MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respon secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan proses pikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik, dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif danpersepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemapuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh ) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak, maka gangguan atau respon yang timbul disebut pula respon neuro biologik. Gangguan orientasi realitas umumnya ditemukan pada klien Skizofrenia dan psikomatik lain. Blueler mengidentifikasikan gejala skizofrenia sebagai :” 4A” 1

description

jiwa

Transcript of MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Page 1: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan

berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan

eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu

memberi respon secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti

dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu

fungsi kognitif dan proses pikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik,

dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif danpersepsi mengakibatkan

kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan

sosial mengakibatkan kemapuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku

non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh ) dan perilaku verbal (penampilan

hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi

otak, maka gangguan atau respon yang timbul disebut pula respon neuro biologik.

Gangguan orientasi realitas umumnya ditemukan pada klien Skizofrenia dan

psikomatik lain. Blueler mengidentifikasikan gejala skizofrenia sebagai :” 4A”

yang ditambah dengan “2A” sebagai berikut : gangguan asosiasi, afek, ambivalen,

autistik dan ditambah dengan gangguan atensi (perhatian) dan aktivitas. Gejal

sekunder dari skizofrenia adalah halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan

antara ketahuan-ketahuan kita (Sujanto, 1986)

Berpikir adalah suatu proses dialektis yaitu selama kita berpikir, fikiran kita

mengadakan tanya jawab dengan pikitan kita untuk dapat meletakkan hubungan-

hubungan antara ketahuan kita dengan tepat.

1

Page 2: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan

penemuan yang terarah kepada suatu tujuan (Purwanto, 1992)

Proses-proses berpikir (Sujanto, 1986) :

a. Pembentukan pengertian: dari suatu masalah pikiran kita membuang ciri-

ciri tambahan, sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis (yang tidak boleh tidak

ada) pada masalah itu.

b. Pembentukan pendapat: pikiran kita menggabungkan / menceraikan

beberapapengertian yang menjadi tanda khas dari masalah.

c. Pembentukan keputusan: pikiran kita menggabungkan pendapat-pendapat

tersebut.

d. Pembentukan kesimpulan: pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-

keputusan yang lain.

Proses pikir. Proses informasi yang tidak berfungsi dengan baik akan

mempengaruhi proses berpikir sehingga memberi dampak pada proses

komunikasi. Dalam berkomunikasi mungkin inkoheren, tidak berhubungan,

berbelit dan tidak logis. Klien tidak mampu mengorganisirdan menyusun

pembicaraan yang logis dan koheren. Ketidakmampuan klien ini sering membuat

lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien. Perawat hendaknya

mengidentifikasi beberapa respon verbal dan nonverbal klien serta melakukan

validasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah Pengertian dari Gangguan Realita ?

1.2.2 Sebutkan faktor-faktor penyebab Gangguan Realita ?

1.2.3 Jelaskan proses informasi Gangguan Realita !

2

Page 3: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa I tentang Gangguan

Realita

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Gangguan Realita

1.3.3 Menjelaskan Faktor-faktor penyebab Gangguan Realita

1.3.4 Menjelaskan proses informasi Gangguan Realita

1.4 Manfaat

Sebagai salah salah satu bahan bacaan atau referensi yang dapat

menambah pengetahuan khususnya mahasiswa-mahasiswi stikes hang-

tuah surabaya.

3

Page 4: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya

serta hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga

hubungan dirinya sendiri dan orang lain.

Disorientasi atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat gangguan

kesadaran dan dapat menyangkut waktu (tidak tahu menahu tentang jam, hari,

pekan, bulan, tahun atau musim), tempat (tidak tahu menahun dimanakah dia

berada), atau orang (tentang dirinya sendiri atau orang lain, tidak tahu

identitasnya atau salah menafsirkan identitas orang lain)., hal ini perlu

dibedakan dari “ilusi” dan “depersonalisasi”.

2.2 Faktor Penyebab

Gangguan fungsi otak

1. Fungsi kognitif/ proses berpikir

Adaptif

Cara berfikir logis

Cara berfikir koheren

Maladaptif

Peredaran neurotransmiter terlalu cepat

Peredaran neurotransmiter terlalu lambat

Peredaran neurotransmiter terlalu terhalang

Dikaji melalui

Daya ingat

Perhatian

Bentuk dan pengorganisasian bicara

4

Page 5: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Isi pikir

2. Fungsi Persepsi

Adaptif

Persepsi adalah respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal

juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensasi sehingga individu dapat

mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang diterima.

Maladaptif

Ilusi

Halusinasi

3. Fungsi Emosi

Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek

Mood adalah suasana emosi yang memanjang, yang mempengaruhi

kepribadian dan fungsi kehidupan individu.

Afek mengacu pada perilaku: gerakan tangan dan tubuh. Ekspresi wajah

dan intonasi suara dapat diamati ketika individu mengekspresikan dan

mengalami perasaan-perasaan emosi.

Adaptif

Afek sesuai dengan mood

Maladaptif

Gangguan emosi dapat dikaji melalui perubahan afek yaitu:

Afek tumpul

Afek Datar

Afek Tidak sesuai

Afek Yang berlebihan

ambivalen

4. Fungsi Motorik

Adaptif

Aktifitas motorik merupakan manifestasi fungsi kognitif, persepsi dan

afektif secara simultan.

Aktifitas motorik dapat terlihat melalui aktifitas fisik klien

Maladaptif

Perubahan motorik dimanifestasikan dalam:

5

Page 6: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Peningkatan/ penurunan tingkat aktifitas motorik

Impulsif

Manerisme

Automatisme

Stereotip

Kataton

Parkinson (gejala-gejala ekstrapiramidal)

Gerakan mata abnormal

Grimasen

Apraksia

Ekopraksia

Cara berjalan abnormal

5. Fungsi sosial

Adaptif

Sosiaisasi merupakan kemampuan untuk membentuk hubungan kerja sama dan

saling ketergantungan

Maladaptif

Efek langsung

Tidak ada motivasi

Menarik diri

Isolasi sosial

Ketidakmampuan komunikasi secara koheren

Kemunduran keterampilan sosial

Defisit perawatan diri

“paranoid”

Efek tidak langsung

Harga diri rendah

Hubungan sosial yang tidak sesuai

Tidak berminat dalam aktifitas rekreasi

Gangguan identitas pribadi

2.3 Proses informasi

6

Page 7: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Masuk informasi

1. Sesori internal

Biokimia

Emosi

2. Sesori eksternal

Penglihatan

Peendengaran

Perabaan

Pengecapan

Penciuman

Proses diotak

1. Perhatian pada informasi yang masuk

2. Diskriminasi informasi

3. Informasi menjadi respon

Respon perilaku

1. Gerakan motorik

2. Proses piker

3. Respon sosial

4. Respon emosional

Proses informasi merupakan proses masuknya informasi yang akurat,

penyimpanan informasi dan pemakaian kembali informasi tersebut.

Penyebab gangguan proses informasi:

1. Jumlah dan akurasi informasi

2. Disfungsi anatomi dan neurofisiologi otak

a. Reseptor penerima stimulus

b. Talamus

c. Lonus frontal

d. Ganglia basal

e. Ketidakseimbangan neurotransmitter dan neuromodulator.

3. Pengalaman belajar yang lalu (termasuk pengalaman emosional)

7

Page 8: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Ingatan

Adapun ingatan itu berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau

regristrasi (mencatat atau meregristrasi sesuatu pengalaman didalam susunan

syaraf pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan tadi);

dan pemanggilan kembali atau recall (mengingat atau mengeluarkan kembali

catatan itu).

Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih

dari unsur yang beda itu, umpamanya pada pencatatan, karena kurangnya

perhatian atau hambatan oleh rangsangan yang lain (cara belajar yang salah),

pada penahanan karena keadaan otak sendiri, dan pada pemanggilan kembali

karena gangguan emosi dan kelelahan. Sering satu faktor saja sudah dapat

mempengaruhi pencatatan dan pemanggilan kembali kudua-duanya,

umpamanya gangguan emosi dan kelelahan.

Gangguan ingatan umum tidak terbatas pada suatu waktu tertentu saja

(seperti pada amnesia histerik), dan dapat meliputi:

1. Yang baru saja terjadi: kejadian pada beberapa jam atau beberapa hari

yang lampau.

2. Yang sudah lama berselang terjadi: kejadian beberapa tahun yang lalu

Amnesia ialah ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman, mungkin

bersifat sebagian atau total, serta retrogad (meliputi pengalaman sebelum

gangguan itu terjadi) atau anterograd (meliputi pengalaman sesudah gangguan

yang menyebabkan amnesia itu terjadi).

Amnesia mungkin terjadi karena rudapaksa kepala, gangguan emosi (misalnya

amnesia histerik), ataupun sesudah hipnosa dan trans.

Paramnesia: ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali atau

recall, umpamanya:

1. “Deja vu”: seperti sudah pernah melihat sesuatu, tetapi sebenarnya belum

pernah.

8

Page 9: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

2. “Jamais vu”: seperti belum pernah melihat sesuatu, tetapi sebenarnya

sudah pernah.

3. “Fausse reconnaissance”: pengenalan kembali yang keliru, merasa pasti

bahwa pengenalannya itu benar, tetapi sesungguhnya tidak benar sama

sekali.

4. “Konfabulasi”: secara tidak sadar mengisi lubang-lubang dalam

ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataannya, akan

tetapi si pasien percaya akan kebenarannya.

Hipermnesia: penahanan dalam ingatan (retensi) dan pemanggilan kembali

atau recall yang berlebihan baiknya.

Persepsi

persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan

antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah

panca indranya mendapat perangsang. Jadi persepsi itu dapat terganggu oleh

gangguan otak (karena kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik) oleh

gangguan jiwa (emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi; psikosa dapat

menimbulakn halusinasi) atau oleh pengaruh lingkungan sosio budaya

(mempengaruhi persepsi karena penilaian yang berbeda dan orang dari lingkungan

sosio budaya yang berbeda pula).

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra

seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/ bangun, dasarnya mungkin

organik, fungsional, psikotik ataupun histerik.

Halusinasi itu banyak jenisnya, misalnya:

1. halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk (sinar, kilapan atau

pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang

dikenalnya), berwarna atau tidak;

2. halusinasi pendengaran (auditif, akustik): suara manusia, hewan atau

mesin, barang, kejadian alamia dan musik;

9

Page 10: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

3. halusinasi pencium (olfaktori): mencium sesuatu bau

4. halusinasi pengecap (gustatorik): merasa atau mengecap sesuatu;

5. halusinasi peraba (taktil): merasa diraba, disentu, ditiup, disinari atau

seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya;

6. halusinasi kinestetik: merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang atau

anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau

”phantom limb”)

7. halusinasi viseral: perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya

8. halusinasi hipnagogik: terdapat adakalanya pada seseorang yang normal,

tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah

9. halusinasi hipnopompik: seperti pada nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum

tebangun sama sekali dari tidurnya

disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang

normal

10. halusinasi histerik: timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional

isi halusinasi itu merupakan tema halusinasi, termasuk interpretasi pasien

tentang halusinasinya (mengancam, menyalahkan, keagamaan, menghinakan,

kebesaran, seksual, membesarkan hati, membujuk atau yang baik-baik saja).

Keyakinan tentang halusinasi ialah sejauh manakah pasien itu yakin bahwa

halusinasinya merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal

itu tidak benar, ragu-ragu atau yakin sekali bahwa hal itu benar adanya.

Halusinasi itu dapat timbul pada skizofrenia dan psikosa fungsional yang lain,

pada syndrome otak organik, epilepsi (sebagai aura), nerosa histerik, intoksikasi

atropin atau kecubung, zat halusinogenik dan pada deprifasi sensorik.

Intensitas dan proses terjadinya halusinasi

Tahap I

10

Page 11: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

memberi rasa nyaman

tingkat ansietas sedang

secara umum halusinasi/ pengalaman sensori merupakan suatu kesenangan

karakteristik

mengalami ansietas, merasa kesepian, rasa bersalah dan ketakutan

menciba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas

pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran

non psikotik

perilaku klien

tersenyum/ tertawa sendiri

menggerakkan bibir tanpa suara

pergerakan mata yang cepat

respon verbal yang lambat

diam dan berkonsentrasi

Tahap II

menyalakan

tingkat ansietas berat

secara umum halusinasi/ pengalaman sensori menyebabkan rasa antipati

karakteristik

pengalaman sensori menakutkan

mulai merasa kehilangan kontrol

merasa dilecehkan dengan pengalaman sensori tersebut

11

Page 12: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

menarik diri dari orang lain

non psikotik

perilaku klien

peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas, peningkatan denyut jantung,

pernafasan dan tekanan darah

rentan perhatian menyempit

konsentrasi dengan pengalaman sensori

Tahap III

mengontrol

tingkat ansietas berat

halusinasi tidak dapat ditolak lagi

karakteristik

menyerah dan menerima halusinasi/ pengalaman sensorinya

isi halusinasinya mnjadi atraktif

kesepian bila halusinasinya/ pengalaman sensorinya berakhir

psikotik

perilaku klien

kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita

perintah halusinasi ditaati

sulit berhubungan dengan orang lain

rentang perhatian hanya beberapa detik/ menit

gejala fisik ansietas: berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah

12

Page 13: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Tahap IV

menguasai

tingkat ansietas panik

secara umum diatur dan dipengaruhi oleh halusinasi dan pengalaman

sensorinya

karakteristik

halusinasi/ pengalaman sensorinya menjadi ancaman

halusinasi/ pengalaman sensorinya dapat berlangsung selam beberapa jam/

hari (jika tidak diintervensi)

psikotik

perilaku klien

perilaku panik

resiko tinggi untuk bunuh diri atau membunuh orang lain

tindak kekerasan, agitasi, menarik diri atau ketakutan

tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks

tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

Ilusi ialah interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang

sungguh terjadi, karena rangsang pada panca indra. Umpamanya: bunyi angin

didengarnya seperti dipanggil namanya; bayangan daun dilihatnya seperti seorang

penjahat. Adapun ilusi itu sangat dipengaruhi oleh emosi pada suatu waktu

tertentu dan biasanya yang bersangkutan dapat mengoreksinya sesudahnya. Ilusi

itu dibedakan dari “halusinasi”, dari “pikiran hubungan” dan dari “disorientasi”.

Depersonalisasi: perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa

pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan. Umpamanya:

rasanya seperti sudah di luar badannya (misalnya: pengalaman di luar tubuh atau

13

Page 14: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

“OBE”, “out of the body experiences”) atau sesuatu bagian tubuhnya sudah bukan

kepunyaannya lagi. Ini dibedakan dari “waham hipokhodrik” dan dari disorientasi

terhadap diirinya sendiri. Depersonalisasi itu ada kalanya ditemukan juga pada

insomnia lobus parietalis.

Derealisasi: perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut

kenyataan, umpamanya segala sesuatu dialaminya seperti dalam impiannya. Ini

dibedakan dari “kesadaran yang berubah”.

Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi: sering secara simbolik

menggambarkan suatu konflik emosional; dibedakan dari

gangguanpsikofisiologik (bagian yang terkena disarafi oleh susunan saraf

vegetatif), dari penipuan atau simulasi (dilakukan secara sadar) dan dari gangguan

nerologik (tanda-tandanya sesuai dengan anatomi susunan saraf). Jika sudah pasti

bahwa reaksi itu merupakan reaksi konversi, baru dicatat dan dicantumkan jenis

reaksi itu, misalnya :

1. Anesthesia : kehilangan indera peraba pada kulit pasien; tetapi tidak sesuai

denagn anatomi saraf.

2. Paresthesia : indera peraba yang berubah, umpamanya merasa seperti

ditusuk-tusuk jarum, seperti ada semut berjalan, merasa panas atau tebal

pada kulitnya.

3. Gangguan penglihatan atau pendengaran.

4. Perasaan nyeri.

5. Makropsia : benda-benda kelihatan lebih besar dari yang sebenarnya,

kadang-kadang begitu besar, sehingga mengerikan; terdapat pada nerosa

histerik.

6. Mikropsia: benda-benda kelihatan lebih kecil dari yang sesungguhnya,

dapat berganti-ganti dengan makropsia pada hysteria (atau dapat timbul

pada delirium tremens).

Gangguan psikofisiologik: ialah gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang

disarafi oleh susunan saraf vegetatif dan yang disebabkan oleh gangguan emosi.

Perubahan fisiologik ini biasanya menyertai keadaan emosi tertentu; pada

14

Page 15: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

umumnya reversibel dan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan jaringan yang

permanen. Gangguan seperti ini mungkin terjadi pada :

1. Kulit: dermatitis, urtikaria, pruritus dan hiperhidrosis.

2. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku: “tension headache”, ”lowback

pain”.

3. Alat pernapasan : sindroma hiperventilasi (bernapas berlebihan sehingga

dapat menimbulkan rasa pusing, kepala enteng, peresthesia pada tangan

dan sekitar mulut, merasa berat di dada, napas rasanya pendek/kurang

panjang, tenggorokan kering, perut gembung, tetani) dan asthma

bronchiale.

4. Jantung dan pembuluh darah: palpitasi, hipertensi, “vascular headache”.

5. Alat pencernaan: lambung perih, nausea dan muntah-muntah, meteorisme,

konstipasi, diare.

6. Alat kemih dan kelamin: sering kencing, enuresis, eyakulasio prekox,

disparenia, dismenorea, frigiditas dan impotensi.

7. Panca-indera: mata berkunang-kunang dan tinnitus.

Agnosia: ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan,

sebagai akibat kerusakan otak.

Terapi Aktivitas Kelompok

Orientasi Realita

Terapi aktivitas kelompok (TAK) : orientasi realitas adalah upaya untuk

mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,

lingkungan /tempat, dan waktu.

15

Page 16: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Aktivitas dan Indikasi

Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat,

dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi TAK orientasi realitas adalah klien

halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mengenal orang lain,

tempat dan waktu.

TAK Orientasi Realitas

Sesi 1 : Pengenalan Orang

Tujuan :

1. Klien mampu mengenal nama-nama perawat

2. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain

Setting :

1. Terapi dan klien duduk bersama dalam lingkungan

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

2. Spidol

3. Bola tenis

4. Tape recirder

5. Kaset “dangdut”

Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanyajawab

Langkah kegiatan :

16

Page 17: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

1. Persiapan

a. Memiliki klien sesuai dengan indikasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Salam dari terapi kepada klien

b. Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontak

1. Terapi menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang

2. Terapi menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

minta izin kepada terapis

Lama kegiatan 45 menit

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tata Kerja

a. Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien

b. Terapis minta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap,

nama panggilan, dan asal

c. Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan

di papan nama yang dibagikan

17

Page 18: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

d. Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara

berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi

menyebutkan : nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

e. Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan

dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu

klien ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang sedang

memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, asal, dan hobi dari klien yang lain (minimal nama

panggilan).

f. Terapis memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik

berhenti klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan

nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi klien yang lain,

g. Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran

h. Terapis memberikan pujian untuk setiapp keberhasilan klien

dengan mengajak klien lain bertepuk tangan.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai dengan

nama panggilan.

c. Kontrak yang akan datang

1. Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu

“Mengenal Tempat”.

2. Menypakati waktu dan tempat.

18

Page 19: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan

adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain.

Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 : TAK

Orientasi Realitas Orang

Kemampuan mengenal orang lain

No. Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan nama klien lain

2. Menyebutkan nama panggilan

klien lain

3. Menyebutkan asal klien lain

4. Menyebutkan hobi klien lain

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien

mengetahui nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain. Beri tanda

(v) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu.

19

Page 20: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Dokumentasi

Dokumentasi pada catatan prose keperawatan tiap klien. Contoh : Klien

mengikuti TAK orientasi orang. Klien mampu menyebutkan nama, nama

panggilan, asal, dan hobi klien lain disebelahnya. Anjurkan klien

mengenal klien lain di ruangan.

Sesi 2: Pengenalan Tempat

Tujuan :

1. Klien mampu mengenal nama rumah sakit.

2. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat.

3. Klien mampu mengenal kamar tidur.

4. Klien mengenal tempat tidur.

5. Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar

mandi, dan WC.

Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.

2. Ruangan tempat perawatan klien.

Alat :

1. Tape recorder

2. Kaset lagu “dangdut”

3. Bola tenis

Metode :

1. Diskusi kelompok

2. Orientasi lapangan

Langkah kegiatan :

1. Persiapan

20

Page 21: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

a. Mengingatkan kontrak pada klien peserta Sesi 1 TAK orientasi

realitas.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien.

2. Terapis dan klien memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien yang

lain.

c. Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang

biasa dilihat.

2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis.

- Lama kegiatan 45 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama

ruangan; klien diberi kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien

yang mampu menjawab dengan tepat.

b. Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu

dangdut, sedangkan bola tenis diedarkan dari satu peserta ke

peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat lagu berhenti, klien

yang sdang memegang bola tenis akan diminta menyebutkan nama

rumah sakit dan nama ruangan tempat klien dirawat.

c. Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan

meminta klien yang memegang bola tenis untuk menyebutkan

21

Page 22: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

nama ruangan dan nama rumah sakit. Kegiatan ini diulang sampai

semua peserta mendapat giliran.

d. Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan

benar.

e. Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan

fungsi ruangan yang ada. Kantor perawat, kamar mandi, WC,

ruang istirahat, ruang TAK, dan ruangan lainnya.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk menghapal nama-nama tempat.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang, yaitu mengenal waktu.

2. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK orientasi realitas tempat, kemampuan klien yang diharapkan adalah

mengenal tempat di rumah sakit.

Sesi 2: TAK

Orientasi realitas tempat

Kemampuan mengenal tempat di rumah sakit

22

Page 23: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Nama klien

No. Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan nama rumah sakit

2. Menyebutkan nama ruangan

3. Menyebutkan letak kantor perawat

4. Menyebutkan letak kamar mandi dan WC

5. Menyebutkan letak kamar tidur

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal tempat-

tempat di ruang rawat dan nama rumah sakit. Beri tanda V jika klien

mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2, TAK orientasi realitas

tempat. Klien mampu menyebutkan nama ruangan dan letak kamar tidur yang lain

belum mampu. Orientasikan dengan tempat-tempat di ruangan.

Sesi 3: Pengenalan Waktu

Tujuan :

1. Klien dapat mengenal waktu dengan tepat.

2. Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat.

23

Page 24: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

3. Klien dapat mengenal hari dengan tepat.

4. Klien dapat mengenal tahun dengan tepat.

Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.

2. Klien berada di ruangan yang ada kalender dan jam dinding.

Alat :

1. Kalender

2. Jam dinding

3. Tape recorder

4. Kaset lagu dangdut

5. Bola tenis

Metode :

1. Diskusi

2. Tanya jawab

Langkah kegiatan :

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak kepada klien peserta SesSesi 2 TAK orientasi

realitas.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis kepada klien.

2. Terapis dan klien memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama ruangan

yang sudah dipelajari.

24

Page 25: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

c. Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal waktu.

2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.

- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis.

- lama kegiatan 45 menit.

- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape recorder, sedangkan

bola tenis diedarkan dari satu klien ke klien lain. Pada saat musik

berhenti, klien yang memegang bola menjawab pertanyaan dari

terapis.

c. Terapis menghidupkan musik, dan mematikan musik. Klien

mengedarkan bola tenis secara bergantian searah jarum jam. Saat

musik berhenti, klien yang memegang bola siap menjawab

pertanyaan terapis tentang tanggal, bulan, tahun, hari, dan jam saat

itu. Kegiatan ini diulang sampai semua klien mendapat giliran.

d. Terapis memberikan pujian kepada klien setelah memberikan

jawaban yang tepat.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

25

Page 26: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

b. Tindak lanjut

Terapis meminta klien memberi tanda/ mengganti kalender setiap hari.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien.

2. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK orientasi realitas waktu, kemampuan klien yang diharapkan adalah

mengenal waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun. Formulir evaluasi sebagai

berikut.

Sesi 3: TAK

Orientasi realitas waktu

Kemampuan mengenal waktu

26

Page 27: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Nama klien

No. Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan jam

2. Menyebutkan hari

3. Menyebutkan tanggal

4. Menyebutkan bulan

5. Menyebutkan tahun

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal waktu, hari,

tanggal, bulan, dan tahun. Beri tanda V jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK, pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK orientasi realitas

waktu. Klien mampu menyebutkan tanggal dan hari, tetapi yang lain belum

mampu. Orientasikan klien terhadap waktu secara intensif.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

27

Page 28: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan

berespon pada realitas.

Faktor Penyebab :

1. Gangguan fungsi otak :

Fungsi kognitif atau proses berpikir

Fungsi persepsi

Fungsi emosi

Fungsi motorik

Fungsi social

2. Proses Informasi :

Masuk informasi

Proses otak

Respon perilaku

3. Penyebab gangguan proses informasi:

4. Jumlah dan akurasi informasi

5. Disfungsi anatomi dan neurofisiologi otak

Reseptor penerima stimulus

Talamus

Lonus frontal

Ganglia basal

Ketidakseimbangan neurotransmitter dan neuromodulator.

6. Pengalaman belajar yang lalu (termasuk pengalaman emosional)

BAB IV

PENUTUP

28

Page 29: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Alhamdulilah, akhirnya makalah kelompok kami dapat

terselesaikan tepat waktu walaupun kami masih merasa banyak kesalahan

dan kekurangan yang perlu untuk di perbaiki. Tapi saya masih berharap

agar makalah ini dapat di manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih dan kami

berharap di kesempatan waktu, ada yang memberikan kritik dan saran

yang membangun serta memperbaiki di suatu waktu nanti.

DAFTAR PUSTAKA

29

Page 30: MAKALAH.gangguan Orientasi Realita

Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cet. 8. Surabaya: Airlangga

University Press.

Stuart, Gail. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

http://sehatjiwa-6.blogspot.com/2008/04/gangguan-orientasi-realita.html

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2010/01/gangguan-orientasi-realitas.html

http://www.agung-skep-ns.co.cc/2010/03/terapi-aktivitas-kelompok-orientasi.html

http://wikimedya.blogspot.com/2010/04/gangguan-orientasi-realitas.html

http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/tak-orientasi-realita-dan-sosialisasi/

30