Makalah_GERONTIK[1]

27
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Constantinindes, proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita disebut penuaan ( Darmojo, 2009) Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua ini mengakibatkan penurunan fungsional dari organ-organ pada lanjut usia diantaranya penurunan penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan yang berhubungan dengan penurunan fungsi sensori yang berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang). Penyakit yang ditimbulkan akibat penurunan fungsi sensori pada penglihatan adalah: 1. Penurunan kemampuan penglihatan 2. ARMD ( age- related macular degeneration ) 3. Glaucoma 4. Katarak 5. Entropion dan ekstropion Sedangkan penyakit yang ditimbulkan akibat penurunan fungsi sensori pada pendengaran adalah: 1. Tuli 2. Tinnitus 3. Presbiskusis Kerusakan fungsi pengecap akibat penurunan fungsi sensori akan menyebabkan makan kurang bergairah, terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin). Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi. Pada makalah ini penulis akan membahas penyakit yang disebabkan oleh perubahan sistem sensori pada pendengaran yaitu Presbikusis dan penglihatan yaitu Katarak. Kedua penyakit ini dibahas lebih lengkap pada makalah karena penyakit tersebut lebih sering terjadi pada lansia. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan lansia? 2. Apa yang dimaksud dengan sistem sensori? 3. Bagaimana anatomi fisiologi dan patofisiologi yang terjadi pada perubahan-perubahan lansia? 4. Apa penyakit yang disebabkan oleh perubahan sistem sensori pada lansia? 5. Bagaimana patofisiologi pada penyakit tersebut? 6. Bagaimana proses keperawatan pada penyakit tersebut? 7. Bagaimana terapi komplementer pada penyakit tersebut? I.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian lansia 2. Mengetahui pengertian sistem sensori 3. Mengetahui anatomi fisiologi dan patofisiologi yang terjadi pada perubahan-perubahan lansia. 4. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh perubahan sistem sensori pada lansia. 5. Mengetahui patofisiologi pada penyakit tersebut. 6. Mengetahui proses keperawatan pada penyakit tersebut. 7. Mengetahui terapi komplementer pada penyakit tersebut. 1

description

Makalah_GERONTIK[1]

Transcript of Makalah_GERONTIK[1]

BAB I

PENDAHULUANI.1. Latar BelakangMenurut Constantinindes, proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita disebut penuaan ( Darmojo, 2009)

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua ini mengakibatkan penurunan fungsional dari organ-organ pada lanjut usia diantaranya penurunan penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan yang berhubungan dengan penurunan fungsi sensori yang berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang).Penyakit yang ditimbulkan akibat penurunan fungsi sensori pada penglihatan adalah:

1. Penurunan kemampuan penglihatan

2. ARMD ( age- related macular degeneration )

3. Glaucoma

4. Katarak

5. Entropion dan ekstropion

Sedangkan penyakit yang ditimbulkan akibat penurunan fungsi sensori pada pendengaran adalah:

1. Tuli

2. Tinnitus

3. Presbiskusis

Kerusakan fungsi pengecap akibat penurunan fungsi sensori akan menyebabkan makan kurang bergairah, terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin). Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.

Pada makalah ini penulis akan membahas penyakit yang disebabkan oleh perubahan sistem sensori pada pendengaran yaitu Presbikusis dan penglihatan yaitu Katarak. Kedua penyakit ini dibahas lebih lengkap pada makalah karena penyakit tersebut lebih sering terjadi pada lansia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lansia?

2. Apa yang dimaksud dengan sistem sensori?

3. Bagaimana anatomi fisiologi dan patofisiologi yang terjadi pada perubahan-perubahan lansia?

4. Apa penyakit yang disebabkan oleh perubahan sistem sensori pada lansia?

5. Bagaimana patofisiologi pada penyakit tersebut?

6. Bagaimana proses keperawatan pada penyakit tersebut?

7. Bagaimana terapi komplementer pada penyakit tersebut?

I.3. Tujuan1. Mengetahui pengertian lansia

2. Mengetahui pengertian sistem sensori

3. Mengetahui anatomi fisiologi dan patofisiologi yang terjadi pada perubahan-perubahan lansia.

4. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh perubahan sistem sensori pada lansia.5. Mengetahui patofisiologi pada penyakit tersebut.6. Mengetahui proses keperawatan pada penyakit tersebut.7. Mengetahui terapi komplementer pada penyakit tersebut.1.4 Manfaat

1. Memenuhi tugas mata kuliah gerontik pada semester VII2. Menambah wawasan mengenai perubahan sistem sensori pada lansiaBAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian

2.1.1. Lansia

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua (lansia) adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,

b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,

c. Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun, dan

d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.1.2. Sistem sensorikSistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut. Informasi yang diolah oleh sistem sensori mungkin dapat menyadarkan kita tentang adanya stimulus, namun bisa juga kita tidak menyadari adanya stimulus tertentu. Tanpa memperhatikan apakah informasi tersebut menggugah kesadaran kita atau tidak, informasi tersebut adalah informasi sensori.

Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera).2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sensori

1. Usia

Bayi tidak bisa membedakan stimulus sensori karena jalur sarafnya belum matang

Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ sensori dan fungsi persyarafan sehingga mengalami penurunan ketajaman & lapang pandang, penurunan pendengaran, perubahan gustatori dan olfaktori, dll.

2. Medikasi

Beberapa antibiotika (mis: streptomisin, gentamisin) bersifat ototoksik dan secara permanen dapat merusak syaraf pendengaran

Kloramfenikol dapat mengiritasi syaraf optik

Obat analgesik, narkotik, sedatif dan antidepresan dapat mengubah persepsi stimulus

3. Lingkungan

Stimulus lingkungan yang terlalu berlebih (ramai/bising) dapat menimbulkan beban sensori yang berlebih, yang biasanya ditandai dengan kebingungan, disorientasi dan tidak mampu membuat keputusan

Stimulus lingkungan yang terbatas (mis: isolasi) dapat mengarah pada deprivasi sensori

Kualitas lingkungan yang buruk juga dapat memperparah keruakan sensori. Mis: penerangan yang buruk, lorong yang sempit.

4. Tingkat kenyamanan

Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap stimulus

5. Penyakit yang diderita Katarak dapat menyebabkan penurunan penglihatan Infeksi pada telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dll.

6. Merokok Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atrofi ujung2 saraf pengecap sehingga mengurangi persepsi rasa

7. Tindakan medis Intubasi endotrakea menyebabkan kehilangan kemampuan bebicara sementara.

2.2. Anatomi Fisiologi Fungsi SensoriPada Lansia2.2.1. Anatomi sistem penglihatan (mata)Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh pembuluh darah yang ada didalamnya, pembuluh pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari kekeringan. Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung.a. Bola mataBola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil yang membentuk kornea. Lapisan tengah yaitu koroid mengandung pembuluh pembuluh darah yang arteriolnya masuk kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut. Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar diretina dan kemudian dengan saraf saraf ganglion diteruskan keserabut saraf optikus. Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang. Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan penglihatan warna. Sel sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan malam. Sel sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang. Regenerasi rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap. Defisiensi vitamin A mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari.b. Iris dan lensaIris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter dan otot otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat.Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensa tersusun dari sel sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar.2.2.2. Fisiologi penglihatan (mata) Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal.

Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual. Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP). Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem. Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang suprakoroid. Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris. Sistem pertahanan katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional.2.2.6. Anatomi sistem pendengaran (telinga) Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda. Telinga mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :

Telinga dibagi menjadi 3 bagian : a. Telinga luar Auricula : Mengumpulkan suara yang diterima Meatus Acusticus Eksternus : Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna Canalis Auditorius Eksternus : Meneruskan suara ke memberan timpani Membran timpani : Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang mekanikb. Telinga tengah Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"- secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari : Tuba auditorius (eustachius)Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk : Proteksi: melindungi ndari kuman Drainase: mengeluarkan cairan. Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam. Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) : Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan berkembang.c. Telinga DalamTelinga dalam terdiri dari : Koklea Skala vestibule: mengandung perlimfe Skala media: mengandung endolimfe Skala timani: mengandung perlimfe Organ corti : Mengandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran di membran basilaris.

Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus.Gangguan pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan, orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah alat bantu dengar akan dapat membantu menambah kemampuan mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi lebih buruk dari keadaan saat ini dengan menghindari sering terpapar oleh bising yang keras. 2.2.4. Fisiologi pendengaran Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.

Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

2.2.6. Anatomi sistem penciuman (hidung) Hidung merupakan bagian yang paling menonjol pada wajah. Fungsinya sebagai jalan napas, alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring & pembersih udara, indera pembau, resonansi suara, membantu proses berbicara, dan refleksi nasal. Hidung juga merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata. Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1. Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa digerakkan.2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan. 3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah digerakkan. Struktur penting dari anatomi hidung : 1. Dorsum nasi (batang hidung) Struktur yang membangun dorsum nasi (batang hidung) : a. Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) b. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung)c. Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian lunak dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dan perikondrium pada kartilago alaris. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian keras dari dorsum nasi (batang hidung). Tersusun oleh os nasalis dan ossis maksila prosesus fron talis. 2. Septum Nasi Fungsi utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua kavum nasi (lubang hidung). Struktur yang membangun septum nasi adalah 2 tulang dan 2 kartilago, yaitu :a. Bagian anterior septum nasi : Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan, yaitu kartilago quadrangularis, cartilago alaris mayor crus medial, dan cartilago septi nasi. Bagian anterior septum nasi terdapat plexus Kiesselbach.b. Bagian posterior septum nasi : Bagian posterior septum nasi tersusun oleh os vomer dan os ethmoidalis lamina perpendikularis . Kelainan septum nasi yang paling sering ditemukan adalah deviasi septi. 3. Kavum Nasi (Lubang Hidung)Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan mukosa respiratori. Rongga hidung tersusun oleh : a. Nares anterior (nosetril). Nares anterior merupakan lubang depan rongga hidung (cavitas nasi). b. Vestibulum nasi. Letaknya dibelakang nares anterior. Vestibulum nasi dilapisi oleh rambut dan kelenjar sebasea. c. Nares posterior (choanae). Nares posterior (choanae) merupakan lubang belakang rongga hidung (cavitas nasi).P enghubung antara rongga hidung (cavitas nasi) dengan nasofaring. 2.2.6. Fisiologi penciuman Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.2.2.6. Anatomi sistem peraba (kulit) Kulit merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala.Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu:a. Epidermis Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, yaitu : Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan pengecatan terhadap kulit dan rambut Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.b. Dermis Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu a) Akar Rambutb) Pembuluh Darahc) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dane) Serabut SarafPada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya. Oleh karena itu kulit merupakan organ terluas dimana pada organ ini terdapat reseptor panas (ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa nyeri atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan (meissner).

2.2.8. Fisiologi peraba Fungsi kulit secara umum:

1. Sebagai proteksia. Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)b. Melindungi dari trauma yang terus menerus.c. Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.d. Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.e. Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.2. Pengontrol/pengatur suhu. a. Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh: a. Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.b. Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.c. Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksid. Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)4. Sensibilitas a. Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.5. Keseimbangan Air a. Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.b. Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.

2.2.9. Anatomi sistem perasa (lidah) Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu: 1. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus2. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah;3. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papila folliata pada hewan pengerat. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang.

2.2.10. Fisiologi lidaha. Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva.b. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap.Sensasi Rasa:a. Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis .terletak di ujung lidah.b. Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah.c. Substansi asin dapat dirasakan pada hampir seluruh area lidah, tetapi reseptornya terkumpul di bagian samping lidah.d. Substansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap di bagian belakang lidah.

2.3. Patofisiologi Perubahan Fungsi Sistem SensorisPanca indera mungkin menjadi kurang efisien dengan proses penuaan, bahaya bagi keselamatan, aktivitas, kehidupan sehari-hari yang normal dan harga diri secara keseluruhan. (Mickey Stanley, Buku Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006).

Meskipun semua lansia mengalami kehilangan sensorik dan sebagai akibatnya berisiko mengalami deprivasi sensorik, namun tidak semua akan mengalami deprivasi sensorik. Salah satu indra dapat mengganti indera dalam mengobservasi dan menerjemahkan ransangan. (Smeltzer, Suzanne C, buku ajar medical beda, edisi 8, 2001, hal: 179)Defisit Sensori: suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan. Klien tidak mampu menerima stimulus tertentu (mis: buta, tuli) atau stimulus menjadi distorsi (mis: penglihatan kabur karena katarak). Klien dengan defisit sensori dapat berperilaku dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif.

Deprivasi sensori : Klien mengalami stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak bermakna.Tiga jenis deprivasi sensori adalah: a. Kurangnya input sensori, mis: kehilangan penglihatan/pendengaran b. Eliminasi perintah/makna dari input,mis: berada di lingkungan asing c. Restriksi dari lingkungan, mis: tirah baring, lingkungan yang monoton2.4. Perubahan Fungsi Sistem Sensoris Perubahan pada Sistem Sensoris Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori. 1. Penglihatan Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata, yaitu katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua:

1.1. Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi. Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari hal ini yaitu kesulitan dalam membaca huruf- huruf yang kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak pandang dekat.1.2. Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.1.3. Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah penglihatan menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), perubahan dalam persepsi warna.1.4. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi terjadi sindrom mata kering.2. PendengaranPenurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua:2.1. Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l).2.2. Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.2.3. Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi suara. 3. Perabaan Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak.mengundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.

4. Pengecapan Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang. 5. Penciuman Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau.2.5. Penyakit Akibat Perubahan Fungsi Sensori Pada Lansia1. Kataraka. Defenisi

Katarak adalah suatu kedaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Kekeruhan pada lensa yang kecil tidak banyak mengganggu penglihatan. Bila kekeruhannya tebal maka penglihatan sangat terganggu sehingga perlu dilakukan tindakan pada lensa yang keruh tersebut. Biasanya katarak yang mengakibatkan penglihatan yang kabur dapat mengganggu penglihatan sehingga kadang-kadang sampai tidak melihat atau berkabut tebal sekali. Katarak adalah tertutupnya lensa mata sehingga pencahayaan dan fokusing (retina) terganggu. Katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertambahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganan yang tepat adalah pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak. Pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas, namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.b. Etiologi

Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.

3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik

c. Manifestasi Klinis

Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Beratnya gangguan penglihatan tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak. Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap. Gangguan penglihatan bisa berupa:

1. Kesulitan melihat pada malam hari 2. `Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata3. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).

Gejala lainnya adalah:

1. Sering berganti kaca mata2. Penglihatan ganda pada salah satu mata.

Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (glaukoma), yang bisa menimbulkan rasa nyeri. Secara umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut :

1. Berkabut, berasap, penglihatan tertututp film.

2. Perubahan daya lihat warna.

3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.

4. Lampu dan matahari sangat mengganggu.

5. Sering meminta ganti resep kaca mata.

d. Patofisiologi

Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat lensa serat yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata.

Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.

2. Presbikusis

a. Definisi

Presbikusis adalah tuli sensorineural pada lanjut usia akibat prose degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Fenonema tersebut sebagai suatu penyakit simetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran). Penyebab dari perubahan dengan konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitan dengan perubahan pada tulang di dalam tulang mastoid. Dalam presbiskusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahan. Karena perubahan berlangsung lambat, klien mungkin tidak segera mencari bantuan yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat diidentifikasi dan alat bantu di berikan, semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umumnya berlangsung secara bertahap, seseorang mungkin tidak menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seorang anggota keluarga atau teman yang mengatakan bahwa ia menjadi susah mendengar.b. Tanda Dan Gejala

1. Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan pada kedua telinga dan tidak disadari oleh penderita2. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit untuk mengerti pembicaraan3. Sulit mendengar pembicaraan di sekitarnya, terutama jika berada di tempat dengan latar belakang suara yang ramai4. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah didengar daripada suara berfrekuensi tinggi5. Bila intensitas suara ditingikan akan timbul rasa nyeri di telinga6. Telinga terdengar berdenging (tinitus)

c. Etiologi

Penyebab kurang pendengaran akibat degenerasi ini dimulai terjadinya atrofi di bagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun secara progresif terjaadi degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel ppada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian presbikusis diduga mempunyai hubungan dengan factor-faktor herediter, metabolism, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor.d. Fisiologi

Defleksi stereosilia (rambut) sel sensori seperti gelombang travelling mekanik yang mengawali proses transduksi. Gelombang sepanjang membran basilaris bergerak dari dasar apeks koklea, mirip dengan gerakan piston stapes pada telinga tengah. Gelombang ini memiliki puncak yang tajam menimbulkan suara frekuensi tinggi kemudian bergerak ke arah apeks sehingga suara berangsur-angsur menurun. Defleksi stereosilia dengan cara terbuka dan tertutupnya kanal ion, menyebabkan aliran ion K+ menuju sel sensori. Perubahan ion potassium dari nilai positif 80-90 mV di skala media menjadi potensial negatif pada sel rambut luar dan dalam. Hasil depolarisasi ini akan menghasilkan enzim cascade, melepaskan transmiter kimia dan kemudian mengaktivasi serabut saraf pendengaran.

e . Patofisiologi klinikPenurunan sensitivitas ambang suara pada frekuensi tinggi merupakan tanda utama presbikusis. Perubahan dapat terjadi pada dewasa muda, tetapi terutama terjadi pada usia 60 tahun keatas. Terjadi perluasan ambang suara dengan bertambahnya waktu terutama pada frekuensi rendah. Kasus yang banyak terjadi adalah kehilangan sel rambut luar pada basal koklea. Presbikusis sensori memiliki kelainan spesifik, seperti akibat trauma bising. Pola frekuensi tinggi yang curam, seringkali terdapat notch (takik) pada frekuensi 4 kHz (4000 Hz). Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya degenerasi pada stria vaskularis (tersering). Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi kemudian meluas ke regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi hanya terjadi sebagian tidak seluruhnya. Degenerasi sel marginal dan intermedia pada stria vaskularis terjadi secara sistemik, serta terjadi kehilangan Na+K+ ATPase. Kehilangan enzim penting ini, dapat terdeteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia.Faktor lain seperti genetik, usia, ototoksis dapat memperberat penurunan pendengaran. Perubahan usia yang akan mempercepat proses kurang pendengaran dapat dicegah apabila paparan bising dapat dicegah. Kesulitan mengontrol efek bising pada manusia yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan mamaliia, kurang pendengaran lebih banyak akibat usia pada kelompok hewan yang tinggal di temppat bising. Interaksi efek bising dan usia belum dapat dimengerti sepenuhnya, oleh karena kedua factor awalnya mempengaruhi frekuensi tinggi pada koklea. Bagaimanapun, kerusakan akibat bising ditandai kenaikan ambang suara pada frekuensi 3-6 kHz, walaupun awalnya dimulai pada frekuensi tinggi (biassanya 8 kHz). Teori mitokondria menerangkan bahwa reactive oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria termasuk mtDNA dan kompleks protein. Mutasi mtDNA pada jaringan koklea berperan untuk terjadinya presbikusis.2.6. Asuhan Keperawatan Pada Klien KatarakA. Pengkajian

1. Anamnesa

Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

a. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia (katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:

1. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)

2. Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah

3. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

4. Perubahan daya lihat warna

5. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata

6. Lampu dan matahari sangat mengganggu

7. Sering meminta ganti resep kaca mata

8. Lihat ganda baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropi)

9. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain

c. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti :

1. DM

2. Hipertensi

3. Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.

4. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena

5. Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

6. Kaji riwayat alergi

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat penyakit katarak pada keluarga?

2. Pemeriksaan Fisik

a. Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.

b. Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.

c. Klien juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.

d. Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi ditengah dan padab saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah disekitar kekeruhan.

e. Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.

f. Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang menyebabkan peningkatan Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata.

g. Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.

h. Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan di belakang pupil.

3.Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.

b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.

c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi

d. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.

e. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

Analisa Data

DataEtiologiMasalah

DS:

klien mengatakan kesulitan mengenali sesuatu

DO:

tidak akuratnya interpretasi stimulasi lingkungan,

perubahan negative dalam jumlah atau pola stimulus yang datang,

disorientasi terhadapa orang,

perubahan perilaku atau pola komunikasi,

konsentrasi burukKatarak

Primer, komplikata

Kekeruhan lensa

Bloking sinar yang masuk kornea

Pandangan kabur

Gangguan persepsi perceptual (visual)Perubahan sensori perceptual (visual)

DS:

klien mengatakan tidak memahami penyebab resiko cidera

DS:

klien tampak cemas dan tegang Katarak

Primer, komplikata

Kekeruhan lensa

Bloking sinar yang masuk kornea

Pandangan kabur

Gangguan persepsi perceptual (visual)

Resiko cideraResiko cidera

DS:

klien mengatakan takut dengan lingkungan yang baru

DO:

insomnia,

tidak dapat berkonsentrasi,

konfusi,

diaphoresis,

TD 130/90 mmHg,

Nadi 88 x/menit,

PalpitasiKatarak

Primer, komplikata

Kekeruhan lensa

Bloking sinar yang masuk kornea

Pandangan kabur

Gangguan persepsi perceptual (visual)

KecemasanKecemasan

B. Diagnosa Keperawatan

A. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.

B. Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplit atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.

C. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada lingkungan yang tidak di kenal.C. Intervensi Keperawatan

Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.Tujuan : klien mampu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.

Kriteria hasil : berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi Rasional

Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar. Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien. Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio. TV, percakapan). Berikan sumber rangsangan sesuai permintaan. Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakapan dll.

menentukan seberapa bagus visus klien. memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perawatan meningkatkan stimulasi. meningkatkan stimulasi. Saat pandangan menjadi terbatas, beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti radio dan TV untuk membaca. meningkatkan stimulasi. meningkatkan stimulasi.

Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.

Tujuan : rasa cemas/takut hilang.

Kriteria hasil : Klien tampak rileks, klien melaporkan ansietas sampai tingkat dapat diatasiIntervensi Rasional

Kaji tingkat ansietas Berikan informasi yang akurat dan jujur Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan Identifikasi sumber/orang yang menolong

faktor ini mempengaruhi persepsi pasien tehadap ancaman diri dan dapat mempengaruhi upaya medic untuk mengontrol TIO.

menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktauhan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.

memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah kosepsi dan pemecahan masalah.

Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada lingkungan yang tidak di kenal.

Tujuan : menurunkan resiko cederaKriteria Hasil : klien memahami factor yang mungkin menyebabkan cidera, mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan

Intervensi Rasional

Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring kesisi yang tak sakit sesuai keinginan Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata atau membungkuk. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi

menurunkan tekanan pada mata yang sakit menurunkan TIO

digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerak mata

D. Implementasi

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan client dan tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi menurunkan perubahan sensoris perseptual, mengurangi/menghilangkan kecemasan atau rasa takut dan mengurangi resiko cidera.

E. Evaluasi

A. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.

Sensori Perseptual berfungsi normal

Meningkatkan ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu

Pasien dapat mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

B. Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplit atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.

Tampak tenang dan bebas dari ansietas

C. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada lingkungan yang tidak di kenal.

Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan resiko dan untuk melindungi diri dari cidera

Mengubah lingkukan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan

2.7. Asuhan keperawatan Pada Klien Presbikusis

A. Pengkajian

Fokus pengkajian pada klien dengan presbikusis Kaji identitas klien

Kaji riwayat keperawatan system saraf pusat serta organ-organ bagian telinga dan keseimbanagan

Kaji adanya penguanaan obat-obat yang menyebabkan ototoxic dan merusak

Kaji riwayat penguanaan obat-obatan

B. Diagnosa keperawatan

1. Kerusakan komunikasi verbal B/D kerusakan pendengaran Data Subjektif

Keluarga klien mengatakan bahwa:a. Klien susah mendengar rangsang berupa suarab. Klien susah mendengar atau menerima pesanc. Klien tidak mengerti terhadap pembicaraan orangd. Klien mudah tersinggung dan curiga Data Objektif

a. Lambat berespon terhadap rangsang suarab. Klien nampak bingung jika diajak bicarac. Klien meminta untuk mengulangi pembicaraan/pesand. Klien suka duduk menyendirie. Klien mengekspresikan perasaan kesepian2. Harga Diri rendah b.d Fungsi Pendengaran Menurun Ditandai dengan : Data Subjektif

Keluarga klien mengatakan bahwa :

a. Klien senang menyendiri

b. Klien menarik diri dari lingkungan

c. Klien tidak mau kumpul bersama keluarga

Data Objektif :

a. klien suka duduk menyendiri

b. klien mengekspresikan persaan kesepian

c. klien menarik diri dari lingkungan

d. klien mengekspresikan perasaan kesepian

3. Intoleransi aktivitas b.d menarik diri dari lingkungan ditandai dengan :

Data Subjektif :

Keluarga klien mengatakan bahwa :

a. Klien sulit mengikuti perintah untuk melakukan aktivitas di rumah

b. Klien tidak mau mengikuti kegiatan sehari-hari di masyarakat

Data Objektif:

a. Klien lebih banyak tidur

b. Klien Nampak gelisah atau bosan

c. Sebagian besar waktu klien digunakan untuk istirahat

C. Rencana intervensi keperawatan

1. Kerusakan komunikasi verbal B/D kerusakan pendengaran

Tujuan : Komunikasi verbal klien berjalan baik

Kriteria hasil : klien dapat :

1. Menerima pesan melalui metode alternative

2. Mengerti apa yang diungkapkan

3. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi

4. Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat

Tindakan / intervensi

1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

2. Periksa apakah ada serumen yang menganggu pendengaran

3. Bicara dengan pelan dan jelas

4. Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan

5. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

6. Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik

7. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga2. Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya Kriteria hasil : 1. Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri

2. Berhubungan sosial dengan orang lain

3. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk b.d oranglain

4. Membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul / menarik diri3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin4. Beri pujian thd kemampuan klien mengungkapkan perasaan5. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri6. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain7. Bina hubungan saling percaya dengan klien3. Intoleransi aktivitas b.d menarik diri dari lingkungan Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan Kriteria hasil :

1. Menceritakan perasaan-perasaan bosan

2. Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan

3. Menceritakan metoda koping thd perasaan marah atau depresi yang disebabkan oleh kebosanan

Tindakan :

1. Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman

2. Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka

3. Variasikan rutinitas sehari-hari

4. Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

5. Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari

6. Berikan alat bantu dalammelakukan aktivitas

ImplementasiA. Gangguan Komunikasi Verbal Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam penerima pesan Klien mengalami kesulitan dalam penerimaan pesan-pesan beberapa kalimatyang diucapkan. Klien hanya dapat mendengar 1 atau 2 kata. Memeriksa serumen pada telinga serumen berwarna kuning, konsistensi kental. Berbicara pada klien dengan pelan dan jelas Perawat mengucapkan satu persatu kata dengan pelan serta suara yang jelas agar klien lebih mudah mengerti terhadap apa yang dibicarakan. Menggunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan. Alat tulis yang digunakan berupa kertas dan pulpen untuk kata yang susah dimengerti klien jika diucapkan. Penggunaan alat tulis dilakukan secara bergantian dengan ucapan perawat kepada klien. Memberikan dan mengajarkan klien penggunaan alat bantu dengar Alat bantu dengar dipasang pada kedua telinga dengan volume suara disesuaikan keadaan dan kemampuan klien. Memastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik Perawat memastikan alat bantu dengar tidak rusak dengan cara melakukan test terlebih dahulu dan memastikan baterai terpasang dengan baik. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.

Telinga dibersihkan secara rutin untuk menghindari penumpukan serumen

yang dapat menghambat fungsi pendengaran

EvaluasiA. Gangguan Komunikasi Verbal

S : - Klien mengungkapkan dapat menerima melalui media alternatif.

- Klien mengatakan sudah mengerti tentang apa yang diungkapkan.

O : - Klien memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi

- Klien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan.

2.8. Terapi Komplementer

A. Katarak

Dengan Wortel

Kandungan nutrisi dan zat berkhasiat Wortel segar mengandung air,protein,karbohidrat,lemak,serat,abu,nutrisi antikanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa dan maltosa), mineral (kalsium ,fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium, mangan, sulfur, tembaga, kromium, glutation), vitamin (A,B1,B6,C,E, dan K),pektin, biotin,asam folat, carotenoids (beta karoten, alpha karoten, lutein , likopen), phytofluene, umbeliferone, caffeic acid, chlorogenic acid, chrallic acid, luteolin-7-glucoside, pyrrollidin, serta asparagine. Beta karoten merupakan antioksidan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung,mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker,mencegah teroksidasinya asam lemak tidak jenuh ganda,menjaga kesehatan kulit,dan menghambat proses penuaan. Kandungan beta karoten dan lutein yang tinggi pada wortel juga memperbaiki ketajaman penglihatan yang kurang pada malam hari (buta senja),melindungi mata dari degenerasi makula,dan menekan perkembangan katarak senilis (katarak yang timbul pada usia lanjut).

Cara pemakaian Wortel : dapat dimakan mentah-mentah, dibuat jus, sup , atau salad. Dengan kandungan gula alamiahnya yang tinggi, jus wortel berkhasiat meningkatkan energi tubuh.Wortel tinggi serat.Sebuah wortel mengandung lebih dari 2 g serat. Berdasarkan berbagai penelitian diketahui, bahwa dengan mengonsumsi wortel yang dikukus atau direbus sebentar akan memperbesar penyerapan beta karoten. Hal ini disebabkan karena seratnya menjadi lunak sehingga beta karoten terlepas dari sel dan tubuh menjadi lebih mudah menyerap beta karoten. Jus wortel dengan menggunakan blender juga mempermudah penyerapan beta karoten.

Dengan Daun Katarak

Menurut Prof.(HC) Dr. H.W. Isnandar, seorang pakar TOGA pimpinan Jamu Dayang Sumbi, kita dapat menggunakan bunga segar kitolod (daun katarak) untuk pengobatan mata mulai dari rabun, katarak bahkan mata minus dan plus. Hanya dengan mengambil bunga kitolod yang masih segar, kemudian dimasukkan kedalam segelas air putih, gelas ditutup dan dibiarkan 5 menit kemudian digunakan untuk merambang atau merendam mata. Hal ini dilakukan tiap hari sampai sembuh. Selain bunganya, di beberapa daerah juga digunakan beberapa daun kitolod yang telah dipotong pucuknya, kemudian di celupkan dalam segelas air bersih dan digunakan untuk menetesi mata. Mata akan terasa sangat pedih, tetesi terus sampai rasa pedihnya berkurang dan hilang.Perlu diingat, baik bunga maupun daun kitolod yang digunakan haruslah benar benar bersih. Disarankan untuk menggunakan daun atau bunga kitolod yang dibudidayakan, atau tidak mengunakan tanaman ki tolod yang berasal dari tempat yang kotor yang pada akhirnya justru akan memperparah penyakit mata kita. Ciri-cirinya adalah berdaun hijau, panjang batang kira-kira 30-40 cm dan memiliki bunga berwana putih dan memiliki getah warna putih.

Gambar. Daun Katarak

Kegunaan Daun katarak ini dapat mengobati katarak mata, mata rabun, mata perik, mata yang terkena iritasi, dan mata yang lelah.Cara penggunaannya :1. Petik daun/batang/bungga katarak, kemudian cuci dengan air hingga bersih.2. Potong daun/batang/bungga katarak. Kemudian ambil air yang bersih dan tempatkan pada wadah kemudian masukan daun/batang/bungga katarak. Diamkan selama10-15 menit.3. Ambil air daun katarak yang sudah didiamkan kemudian teteskan pada mata. Kemudian ulanggi lagi hingga dua kali.4. Apabila setelah melakukan hal diatas mata anda mengeluarkan air mata dan mata terasa penih dan mata merah, hal tersebut merupakan reaksi dari pada daun katarak.Selain daripada tips di atas, perbanyaklah makan sayur-sayuran, buah-buahan dan minum air putih kira-kira 1-5 liter perhari sehingga dapat membatu pemulihan terhadap mata anda.B. Presbikusis

1. Kurangi paparan terhadap bising2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah kerusakan lebih lanjut3. Gunakan alat bantu dengar4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan mendengar5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas.6. Penggunaan tanaman tempuyungSifat kimiawi dan Efek farmakologis : Tempuyung rasanya pahit dan dingin. Kandungan Kimia : Tempuyung mengandung oc-laktuserol, P-laktuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, dan taraksasterol.Cara pemakaian : Herba tempuyung segar dicuci bersih lalu dibilas dengan air masak. Giling sampai halus, lalu diperas dengan kain bersih. Airnya diteteskan pada telinga yang tuli. Lakukan 3-4 kali sehari.Dengan memahami kondisi yang dialami oleh para lansia dan memberikan terapi yang tepat bagi mereka, diharapkan kita dapat membatu mengatasi masalah sosial yang mungkin mereka alami akibat adanya keterbatasan fungsi pendengaran mereka.BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua (lansia) adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya

Sistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut. Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera).

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sensori, Usia, medikasi, lingkungan, tingkat kenyamanan, penyakit yang diderita, merokok, tindakan medis.

Patofisiologi perubahan fungsi sistem sensoris panca indera mungkin menjadi kurang efisien dengan proses penuaan, bahaya bagi keselamatan, aktivitas, kehidupan sehari-hari yang normal dan harga diri secara keseluruhan.

Perubahan Fungsi Sistem Sensoris

Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori

1. Penglihatan

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata, yaitu katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia.

Perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua:

Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.

Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil mengalami sklerosis.

Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi dapat menimbulkan katarak.

Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi terjadi sindrom mata kering.

2. Pendengaran

Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua

Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi

3. Perabaan

Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran.

4. Pengecapan

Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang

5. Penciuman

Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau.

Penyakit pada lansia

Penyakit yang sering terjadi pada lansia karena penurunan fungsi sensorik yaitu katarak dan presikusis.

Katarak adalah suatu kedaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Katarak adalah tertutupnya lensa mata sehingga pencahayaan dan fokusing (retina) terganggu. Katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertambahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganan yang tepat adalah pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak.

Presbikusis adalah tuli sensorineural pada lanjut usia akibat prose degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Fenonema tersebut sebagai suatu penyakit simetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran). Penyebab dari perubahan dengan konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitan dengan perubahan pada tulang di dalam tulang mastoid.

19