Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

7
MAKALAH BIOLOGI LAUT ZONA PASANG SURUT (INTERTIDAL) Oleh : Noor Muhammad 12/335165/PN/13028 Asterina Wulan Sari 12/335195/PN/13030 Ahmad Nawar Syarif 12/335241/PM/13032 Lutfi Alfianto 12/336381/PN/13041 Sri Laksono Condro 12/336494/PN/13044 Wampani Sidiq 12/339897/PN/13055 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

description

makalah zona intertidal ini dibuat untuk memenuhi tugas biologi laut dari pak Tri Joko. sekelompok dengan nim-nim terakhir, dan anggota lainnya lelaki semua :D

Transcript of Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

Page 1: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

MAKALAH BIOLOGI LAUT

ZONA PASANG SURUT (INTERTIDAL)

Oleh :

Noor Muhammad 12/335165/PN/13028

Asterina Wulan Sari 12/335195/PN/13030

Ahmad Nawar Syarif 12/335241/PM/13032

Lutfi Alfianto 12/336381/PN/13041

Sri Laksono Condro 12/336494/PN/13044

Wampani Sidiq 12/339897/PN/13055

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

Makalah Zona Intertidal

I Pendahuluan

Latar belakang

Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik

dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Kawasan pesisir memilki

sejumlah fungsi ekologis berupa penghasil sumberdaya, penyedia jasa kenyamanan,

penydia kebutuhan pokok hidup dan penerima limbah (Bengen, 2002). Tata ruang sebagai

wujud struktural ruang dan pola penggunaannya secara terencana atau tidak dari bagian

permukaan bumi di laut dan pesisir, dikenal selama ini sebagai objek dalam memenuhi

berbagai kebutuhan manusia. Selain mengandung beraneka ragam sumber daya alam dan

jasa lingkungan yang telah dan sementara dimanfaatkanmanusia, ruang laut dan pesisir

menampilkan berbagai isu menyangkut keterbatasan dan konflik dalam pemanfaatannya.

Untuk mengharapkan keberlanjutan fumgsi dimensi ekologis yang dimiliki oleh

kawasan pesisir, selayaknya digiatkan upaya pelestarian dan pemanfaatan segenap

sumberdaya yang ada di dalamnya secara berkelanjutan. Ekosistem pesisir dan lautan

merupakan sistim akuatik yang terbesar diplanet bumi. Ukuran dan kerumitannya

menyulitkan kita untuk dapat membicarakannya secara utuh sebagai suatu

kesatuan.Akibatnya dirasa lebih mudah jika membaginya menjadi sub-bagian yang dapat

dikelola,selanjutnya masing-masing dapat dibicarakan berdasarkan prisip-prinsip ekologi

yang menentukkan kemampuan adaptasi organisme dari suatu komunitas.

Tidak ada suatu cara pembagian laut yang telah diajukan yang dapat diterima secara

universal. Cara pembagiannya telah banyak dipakai oleh para ilmuwan dan pakar kelautan

diseluruh dunia.Salah satu bagian dari pembagian ekosistem di kawasan pesisir dan laut

adalah kawasan intertidal(intertidal zone). Wilayah pesisir atau coastal adalah salah satu

sistim lingkungan yang ada, dimana zona intertidal atau lebih dikenal dengan zona pasang

surut adalah merupakan daerah yang terkecildari semua daerah yang terdapat di samudera

dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali – hanya beberapa meter luasnya – terletak di

antara air tinggi (high water) dan air rendah (lowwater).

Zona ini merupakan bagian laut yang paling dikenal dan paling dekat dengan

kegiatan kitaapalagi dalam melakukan berbagai macam aktivitas, hanya di daerah inilah

Page 3: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

penelitian dapatlangsung kita laksanakan secara langsung selama perioda air surut, tanpa

memerlukan peralatankhusus. Letak zona intertidal yang dekat dengan berbagai macam

aktifitas manusia, dan mmeilikilingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan

kawasan ini sangat rentan terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh

terhadap segenap kehidupan di dalamnya.Pengaruh tersebut salah satunya dapat berupa cara

beradaptasi. Adaptasi ini diperlukan untuk mempertahankan hidup pada lingkungan di zona

intertidal. Keberhasilan beradaptasi akanmenentukan keberlangsungan organisme di zona

intertidal .

Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap

lingkungan yang ekstrim. Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut,

namun air yang didapat bervariasi dari air salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam

kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut, membuat biota yang berada di zona ini

harus beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di zona intertidal bervariasi,

dari suhu yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari langsung, hingga suhu

yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien yang tinggi

dari laut yang dibawa oleh ombak.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kawasan Intertidal

Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut)

merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan

pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan

air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan

dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap

organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa

memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia

sejak prasejarah.

Menurut Nybakken (1988) , susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang

dijumpai dizona intertidal sebagian disebabkan zona ini berada diudara terbuka selama waktu

tertentu dalam setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih

besar di udara daripada di air. Selain itu, faktor-faktor lain adalah adanya substrat yang

berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur menyebabkan perbedaan fauna dan struktur

Page 4: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

komunitas didaerah intertidal sama seperti lingkungan air tawar. Serangga menjadi hal umum

dicruger island. Serangga yang terdapat adalah epheraroptera, trichoptera, coleoptera dan

diptera.

Menurut Prajitno (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan zona

intertidal diantaranya adalah :

1. Pasang-surut yaitu naik turunnya permukaan air laut secara periodik selam interval

waktu tertentu. Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang

mempengaruhi kehidupan di zona intertidal.

2. Suhu mempengaruhi zona intertidal selama harian/ musiman. Kisaran ini dapat

melebihi batas toleransi.

3. Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal.

4. Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi

besarnya erosi tergantung pada besarnya energi dihempaskan oleh gelombang. Ombak

terjun biasanya terlihat dipantai yang lautnya terjal. Ombak ini mengulung tinggi.

Kemudian jatuh dengan bunyi yang keras dan bergemuruh. Ombak landai terbentuk di

pantai yang dasar lautnya di landai. Sehingga bergulung ke pantai agak jauh sebelum

pecah

B. Pembagian Zona intertidal

Secara umum daerah intertidal berdasarkan material atau substrat penyusun dasar perairan

dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu,

1. Tipe pantai berbatu

Pantai ini terbentuk dari batu granit dari berbagai ukuran tempat ombak pecah.

Umumnya pantai berbatu terdapat bersama-sama atau berseling dengan pantai

berdinding batu. Kawasan ini paling padat mikroorganismenya, dan mempunyai

keragaman fauna maupun flora yang paling besar. Tipe pantai ini banyak ditemui di

selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku.

2. Tipe pantai berpasir

Pantai ini dapat ditemui di daerah yang jauh dari pengaruh sungai besar atau di pulau

kecil yang terpencil. Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat di kawasan

pantai berbatu, dan karena kondisi kondisi lingkungannya organisme yang ada

Page 5: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

cenderung menguburkan dirinya ke dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak

dimanfaatkan manusia untuk berbagai aktivitas rekreasi.

3. Tipe pantai berlumpur

Perbedaan antara tipe pantai ini dengan tipe sebelumnya terletak pada ukuran butiran

sedimen (substrat). Tipe pantai berlumpur mempunyai ukuran butiran yang paling

halus. Pantai berlumpur terbentuk di sekitar muara-muara sungai dan umumnya

berasosiasi dengan estuaria. Tebal endapan lumpurnya dapat mencapai 1 meter atau

lebih. Pada pantai berlumpur yang amat lembek sedikit fauna maupun flora yang

hidup di sana. Perbedaan yang lain adalah gelombang yang tiba di pantai, di mana

aktivitas gelombangnya sangat kecil, sedangkan untuk pantai yang lain kebalikannya.

Selain itu, secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh pola pasang dan

surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu,

1. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya

mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang

menerpa daerah tersebut backshore (supratidal)

2. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis

permukaan laut (intertidal)

3. Zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal).

C. Biota pada zona intertidal

Menurut Prajitno (2009), biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah satu daerah

ekologi yang paling familiar, habitat dan interaksinya sudah diketahui oleh ilmuan, penelitian

diadakan di pulau cruger yang pantai utaranya merupakan (freshwater) air tawar dan berbatu.

Fauna pada pantai berbatu pulau cruger berkarakteristik dominan pada binatang air tawar.

Sebagian besar berupa Dipterans, Nematodes, Microannelida, Gastropoda,Bivalves dan

Flatworms secara keseluruhan, macroinvertebrate yang ada di pantai ini berasal dari golongan

Tubellaria, Nematoda, Oligochaeta, Gastropoda, Dreissna, Acari, Amphipoda,

Ephemeroptera, Trichoptera, coteoptera, Ceratopogonidae, Chironomidae.

Menurut Nybakken (1988) di lingkungan laut khususnya diintertidal. Spesies yang

berumur panjang cenderung terdiri dari berbagai hewan inverbrata. Pantai yang terdiri dari

batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang sangat baik nagi hewan-hewan atau

tumbuhan-tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapisan ini. Golongan ini termasuk

Page 6: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

banyak jenis gastropoda, moluska dan tumbuh-tumbuhan yang berukuran besar (Hutabarat,

2008).

D. Pola adaptasi organism intertidal

Organisme intertidal memilki kemampuan untuk beradaptasi dngan kondisi

lingkungan yang dapat berubah secara signifikan, pola tersebut meliputi,

1. Daya Tahan terhadap Kehilangan air

Organisme laut berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan

air.Mekanisme yang sederhana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewan-

hewan yang bergerak seperti kepiting dan anemon.

2. Pemeliharaan Keseimbangan Panas

Organisme intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan dingin

yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk

menjaga keseimbangan panas internal.

3. Tekanan mekanik

Gerakan ombakmempunyai pengaruh yang berbeda, pada pantai berbatu dan pada

pantai berpasir. Untukmempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organism

intertidal telah membentuk beberapa adaptasi.

4. Pernapasan

Diantara hewan intertidal terdapat kecenderungan organ pernapasan yang mempunyai

tonjolan kedalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat

terlihat jelas pada berbagai moluska dimana insang terdapat pada rongga mantel yang

dilindungi cangkang.

5. Cara Makan

Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian

berdaging dari tubuhnya. Karena ituseluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang

naik dan tubuhnyaterendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan

tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus maupun predator. 7.

6. Tekanan Salinitas

Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar yang dapat menimbulkan masalah

tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri

denagn air laut. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar

Page 7: Makalah Zona Intertidal (zona pasang surut)

garam cairantubuhnya dan disebutosmokonformer. Adaptasi satu-satunya

samadengan adaptasi untuk melindungi dari kekeringan

7. Reproduksi

Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkanmelekat, sehingga dalam

penyebarannya mereka mmenghasilkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai

plankton. Hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang

seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu

pasang purnama.

III PENUTUP

Kesimpulan

Zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang

terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter

luasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan zona intertidal diantaranya

adalah pasang-surut, suhu, perubahan salinitas dan gelombang. Biota pada zona intertidal

dapat berupa gastropoda, moluska tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Pembagian kawasan zona

intertidal berdasarkan substratnya yaitu tipe pantai berpasir, berbatu dan berlumpur.

Sedangkan pembagian kawasan zona intertidal berdasarkan pola pasang surutnya adalah

supridal, intertidal dan subtidal. Selain itu biota pada zona intertidal ini memiliki pola

adaptasi organisme yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsp

Pengelolaannya. IPB. Bogor

Hutabarat,s dan Steward,M.E.2008. Pengantar oseanografi. Universistas Indonesia. Jakarta.

Nybakken,J.W.1988. Biologi Laut . PT Gramedia . Jakarta.

Prajitno.A.2009. Biologi Laut. Universitas Brawijaya. Malang.