas kejahatan-kejahatan tertentu, mengumpulkan

zakat dari orang kaya dan mendistribusikannya kepada fakir dan

miskin, mempertahankan batas-batas wilayah kekuasaan,

menyelesaikan perkara dengan cara mengangkat para hakim,

menyatakan pendapat, serta melaksanakan hukum-hukum syariat

sehingga tercipta negara yang penuh keberkatan sebagaimana yang

diajarkan Islam.3

Adanya anggapan bahwa seorang imam ditunjuk berdasarkan nas

dari Nabi, seorang imam juga bebas dari dosa dan kesalahan karena dia

ma’sum seperti halnya para nabi, dan juga seorang imam adalah

pemimpin yang diumumkan Allah agar mereka menjadi saksi atas

segenap manusia, menjadi bumbu-bumbu perbedaan pendapat

tersebut.4 Demikian juga adanya pandangan bahwa al-Qur’an itu

memiliki sisi lahir dan batin. Jika sisi lahir al-Qur’an berkaitan dengan

masalah tauhid, kenabian dan risalah, maka sisi batin al-Qur’an

membahas tentang imamah, wilayah, dan lain sebagainya.5

Inilah yang coba dibahas dalam tulisan ini yakni seputar

bagaimana penafsiran al-Tabataba’i tentang kata imam dalam kitab al-

Mizan fi Tafsir al-Qur’an. Dengan berusaha mengkaji, meneliti,

3 Abu Zahrah, Tarikh…, h. 87-88. 4 Abu Na’im al-Asbahani, Kitab al-Imamah wa al-Radd ‘ala al-Rafidah,

(Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam, 1415 H/1994 M), h. 25-26. Lihat juga

Ali Ahmad as-Salus, Ensiklopedi Sunnah-Syi’ah, terj. Bisri Abdussomad, dkk.,

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Jilid I, h. 29-33. 5 As-Salus, Ensiklopedi…, h. 483-484. Muhammad Husayn al-Zahabi, Al-

Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1989), Jilid. III, h. 96.

Page 4: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

4 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

menelaah dan memahami pemikiran al-Tabataba’i tentang imam

menggunakan metode deskriptif-analitis yang dirasakan lebih tepat

meliputi usaha klasifikasi data, analisa data dan interpretasi data yang

diperoleh sehingga dapat menghasilkan gambaran yang utuh dan

menyeluruh.6

B. AL-Tabataba’i dan Kitab Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an

1. Biografi al-Tabataba’i

Sayyid Muhammad Husayn al-Tabataba’i lahir di kota

Tabriz, 29 Zulhijjah 1321 H dalam keluarga ulama dan keturunan

Nabi Muhammad saw. yang banyak melahirkan ulama-ulama

terkemuka. Yatim piatu pada umur sembilan tahun, al-Tabataba’i

memperoleh pendidikan pada sekolah resmi, kemudian belajar

melalui guru-guru privat sehingga menguasai bahasa Parsi dan

pelajaran lainnya. Mendalami al-Qur’an dan karya klasik seperti

sastra dan sejarah dari buku-buku Gulistan dan Bustan karya Sa’di.

Menginjak dewasa ia belajar di Universitas Syi’ah di Najaf, belajar

fiqh dan ushul fiqh kepada al-Na’ini dan al-Isfahani.7

Amat berpengaruh dalam bidang politik dan sosial, di bidang

lain al-Tabataba’i belajar matematika dari al-Khawansari, dan

filsafat Islam dengan buku asy-Syifa karya Ibn Sina, Tahzib al-

Akhlaq karya Ibn Miskawaih. Ia juga mempelajari gramatika,

6 Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung: Tarsito, 1978),

h. 131. 7 Al-Tabataba’i, Inilah Islam, Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara

Mudah, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992), h. 15. Lihat juga Al-Tabataba’i, Al-Mizan

fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Muassasah al-A’lam li al-Matbu’at, 1411 H/1991 M),

Jilid. I, h. ii.

Page 5: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 5

Fiddian Khairuddin

sintaksis, retorika, mantiq (logika), theologi yang kebanyakan

melalui karya-karya sumber bacaan Islam tradisional Syi’ah.

Bersama Mirza ‘Ali al-Qadir, al-Tabataba’i juga berusaha mencapai

wahana praktek kezuhudan dan kerohanian.8

Tahun 1935, al-Tabataba’i kembali ke Tabriz, perang dunia

II tahun 1945 menjadi alasan al-Tabataba’i pindah ke Qum (pusat

keagamaan Persia) dan mengajarkan tafsir al-Qur’an kepada

ratusan mahasiswa dan melakukan pembaharuan di bidang

pemikiran. Usaha pembaharuannya terlihat dari keteguhannya

mengedepankan gagasan filosofis Islam dan menentang pemikiran

materialistik dengan penuh komitmen memegang nilai Islam. Ia

menggencarkan pemikiran filsafat dan spiritual Islam, serta

menyibukkan diri dalam pengajaran tafsir al-Qur’an untuk waktu

yang lama.9

Selain menulis, membimbing masyarakat, mengajarkan al-

Qur’an dan filsafat dengan melakukan kunjungan di beberapa kota,

ia juga mengajarkan pengetahuan dan pemikiran keislaman kepada

tiga kelompok masyarakat yaitu: murid-murid tradisional yang

menyebar ke seluruh dan luar negeri Iran; kelompok mahasiswa

pilihan tentang ilmu ma’rifat dan tasawuf; dan orang-orang Iran

berpendidikan dan modern.10

Al-Tabataba’i berkepribadian luhur dengan ilmu,

perjuangan, kerja keras dan menulis, kemuliaan intelektualnya

8 Al-Tabataba’i, Islam…, h. 22-23. 9 Ibid..., h. 24. 10 Sayyid Husayn Nasr, Islam Tradisi, terj. Lukman Hakim, (Bandung:

Pustaka, 1994), h. 285.

Page 6: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

6 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

memberikan pengaruh mendalam di kalangan tradisional dan

modern. Ia melahirkan elite intelektual baru di antara kelompok

Islam modern pembawa perubahan dan kemajuan Iran semisal

Murtadha Muthahhari, Ayatullah Muntaziri, Muhammad Mufatih,

‘Ali Quddusi, Javadi Amuli, Nasr Makarim Syirazi, Ja’far Subhani

dan lain-lain dengan memberikan teladan kehalusan budi, serta

kerendahan hati dalam pencarian kebenaran.11

Sebagian dari sekian banyak karya al-Tabataba’i (sekitar 50

buah) antara lain: Risalah fi al-Burhan (penalaran); Risalah fi al-

Mugalatah (sofistri); Risalah fi al-Tahlil (analisis); Risalah fi al-

Tarkib (gramatika); Ushul al-Falsafah (dasar filsafat); dan Al-

Mizan fi Tafsir al-Qur’an. Karya terakhir tersebut di atas

merupakan kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid, karya paling besar

dan monumental bagi al-Tabataba’i.12

Al-Tabataba’i wafat dan dimakamkan di kota Qum pada 15

November 1981, ratusan ribu orang termasuk ulama, pembesar, dan

tokoh pejuang keagamaan hadir dipemakamannya.13

2. Kitab Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an karya al-Tabataba’i

Masyarakat yang menjadi murid-murid meminta al-

Tabataba’i untuk membuat semacam karya tulis di bidang tafsir

menjadi latar belakang penulisan kitab Al-mizan fi tafsir al-Qur’an

yang terdiri dari 20 jilid yang memakan waktu kurang lebih 17

tahun.

11 Al-Tabataba’i, Islam…, h. 19. 12 Ibid. 13 Al-Tabataba’i, Islam…, h. 19.

Page 7: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 7

Fiddian Khairuddin

Al-Mizan adalah nama yang dipakai kitab tafsirnya,

dikarenakan memuat banyak pandangan-pandangan ahli antara lain

tafsir, hadis, ushul, fiqh, bahasa, filsafat dan lainnya. Selanjutnya

al-Tabataba’i menimbang dan memilih pendapat yang lebih kuat

serta menolak pandangan yang dianggap lemah. Tampak dari

uraian-uaraiannya bahwa kitab tafsir ini menggunakan metode

tahlili, dengan didasarkan pada bentuk penafsiran yang meliputi:

a. memasukkan aneka ragam rujukan baik dari kitab tafsir, hadis,

sejarah, tata bahasa, dan lainnya.

b. menggunakan tafsiran ayat atas ayat lainnya selama sesuai,

dengan mengkaji susunan kalimat ayat-ayat tersebut.

c. melengkapi dengan riwayat yang berasal dari Nabi saw. atau

para imam ahlu al-bait yang membahas ayat tersebut.

d. juga memperhatikan asbab al-nuzul, qira’at, munasabah, qaul

sahabat dan tabi’in sebagai pertimbangan.14

Menurut al-Tabataba’i, setiap ayat al-Qur’an dapat dipahami

dari dua sisi, yaitu tersurat atau makna literal dan yang tersirat atau

makna yang terdapat “di balik” teks. Ta’wil dipergunakan dalam

tafsirnya dengan maksud mengembalikan pada permulaan atau

asalnya. Ta’wil yang dimaksud adalah usaha memahami rahasia

batin teks al-Qur’an. Sebuah proses penemuan sesuatu dalam teks

sebagaimana nampaknya kepada pandangan esensi spiritual atau

rahasia batinnya melalui tindakan spiritual atau intuitif. Oleh

karenanya, ta’wil hanya bisa dilakukan orang yang mempunyai

14 ‘Ali al-Awsi, "Muqaddimah" Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut:

Mu’assasah al-A’lami li al-Matbu’ah, 1393 H/1973 M).

Page 8: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

8 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

otoritas dalam menerjemahkan agama yakni Nabi saw. dan para

imam ahlu al-bait.15

Dalam tafsirnya al-Tabataba’i juga membahas filsafat

semisal pandangan al-Farabi dan Ibn Sina, selama sesuai dengan

maksud ayat, dan hanya sebagai penjelasan tambahan. Lain halnya

dengan riwayat israiliyat, penolakannya terjadi terhadap kisah

israiliyat, sehingga ia jarang mengutip kisah israiliyat ketika

menafsirkan al-Qur’an. Analisa lainnya adalah aspek theologis

yang dijalaninya yakni syi’ah, al-Tabataba’i berusaha selalu

menyajikan penafsiran yang sejalan.16

C. Tinjauan Umum Kata “Imam”

Kata imam berasal dari amma-ya’ummu, يؤم –أم , yang artinya

menumpu, meneladani, menyengaja, bermaksud kepada, dan menuju.

Juga ditemukan kata dari akar kata yang sama dengan beberapa makna

lain, diantaranya: kata الأم dengan makna pergi menuju; الأ م bermakna

ibu, dapat juga berarti asal, pangkal, sumber, induk, tempat tinggal atau

tempat kediaman; ة ,mempunyai arti saat, waktu, umat, rakyat الأ م

bangsa; ة الأ ممي ;berarti hal menjadi imam atau hal mengikuti imam الإ م

berarti internasional; ي memiliki arti orang yang tidak dapat الأ م

membaca dan menulis; الأمية bermakna keibuan; لإ مامة ا memiliki arti

hal menjadi, sebagai imam; الإ مام yang berarti imam, pemimpin, setiap

orang yang diikuti oleh sebuah kelompok masyarakat baik dalam

15 Al-Tabataba’i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1415

H/1994 M), h. 47. 16 Ibid.

Page 9: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 9

Fiddian Khairuddin

kebenaran ataupun kesesatan, perumpaan atau contoh, penunjuk jalan

bagi binatang, jalan, arah kiblat, benang pelurus tukang batu, dan al-

Quran al-Karim; الأ مام dengan di muka atau di depan; dan kata الامـم

berarti dekat atau perkara yang jelas.17

Kata imam disebutkan sebanyak tujuh kali dalam al-Qur’an

dalam bentuk mufrad dan lima kali dalam bentuk jamak.18 Bentuk kata

tersebut memiliki beberapa makna sebagaimana disebutkan dalam al-

Qur’an antara lain: imam sebagai jalan umum (QS. al-Hijr: 79); imam

sebagai kitab induk atau al-Lawh al-Mahfud (QS. Yasin: 12); imam

sebagai gelar bagi seorang Nabi (QS. al-Baqarah: 124 dan QS. al-

Furqan: 74); imam sebagai kitab pedoman yang dipegang (QS. Hud: 17

dan QS. al-Ahqaf: 12); imam sebagai pemimpin yang diikuti sebuah

kelompok masyarakat (QS. al-Isra’: 71, QS. al-Tawbah: 12, QS. al-

Anbiya’: 73, QS. al-Qasas: 5 dan 41, dan QS. al-Sajadah: 24).19

Sedangkan Al-‘Usaymin menjelaskan makna imam dimaksudkan

seorang pemimpin sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat aturan

perundangan berdasarkan syariat Islam seperti dalam hadis Nabi Saw.

dengan jalur Abu Hurayrah yang artinya :

“Ada tujuh golongan yang kelak Allah akan melindungi dalam

naungan-Nya pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali

17 Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi, 1413

H/1993 M), Jilid. I, h. 212-223. Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir,

(Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984), h. 42-44. Al-Fayruz Abadi, Al-

Qamus al-Muhith, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1407 H/1987 M), h. 1391-1392.

Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-Wasit, (Kairo: T.Pn., T.Th.), h. 27. 18 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an

al-Karim, (Kairo: Dar al-Hadis, 1417 H/1996 M), h. 99. 19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’

Khadim al-Haramayn al-Syarifayn al-Malik Fahd li Tiba’ah al-Mushaf al-Syarif,

1412 H).

Page 10: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

10 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

dari-Nya, (yaitu): seorang pemimpin yang adil, dan pemuda yang

tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, dan seseorang yang hatinya

selalu terpaut di masjid, dan dua orang yang saling mencintai

karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah

karena Allah, dan laki-laki yang dirayu oleh wanita yang

memiliki kedudukan dan kecantikan lalu dia berkata:

‘Sesungguhnya saya takut kepada Allah’, dan seseorang yang

bersedekah lantas dia menyembunyikan sedekahnya tersebut

sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah

diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat

Allah di kala sepi sampai meneteskan air mata.”20

Kata imam pada hadis dalam definisi secara terminologi, maka

pembahasannya sering dikaitkan dengan imamah (kepemimpinan

religius-politis) dalam masyarakat muslim. Al-Mawardi memaknai

imam atau imamah merupakan posisi pengganti kepemimpinan Nabi

yang mengemban tugas menjalankan kepemimpinan umum dan agama.

Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad Najib al-Muti’i dan ibn

Khaldun, bahwa imamah sebagai usaha membawa masyarakat kembali

kepada tuntunan Islam untuk kebaikan dunia dan akherat, karena

masalah-masalah duniawi harus kembali kepada Allah, dan pada

hakekatnya imam adalah pembawa ajaran Islam demi keutuhan agama

dan mengelola urusan dunia.21 Senada dengan hal di atas, Al-Jurjani

20 Hadis riwayat al-Bukhari dalam Kitab al-Azan, no. hadis 660 dan Imam

Muslim dalam Kitab al-Zakat, no. hadis 1031. Lihat pada: Muhammad ibn Salih al-

‘Usaymin, Syarhu Riyad al-Salihin, (Riyad: Dar al-Watan, 1416 H), Jilid. VI, h. 363-

367. 21 ‘Abdullah al-Dumayji, Al-Imamah al-‘Uzma, (Riyad: Dar Tayyibah, 1409

H), h. 28-29.

Page 11: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 11

Fiddian Khairuddin

juga memaknai imam sebagai orang yang menjalankan kepemimpinan

umum dalam urusan agama maupun politik.22

D. Penafsiran At-Tabataba’i Tentang Kata “Imam”

Bagi sebagian mazhab, imam atau imamah adalah pokok dari

ajarannya yang jika seseorang mengingkari hal ini maka yang

bersangkutan dianggap telah meninggalkan ke-Islaman-nya.23 Sebagai

salah seorang mufassir, al-Tabataba’i memiliki pandangan yang kental

dengan latar teologisnya. Dalam kitab tafsirnya, Al-Mizan fi Tafsir al-

Qur’an, tema imam mendapat banyak porsi untuk dibahas.

Menurutnya, struktur kenegaraan sebuah negeri untuk mengatur

persoalan keagamaan dan kemasyarakatan tidak dapat berjalan jika

tidak ada pihak yang mampu. Kepemimpinan dalam keagamaan dan

masyarakat dikenal sebagai imamah, imam adalah pelaku utamanya.24

Al-Tabataba’i mengemukakan bahwa imam yang dimaksud

merupakan pengganti Nabi saw. dalam mengemban tugas menegakkan

budaya dan hukum agama. Penafsiran al-Tabataba’i terhadap kata imam

dalam al-Qur’an diklasifikasikan dengan beberapa pemaknaan:

1. Gelar Imam Bagi Nabi-Nabi dan Penerus Risalah Kenabian

a. QS. al-Baqarah: 124

Allah Swt. menjelaskan tentang ujian-ujian kepada Nabi

Ibrahim as, disebutkan dengan menggunakan redaksi:

22 Syarif al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1416

H/1995 M), h. 35. 23 Irfan Zidny, Bunga Rampai Ajaran Syi’ah dalam kumpulan makalah

“Seminar Sehari tentang Syi’ah”, (Jakarta: LPPI, 2000), h. 30-31. 24 Al-Tabataba’i, Inilah Islam…, h. 115.

Page 12: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

12 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

ه ٱبتلى ۞وإذ ه إبر ت ف ۥم رب ن بكلم ه تم

أ Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa

kalimat (perintah dan larangan).

Menurut al-Tabataba’i, ayat ini menjadi tanda tentang

anugerah Allah swt. kepada Nabi Ibrahim berupa pemberian status

imam. Gelar ini diperoleh Ibrahim pada masa akhir dari

kehidupannya, yaitu setelah kelahiran Isma’il as dan Ishaq as.

ري ماما قال ومن ذ اس إ ي قال إن جاعل ك للن تSesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi manusia.

Ibrahim berkata: (Dan Saya mohon juga) dari keturunanku.

Kata " إماما " sebagai gelar bagi nabi karena dijadikan teladan

dan manusia mengikuti dan malaksanakan ajaran-ajaran yang

disampaikan Nabi Ibrahim.25

Dalam bahasan imam ini, al-Tabataba’i merumuskan

beberapa hal penting yang menjadi background theologisnya: gelar

imam merupakan pemberian dari Allah; seorang imam wajib

bersifat ma’sum; selama manusia berada di muka bumi, keberadaan

seorang imam merupakan sebuah keniscayaan; seorang imam

ditentukan oleh Allah; seorang imam dapat mengetahui perbuatan-

perbuatan manusia; imam perlu mengetahui segala sesuatu yang

berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk kebahagiaan

mereka di dunia dan akhirat; dan seorang imam harus melebihi

manusia biasa dalam keutamaan moral.

25 Al-Tabataba’i, Al-Mizan…, I: 262-270.

Page 13: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 13

Fiddian Khairuddin

Uraian di atas menegaskan bahwa maqam tertinggi dari

seorang manusia adalah ketika dia menjadi seorang imam.26

b. QS. al-Anbiya’: 73

Kata " أئمة " dalam ayat ini, merupakan bentuk pernyataan

Allah bahwa Dia akan mengangkat nabi-nabi sebagai "imam" yang

diikuti dan dijadikan teladan, khususnya adalah nabi Ibrahim.27

م ه مرنا وجعلن

ن بأ و ة يهد ئم

أ Dan Kami menjadikan mereka (Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub)

sebagai imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah

Kami.

Redaksi ayat " يهدون بأمرنا " yang disebutkan setelah " أئمة "

menjelaskan keberadaan imam-imam yang ditunjuk Allah, ketika

melakukan aktivitas kebaikan memperoleh hidayah langsung dari

Allah, sehingga seorang imam pasti bersifat ma’sum dari kesesatan

dan dosa-dosa maksiat.28

2. Pemimpin yang Diikuti dalam Kebaikan dan Keburukan

Dalam kitab tafsirnya, al-Tabataba’i menafsirkan kata imam

dengan makna pemimpin yang diikuti apakah dalam kebaikan

ataupun keburukan, pada tiga ayat yang berbeda, yaitu:

a. QS. al-Isra’: 71

يوم

أ وا ك به ندع وت كت

مهم فمن أ ۥناس بإم ئك ۦبيمينه ولى

فأون فتيل ظلم م ول ي به ون كت ٧١يقرء

26 Ibid…, h. 272. Lihat juga: Al-Tabataba’i, Inilah…, h. 120. 27 Al-Tabataba’i, Al-Mizan…, Jilid. XIV, h. 304. 28 Ibid…, Jilid. I, h. 269.

Page 14: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

14 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap

umat dengan pemimpin mereka, dan barangsiapa yang

diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka

ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya

sedikitpun.

Yang dimaksud kata “ إمام “, dalam ayat ini adalah pemimpin.

Pada hari kiamat, Allah swt. akan memanggil setiap manusia

bersama orang-orang yang mereka jadikan pemimpin. Ada dua tipe

pemimpin yang dijadikan panutan, yaitu pemimpin dalam kebaikan

dan pemimpin dalam kesesatan. Al-Tabataba’i menolak pendapat

yang menafsirkan kata imam pada ayat ini dengan makna nabi yang

menjadi pemimpin umat, karena seseorang yang dijadikan panutan

bukan hanya dalam kebenaran tapi juga bisa dalam kesesatan.29

Ada beberapa versi penafsiran dalam memahami kata imam

dalam ayat ini, antara lain: kitab suci yang dijadikan pedoman,

seperti Taurat, Injil dan al-Qur’an; nabi atau syaitan, jika nabi

mengajak di jalan yang benar, maka syaitan mengajak pada

kesesatan; buku catatan amal perbuatan manusia; ibu-ibu mereka,

karena kata إمام dengan kata الأم (ibu), memiliki akar kata sama; dan

segala sesuatu yang diikuti baik dalam kebenaran maupun

kesesatan. Makna terakhir bersifat umum, karena apa saja yang

diikuti maka dialah yang akan menjadi imam, seperti: nabi, wali,

syaitan, agama, buku yang dijadikan pedoman ataupun pola hidup

yang dijalani.

29 Ibid…, Jilid. XIII, h. 163-165.

Page 15: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 15

Fiddian Khairuddin

Uraian di atas menggambarkan keluasan pemahaman al-

Tabataba’i tentang penafsiran yang berbeda pada sebuah ayat.

Namun demikian, al-Tabataba’i cenderung memahami makna

imam dalam ayat ini dengan makna pemimpin yang diikuti.

Panggilan Allah pada hari kiamat tidak hanya memanggil nama-

nama pemimpin mereka saja, namun juga menghadirkan pemimpin-

pemimpin tersebut.

b. QS. al-Qashash: 5

عل ون ريد ن م ن ن

ين أ ٱل وا ضعف رض ف ٱست م ٱل عله ة ون ئم

م أ عله ون

رثي ٥ ٱلوDan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang

tertindas (Bani Isa’'il) di bumi itu dan Kami hendak menjadikan

mereka pemimpin dan menjadikan mereka prang-orang yang

mewarisi (bumi).

Menurut al-Tabataba’i, kata " أئمة " pada ayat ini untuk

menunjuk pemimpin-pemimpin yang dipilih Allah swt. bagi orang-

orang yang tertindas mendapat karunia berupa kenikmatan dan

keselamatan dari penindasan atau kedzaliman.30 Al-Tabataba’i

menambahkan penafsirannya bahwa terdapat imam-imam yang

mendapatkan penindasan namun mereka dipilih Allah untuk

menjadi pemimpin-pemimpin yang diikuti.

c. QS. al-Sajdah: 24

Senada dengan bahasan pada QS. al-Qashash: 5, dalam ayat

ini, al-Tabataba'i mengemukakan tentang pengangkatan pemimpin

30 Ibid…, Jilid. XVI, h. 8-10.

Page 16: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

16 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

yang mengajak kaumnya kepada kebaikan. Allah akan menjadikan

pemimpin-pemimpin yang berasal dari kalangan mereka sendiri,

yaitu pemimpin-pemimpin yang memiliki sifat sabar dan

memegang keyakinannya dengan petunjuk Allah swt.

وكن وا ب‍ا وجعلنا وا ا صب مرنا لم

ون بأ ة يهد ئم

م أ ون منه ي وقن تنا ٢٤يDan Kami jadikan pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk

dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini

ayat-ayat Kami.

3. Yang Awal atau Dahulu

a. QS. al-Tawbah: 12

Orang-orang yang awal atau lebih dahulu dalam bersikap

kafir dengan redaksi kata " أئمة " pada ayat.

ة وإن ئم

تل وا أ م فق ينك ن بعد عهدهم وطعن وا ف د م م نه يم

وا أ كث نفر ون ٱلك م ينته م لعله ن له يم

م ل أ ه ١٢إن

Jika mereka merusak sumpah (janji) nya sesudah mereka berjanji,

dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah orang-orang

yang paling awal pada kekafiran, karena sesungguhnya mereka itu

adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar

supaya mereka berhenti.

Dalam ayat ini, Allah menggunakan kata " أئمة الكفر " bagi

orang-orang yang paling awal atau terdahulu dalam ke-kufur-an

kepada ayat-ayat Allah, sehingga orang-orang mengikuti jejak

mereka dalam kekafiran. Perintah untuk membunuh mereka

dimaksudkan sebagai upaya untuk mengehentikan perilaku buruk

mereka berupa melanggar janji dan kesepakatan yang telah dibuat.

Page 17: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 17

Fiddian Khairuddin

b. QS. al-Qashash: 41

م ه ون إل وجعلن يدع ة ئم

لناري أ مة ويوم ٱ ون ٱلقي ٤١ل ي نص Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru

(manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan

ditolong.

Menurut al-Tabataba’i, makna kata " أئمة " pada ayat ini

adalah orang-orang yang paling awal dan terdahulu dalam kesesatan

dan diikuti oleh orang-orang setelahnya dalam perilaku kafir serta

berbuat maksiat kepada Allah.31

4. Contoh dalam Kebaikan

Pada QS. al-Furqan: 74.

ذا وإذا ه

وا أ ز ونك إل ه خذ وك إن يت

يرأ ول ٱلل بعث ٱل ٤١رس Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Al-Tabataba’i menerjemahkan kata imam dengan makna

contoh atau misal. Tema ayat ini mengisahkan sifat orang-orang

yang mendapat kemuliaan, mereka memohon agar Allah

menjadikan mereka sebagai contoh bagi orang-orang bertakwa

dalam hal mencari kebaikan dan rahmat Allah sehingga orang-

orang bertakwa tersebut mau mengikuti mereka.32

5. Jalan yang Jelas

Menurut al-Tabataba’i, kata " إمام " yang terdapat pada QS.

al-Hijr: 79 berarti jalan yang jelas.

بي فٱنتقمنا لإمام م ما ه م وإن ٧٩منه

31 Ibid…, Jilid. XV, h. 38-40. 32 Ibid…, h. 243-244.

Page 18: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

18 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

Maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota

(kota kaum Luth dan Aykah) itu benar-benar terletak di jalan yang

jelas.

Allah menjelaskan perilaku buruk dan kedzaliman yang

dilakukan penduduk kota Ashab al-Aykah, sebutan bagi kaum Nabi

Syu’ayb as dan kaum Nabi Luth as,lalu Allah membinasakan

mereka semua. Al-Tabataba’i mengemukakan bahwa letak kedua

kota tersebut berada di sepanjang jalan antara kota Madinah dan

negeri Syam.33

6. Kitab Pedoman bagi Sebuah Kaum

Di dalam al-Qur’an ada dua ayat yang memiliki susunan

redaksi sama menyebut kata " إماما " dengan makna kitab pedoman

bagi suatu kaum, sebagaimana disebutkan pada QS. Hud: 17 dan

QS. al-Ahqaf: 12

ماما ورحة ۦومن قبله وسى إ م ب كتDan sebelum al-Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk

dan rahmat.

Kata " إماما " pada potongan ayat di atas, berkedudukan

sebagai hal untuk menjelaskan posisi Kitab Taurat yang diturunkan

kepada Nabi Musa as dan dijadikan pedoman dan petunjuk setiap

amal perbuatan kaum Bani Isra’il.34

7. Al-Lawh Al-Mahfudz

Di dalam QS. Yasin: 12

33 Ibid…, Jilid. XII, h. 185. 34 Ibid…, Jilid. X, h. 177-178 dan Jilid. XVIII, h. 200.

Page 19: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 19

Fiddian Khairuddin

بي وك م مام ه ف إ حصين

ء أ ١٢شDan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata

(Lauh Mahfuzh).

Disebutkan kata " إمام " yang ditafsirkan dengan makna al-

lawh al-mahfudz, yang merupakan sebuah kitab berisi ketetapan

Allah bagi makhluk-Nya dan segala hal yang ada di alam semesta

ini. Menurut al-Tabataba’i, kitab ini juga memiliki beberapa nama

lain seperti: Ummu al-Kitab, al-Kitab al-Mubin, atau al-Imam al-

Mubin. Namun al-Tabataba'i menolak pendapat bahwa kata " إمام "

dengan makna "catatan amal perbuatan manusia" atau pendapat

yang menyatakan bahwa " الإمام المبين " adalah pengetahuan Allah

yang terdahulu, karena dua pandangan ini tidak sesuai dengan sifat

al-lawh al-mahfudz.35

Dari uraian di atas al-Tabataba’i menafsirkan makna kata "

baik dalam bentuk tunggal maupun jamak, yang terdapat di " إمام

dalam al-Qur’an dapat dikelompokkan ke dalam beberapa makna,

yaitu: gelar imam bagi nabi-nabi dan penerus risalah kenabian;

pemimpin yang diikuti dalam kebaikan atau keburukan; yang awal

atau terdahulu; contoh dalam kebaikan; jalan yang jelas; kitab

pedoman suatu kaum; dan al-lawh al-mahfudz. Al-Tabataba’i

tampaknya memiliki pandangan tentang penggunaan dan

pemaknaan kata " إمام ". Kata " إمام ", dalam bentuk mufrad memiliki

konotasi positif, sedangkan kata " أئمة ", dalam bentuk jamak, dapat

berkonotasi positif juga negatif tergantung pada kata lain yang

35 Ibid…, Jilid. XVII, h. 67-68.

Page 20: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

20 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

mengikuti kata tersebut, baik ketika dalam bentuk idafah ataupun

hanya sekedar menjelaskan sifat kata tersebut. Adanya corak atau

warna penafsiran al-Tabataba’i seperti tergambar dilatarbelakangi

oleh spesialisasi keilmuannya, dan latar belakang theologis yang

dianut, serta kondisi sosial budaya yang dihadapi.

E. Kesimpulan

Dari semua bahasan tentang penafsiran makna kata " إمام " yang

terdapat dalam kitab tafsir Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an karya

Muhammad Husayn al-Tabataba’i, baik dalam bentuk tunggal maupun

jamak dikelompokkan ke dalam beberapa macam makna, yaitu: gelar

imam bagi nabi-nabi dan penerus risalah kenabian; pemimpin yang

diikuti dalam kebaikan atau keburukan; yang awal atau terdahulu;

contoh dalam kebaikan; jalan yang jelas; kitab pedoman suatu kaum;

dan al-lawh al-mahfudz. Dalam penafsiran al-Tabataba’i terhadap kata

أئمة " dalam bentuk mufrad berkonotasi positif, sedangkan kata " إمام "

", dalam bentuk jamak berkonotasi positif juga dapat berkonotasi

negatif. Allah a’lam bi al-Shawab.

Page 21: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

Makna Imam Menurut ath-Thabathaba’i dalam Kitab al-Mizan …. | 21

Fiddian Khairuddin

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Al-Fayruz. Al-Qamus al-Muhith. Beirut: Muassasah al-Risalah.

1407 H/1987 M.

Abu Zahrah, Muhammad. Tarikh al-Mazahib al-Islamiyyah. terj. ‘Abd

Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib. Jakarta: Logos. 1996.

Al-Asbahani, Abu Na’im. Kitab al-Imamah wa al-Radd ‘ala al-

Rafidah. Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam. 1415

H/1994 M.

Al-Baqi, Muhammad Fuad ‘Abd. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-

Qur’an al-Karim. Kairo: Dar al-Hadis. 1417 H/1996 M.

Al-Dumayji, ‘Abdullah. Al-Imamah al-‘Uzma. Riyad: Dar Tayyibah.

1409 H.

Al-Jurjani, Syarif. Kitab al-Ta’rifat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

1416 H/1995 M.

Al-Salus, Ali Ahmad. Ensiklopedi Sunnah-Syi’ah. terj. Bisri

Abdussomad, dkk. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2001.

Al-Tabataba’i, Muhammad Husayn. Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an.

Beirut: Muassasah al-A’lam li al-Matbu’at. 1411 H/1991 M.

_______, Inilah Islam, Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam

Secara Mudah. Jakarta: Pustaka Hidayah. 1992.

_______, Islam Syi’ah Asal-Usul dan Perkembangannya. terj. M.

Wahyudin. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1989.

_______, Mengungkap Rahasia al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1415

H/1994 M.

Al-‘Usaymin, Muhammad ibn Salih. Syarhu Riyad al-Salihin. Riyad:

Dar al-Watan. 1416 H.

Page 22: MAKNA IMAM MENURUT AL-THABATHABA’I DALAM KITAB AL …

22 | Jurnal Syahadah

Vol. V, No. 1, April 2016

Al-Zahabi, Muhammad Husayn. Al-Tafsir wa al-Mufassirun. Kairo:

Maktabah Wahbah. 1989.

Anis, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasith. Kairo: T.Pn., T.Th.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Madinah:

Mujamma’ Khadim al-Haramayn al-Syarifayn al-Malik Fahd

li Tiba’ah al-Mushaf al-Syarif. 1412 H.

Ibn Manzur. Lisan al-‘Arab. Beirut: Dar Ihya al-Turas al-‘Arabi. 1413

H/1993 M.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Yogyakarta:

Pondok Pesantren al-Munawwir. 1984.

Nasr, Sayyid Husayn. Islam Tradisi, terj. Lukman Hakim. Bandung:

Pustaka. 1994.

Surakhmad, Winarno. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.

1978.

Zidny, Irfan. Bunga Rampai Ajaran Syi’ah dalam kumpulan makalah

“Seminar Sehari tentang Syi’ah”. Jakarta: LPPI. 2000.