makalah2

32
RESIN KOMPOSIT Kelompok : 1. Demitria Naranti Santoso 021111125 2. Dinar Arijati 021111126 3. Ermada Parselina Kristanti 021111127 4. Ummu Aiman Zulfa 021111128 5. Bima Baskara 021111129 6. Afin Aslihatul Ummah 021111130 7. Hayumas Nurlita Firda 021111131 8. Dalhar Hakiki 021111132 9. Nila Sari 021111133 10. Dhany Marsa Winda 021111134 11. Haura Nadya Amalia 021111135 12. Diana Omega Pamuji 021111136 13. Alivianda Zahrina Saraya 021111137 14. Cindy Karina Hartono 021111138 15. Bagus Kurniawan 021111139 16. M. Choirul Umam 021111140

description

makalah TM IMKG 3-PBL

Transcript of makalah2

Page 1: makalah2

RESIN KOMPOSIT

Kelompok :1. Demitria Naranti Santoso 0211111252. Dinar Arijati 0211111263. Ermada Parselina Kristanti 0211111274. Ummu Aiman Zulfa 0211111285. Bima Baskara 0211111296. Afin Aslihatul Ummah 0211111307. Hayumas Nurlita Firda 0211111318. Dalhar Hakiki 0211111329. Nila Sari 02111113310. Dhany Marsa Winda 02111113411. Haura Nadya Amalia 02111113512. Diana Omega Pamuji 02111113613. Alivianda Zahrina Saraya 02111113714. Cindy Karina Hartono 02111113815. Bagus Kurniawan 02111113916. M. Choirul Umam 02111114017. Andry Elvandari 021111141

Departemen Material Kedokteran GigiFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA2012

Page 2: makalah2

RESIN KOMPOSIT

Kelompok :18. Demitria Naranti Santoso 02111112519. Dinar Arijati 02111112620. Ermada Parselina Kristanti 02111112721. Ummu Aiman Zulfa 02111112822. Bima Baskara 02111112923. Afin Aslihatul Ummah 02111113024. Hayumas Nurlita Firda 02111113125. Dalhar Hakiki 02111113226. Nila Sari 02111113327. Dhany Marsa Winda 02111113428. Haura Nadya Amalia 02111113529. Diana Omega Pamuji 02111113630. Alivianda Zahrina Saraya 02111113731. Cindy Karina Hartono 02111113832. Bagus Kurniawan 02111113933. M. Choirul Umam 02111114034. Andry Elvandari 021111141

Departemen Material Kedokteran GigiFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA2012

i

Page 3: makalah2

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat dan

rahmat-Nyalah pada hari ini penulis dapat menyelesaikan karya tulis

berjudul,“RESIN KOMPOSIT” dengan sebaik-baiknya.Tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Helal Soekartono, drg., M. Kes selaku dosen pembimbing dalam penulisan

laporan ini;

2. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.

Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini berguna bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, 27 November 2012

Penulis

ii

Page 4: makalah2

ABSTRAK

Kelompok 10 PBL Departemen Material Kedokteran GigiFakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

ABSTRAKLatar belakang: Saat ini tumpatan komposit merupakan bahan tumpatan yang paling

sering digunakan dalam Kedokteran Gigi. Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Tujuan: Makalah ini menjelaskan karakteristik resin komposit dan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan destruksi material (pecah). Tinjauan pustaka: Pemilihan bahan tumpatan dilihat dari aspek estetik dan kekuatan, resin komposit jenis hybrid adalah salah satu bahan yang memenuhi persyaratan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil restorasi dari resin komposit hybrid. Faktor pertama adalah sifat fisik dan mekasnis dari resin komposit. Faktor kedua adalah adalah proses manipulasi. Faktor ketiga adalah habit pasien yang meliputi oral hygine dan diet. Ketiga faktor ini akhirnya dapat mengakibatkan material berubah warna dan pecah. Kesimpulan: Resin komposit hybrid memiliki sifat fisik, mekanik, dan estetik yang lebih baik dibandingkan dengan resin komposit jenis conventional sehingga sering digunakan untuk tumpatan anterior dan posterior. Ada tiga faktor yang mempengaruhi sifat fisik dan mekanis dari hasil tumpatan resin komposit hybrid.

Kata kunci: Resin komposit, hybrid, perubahan warna, pecah.

ABSTRACTBackground: Currently resin composites are materials most commonly used filling material in Dentistry. Resin composites are used to replace tooth structure and modify the shape and color of teeth that can ultimately restore function. Objective: This paper describes the characteristics of resin composites and the factors that can lead to destruction of material (fracture). Literature: Selection of filling material based on the aspect of aesthetics and strength, resin composite hybrid is one ingredient that meets these requirements. There are several factors that affect the restoration of a hybrid composite resin. The first factor is the physical and mechanical properties of the resin composite. The second factor is the manipulation process. The third factor is the habits of patient include oral hygiene and diet. These three factors can eventually lead to material changes color and fracture. Conclusion: Hybrid composite resin has physical, mechanical, and aesthetic better than the conventional type of composite resin that is often used for anterior and posterior cavities. There are three factors that affect the physical and mechanical properties of the hybrid composite resin due to its results.

Keywords: Resin composite, hybrid , discoloration, fracture.

iii

Page 5: makalah2

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i

Prakata............................................................................................................ ii

Abstrak........................................................................................................... iii

Daftar Isi........................................................................................................ iv

BAB 1 Pendahuluan....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Permasalahan........................................................................................... 2

1.3 Tinjauan Pustaka Skenario....................................................................... 2

1.3.1 Resin Komposit..................................................................................... 2

1.3.1.1 Klasifikasi Resin Komposit............................................................... 3

1.3.2 Resin Komposit Hybrid........................................................................ 4

1.3.2.1 Komposisi Komposit Hybrid............................................................. 4

1.3.2.2 Sifat.................................................................................................... 5

1.3.2.3 Cara Manipulasi................................................................................. 6

1.3.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Restorasi............................................... 7

1.3.3 Karies Sekunder.................................................................................... 7

1.4 Tujuan...................................................................................................... 8

BAB 2 Kerangka Teori Konsep..................................................................... 9

BAB 3 Pembahasan....................................................................................... 10

BAB 4 Kesimpulan dan Saran....................................................................... 14

BAB 5 Daftar Pustaka.................................................................................... 15

iv

Page 6: makalah2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai seorang dokter gigi yang bergelut di bidang profesional, pemilihan

bahan restorasi gigi sangatlah penting. Pemilihan bahan yang tepat dan akurat

akan menjamin kekuatan hasil akhir tambalan pada pasien. Penggunaan bahan

restorasi estetik sendiri mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun

terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Contoh bahan restorasi

yang sering ditemui saat ini adalah resin komposit.

Pada awal abad ke-20, silikat merupakan satu-satunya bahan tambalan

sewarna gigi. Walaupun silikat dapat melepaskan fluor, bahan ini tidak lagi

digunakan sebagai bahan tambalan gigi permanen disebabkan dapat terjadi erosi

pada penggunaan bertahun-tahun. Resin akrilik juga digunakan sebagai bahan

tambalan gigi menggantikan silikat di penghujung tahun 1940 dan awal tahun

1950 oleh karena warnanya yang sewarna gigi, tidak larut di dalam rongga mulut,

mudah dimanipulasi dan murah. ( Safiah, 2010 )

Resin komposit berkembang sebagai bahan restorasi karena kelebihannya,

antara lain: mempunyai sifat estetik yang baik, penghantar panas yang rendah,

mudah dimanipulasi, dan tidak larut dalam cairan mulut. Resin komposit awalnya

dikembangkan untuk restorasi gigi anterior kelas 3 sampai kelas 5, di mana nilai

estetika sangatlah penting dan untuk restorasi kelas 1, di mana tekanan oklusal

terjadi. Pada era tahun 1990-an, modifikasi material dan teknik berkembang pada

restorasi posterior kelas 2 dan kelas 6. Resin komposit yang diproses di

laboratorium diperkuat menggunakan serat dan dapat berikatan dengan

substruktur alloy, dapat digunakan untuk mahkota dan bahkan bridge. ( Craig dan

Powers, 2002 )

Resin yang diperkenalkan oleh Bowen ini kemudian dikenal sebagai

Bowen’s resin. Komposit merupakan sebuah sistem yang terdiri daripada

gabungan dua atau lebih makromolekul yang tidak larut satu sama lain dan dalam

bentuk yang berbeda. Material komposit adalah lebih baik dari komponen lain

seperti fiberglass mempunyai matriks resin yang diperkuatkan oleh fiber kaca.

1

Page 7: makalah2

Komposit yang dihasilkan lebih kuat dan kaku daripada material matriks resin,

tapi kurang rapuh daripada kaca. Matriks diperbuat dari kolagen, dengan kristal

hidroksiapatit yang bertindak sebagai filler. Untuk mendapatkan warna seperti

warna gigi geligi asli, pigmen warna ditambahkan seperti ferric oxide, cadmium

black, mercuric sulfide dan lain-lain. ( Safiah, 2010 )

Sejak awal tahun 1970, resin-based composite dan resin dimethacrylate

dipilih sebagai bahan restorasi direk bagi gigi anterior disebabkan estetiknya yang

bagus. Bahan resin komposit ini biasanya digunakan untuk menumpat gigi

anterior, memperbaiki gigi patah, melapisi permukaan gigi yang rusak, atau

menutup warna gigi yang berubah karena obat-obatan antibiotik tertentu misalnya

tetrasiklin. Beberapa evaluasi telah dilakukan pada bahan tumpatan resin

komposit yaitu berupa perubahan fisik yang terjadi pada bahan tersebut. Salah

satu diantaranya adalah perubahan warna. Sifat yang menyebabkan resin komposit

dapat mengalami perubahan warna adalah sifatnya yang mampu mengabsorbsi

cairan. Perubahan warna ini dapat terjadi oleh faktor intrinsik yaitu diskolorisasi

bahan resin itu sendiri, ukuran partikel filler. Selain daripada itu, ada faktor

ekstrinsik yaitu penetrasi zat warna dari minuman dan makanan, bahan kumur,

hasil tembakau dan proses oksidasi. ( Safiah, 2010 )

1.2 Permasalahan

Berikut adalah kasus yang berhubungan dengan bahan restorasi resin

komposit :

Seorang wanita berumur 45 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi dengan

keluhan gigi terasa tajam dan ngilu pada geraham kanan bawah ( gigi 46 ) yang

ditambal 3 dengan tambalan kelas 2 sekitar 3 tahun yang lalu. Setelah diperiksa

dokter gigi, pada gigi molar kanan bawah tampak tumpatan sewarna gigi yang

pecah dan berubah warna.

1.3 Tinjauan Pustaka Skenario

1.3.1 Resin Komposit

Material komposit adalah produk yang terdiri dari 2 fase berbeda dalam

struktur dan sifatnya yang biasanya dicampur menjadi satu. Tujuan dari

2

Page 8: makalah2

pencampuran 2 material berbeda ini untuk menciptakan material yang memiliki

sifat yang tidak dapat dimiliki oleh hanya salah satu komponen itu sendiri. Dua

komponen utama material filling komposit ini adalah fase resin dan reinforcing

filler. Keuntungan yang dikontribusikan oleh resin adalah kemampuan untuk

dibentuk pada suhu kamar dan waktu setting dan polimerisasi yang nyaman. (Mc

Cabe & Walls, 2008)

1.3.1.1 Klasifikasi Resin Komposit

Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat

diklasifikasikan atas resin komposit tradisional, resin komposit mikrofiller, resin

komposit hibrid dan resin komposit partikel hibrid ukuran kecil.

a)      Resin Komposit Tradisional

Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini

terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20μm dan ukuran

partikel terbesar adalah 40μm. Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu

permukaan tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel

filler menonjol keluar dari permukaan.

b)      Resin Komposit Mikrofiler

Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang mengandung

colloidal silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02μm dan antara ukuran 0.01-

0.05μm. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish

hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang kecil

bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar dalam

kontak dengan resin.

c)      Resin Komposit Hibrid

Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata

berukuran 15-20μm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan

ukuran partikel 0.01-0.05μm. Perlu diketahui bahawa semua komposit pada masa

sekarang mengandung sedikit jumlah colloidal silica, tetapi tidak mempengaruhi

sifat-sifat dari komposit itu.

d)     Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil

3

Page 9: makalah2

Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah

dilakukan perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada

pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel

kurang dari 1μm, dan biasanya berukuran 0.1-1.0μm yang biasanya dikombinasi

dengan colloidal silica. Partikel filler berukuran kecil memungkinkan komposit

dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata dibanding partikel filler

berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan yang lebih rata karena

setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler adalah lebih kecil dari

partikel filler. (Anusavice, 2003)

1.3.2 Resin Komposit Hybrid

Amalgam sudah lama digunakan sebagai pilihan bahan filling untuk

restorasi gigi posterior karena memiliki sifat mekanis yang baik, memiliki sifat

self sealing (mengurangi marginal leakage) dan ketahanan aus yang baik. Namun,

kenaikan permintaan dalam estetik dan kepedulian terhadap toksisitas amalgam

menyebabkan kenaikan frekuensi penggunaan komposit pada tumpatan kelas 1

dan kelas 2. (Anusavice, 2003)

Karena kehalusan permukaan dan kekuatan yang cukup baik, komposit ini

banyak digunakan untuk restorasi anterior, termasuk Kelas IV. Komposit hibrid

secara luas digunakan untuk penyangga stress, restorasi posterior. (Anusavice,

2003)

1.3.2.1 Komposisi Komposit Hybrid

Bahan komposit ini dikembangkan untuk memperoleh kehalusan

permukaan yang lebih baik daripada komposit partikel kecil, tetapi masih dengan

sifat yang sama. Komposit hibrid dipandang sebagai bahan yang memiliki estetika

setara dengan komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi

anterior. (Anusavice, 2003)

Ada 2 jenis partikel pengisi dalam komposit hibrid. Kebanyakan bahan

pengisi hibrid modern terdiri atas silika koloidal dan glass particle yang

dihaluskan, yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan

pengisi sebesar 75-80% berat. Glass particle mempunyai ukuran partikel rata-rata

4

Page 10: makalah2

0,6-1 mikron. Pada distribusi ukuran yang tipikal, 75% dari partikel yang

dihaluskan adalah lebih kecil daro 0,1 mikron, silika koloidal membentuk 10-20%

berat dari seluruh kandungan bahan pengisi. Dalam keadaan ini, bahan pengisi

mikro juga berpengaruh nyata pada sifat bahan. Partikel pengisi yang lebih kecil,

begitu juga sejumlah besar bahan pengisi mikro, akan meningkatkan daerah

permukaan. Jadi, seluruh muatan pengisi tidak sebanyak muatan pengisi pada

beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil. (Anusavice, 2003)

1.3.2.2 Sifat

Tegangan termal memberi beban tambahan pada ikatan struktur gigi, yang

menambah efek buruk dari polymerization shrinkage. Perubahan termal juga

merupakan siklus natural, dan meskipun seluruh restorasi tidak akan pernah

mencapai termal equilibrium selama aplikasi dengan stimuli panas atau dingin,

efek siklus ini dapat menyebabkan fatigue material dan kegagalan ikatan awal.

Bila ada gap yang terbentuk maka ada perbedaan antara koefisien termal dari

ekspansi komposit dan gigi yang dapat menyebabkan perkolasi cairan mulut.

(Craig & Powers, 2002)

Kelarutan air pada komposit bervariasi dari 0,01 sampai 0,06 mg/cm2.

Pemaparan sumber cahaya yang tepat pada komposit light-cured sangatlah kritis.

Polimerisasi yang tidak sempurna dapat terjadi pada restorasi yang jauh dari

permukaan bila cahaya tidak cukup kuat untuk menembus. Resin yang tidak

terpolimerisasi sempurna dapat menyebabkan penyerapan dan pelarutan air lebih

besar, hal ini mungkin menyebabkan perubahan warna terjadi lebih cepat.

Komposit tahan terhadap perubahan warna oleh oksidasi tapi tidak tahan oleh

stain. (Craig & Powers, 2002)

Karakteristik dari resin komposit hybrid ini adalah terdapat banyak macam

pilihan warna gigi dan kemampuan untuk mengikuti struktur gigi, sehingga sangat

berguna untuk estetika. Penyusutan saat curing lebih kecil, sedikit penyerapan air,

memliki sifat texturing dan polishing yang baik, abrasi dan keausan sangat mirip

dengan struktur gigi, koefisien ekspansi termal mirip dengan gigi. Material hibrida

menunjukkan kekuatan tarik antar partikel yang unggul, koefisien ekspansi termal

rendah, meningkatkan ketahanan dari abrasi, dan resistensi fraktur yang lebih.

5

Page 11: makalah2

Kelemahan dari material hibrida adalah resin ini kehilangan polish tinggi dari

waktu ke waktu dengan perkembangan permukaan yang lebih kasar, mengurangi

kecocokan mereka untuk kasus yang membutuhkan estetis. (Jordan, 1992)

1.3.2.3 Cara Manipulasi

Resin komposit mengeras melalui proses polimerisasi. Proses polimerisasi

ada beberapa macam, antara lain polimerisasi kimiawi, polimerisasi dengan sinar,

dan polimerisasi dengan panas. Polimerisasi yang umum digunakan adalah

polimerisasi dengan sinar tampak seperti QTH (Quartz-Tungsten Halogen), LED

(Light Emmiting Diode), PAD (Plasma Arc Cured) dan Argon Laser Lamps.

(Anusavice, 2003)

Sistem pertama yang digunakan adalah dengan menggunakan sinar ultra

violet untuk merangsang radikal bebas. Namun, resin komposit yang diaktifkan

dengan sinar ultra violet telah digantikan dengan sistem yang diaktifkan dengan

sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar tampak), yang secara nyata dapat

meningkatkan kemampuan polimerisasi lapisan yang lebih tebal sampai 2 mm.

Juga, komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya

dibandingkan dengan kimia. (Anusavice, 2003)

Sebuah sinar tampak (halogen atau LED) yang intens dalam jangkauan

gelombang biru akan mengaktifkan bahan-bahan. Sinar biru dengan panjang

gelombang 400 dan 500 nanometer (nm) akan mengaktifkan diketon, lalu dengan

adanya amina organik, menyebabkan resin untuk berpolimerisasi. Komponen ini

keduanya hadir di dalam komposit dan tidak akan bereaksi sampai cahaya

memulai reaksi. (Hatrick, 2003)

Proses polimerisasi resin komposit dengan menggunakan sinar tampak

atau light-cured dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya kedalaman restorasi dan

lamanya waktu pemaparan. Pada restorasi komposit dengan kedalaman 2 mm

proses polimerisasi akan lebih sempurna dibandingkan dengan kedalaman 5 mm.

Jika resin komposit diletakkan terlalu dalam, maka kemungkinan proses curing

tidak sampai ke seluruh bagian bawah restorasi (Hatrick, 2003).

Sedangkan waktu paparan yang dibutuhkan untuk polimerisasi sekitar 20

sampai dengan 40 detik. Sinar tampak yang bewarna biru penting untuk memulai

6

Page 12: makalah2

reaksi, dan reaksi tidak akan terjadi sampai komposit terpapar oleh sinar biru

tersebut (Craig & Powers, 2002). Waktu pemaparan 40 detik atau kurang tersebut

sesuai dengan ketebalan light-cured komposit sebesar 2 mm. Ketebalan komposit

yang lebih dari 2-3 mm harus diambil karena terbatasnya penetrasi sinar ke bagian

dalam restorasi. Meskipun begitu, restorasi dengan kedalaman komposit yang

lebih besar dapat dilakukan dengan menambah waktu pemaparan proses light-

cured tersebut. (Anusavice, 2003)

Intensitas sinar pada pemaparan juga mempengaruhi proses polimerisasi

atau pengerasan. Pada penggunaan lampu LED intensitasnya hanya antara 440

sampai 480 nm sehingga dikategorikan lampu dengan intensitas rendah. Namun,

pada saat ini sudah terdapat jenis lampu intensitas tinggi seperti QTH, PAC dan

lampu laser yang intensitasnya dinaikkan sampai lebih dari 1000 mW/cm2, hal ini

memungkinkan terjadinya pengurangan waktu pemaparan atau penambahan

kedalaman komposit. Meskipun begitu, penyerapan dan penghamburan sinar pada

resin komposit dapat mengurangi kepadatan dan derajat konversi secara eksponen

pada kedalaman penetrasi. Pada lampu dengan intensitas tinggi, intensitas dapat

dikurangi dengan faktor 10-100 pada ketebalan komposit 2 mm. Pengurangan

konversi monomer ini tidak dapat diterima pada level kedalaman lebih dari 2-3

mm. (Anusavice, 2003).

1.3.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Restorasi

Ketika persiapan rongga pada margin gingiva terletak di dentin,

sementum, atau keduanya, dan resin menempel ke enamel di margin lainnya,

bahan cenderung menjauh dari margin gingiva selama kuring karena penyusutan

polimerisasi. ini menyebabkan pembentukan celah di permukaan itu. Selanjutnya,

risiko kebocoran marjinal dan masalah yang berikutnya dari pewarnaan marjinal

dan karies sekunder, meningkat. Tidak diragukan lagi, ini adalah salah satu

masalah terbesar dari komposit yang digunakan untuk restorasi Kelas II dan V.

(Anusavice, 2003)

1.3.3 Karies Sekunder

7

Page 13: makalah2

Karies sekunder merupakan karies dentis yang menyebar di bawah atau di

dalam tepi restorasi, disebabkan oleh akumulasi debris akibat tidak sempurnanya

preparasi kavitas. (Harty dkk, 1995)

Kegagalan restorasi resin komposit yang menyebabkan kebocoran dari

resin komposit, dikarenakan:

1. Perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin

komposit, dentin, dan enamel.

2. Penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal .

3. Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan

mulut bersifat asam.

4. Adanya mikroleakage, yang merupakan suatu celah berukuran mikro

antara bahan restorasi dengan struktur gigi, sehingga margin restorasi

terbuka serta

5. Adaptasi yang buruk, yang menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri

maupun toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder. (Hermina,

2003)

1.4 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

a. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dalam material kedokteran

gigi sebagai penunjang kebutuhan klinik

b. Mahasiswa mampu memecahkan permasalahan tentang material restorasi

kedokteran gigi

c. Sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Material Kedokteran Gigi 3 pada

mahasiswa semester 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

8

Page 14: makalah2

BAB 2

KERANGKA TEORI KONSEP

9

Page 15: makalah2

BAB 3

PEMBAHASAN

Berdasarkan issue yang didapat bahwa penderita mengeluh linu dan tajam

pada gigi geraham satu kanan bawah yang ditambal 3 tahun lalu. Setelah

diperiksa didapati tumpatan kelas dua dengan penggunaan komposit jenis hybrid.

Menurut analisis kelompok kami hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil restorasi, diantaranya adalah proses manipulasi yang

tidak sempurna oleh operator, sifat yang dimiliki oleh komposit itu sendiri, serta

kebiasaan atau gaya hidup dari pasien. Ketiga faktor tersebut berpengaruh besar

terhadap sifat fisik dan mekanik dari bahan restorasi resin komposit. Hal ini

berakibat terhadap berkurangnya usia pakai dari resin komposit tersebut.

Faktor pertama adalah sifat dari resin komposit itu sendiri. Saat ini

tumpatan komposit merupakan bahan tumpatan yang paling sering digunakan

untuk memperbaiki estetik dan fungsi. Dari berbagai macam jenis komposit,

penggunaan resin komposit jenis hybrid dikarenakan oleh sifat jenis hybrid yang

fleksibel digunakan pada tumpatan anterior maupun posterior. Jenis ini juga

memiliki sifat fisik, mekanik, dan estetik yang lebih baik dibandingkan dengan

resin komposit jenis conventional (macrofilled dan microfilled).

Bahan tumpat gigi dalam pemakaiannya akan berkontak dengan saliva

yang unsur terbesarnya adalah air sehingga terjadi penyerapan air dan kelarutan

bahan. penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, perubahan warna, dan

merusak kontur tepi. Penyerapan dan kelarutan air berkontribusi terhadap

kehilangan integritas tepi, sifat – sifat permukaan dan estetik (staining), yang

menyebabkan gagalnya suatu restorasi. Hal ini mempengaruhi sifat

mekanis ,seperti kelenturan, dan stabilitas mekanis serta biokompatibilitas

material, seperti menstimulasi pertumbuhan bakteria sekitar restorasi.

Salah satu sifat fisik dari resin komposit jenis hybrid adalah resisten

terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi resin komposit

dapat menyerap warna dari zat pewarna dari makanan atau minuman sehingga

dalam jangka waktu lama dapat berubah warna. Pengaruh oksidasi juga tidak

menutup kemungkinan dalam mempengaruhi stabilitas warna tumpatan.

10

Page 16: makalah2

Resin komposit memiliki sifat mekanis yakni hardness dan wear.

Hardness adalah pengukuran pada permukaan dari dental material yang ditinjau

dari kekuatan dan usia pakai dari material tersebut. Resin komposit awalnya

merupakan material yang lunak, tetapi ketika ditambah dengan filler, resin

kemudian menjadi material padat. Wear adalah proses ketika material mengalami

perpindahan atau lepas karena adanya tekanan interfasial dari gesekan 2

permukaan. Ada beberapa tipe wear yang terjadi dalam lingkungan oral yaitu:

Abrassive wear, fatigue wear, dan corrosive wear. Ketiga tipe ini sangat

berpengaruh terhadap sifat fisik dari umpatan jenis resin komposit. Abrasive wear

menimbulkan keausan pada permukaan material dan umumnya disebut sebagai

attrition bila dikarenakan oleh gesekan antar gigi secara langsung. Abrasi juga

dapat terjadi tanpa kontak langsung gigi contohnya saat mastikasi dan proses

menggosok gigi. Fatigue wear dikarenakan oleh adanya stress yang terjadi

berulang-ulang sehingga mengakibatkan keretakan. Corrosive wear adalah yang

paling sering terjadi pada resin komposit karena pengaruh reaksi kimia yang

terjadi dalam lingkungan oral, seperti pengaruh asam. Bila dikaitkan dengan

kasus, menurut kami resin komposit memiliki sifat wear resistance yang rendah

sehingga mudah mengalami aus dan pecah.

Faktor kedua adalah adalah proses manipulasi. Manipulasi resin komposit

pada kasus ini menggunakan teknik light-cured. Manipulasi yang kurang tepat

sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, jarak sinar, waktu penyinaran, panjang

gelombang, dan alat curing yang tidak optimal. Ketika intensitas berlebih curing

time akan menurun dan menyebabkan meningkatnya polimerisasi serta berakibat

pada pada timbulnya shringkage dan mikroleakage. Sedangkan jika intensitas

kurang akan menyebabkan polimerisasi yang tidak sempurna yang berakibat

meningkatnya penyerapan air dan kelarutan oleh resin komposit. Efek akhir dari

intensitas yang kurang adalah marginal staining.

Semakin jauh jarak penyinaran, maka polimerisasi yang terjadi akan lebih

tidak sempurna, maka pada saat penumpatan jarak dari ujung light cure sebaiknya

3-4 mm kearah permukaan restorasi. Jika panjang gelombang tidak sesuai, maka

photosensitizer tidak dapat berinteraksi dan berikatan dengan amine untuk

membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi. Waktu penyinaran pada

11

Page 17: makalah2

umumnya berkisar 3-40 menit bergantung pada tipe dan intensitas sumber sinar,

warna, dan ketebalan material.

Faktor ketiga adalah habit pasien yang meliputi oral hygiene dan diet.

Oral hygiene berpengaruh terhadap kekuatan mekanis dari resin komposit. Oral

hygiene yang buruk juga berdampak mudah melekatnya bakteri serta sisa

makanan. Sisa makanan yang menempel akan memicu timbulnya karies sekunder

yang lama-kelamaan akan mask ke bagian pulpa gigi dn menimbulkan rasa nyeri.

Diet juga memiliki pengaruh yang besar teradap kekuatan mekanis serta

perubahan warna dari resin komposit. Bila pasien suka makanan yang keras akan

menyebabkan beban yang diberikan pada tumpatan lebih besar, sehingga

tumpatan pecah. Minuman berkarbonat dan mengandung perwarna memiliki

pengaruh terhadap kekuatan dan perubahan warna dari resin komposit, karena

sifat resin komposit yang menyerap air. Minuman berkarbonat akan menurunkan

kekuatan dari tumpatan, sehingga tumpatan lebih mudah pecah dan memicu

terjadi karies sekunder. Habit dari pasien seperti bruxism memiliki pengaruh yang

cukup besar pada kekuatan mekanis tumpatan. Orang yang memiliki kebiasaan

bruxism akan menyebabkan beban pada permuaan lebih besar serta permukaan

tumpatan menjadi mudah aus atau hilang (abrassive wear), sehingga tumpatan

menjadi mudah pecah.

Ketiga faktor utama tersebut akhirnya membentuk preparasi kavitas yang

kurang baik, restorasi yang kurang efektif, sehingga terdapat celah disekitar

umpatan resin komposit dan akhirnya menyebabkan tumpatan pecah. Ketika

tumpatan pecah, hal ini mengakibatkan terbukanya jalan masuk bagi bakteri dan

mikroba lainnya untuk penetrasi ke jaringan gigi dan mengalami karies sekunder.

Karies sekunder merupakan karies yang umumnya ditandai dengan diskolorisasi

pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini juga dapat disebabkan oleh korosi dari

resin komposit. Perubahan warna pada daerah sekitar tumpatan dapat juga

menunjukkan proses demineralisasi, umumnya berwarna putih atau kecokelatan.

Mekanisme terjadinya karies ini dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi

dan penimbunan plak di bagian restorasi resin komposit yang pecah. Sukrosa dari

sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu berubah

menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5). Hal ini

12

Page 18: makalah2

menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Penurunan pH

yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi

permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari permukaan gigi

yaitu pits, fissur ,dan daerah interproksimal kemudian meluas ke arah pulpa. Bila

karies sudah mencapai pulpa, maka reaksi terjadi pada gigi berupa ngilu.

13

Page 19: makalah2

BAB 4

KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan

Resin komposit merupakan bahan tumpatan yang paling sering digunakan

untuk memperbaiki estetik dan fungsi. Resin komposit jenis hybrid dipakai karena

memiliki sifat fleksibel yaitu, dapat digunakan untuk tumpatan anterior maupun

posterior. Jenis ini juga memiliki sifat fisik, mekanik, dan estetik yang lebih baik

dibanding dengan resin komposit jenis conventional (macrofilled dan microfilled).

Berdasarkan issue, faktor yang mempengaruhi restorasi resin komposit

ialah proses manipulasi yang tidak sempurna oleh operator, sifat yang dimiliki

oleh komposit, serta kebiasaan atau gaya hidup dari pasien. Faktor-faktor tersebut

mengakibatkan berkurangnya usia pakai dari resin komposit.

Oral hygiene yang buruk menyebabkan bakteri serta sisa makanan

menempel kemudian memicu timbulnya karies sekunder. Karies sekunder tersebut

berkembang masuk ke bagian pulpa gigi hingga menimbulkan rasa ngilu. Jika

pasien memiliki kebiasaan memakan makanan yang keras, akan menyebabkan

beban yang diberikan pada tumpatan lebih besar, sehingga tumpatan pecah.

4.2 Saran

Bahan resin komposit jenis hybrid adalah bahan yang paling baik. Seorang dokter

harus mampu melakukan manipulasi resin komposit jenis hybrid. Selain itu,

dibutuhkan kerjasama antara dokter gigi dengan pasien. Pasien sebaiknya datang

memeriksakan gigi secara teratur dan melakukan perawatan seperti menjaga

kesehatan dan kebersihan gigi, menghindari minuman berkarbonat dan

mengandung pewarna.

14

Page 20: makalah2

BAB 5

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Philip’s Science of Dental Materials.

Missouri: Elsevier. pp. 406- 408, 410, 411, 412, 420-426, 428.

Craig, RG. & Powers, JM. 2002. Restorative Dental Material – 11th. USA:

Mosby Inc. pp. 232, 239- 240.

Harty FJ dan Ogston R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: Penerbit

buku kedokteran EGC. p. 56.

Hatrick, C.D. 2003. Dental Material: Clinical Application for Dental

Assistants and Dental Hygienist. Saunders. pp. 63-65

Hermina, M.T. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit Klas I.

Sumatera Utara: USU Digital Library

Jordan, RE. Esthetic Composite Bonding. 2nd ed. St Louis, MO: Mosby;

1992.

Mc Cabe, John F & Walls, Angus W.G. 2008. Applied Dental Materials

9th Ed. Oxford : Blackwell Publishing. P.196.

Safiah. 2010. Skripsi : Stabilitas Resin Komposit sebagai bahan tambalan

gigi. Medan : Repository USU. Diakses dari www.repository.usu.ac.id

15