makalah2
-
Upload
haura-nadya-amalia -
Category
Documents
-
view
172 -
download
11
description
Transcript of makalah2
RESIN KOMPOSIT
Kelompok :1. Demitria Naranti Santoso 0211111252. Dinar Arijati 0211111263. Ermada Parselina Kristanti 0211111274. Ummu Aiman Zulfa 0211111285. Bima Baskara 0211111296. Afin Aslihatul Ummah 0211111307. Hayumas Nurlita Firda 0211111318. Dalhar Hakiki 0211111329. Nila Sari 02111113310. Dhany Marsa Winda 02111113411. Haura Nadya Amalia 02111113512. Diana Omega Pamuji 02111113613. Alivianda Zahrina Saraya 02111113714. Cindy Karina Hartono 02111113815. Bagus Kurniawan 02111113916. M. Choirul Umam 02111114017. Andry Elvandari 021111141
Departemen Material Kedokteran GigiFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA2012
RESIN KOMPOSIT
Kelompok :18. Demitria Naranti Santoso 02111112519. Dinar Arijati 02111112620. Ermada Parselina Kristanti 02111112721. Ummu Aiman Zulfa 02111112822. Bima Baskara 02111112923. Afin Aslihatul Ummah 02111113024. Hayumas Nurlita Firda 02111113125. Dalhar Hakiki 02111113226. Nila Sari 02111113327. Dhany Marsa Winda 02111113428. Haura Nadya Amalia 02111113529. Diana Omega Pamuji 02111113630. Alivianda Zahrina Saraya 02111113731. Cindy Karina Hartono 02111113832. Bagus Kurniawan 02111113933. M. Choirul Umam 02111114034. Andry Elvandari 021111141
Departemen Material Kedokteran GigiFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA2012
i
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat dan
rahmat-Nyalah pada hari ini penulis dapat menyelesaikan karya tulis
berjudul,“RESIN KOMPOSIT” dengan sebaik-baiknya.Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Helal Soekartono, drg., M. Kes selaku dosen pembimbing dalam penulisan
laporan ini;
2. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini berguna bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surabaya, 27 November 2012
Penulis
ii
ABSTRAK
Kelompok 10 PBL Departemen Material Kedokteran GigiFakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
ABSTRAKLatar belakang: Saat ini tumpatan komposit merupakan bahan tumpatan yang paling
sering digunakan dalam Kedokteran Gigi. Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Tujuan: Makalah ini menjelaskan karakteristik resin komposit dan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan destruksi material (pecah). Tinjauan pustaka: Pemilihan bahan tumpatan dilihat dari aspek estetik dan kekuatan, resin komposit jenis hybrid adalah salah satu bahan yang memenuhi persyaratan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil restorasi dari resin komposit hybrid. Faktor pertama adalah sifat fisik dan mekasnis dari resin komposit. Faktor kedua adalah adalah proses manipulasi. Faktor ketiga adalah habit pasien yang meliputi oral hygine dan diet. Ketiga faktor ini akhirnya dapat mengakibatkan material berubah warna dan pecah. Kesimpulan: Resin komposit hybrid memiliki sifat fisik, mekanik, dan estetik yang lebih baik dibandingkan dengan resin komposit jenis conventional sehingga sering digunakan untuk tumpatan anterior dan posterior. Ada tiga faktor yang mempengaruhi sifat fisik dan mekanis dari hasil tumpatan resin komposit hybrid.
Kata kunci: Resin komposit, hybrid, perubahan warna, pecah.
ABSTRACTBackground: Currently resin composites are materials most commonly used filling material in Dentistry. Resin composites are used to replace tooth structure and modify the shape and color of teeth that can ultimately restore function. Objective: This paper describes the characteristics of resin composites and the factors that can lead to destruction of material (fracture). Literature: Selection of filling material based on the aspect of aesthetics and strength, resin composite hybrid is one ingredient that meets these requirements. There are several factors that affect the restoration of a hybrid composite resin. The first factor is the physical and mechanical properties of the resin composite. The second factor is the manipulation process. The third factor is the habits of patient include oral hygiene and diet. These three factors can eventually lead to material changes color and fracture. Conclusion: Hybrid composite resin has physical, mechanical, and aesthetic better than the conventional type of composite resin that is often used for anterior and posterior cavities. There are three factors that affect the physical and mechanical properties of the hybrid composite resin due to its results.
Keywords: Resin composite, hybrid , discoloration, fracture.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
Prakata............................................................................................................ ii
Abstrak........................................................................................................... iii
Daftar Isi........................................................................................................ iv
BAB 1 Pendahuluan....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Permasalahan........................................................................................... 2
1.3 Tinjauan Pustaka Skenario....................................................................... 2
1.3.1 Resin Komposit..................................................................................... 2
1.3.1.1 Klasifikasi Resin Komposit............................................................... 3
1.3.2 Resin Komposit Hybrid........................................................................ 4
1.3.2.1 Komposisi Komposit Hybrid............................................................. 4
1.3.2.2 Sifat.................................................................................................... 5
1.3.2.3 Cara Manipulasi................................................................................. 6
1.3.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Restorasi............................................... 7
1.3.3 Karies Sekunder.................................................................................... 7
1.4 Tujuan...................................................................................................... 8
BAB 2 Kerangka Teori Konsep..................................................................... 9
BAB 3 Pembahasan....................................................................................... 10
BAB 4 Kesimpulan dan Saran....................................................................... 14
BAB 5 Daftar Pustaka.................................................................................... 15
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai seorang dokter gigi yang bergelut di bidang profesional, pemilihan
bahan restorasi gigi sangatlah penting. Pemilihan bahan yang tepat dan akurat
akan menjamin kekuatan hasil akhir tambalan pada pasien. Penggunaan bahan
restorasi estetik sendiri mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun
terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Contoh bahan restorasi
yang sering ditemui saat ini adalah resin komposit.
Pada awal abad ke-20, silikat merupakan satu-satunya bahan tambalan
sewarna gigi. Walaupun silikat dapat melepaskan fluor, bahan ini tidak lagi
digunakan sebagai bahan tambalan gigi permanen disebabkan dapat terjadi erosi
pada penggunaan bertahun-tahun. Resin akrilik juga digunakan sebagai bahan
tambalan gigi menggantikan silikat di penghujung tahun 1940 dan awal tahun
1950 oleh karena warnanya yang sewarna gigi, tidak larut di dalam rongga mulut,
mudah dimanipulasi dan murah. ( Safiah, 2010 )
Resin komposit berkembang sebagai bahan restorasi karena kelebihannya,
antara lain: mempunyai sifat estetik yang baik, penghantar panas yang rendah,
mudah dimanipulasi, dan tidak larut dalam cairan mulut. Resin komposit awalnya
dikembangkan untuk restorasi gigi anterior kelas 3 sampai kelas 5, di mana nilai
estetika sangatlah penting dan untuk restorasi kelas 1, di mana tekanan oklusal
terjadi. Pada era tahun 1990-an, modifikasi material dan teknik berkembang pada
restorasi posterior kelas 2 dan kelas 6. Resin komposit yang diproses di
laboratorium diperkuat menggunakan serat dan dapat berikatan dengan
substruktur alloy, dapat digunakan untuk mahkota dan bahkan bridge. ( Craig dan
Powers, 2002 )
Resin yang diperkenalkan oleh Bowen ini kemudian dikenal sebagai
Bowen’s resin. Komposit merupakan sebuah sistem yang terdiri daripada
gabungan dua atau lebih makromolekul yang tidak larut satu sama lain dan dalam
bentuk yang berbeda. Material komposit adalah lebih baik dari komponen lain
seperti fiberglass mempunyai matriks resin yang diperkuatkan oleh fiber kaca.
1
Komposit yang dihasilkan lebih kuat dan kaku daripada material matriks resin,
tapi kurang rapuh daripada kaca. Matriks diperbuat dari kolagen, dengan kristal
hidroksiapatit yang bertindak sebagai filler. Untuk mendapatkan warna seperti
warna gigi geligi asli, pigmen warna ditambahkan seperti ferric oxide, cadmium
black, mercuric sulfide dan lain-lain. ( Safiah, 2010 )
Sejak awal tahun 1970, resin-based composite dan resin dimethacrylate
dipilih sebagai bahan restorasi direk bagi gigi anterior disebabkan estetiknya yang
bagus. Bahan resin komposit ini biasanya digunakan untuk menumpat gigi
anterior, memperbaiki gigi patah, melapisi permukaan gigi yang rusak, atau
menutup warna gigi yang berubah karena obat-obatan antibiotik tertentu misalnya
tetrasiklin. Beberapa evaluasi telah dilakukan pada bahan tumpatan resin
komposit yaitu berupa perubahan fisik yang terjadi pada bahan tersebut. Salah
satu diantaranya adalah perubahan warna. Sifat yang menyebabkan resin komposit
dapat mengalami perubahan warna adalah sifatnya yang mampu mengabsorbsi
cairan. Perubahan warna ini dapat terjadi oleh faktor intrinsik yaitu diskolorisasi
bahan resin itu sendiri, ukuran partikel filler. Selain daripada itu, ada faktor
ekstrinsik yaitu penetrasi zat warna dari minuman dan makanan, bahan kumur,
hasil tembakau dan proses oksidasi. ( Safiah, 2010 )
1.2 Permasalahan
Berikut adalah kasus yang berhubungan dengan bahan restorasi resin
komposit :
Seorang wanita berumur 45 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi dengan
keluhan gigi terasa tajam dan ngilu pada geraham kanan bawah ( gigi 46 ) yang
ditambal 3 dengan tambalan kelas 2 sekitar 3 tahun yang lalu. Setelah diperiksa
dokter gigi, pada gigi molar kanan bawah tampak tumpatan sewarna gigi yang
pecah dan berubah warna.
1.3 Tinjauan Pustaka Skenario
1.3.1 Resin Komposit
Material komposit adalah produk yang terdiri dari 2 fase berbeda dalam
struktur dan sifatnya yang biasanya dicampur menjadi satu. Tujuan dari
2
pencampuran 2 material berbeda ini untuk menciptakan material yang memiliki
sifat yang tidak dapat dimiliki oleh hanya salah satu komponen itu sendiri. Dua
komponen utama material filling komposit ini adalah fase resin dan reinforcing
filler. Keuntungan yang dikontribusikan oleh resin adalah kemampuan untuk
dibentuk pada suhu kamar dan waktu setting dan polimerisasi yang nyaman. (Mc
Cabe & Walls, 2008)
1.3.1.1 Klasifikasi Resin Komposit
Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat
diklasifikasikan atas resin komposit tradisional, resin komposit mikrofiller, resin
komposit hibrid dan resin komposit partikel hibrid ukuran kecil.
a) Resin Komposit Tradisional
Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini
terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20μm dan ukuran
partikel terbesar adalah 40μm. Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu
permukaan tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel
filler menonjol keluar dari permukaan.
b) Resin Komposit Mikrofiler
Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang mengandung
colloidal silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02μm dan antara ukuran 0.01-
0.05μm. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish
hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang kecil
bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar dalam
kontak dengan resin.
c) Resin Komposit Hibrid
Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata
berukuran 15-20μm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan
ukuran partikel 0.01-0.05μm. Perlu diketahui bahawa semua komposit pada masa
sekarang mengandung sedikit jumlah colloidal silica, tetapi tidak mempengaruhi
sifat-sifat dari komposit itu.
d) Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil
3
Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah
dilakukan perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada
pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel
kurang dari 1μm, dan biasanya berukuran 0.1-1.0μm yang biasanya dikombinasi
dengan colloidal silica. Partikel filler berukuran kecil memungkinkan komposit
dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata dibanding partikel filler
berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan yang lebih rata karena
setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler adalah lebih kecil dari
partikel filler. (Anusavice, 2003)
1.3.2 Resin Komposit Hybrid
Amalgam sudah lama digunakan sebagai pilihan bahan filling untuk
restorasi gigi posterior karena memiliki sifat mekanis yang baik, memiliki sifat
self sealing (mengurangi marginal leakage) dan ketahanan aus yang baik. Namun,
kenaikan permintaan dalam estetik dan kepedulian terhadap toksisitas amalgam
menyebabkan kenaikan frekuensi penggunaan komposit pada tumpatan kelas 1
dan kelas 2. (Anusavice, 2003)
Karena kehalusan permukaan dan kekuatan yang cukup baik, komposit ini
banyak digunakan untuk restorasi anterior, termasuk Kelas IV. Komposit hibrid
secara luas digunakan untuk penyangga stress, restorasi posterior. (Anusavice,
2003)
1.3.2.1 Komposisi Komposit Hybrid
Bahan komposit ini dikembangkan untuk memperoleh kehalusan
permukaan yang lebih baik daripada komposit partikel kecil, tetapi masih dengan
sifat yang sama. Komposit hibrid dipandang sebagai bahan yang memiliki estetika
setara dengan komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi
anterior. (Anusavice, 2003)
Ada 2 jenis partikel pengisi dalam komposit hibrid. Kebanyakan bahan
pengisi hibrid modern terdiri atas silika koloidal dan glass particle yang
dihaluskan, yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan
pengisi sebesar 75-80% berat. Glass particle mempunyai ukuran partikel rata-rata
4
0,6-1 mikron. Pada distribusi ukuran yang tipikal, 75% dari partikel yang
dihaluskan adalah lebih kecil daro 0,1 mikron, silika koloidal membentuk 10-20%
berat dari seluruh kandungan bahan pengisi. Dalam keadaan ini, bahan pengisi
mikro juga berpengaruh nyata pada sifat bahan. Partikel pengisi yang lebih kecil,
begitu juga sejumlah besar bahan pengisi mikro, akan meningkatkan daerah
permukaan. Jadi, seluruh muatan pengisi tidak sebanyak muatan pengisi pada
beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil. (Anusavice, 2003)
1.3.2.2 Sifat
Tegangan termal memberi beban tambahan pada ikatan struktur gigi, yang
menambah efek buruk dari polymerization shrinkage. Perubahan termal juga
merupakan siklus natural, dan meskipun seluruh restorasi tidak akan pernah
mencapai termal equilibrium selama aplikasi dengan stimuli panas atau dingin,
efek siklus ini dapat menyebabkan fatigue material dan kegagalan ikatan awal.
Bila ada gap yang terbentuk maka ada perbedaan antara koefisien termal dari
ekspansi komposit dan gigi yang dapat menyebabkan perkolasi cairan mulut.
(Craig & Powers, 2002)
Kelarutan air pada komposit bervariasi dari 0,01 sampai 0,06 mg/cm2.
Pemaparan sumber cahaya yang tepat pada komposit light-cured sangatlah kritis.
Polimerisasi yang tidak sempurna dapat terjadi pada restorasi yang jauh dari
permukaan bila cahaya tidak cukup kuat untuk menembus. Resin yang tidak
terpolimerisasi sempurna dapat menyebabkan penyerapan dan pelarutan air lebih
besar, hal ini mungkin menyebabkan perubahan warna terjadi lebih cepat.
Komposit tahan terhadap perubahan warna oleh oksidasi tapi tidak tahan oleh
stain. (Craig & Powers, 2002)
Karakteristik dari resin komposit hybrid ini adalah terdapat banyak macam
pilihan warna gigi dan kemampuan untuk mengikuti struktur gigi, sehingga sangat
berguna untuk estetika. Penyusutan saat curing lebih kecil, sedikit penyerapan air,
memliki sifat texturing dan polishing yang baik, abrasi dan keausan sangat mirip
dengan struktur gigi, koefisien ekspansi termal mirip dengan gigi. Material hibrida
menunjukkan kekuatan tarik antar partikel yang unggul, koefisien ekspansi termal
rendah, meningkatkan ketahanan dari abrasi, dan resistensi fraktur yang lebih.
5
Kelemahan dari material hibrida adalah resin ini kehilangan polish tinggi dari
waktu ke waktu dengan perkembangan permukaan yang lebih kasar, mengurangi
kecocokan mereka untuk kasus yang membutuhkan estetis. (Jordan, 1992)
1.3.2.3 Cara Manipulasi
Resin komposit mengeras melalui proses polimerisasi. Proses polimerisasi
ada beberapa macam, antara lain polimerisasi kimiawi, polimerisasi dengan sinar,
dan polimerisasi dengan panas. Polimerisasi yang umum digunakan adalah
polimerisasi dengan sinar tampak seperti QTH (Quartz-Tungsten Halogen), LED
(Light Emmiting Diode), PAD (Plasma Arc Cured) dan Argon Laser Lamps.
(Anusavice, 2003)
Sistem pertama yang digunakan adalah dengan menggunakan sinar ultra
violet untuk merangsang radikal bebas. Namun, resin komposit yang diaktifkan
dengan sinar ultra violet telah digantikan dengan sistem yang diaktifkan dengan
sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar tampak), yang secara nyata dapat
meningkatkan kemampuan polimerisasi lapisan yang lebih tebal sampai 2 mm.
Juga, komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya
dibandingkan dengan kimia. (Anusavice, 2003)
Sebuah sinar tampak (halogen atau LED) yang intens dalam jangkauan
gelombang biru akan mengaktifkan bahan-bahan. Sinar biru dengan panjang
gelombang 400 dan 500 nanometer (nm) akan mengaktifkan diketon, lalu dengan
adanya amina organik, menyebabkan resin untuk berpolimerisasi. Komponen ini
keduanya hadir di dalam komposit dan tidak akan bereaksi sampai cahaya
memulai reaksi. (Hatrick, 2003)
Proses polimerisasi resin komposit dengan menggunakan sinar tampak
atau light-cured dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya kedalaman restorasi dan
lamanya waktu pemaparan. Pada restorasi komposit dengan kedalaman 2 mm
proses polimerisasi akan lebih sempurna dibandingkan dengan kedalaman 5 mm.
Jika resin komposit diletakkan terlalu dalam, maka kemungkinan proses curing
tidak sampai ke seluruh bagian bawah restorasi (Hatrick, 2003).
Sedangkan waktu paparan yang dibutuhkan untuk polimerisasi sekitar 20
sampai dengan 40 detik. Sinar tampak yang bewarna biru penting untuk memulai
6
reaksi, dan reaksi tidak akan terjadi sampai komposit terpapar oleh sinar biru
tersebut (Craig & Powers, 2002). Waktu pemaparan 40 detik atau kurang tersebut
sesuai dengan ketebalan light-cured komposit sebesar 2 mm. Ketebalan komposit
yang lebih dari 2-3 mm harus diambil karena terbatasnya penetrasi sinar ke bagian
dalam restorasi. Meskipun begitu, restorasi dengan kedalaman komposit yang
lebih besar dapat dilakukan dengan menambah waktu pemaparan proses light-
cured tersebut. (Anusavice, 2003)
Intensitas sinar pada pemaparan juga mempengaruhi proses polimerisasi
atau pengerasan. Pada penggunaan lampu LED intensitasnya hanya antara 440
sampai 480 nm sehingga dikategorikan lampu dengan intensitas rendah. Namun,
pada saat ini sudah terdapat jenis lampu intensitas tinggi seperti QTH, PAC dan
lampu laser yang intensitasnya dinaikkan sampai lebih dari 1000 mW/cm2, hal ini
memungkinkan terjadinya pengurangan waktu pemaparan atau penambahan
kedalaman komposit. Meskipun begitu, penyerapan dan penghamburan sinar pada
resin komposit dapat mengurangi kepadatan dan derajat konversi secara eksponen
pada kedalaman penetrasi. Pada lampu dengan intensitas tinggi, intensitas dapat
dikurangi dengan faktor 10-100 pada ketebalan komposit 2 mm. Pengurangan
konversi monomer ini tidak dapat diterima pada level kedalaman lebih dari 2-3
mm. (Anusavice, 2003).
1.3.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Restorasi
Ketika persiapan rongga pada margin gingiva terletak di dentin,
sementum, atau keduanya, dan resin menempel ke enamel di margin lainnya,
bahan cenderung menjauh dari margin gingiva selama kuring karena penyusutan
polimerisasi. ini menyebabkan pembentukan celah di permukaan itu. Selanjutnya,
risiko kebocoran marjinal dan masalah yang berikutnya dari pewarnaan marjinal
dan karies sekunder, meningkat. Tidak diragukan lagi, ini adalah salah satu
masalah terbesar dari komposit yang digunakan untuk restorasi Kelas II dan V.
(Anusavice, 2003)
1.3.3 Karies Sekunder
7
Karies sekunder merupakan karies dentis yang menyebar di bawah atau di
dalam tepi restorasi, disebabkan oleh akumulasi debris akibat tidak sempurnanya
preparasi kavitas. (Harty dkk, 1995)
Kegagalan restorasi resin komposit yang menyebabkan kebocoran dari
resin komposit, dikarenakan:
1. Perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin
komposit, dentin, dan enamel.
2. Penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal .
3. Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan
mulut bersifat asam.
4. Adanya mikroleakage, yang merupakan suatu celah berukuran mikro
antara bahan restorasi dengan struktur gigi, sehingga margin restorasi
terbuka serta
5. Adaptasi yang buruk, yang menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri
maupun toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder. (Hermina,
2003)
1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dalam material kedokteran
gigi sebagai penunjang kebutuhan klinik
b. Mahasiswa mampu memecahkan permasalahan tentang material restorasi
kedokteran gigi
c. Sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Material Kedokteran Gigi 3 pada
mahasiswa semester 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
8
BAB 2
KERANGKA TEORI KONSEP
9
BAB 3
PEMBAHASAN
Berdasarkan issue yang didapat bahwa penderita mengeluh linu dan tajam
pada gigi geraham satu kanan bawah yang ditambal 3 tahun lalu. Setelah
diperiksa didapati tumpatan kelas dua dengan penggunaan komposit jenis hybrid.
Menurut analisis kelompok kami hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil restorasi, diantaranya adalah proses manipulasi yang
tidak sempurna oleh operator, sifat yang dimiliki oleh komposit itu sendiri, serta
kebiasaan atau gaya hidup dari pasien. Ketiga faktor tersebut berpengaruh besar
terhadap sifat fisik dan mekanik dari bahan restorasi resin komposit. Hal ini
berakibat terhadap berkurangnya usia pakai dari resin komposit tersebut.
Faktor pertama adalah sifat dari resin komposit itu sendiri. Saat ini
tumpatan komposit merupakan bahan tumpatan yang paling sering digunakan
untuk memperbaiki estetik dan fungsi. Dari berbagai macam jenis komposit,
penggunaan resin komposit jenis hybrid dikarenakan oleh sifat jenis hybrid yang
fleksibel digunakan pada tumpatan anterior maupun posterior. Jenis ini juga
memiliki sifat fisik, mekanik, dan estetik yang lebih baik dibandingkan dengan
resin komposit jenis conventional (macrofilled dan microfilled).
Bahan tumpat gigi dalam pemakaiannya akan berkontak dengan saliva
yang unsur terbesarnya adalah air sehingga terjadi penyerapan air dan kelarutan
bahan. penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, perubahan warna, dan
merusak kontur tepi. Penyerapan dan kelarutan air berkontribusi terhadap
kehilangan integritas tepi, sifat – sifat permukaan dan estetik (staining), yang
menyebabkan gagalnya suatu restorasi. Hal ini mempengaruhi sifat
mekanis ,seperti kelenturan, dan stabilitas mekanis serta biokompatibilitas
material, seperti menstimulasi pertumbuhan bakteria sekitar restorasi.
Salah satu sifat fisik dari resin komposit jenis hybrid adalah resisten
terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi resin komposit
dapat menyerap warna dari zat pewarna dari makanan atau minuman sehingga
dalam jangka waktu lama dapat berubah warna. Pengaruh oksidasi juga tidak
menutup kemungkinan dalam mempengaruhi stabilitas warna tumpatan.
10
Resin komposit memiliki sifat mekanis yakni hardness dan wear.
Hardness adalah pengukuran pada permukaan dari dental material yang ditinjau
dari kekuatan dan usia pakai dari material tersebut. Resin komposit awalnya
merupakan material yang lunak, tetapi ketika ditambah dengan filler, resin
kemudian menjadi material padat. Wear adalah proses ketika material mengalami
perpindahan atau lepas karena adanya tekanan interfasial dari gesekan 2
permukaan. Ada beberapa tipe wear yang terjadi dalam lingkungan oral yaitu:
Abrassive wear, fatigue wear, dan corrosive wear. Ketiga tipe ini sangat
berpengaruh terhadap sifat fisik dari umpatan jenis resin komposit. Abrasive wear
menimbulkan keausan pada permukaan material dan umumnya disebut sebagai
attrition bila dikarenakan oleh gesekan antar gigi secara langsung. Abrasi juga
dapat terjadi tanpa kontak langsung gigi contohnya saat mastikasi dan proses
menggosok gigi. Fatigue wear dikarenakan oleh adanya stress yang terjadi
berulang-ulang sehingga mengakibatkan keretakan. Corrosive wear adalah yang
paling sering terjadi pada resin komposit karena pengaruh reaksi kimia yang
terjadi dalam lingkungan oral, seperti pengaruh asam. Bila dikaitkan dengan
kasus, menurut kami resin komposit memiliki sifat wear resistance yang rendah
sehingga mudah mengalami aus dan pecah.
Faktor kedua adalah adalah proses manipulasi. Manipulasi resin komposit
pada kasus ini menggunakan teknik light-cured. Manipulasi yang kurang tepat
sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, jarak sinar, waktu penyinaran, panjang
gelombang, dan alat curing yang tidak optimal. Ketika intensitas berlebih curing
time akan menurun dan menyebabkan meningkatnya polimerisasi serta berakibat
pada pada timbulnya shringkage dan mikroleakage. Sedangkan jika intensitas
kurang akan menyebabkan polimerisasi yang tidak sempurna yang berakibat
meningkatnya penyerapan air dan kelarutan oleh resin komposit. Efek akhir dari
intensitas yang kurang adalah marginal staining.
Semakin jauh jarak penyinaran, maka polimerisasi yang terjadi akan lebih
tidak sempurna, maka pada saat penumpatan jarak dari ujung light cure sebaiknya
3-4 mm kearah permukaan restorasi. Jika panjang gelombang tidak sesuai, maka
photosensitizer tidak dapat berinteraksi dan berikatan dengan amine untuk
membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi. Waktu penyinaran pada
11
umumnya berkisar 3-40 menit bergantung pada tipe dan intensitas sumber sinar,
warna, dan ketebalan material.
Faktor ketiga adalah habit pasien yang meliputi oral hygiene dan diet.
Oral hygiene berpengaruh terhadap kekuatan mekanis dari resin komposit. Oral
hygiene yang buruk juga berdampak mudah melekatnya bakteri serta sisa
makanan. Sisa makanan yang menempel akan memicu timbulnya karies sekunder
yang lama-kelamaan akan mask ke bagian pulpa gigi dn menimbulkan rasa nyeri.
Diet juga memiliki pengaruh yang besar teradap kekuatan mekanis serta
perubahan warna dari resin komposit. Bila pasien suka makanan yang keras akan
menyebabkan beban yang diberikan pada tumpatan lebih besar, sehingga
tumpatan pecah. Minuman berkarbonat dan mengandung perwarna memiliki
pengaruh terhadap kekuatan dan perubahan warna dari resin komposit, karena
sifat resin komposit yang menyerap air. Minuman berkarbonat akan menurunkan
kekuatan dari tumpatan, sehingga tumpatan lebih mudah pecah dan memicu
terjadi karies sekunder. Habit dari pasien seperti bruxism memiliki pengaruh yang
cukup besar pada kekuatan mekanis tumpatan. Orang yang memiliki kebiasaan
bruxism akan menyebabkan beban pada permuaan lebih besar serta permukaan
tumpatan menjadi mudah aus atau hilang (abrassive wear), sehingga tumpatan
menjadi mudah pecah.
Ketiga faktor utama tersebut akhirnya membentuk preparasi kavitas yang
kurang baik, restorasi yang kurang efektif, sehingga terdapat celah disekitar
umpatan resin komposit dan akhirnya menyebabkan tumpatan pecah. Ketika
tumpatan pecah, hal ini mengakibatkan terbukanya jalan masuk bagi bakteri dan
mikroba lainnya untuk penetrasi ke jaringan gigi dan mengalami karies sekunder.
Karies sekunder merupakan karies yang umumnya ditandai dengan diskolorisasi
pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini juga dapat disebabkan oleh korosi dari
resin komposit. Perubahan warna pada daerah sekitar tumpatan dapat juga
menunjukkan proses demineralisasi, umumnya berwarna putih atau kecokelatan.
Mekanisme terjadinya karies ini dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi
dan penimbunan plak di bagian restorasi resin komposit yang pecah. Sukrosa dari
sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu berubah
menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5). Hal ini
12
menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Penurunan pH
yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari permukaan gigi
yaitu pits, fissur ,dan daerah interproksimal kemudian meluas ke arah pulpa. Bila
karies sudah mencapai pulpa, maka reaksi terjadi pada gigi berupa ngilu.
13
BAB 4
KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
Resin komposit merupakan bahan tumpatan yang paling sering digunakan
untuk memperbaiki estetik dan fungsi. Resin komposit jenis hybrid dipakai karena
memiliki sifat fleksibel yaitu, dapat digunakan untuk tumpatan anterior maupun
posterior. Jenis ini juga memiliki sifat fisik, mekanik, dan estetik yang lebih baik
dibanding dengan resin komposit jenis conventional (macrofilled dan microfilled).
Berdasarkan issue, faktor yang mempengaruhi restorasi resin komposit
ialah proses manipulasi yang tidak sempurna oleh operator, sifat yang dimiliki
oleh komposit, serta kebiasaan atau gaya hidup dari pasien. Faktor-faktor tersebut
mengakibatkan berkurangnya usia pakai dari resin komposit.
Oral hygiene yang buruk menyebabkan bakteri serta sisa makanan
menempel kemudian memicu timbulnya karies sekunder. Karies sekunder tersebut
berkembang masuk ke bagian pulpa gigi hingga menimbulkan rasa ngilu. Jika
pasien memiliki kebiasaan memakan makanan yang keras, akan menyebabkan
beban yang diberikan pada tumpatan lebih besar, sehingga tumpatan pecah.
4.2 Saran
Bahan resin komposit jenis hybrid adalah bahan yang paling baik. Seorang dokter
harus mampu melakukan manipulasi resin komposit jenis hybrid. Selain itu,
dibutuhkan kerjasama antara dokter gigi dengan pasien. Pasien sebaiknya datang
memeriksakan gigi secara teratur dan melakukan perawatan seperti menjaga
kesehatan dan kebersihan gigi, menghindari minuman berkarbonat dan
mengandung pewarna.
14
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Philip’s Science of Dental Materials.
Missouri: Elsevier. pp. 406- 408, 410, 411, 412, 420-426, 428.
Craig, RG. & Powers, JM. 2002. Restorative Dental Material – 11th. USA:
Mosby Inc. pp. 232, 239- 240.
Harty FJ dan Ogston R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC. p. 56.
Hatrick, C.D. 2003. Dental Material: Clinical Application for Dental
Assistants and Dental Hygienist. Saunders. pp. 63-65
Hermina, M.T. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit Klas I.
Sumatera Utara: USU Digital Library
Jordan, RE. Esthetic Composite Bonding. 2nd ed. St Louis, MO: Mosby;
1992.
Mc Cabe, John F & Walls, Angus W.G. 2008. Applied Dental Materials
9th Ed. Oxford : Blackwell Publishing. P.196.
Safiah. 2010. Skripsi : Stabilitas Resin Komposit sebagai bahan tambalan
gigi. Medan : Repository USU. Diakses dari www.repository.usu.ac.id
15