Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

download Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

of 22

Transcript of Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    1/22

    1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Dewasa ini, tingkat konsumerisme penduduk dunia sangatlah tinggi. Hal

    ini didorong oleh kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan,

    membuat manusia terbiasa menggunakan segala sesuatunya dengan instan.

    Akibatnya, sampah yang dihasilkan menjadi bertambah banyak secara signifikan.

    Selain itu, pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara juga ikut

    mempengaruhi bertambahnya sampah. Bersamaan dengan kedua hal tersebut,

    terjadi pula pertambahan jumlah penduduk yang mana menambah jumlah sampah

    sekaligus mengurangi area untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Hal

    inilah yang lantas memicu diperlukannya sebuah sistem atau perlakuan terhadap

    sampah yang semakin banyak ini.

    Paradigma lama yang menganggap sampah adalah barang tidak berguna

    dan harus dibuang sudah bergeser seiring kemajuan teknologi. Sampah dikurangi,

    digunakan kembali, dan didaur ulang berdasarkan kebutuhannya. Sistem yang

    menggambarkan perlakuan terhadap sampah dapat dilihat dalam waste

    hierarchy pada gambar berikut :

    Gambar 1 Waste Hierarchy

    Dapat dilihat bahwa sampah sebisa mungkin dikurangi, setelah itu

    digunakan kembali, didaur ulang, dan pada akhirnya diperlakukan secara khusus

    untuk pemanfaatan kembali sebelum masuk ke tempat pembuangan. Perlakuan

    (treatment) terhadap sampah untuk pemanfaatan kembali dapat dibagi menjadi

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    2/22

    2

    Universitas Indonesia

    empat yakni : direct combustion, psychochemical treatment, thermal treatment

    dan biological treatment. Keempat jenis pemanfaatan sama-sama memproses

    sampah menjadi sebuah sumber energi yang terbarukan, proses ini dikenal dengan

    nama Waste to Energy (WTE). Proses WTE yang dapat menghasilkan energi

    terbarukan sangatlah penting mengingat konsumsi energi global sedang

    meningkat dengan cepat akibat industrialisasi dan peningkatan taraf kehidupan.

    Selain itu fossil fuel jumlahnya semakin terbatas dan manusia harus bisa

    melepaskan diri dari ketergantungan akan fossil fuel. Oleh karena itu, dalam

    makalah ini akan dibahas mengenai salah satu jenis proses WTE yang masuk

    dalam thermal treatmentyakni proses gasif ikasi.

    Gasifikasi merupakan proses dekomposisi thermalpada material berbasis

    karbon dalam keadaan kekurangan oksigen (sedikit pembakaran) untuk

    menghasilkan gas sintetis atau syngas. Alih-alih membakar, gasifikasi mengubah

    material berbasis karbon menjadi syngas menggunakan reaksi kimia. Reaksi ini

    melibatkan sedikit jumlah udara dan oksigen, membuat material menjadi molekul

    yang lebih sederhana, yang sebagian besar tersusun atas karbon monoksida dan

    oksigen. Jika dijalankan dalam kondisi yang baik, gasifikasi merupakan proses

    WTE yang efisien. Secara sederhana, proses gasifikasi dapat dilihat pada gambarberikut :

    Gambar 2 Alur Proses Gasifikasi secara Sederhana

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    3/22

    3

    Universitas Indonesia

    Feedstock pada gambar yang berupa Municipal Solid Waste (MSW)

    diproses ke dalam gasifier bersama dengan sejumlah kecil udara dan oksigen.

    Pada akhirnya, output yang dihasilkan ialah syngas, dimana syngas dapat

    digunakan untuk membangkitkan listrik dan dikatalisasi menjadi berbagai macam

    produk.

    Teknologi gasifikasi sebenarnya sudah ada dari pertengahan abad ke 17

    dimana gas kota, produk gas yang dihasilkan dari batu bara (mengandung 50%

    hidrogen, sisanya terdiri dari metana, karbon dioksida, dan karbon monoksida),

    digunakan untuk tujuan pengcahayaan. Daerah pertama yang memanfaatkan gas

    kota untuk pengcahayaan jalan ialah Pall Mall, London pada tanggal 28 Januari

    1807. Tak lama setelah itu, kota Baltimore dan Maryland memulai pengcahayaan

    gas komersil untuk rumah penduduk, jalan-jalan umum, dan pabrik pada tahun

    1816. Pada saat perang dunia kedua, proses gasifikasi menjadi semakin penting

    karena benua Eropa dilanda kekurangan minyak bumi, sementara Jerman mampu

    membuat bahan bakar cair sintetis dari batu bara hasil gasifikasi. Selain itu, pada

    1970, embargo minyak dari Arab membuat pemerintah Amerika mengembangkan

    proyek gasifikasi secara besar-besaran. Pada saat ini, terdapat beberapa reaktor

    IGCC (Integrated Gasification Combine Cycle) di seluruh dunia yang berfungsiuntuk membangkitkan listrik.

    Hari ini, kebutuhan dunia akan sumber energi yang terbarukan

    merupakan kunci utama kebangkitan dari sistem gasifikasi, setelah sistem ini

    mengalami kemunduran yang signifikan akibat kemajuan bidang perminyakan.

    Selain MSW, sistem gasifikasi mampu memproses biomass sebagaifeedstock dan

    juga bisa menggunakan sampah jenis lain yakni Industrial Waste (IW). Hal ini

    sangat memberikan manfaat yang sangat signifikan yakni mengurangi sampahyang masuk ke pembuangan.

    Rangkuman proses gasifikasi dapat dilihat pada tabel berikut :

    Rangkuman Gasifikasi

    Gasifikasi membakar bahan bakar menjadisyngas.

    Teknologi ini sudah digunakan hampir seabad namun pemakaian MSW sebagai

    feedstockmasih terbatas.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    4/22

    4

    Universitas Indonesia

    Ada sedikitnya 42 perusahaan yang menawarkan teknologi gasifikasi yang mampu

    menggunakan MSW sebagaifeedstock.

    Penggunaan MSW sebagaifeedstockpertama kali digunakan pada tahun 1991 di

    Taiwan.

    Hal - hal penting lainnya

    Biaya Modal $ 850 per ton (+- 40%)

    Biaya Operasi $ 65 per ton (+- 45%)

    Feedstock

    ASR, biomass, black liquor, batu bara, limbah rumah sakit,

    MSW, limbah organik, bahan plastik, PVC, lumpur, ban

    Dibutuhkanpre-treatmentuntuk feedstock

    Sulit untuk mempreoses alur sampah heterogen

    JumlahDisposed

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    5/22

    5

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    PROSES GASIFIKASI

    Seperti yang sudah dijelaskan, proses gasifikasi merupakan proses

    dekomposisi termal dari material berbasis karbon dalam keadaan kekurangan

    oksigen, yang menghasilkansyngasuntuk kemudian dikonversi sesuai kebutuhan.

    Proses gasifikasi dimulai dengan mempersiapkan feedstock yang dalam makalah

    ini pada umumnya dianggap berupa limbah rumah tangga (MSW). Selain MSW,

    feedstockjuga dapat berupa batu bara (coal) dan biomass.

    Untuk sampah sebagai feedstock, sampah yang jauh lebih baik untuk

    digunakan sebagai feedstock ialah sampah jenisfresh waste,bukan sampah yang

    berasal dari landfill mining. Hal ini dikarenakan sampah jenis landfill mining

    memiliki kandungan metana yang relatif tinggi dan unsur penyusunnya seperti C,

    H, O, dan lain lain sudah mengalami perubahan sehingga nilai NHV (Net Heating

    Value) yang ada menjadi lebih kecil.

    Setelah feedstock siap, hal pertama yang harus dilakukan ialah

    preprocessingyakni memisahkan sampah yang masih bisa digunakan dan didaur

    ulang untuk tidak dimasukkan ke dalam gasifier. Setelah itu dilakukanlah prosesdrying dan degassing dimana material volatil dilepaskan dan proses ini terjadi

    pada suhu 100-300 C. Feedstock selanjutnya dimasukkan ke dalam reaktor

    (gasifier) dimana terdapat sumber panas pada suhu 1200-2200 F untuk

    memproduksi syngas mentah, bottom ash, char, tar, dan beberapa jenis logam.

    Untuk jenis thermal treatmentyang lain yakni pirolisis, proses dekomposisi sudah

    berhenti sampai disini. Namun untuk gasifikasi, char dan zat cair dari hasil

    pirolisis kembali diubah menjadi gas dengan menggunakan udara, oksigen,dan/atau uap. Perubahan ini disebut dengan reaksi gasifikasi dan bersifat

    eksostermik. Jumlah oksigen yang dimasukkan sangatlah terkontrol, supaya reaksi

    gasifikasi (pembakaran char dan zat cair pirolisis, eksostermik) dapat terus

    berjalan sekaligus mampu memberikan panas yang cukup pada reaksi pirolisis

    (endotermik). Suhu yang terjadi pada reaksi gasifikasi ini diperkirakan berada

    diantara 1400-2800 F.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    6/22

    6

    Universitas Indonesia

    Tahap selanjutnya ialah pembersihan/oksidasi syngas dimana syngas

    dibersihkan dari partikulat seperti sulfur, gas klorida, dan beberapa jenis logam.

    Syngas yang sudah teroksidasi ini siap dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan

    diantaranya sumber energi untuk pembangkit listrik dan dikatalisasi untuk

    menghasilkan senyawa-senyawa tertentu.

    Buangan dari proses gasifikasi pada umumnya berupa ash, slag, dan

    beberapa jenis logam tergantung dengan suhu dari gasifier. Beberapa logam masih

    bisa didaur ulang namun ashdan slagpada umumnya harus dibuang ke landfill,

    yang mana hal ini merupakan salah satu kelemahan utama dari proses gasifikasi

    ketika digunakan untuk manajemen MSW. Tahapan proses gasifikasi secara

    lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 3 Tahapan Proses Gasifikasi

    Produk hasil gasifikasi dapat dilihat pada gambar berikut :

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    7/22

    7

    Universitas Indonesia

    Gambar 4 Hasil Gasifikasi secara Sederhana

    Satu hal yang patut diingat ialah gasifikasi tidak sama dengan insinerasi.

    Insinerasi secara harafiah hanyalah membakar feedstockdan menjadikannya abu.

    Insinerasi menggunakan MSW sebagai bahan bakar, membakarnya dengan

    banyak oksigen untuk membentuk panas dan CO2. Pada pabrik WTE, gas panas

    tersebut dihasilkan untuk membuat uap, yang kemudian digunakan untuk

    menghasilkan listrik. Sementara gasifikasi mengubah MSW menjadisyngas, yang

    mana menjadi pembeda utama antara gasifikasi dan insinerasi. Pada gasifikasi,

    MSW bukanlah bahan bakar melainkan feedstockuntuk proses konversi kimiawi

    bersuhu tinggi. Syngas inilah yang dapat diproses untuk kemudian menjadi

    produk dengan nilai komersil lebih tinggi.

    Ada banyak variasi desain dari reaktor gasifikasi (gasifier). Perbedaan

    utama dari jenis-jenis gasifier terletak pada :

    a. Bagaimanafeedstock(terutama biomass) dimasukkan ke dalamgasifierdan

    digerakkan di sekitarnya. Entah dimasukkan dari atas gasifier atau dari

    samping, dan digerakkan entah dengan bantuan gravitasi atau aliran udara.

    b.

    Digunakan atau tidaknya oksigen, udara dan uap sebagaik oksidan.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    8/22

    8

    Universitas Indonesia

    c. Rentang suhu pada saatgasifierberoperasi.

    d. Panas yang dihasilkan merupakan hasil dari pembakaran sebagian feedstock

    dalam gasifier (directly heated) atau menggunakan bantuan eksternal

    (indirectly heated).

    e. Pengoperasian gasifier berada dibawah tekanan atmosfir atau justru diatas

    tekanan atmosfir.

    Berikut dijelaskan perbedaan gasifier berdasarkan kondisi pengaliran dan

    bagaimana aliran udara masuk ke gasifier. Berdasarkan kondisi pengaliran di

    dalam alat, tipe gasifier dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

    Fixed/Moving Bed

    Bahan bakar karbon kering dimasukkan dari puncak reaktor. Selama

    bahan tersebut perlahan masuk menuju wadah, ia bereaksi dengan uap dan

    oksigen yang mengalir dalam arah yang berlawanan dengan bahan karbon. Bahan

    bakar terus mengalami proses seperti ini sampai habis dan meninggalkan syngas

    dalam temperatur rendah dan abu yang meleleh. Syngas memiliki temperatur

    rendah karena panas hasil reaksi gasifikasi digunakan untuk memanaskan RDF

    sebelum RDF masuk ke zona reaksi gasifikasi. Temperatur syngas yang keluar

    oleh karena itu menjadi lebih rendah dari suhu yang dibutuhkan untuk konversi

    utuh dari RDF.

    Proses ini menghasilkan sedikit kontaminan nantinya akan di buang dari

    syngas. Konfigurasi tipikal untuk dry dengan RDF berupa batu bara dari

    fixed/moving beddapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 5Fixed/Moving Bed Gasifier

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    9/22

    9

    Universitas Indonesia

    Beberapa masalah dapat ditimbulkan pada reaktor jenis ini oleh karena

    ketidakseragaman aliran akibat aglomerasi partikel. Pada akhirnya seluruh

    persoalan menyebabkan buruknya campuran antar fase, karbon yang tidak

    bereaksi, titik panas, dan konversi energi yang lebih rendah.

    Entrained Flow

    Bahan bakar yang dimasukkan ke dalam reaktor dapat dimasukkan dalam

    keadaan kering maupun basah (dicampur dengan air). Uap dan oksigen mengalir

    dalam satu arah ke atas reaktor, reaksi gasifikasi kemudian terjadi sampai syngas

    dengan temperatur tinggi keluar dari sisi reaktor. Slag leleh keluar dari bawah

    reaktor.

    Waktu operasi dari reaktor jenis entrained flow sangatlah pendek,

    berkisar antara belasan sampai puluhan detik. Oleh karena waktu operasi yang

    cepat, reaktor jenis ini harus beroperasi dalam suhu yang sangat tinggi untuk

    memperoleh konversi bahan yang maksimum. Kebanyakan reaktor tipe entrained

    flow menggunakan oksigen daripada udara. Rangkuman karakteristik dari reaktor

    tipe entrained flowdapat dilihat sebagai berikut:

    a. Suhu tinggi dalam operasi.

    b. Adanyaslagleleh dalam syngas mentah.

    c. Butuh oksidan dalam jumlah yang banyak.

    d. Suhusyngasyang keluar sangat tinggi, dan

    e.

    Mampu men-gasifikasi coal (jika digunakan) tanpa terpengaruh urutan,

    karakteristik pembakaran, dan kehalusan coal.

    Ada tujuh reaktor entrained flow yang terdapat di pasaran saat ini,

    masing-masing milik Conocco-Phillips E-Gas, GE, Shell, PrenfloTM, MHI,

    Siemens, dan MPG. Sketsa dari reaktor tipe ini dapat dilihat pada gambar 7. Pada

    tipe reaktor ini, partikel kecil yang tersebar luas dipanaskan sampai suhu tinggi

    untuk menempuh reaksi gasifikasi yang cepat. Beberapa persoalan dalam reaktor

    jenis ini : keharusan untuk menggunakan bahan bakar seragam dan pemisahan gas

    dalam proses heat recovery. Volume gas yang dihasilkan didapat dari waktu

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    10/22

    10

    Universitas Indonesia

    konversi untuk partikel rata-rata. Reaktor tipe ini juga memiliki efisiensi gas

    dingin yang relatif rendah dan kebutuhan O2yang tinggi.

    Gambar 6Entrained Flow Gasifier

    Fluidized Bed

    Pada dasarnya, uap dan oksigen mengalir keatas reaktor ketika bahan

    bakar dimasukkan dan bahan bakar ini tetap berada di dalam selama reaksi

    gasifikasi berlangsung. Dalam reaktor ini, terjadi pencampuran antara partikel

    RDF yang baru dengan partikel yang sudah tergasifikasi sepenuhnya maupun

    yang tergasifikasi sebagian. Pencampuran juga menjaga suhu sehingga menjadi

    seragam sepanjang alas reaktor. Salah satu hal yang harus diperhatikan juga pada

    reaktor ini ialah suhu pada alas harus lebih rendah daripada suhu pada saat

    pencampuran RDF untuk mencegah aglomerasi partikel. Syngas dengan

    temperatur sedang mengalir keatas sementara abu unmelt dikeluarkan dari bawah.

    Konfigurasi tipe reaktorfluidized bedtipikal dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 7Fluidized Bed Gasifier

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    11/22

    11

    Universitas Indonesia

    Fluidized bed gasifier dibagi lagi menjadi dua jenis yakni Bubbling

    Fluidized Bed (BFB) dan Circulating Fluidized Bed (CFB). Pada BFB, udara

    teralirkan ke bagian atas reaktor dengan menggunakan distributor plate, feedstock

    masuk melalui unit input dalam reaktor. Feedstock dan udara akan bereaksi

    dengan cepat membentuk syngas. Sedangkan pada CFB, partikel feedstock yang

    sudah bereaksi dan terkumpul pada cyclone akan dialirkan kembali masuk unit

    gasifikasi untuk kembali bereaksi dengan udara. Kecepatan udara dalam CFB

    lebih tinggi dibanding dengan kecepatan pengaliran pada BFB.

    Pada umumnya, cyclone hilir akan menangkap partikel-partikel yang

    lebih besar saat partikel tersebut akan keluar, kemudian partikel dimasukkan

    kembali ke dalam reaktor (CFB). Waktu operasi untuk reaktor fluidized-bed pada

    umumnya lebih singkat dibanding dengan tipefixed-moving bed.

    Secara hidrodinamis, tipe reaktor ini lebih rumit dibanding dengan tipe

    fixed/moving dimana busa-busa gas terinduksi dan mengakibatkan pencampuran

    seperti pada gambar di bawah :

    Gambar 8 HidrodinamikaBubbling Fluidized Bed

    Semakin baik pencampuran antara gas dan solid, akan semakin baik pula

    transport antar fase dan semakin baik pula konversi dari bahan bakar menjadi

    syngas-nya. Selain itu, pergerakan mekanik antara zat solid antara satu dan

    lainnya menimbulkan abu dari partikel.

    Selain berdasarkan kondisi pengaliran dan alas reaktor (bed), gasifier

    juga diklasifikasikan berdasarkan cara masuk udara atau oksigen kedalamnya.

    Klasifikasi tersebut dibagi menjadi : downdraft, updraft, dan crossdraft. Pemilihan

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    12/22

    12

    Universitas Indonesia

    reaktor berdasarkan arah masuknya udara dilakukan berdasarkan bentuk bahan

    bakar, ukuran, kandungan air, dan kandungan abu. Sketsa sederhana perbedaan

    antara ketiga jenis reaktor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

    Gambar 9 Tipe Gasifier berdasarkan Arah Aliran Udara

    Keuntungan dan kerugian dari masing-masing tipe dapat dilihat pada

    tabel berikut :

    No Tipe Gasifier Keuntungan Kerugian

    1Updraft

    penurunan tekanan yang rendahsangat sensitif terhadap tar,moisture, dan moisture contentdar bahan bakar

    efisiensi termal cukup tinggiwaktu menyalakan mesin cukuplama

    kecenderungan untuk membentuk slag sedikitkemampuan reaksi yang rendahdengan beban gas yang banyak

    2Downdraft

    lebih fleksibel terhadap beban kerja desain harus cukup tinggi

    tidak sensitif terhadap debu charcoaldankandungan tar dari bahan bakar

    tidak feasible untuk partikelyang sangat kecil

    3Crossdraft

    tinggi desain rendah

    sangat sensitif terhadap

    pembentukan slag

    respons yang sangat cepat terhadap penambahanbahan bakar penurunan tekanan sangat tinggi

    produksi gas cukup fleksibel

    Dalam konteks proses gasifikasi dilakukan untuk menciptakan bahan

    bakar cair (dari syngas yang sudah ter-katalis), kita bisa membuat perbandingan

    kecocokan performa dengan jenis gasifier yang digunakan. Beberapa parameter

    yang digunakan ialah fleksibilitas feedstock, kualitas syngas yang dihasilkan,

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    13/22

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    14/22

    14

    Universitas Indonesia

    BAB 3

    EMISI UDARA, AIR, DAN PADAT AKIBAT PROSES GASIFIKASI

    Proses gasifikasi menawarkan keuntungan yang signifikan dalam

    pengurangan limbah sisa jika dibandingkan dengan proses pembakaran langsung.

    Beberapa plant komersil yang ada di belahan dunia sudah mampu menunjukkan

    performa yang positif ini. Meski begitu, limbah sisa proses gasifikasi tetap

    dihasilkan dan harus diproses baik itu dimanfaatkan kembali atau dibuang.

    Limbah dibagi menjadi tiga bagian besar : pencemar udara, pencemar air, dan

    limbah padat. Rangkuman ketiga jenis pencemar dapat dilihat pada bagian berikut

    :

    Emisi Udara

    Persoalan lingkungan yang paling kritis dalam teknologi pembakaran

    sampah ialah tingkat pencemaran yang dilepas ke udara. Dalam hal ini, gasifikasi

    memiliki banyak kesamaan dengan proses insinerasi. Emisi pencemar udara ini

    meliputi :

    a.

    Polutan utama dalam pencemaran udara : SO2, NOx, CO, lead, PM.

    b.

    Emisi ionic : sulfat, ion yang mengandung nitrogen, chloride, fluoride,

    phosphate, dancyanide.

    c. Emisi yang tercipta dari proses pendinginan setelah pembakaran kertas dan

    plastik : dioksin danfuran.

    d. Emisi logam : mercurydan arsenic.

    e.

    Emisi organik :formaldehyde

    f. Gas rumah kaca : CO2.

    Beberapa material beracun diatas sangat berbahaya (terutama dioksin danfuran) meski konsentrasinya sangat rendah dan meski alat reduksi polusi udara

    yang modern sekalipun tidak efektif dalam mengurangi emisi tersebut. Beberapa

    pencemar yang lain seperti mercury dan dioksin sifatnya kuat dan terakumulasi,

    mereka juga tidak bisa terdegradasi di lingkungan.

    Berdasarkan ketentuanEnviromental Protection Agency(EPA) mengenai

    polusi udara industri (Emission Factors AP 42), kita bisa menghitung jumlah

    emisi udara yang dihasilkan oleh sebuahplantgasifikasi dalam satu tahun. Dalam

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    15/22

    15

    Universitas Indonesia

    AP 42 sebenarnya tidak secara spesifik mencatumkan peraturan dapat digunakan

    untuk plant gasifikasi, namun dalam hal ini plant gasifikasi dianggap sebagai

    pembakaran dengan kondisi kekurangan oksigen. Jumlah emisi yang dihasilkan

    dapat dilihat pada tabel berikut :

    Polutan Tidak TerkontrolTerkontrol dengan

    Electrostatic Precipi tator

    PM 125195 pounds 12702 pounds

    SO2 117895 pounds *

    NO 115340 pounds *

    Asam Hidrogen 78475 pounds *

    CO 10913 pounds *

    Mercury 204 pounds *

    Nickel 201 pounds 37 pounds

    Kromium 121 pounds 22 pounds

    Lead 103 pounds -

    Cadmium 88 pounds 17 pounds

    Arsenic 24 pounds 4 pounds

    Dioksin/furan 0.11 pounds 0.14 pounds

    *sama seperti tidak terkontrol

    Pencemar Air

    Meski pencemar air dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya dan

    perlu diperhatikan oleh pemerintah, pencemar air akibat pembakaran sampah

    justru cukup penting di tingkat lokal. Air dibutuhkan dalam siklus uap dari plant,

    untuk boiler dan cooling water dan juga untuk kontrol emisi syngas. Plant

    gasifikasi memiliki dua pencemar air utama yang mirip dengan plantpembakaran

    batu bara. Jenis yang pertama ialah limbah cair dari siklus uap, termasuk siramanair dari sistem pemurnian feedwater boilerdan dari cooling tower. Pencemar ini

    mengandung garam dan mineral yang terkonsentrasi dalamfeedwatermentah.

    Jenis pencemar air yang kedua ialah air blowdown, dimana pada

    umumnya mengandung zat solid dan gas yang terlarut dengan konsentrasi tinggi

    dan berbagai jenis ion yang dihilangkan dari syngas seperti sulfit, chloride,

    ammonia, dan cyanide. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi polutan

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    16/22

    16

    Universitas Indonesia

    air yang dihasilkan masih aman untuk lingkungan, kecuali untuk zat-zat tertentu

    seperti arsenic, cyanide, danselenium.

    Limbah Padat

    Jika kita membandingkan antara plant pembakaran batu bara dan plant

    gasifikasi, pencemar padat yang dihasilkan akan jauh berbeda. Pencemar padat

    pada plant pembakaran batu bara menimbulkan persoalan lingkungan yang

    signifikan, dimana material beracun dapat bercampur dengan tanah dan muka air

    tanah pada daerah pembuangan. Plant gasifikasi, terutama IGCC, menghasilkan

    dampak yang lebih aman terhadap lingkungan. Produksi limbah padat terbesar

    dari plant gasifikasi ialah slag, material hitam, seperti kaca, mirip pasir, dan

    bisa dimanfaatkan untuk produk lain yang dapat dijual. Jumlah slag yang

    diproduksi merupakan fungsi dari kandungan abu bahan bakar, sehingga batu bara

    jika digunakan akan mengasilkan slag lebih banyak dibanding dengan arang

    minyak bumi.

    Selain slag, limbah padat yang diproduksi secara cukup banyak ialah

    sulfur atau asam sulfur padat. Keduanya dapat dijual untuk membantu

    mengimbangi biayaplant.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    17/22

    17

    Universitas Indonesia

    BAB 4

    KONTROL EMISI UDARA PADA PROSES GASIFIKASI

    Proses gasifikasi mengubahfeedstockdalam bentuk solid menjadi bahan

    bakar dalam bentuk gas (syngas) dengan pelepasan energi panas secara serempak.

    Proses ini menimbulkan emisi udara, yang berasal dari senyawa-senyawa tertentu

    di dalam sampah. Keberadaan emisi ini merupakan hal yang wajar sebagai

    konsekuensi dari proses pembakaran.

    Pada umumnya, terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk

    mengontrol emisi udara hasil proses WTE secara umum yakni :

    a.

    Kontrol operasional : meningkatkan efisiensi proses pembakaran yang

    bersangkutan sehingga menghasilkan emisi yang lebih tidak berbahaya.

    b. SistemAir Pollution Control(APC) : ditempatkan pada akhir dari rangkaian

    proses WTE dan berfungsi untuk menahan/treatemisi udara sebelum udara

    buangan dilepas ke atmosfer.

    Berdasarkan laporan akhir Waste to Energy : A Technical Review of

    Municipal Solid Waste Thermal Treatment Practices yang dibuat oleh Stantec

    pada tahun 2011, teknologi gasifikasi masih cukup langka ditemukan di belahandunia dibandingkan dengan insinerasi. Oleh karena itu, sistem kontrol emisi udara

    sangat bergantung dengan teknologi gasifikasi khusus yang sedang ditinjau.

    Berikut pembahasan singkat mengenai kedua metode untuk proses gasifikasi

    dengan gasifier milik Nippon Steel di Jepang :

    Operational Controls

    Menggunakan Direct Melting System yang beroperasi sebagai berikut :MSW dimasukkan ke dalam tungku pembakaran (melalui crane) bersamaan

    dengan arang dan batu kapur sesuai dengan kebutuhan. Sampah kemudian dibakar

    di dalam tungku dan sinyal burden-level meter (dipasang di dalam tungku)

    menunjukkan tingkat pembakaran yang terjadi di dalam. Pada dasar tungku,

    material yang sudah meleleh dibawa ke granulator dan dipisah menjadi slagdan

    logam. Syngas yang tercipta kemudian dibersihkan, flue gas yang dihasilkan

    dibawa ke APC terlebih dahulu sebelum dilepas ke atmosfer melalui cerobong.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    18/22

    18

    Universitas Indonesia

    Paparan diatas menunjukkan bahwa kontrol operasional dari teknologi

    gasifikasi Nippon Steel hampir didominasi oleh cara digital. Berikut beberapa

    penggunaan teknologi digital lain yang terdapat pada plant gasifikasi Nippon

    Steel :

    a. Laju pemberian (feeding) sampah, arang, dan batu kapur serta laju

    pembentukan residu leleh direkam untuk memastikan laju feeding yang

    tepat.

    b. Tekanan dan suhu pada tungku dan bilik pembakaran, serta aliran udara

    yang diberikan pada kedua tempat tersebut semuanya dikontrol terus-

    menerus untuk menjamin tingginya efisiensi.

    c.

    Komposisi syngas yang meninggalkan tungku (CO, CO2, O2, CH4, H2) dan

    komposisi limbah yang meninggalkan bilik pembakaran (CO2, O2, CO,

    NOx) juga terus-menerus dikontrol.

    Seluruh data dikirim ke komputer-komputer kontrol dan digunakan untuk

    analisa nyata untuk memperoleh keseimbangan material serta memastikan plant

    gasifikasi beroperasi pada efisiensi optimal.

    APC (Air Pollution Control) System

    Kebutuhan dan tipe sistem APC yang akan digunakan untuk fasilitas

    gasifikasi sangat bergantung kepada apakah syngas yang diproduksi akan

    digunakan onsiteuntuk pembuatan energi (dalam kasus seperti ini, beberapa tipe

    APC dibutuhkan) atau syngas dipindahkan untuk digunakan secara off-site. Jika

    syngasdipindahkan dan digunakan untuk tujuan lain (contoh : produksi hidrogen

    atau methanol) maka tidak akan ada emisi udara akibat operasiplantgasifikasi.

    Dalam makalah ini akan didiskusikan sistem APC yang ada di fasilitasgasifikasi Nippon Steel, Jepang, dimana sistem ini sangat representatif untukplant

    dengan pemakaian syngas onsite. Sistem APC tipikal yang digunakan ialah

    sebagai berikut : setelah melalui bilik pembakaran, gas didinginkan di dalam

    conditioning tower (wet spray type). Gas yang sudah dingin kemudian melewati

    sebuah bag filter (untuk menghilangkan PM) dan setelahnya, NOx dikurangi

    melalui alat SCR (Selective Catalytic Reduction) sebelum pada akhirnya flue gas

    dibuang ke atmosfer melalui cerobong. Pada beberapa demonstrasi, Nippon Steel

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    19/22

    19

    Universitas Indonesia

    menggunakan electronic precipitator (medan listrik untuk menangkap PM) dan

    tidak menggunakan bag filter. Sistem APC yang digunakan Nippon Steel

    sangatlah mirip dengan fasilitas insinerasi meski beberapa tahap umum tidak ada

    (contoh : activated carbon injection).

    Sistem lain yang sangat representatif untuk pemakaian gas onsite ialah

    teknologi thermoselect. Teknologi thermoselect ialah mesin gas berefisiensi tinggi

    yang digunakan di tempat untuk mempreoduksi listrik dengan membakar syngas.

    Pada kasus ini, gas yang keluar dari mesin akan melewati SCR untuk mengurangi

    kadar NOx. Konverter katalis juga digunakan untuk mengurangi emisi CO

    (mengubahnya menjadi CO2). Sebagai alternatif, syngas dapat juga digunakan di

    tempat melalui boiler uap. Flue gas yang dihasilkan akan melewati SNCR

    (Selective Non-Catalytic Reduction) untuk mengurangi kandungan NOx dan

    sebuah unit dry adsorptionuntuk mengurangi SO2 dan emisi mercury.

    Pembersihan syngas melalui teknologi thermoselect sangatlah

    menyeluruh dan mengurangi kontaminan pada syngas secara signifikan,

    karenanya mencegah kemungkinan terlepasnya material tidak diinginkan tersebut

    ke atmosfer. Kelebihan yang lain, proses thermoselecttidak menghasilkan limbah

    cair.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    20/22

    20

    Universitas Indonesia

    BAB 5

    KESIMPULAN

    Proses gasifikasi menawarkan recovery energi yang signifikan dan

    pengurangan emisi dari bahan bakar yang digunakan. Proses ini dianggap sebagai

    alternatif yang menarik untuk thermal treatment dari berbagai jenis feedstock.

    Dari pembahasan materi yang sudah dipaparkan, dapat ditarik beberapa

    kesimpulan sebagai berikut :

    a.

    Pertumbuhan sampah akibat konsumerisme manusia, terbatasnya area untuk

    pembuangan sampah, kebutuhan energi global yang terus meningkat seiring

    perkembangan zaman, dan semakin terbatasnya ketersediaan fossil fuel

    mendorong manusia untuk terus mengembangkan proses Waste to Energy

    (WTE).

    b. Proses WTE dapat dibagi menjadi empat yakni: direct combustion,

    thermochemical treatment, physicochemical treatment, dan biochemical

    treatment. Kesemuanya menghasilkan energi panas yang dapat

    dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan.

    c.

    Salah satu proses thermal treatment yakni gasifikasi ialah: prosesdekomposisi thermal pada material berbasis karbon dalam keadaan

    kekurangan oksigen (sedikit pembakaran) untuk menghasilkan gas sintetis

    atausyngas.

    d. Input dari proses gasifikasi dapat berupa MSW, batu bara, dan biomass.

    Output yang dihasilkan berupasyngas. Bottom output berupa ash, slag, dan

    beberapa jenis logam.

    e.

    Perbedaan utama proses gasifikasi dan insinerasi: insinerasi mirip denganpembakaran feedstock untuk recovery energi dan menjadikannya abu.

    Gasifikasi mengubah feedstock menjadi syngas, yang mana memiliki nilai

    komersil yang lebih tinggi.

    f.

    Ada banyak tipe reaktor gasifikasi (gasifier) yang dapat digunakan sesuai

    dengan kebutuhan. Berdasarkan alas reaktor (bed), gasifier dibagi menjadi :

    fixed/moving bed, fluidized bed, dan entrained flow. Berdasarkan cara

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    21/22

    21

    Universitas Indonesia

    masuk udara atau oksigen ke dalamnya, gasifier dibagi menjadi: updraft,

    downdraft, dan crossdraft.

    g.

    Proses gasifikasi menawarkan keuntungan yang signifikan dalam

    pengurangan limbah sisa jika dibandingkan dengan proses pembakaran

    langsung. Meski begitu, limbah sisa proses gasifikasi tetap dihasilkan dan

    harus diproses baik dimanfaatkan kembali atau dibuang. Limbah dibagi

    menjadi tiga bagian besar: pencemar udara, pencemar air, dan limbah padat

    h. Kontrol emisi udara pada proses gasifikasi dibagi menjadi dua bagian besar:

    operational control dan Air Pollution Control (APC) System. Operational

    control meningkatkan efisiensi pembakaran yang bersangkutan sehingga

    pembakaran menghasilkan emisi yang lebih tidak berbahaya. Sistem APC

    digunakan pada akhir dari rangkaian proses WTE dan berfungsi untuk

    menahan/treatemisi udara sebelum udara buangan dilepas ke atmosfer.

    i. Operational control pada plant gasifikasi Nippon Steel, Jepang :

    menggunakan alat-alat digital yang mengirimkan data ke komputer kontrol.

    Data kemudian dianalisa untuk memperoleh keseimbangan material serta

    memastikanplantgasifikasi beroperasi pada efisiensi optimal. Sistem APC :

    terdiri dari conditioning tower, bag filter / electronic precipitator, dan SCR.

  • 7/24/2019 Makalah WTE - Wisnu Pratama Putra

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    Andari, G. 2013. Slide Kuliah : WTE Minggu 1. FTUI, Depok.

    Andari, G. 2013. Slide Kuliah : WTE Minggu 2. FTUI, Depok.

    Belgiorno, V, et all. 2002. Energy From Gasification of Solid Wastes, Pergamon.

    Breault, Ronald. 2010. Gasification Processes Old and New : A Basic Review of

    The Major Technologies, NETL-US, Morgantown, USA

    Chopra, Sangeeta et all. 2007. A Review of Fixed Bed Gasification System for

    Biomass, The CIGR Journal, Ludhiana, India.

    DECC. 2009. Review of Technologies for Gasification of Biomass and Wastes :

    Final Report, NNFCC.

    Gasification Technologies Council. 2011. Gasification : The Waste to Energy

    Solution, Gasification Technologies Council, Arlington, VA 22203.

    National Energy Technology Laboratory. 2002. Major Enviromental Aspects of

    Gasification-Based Power Generation Technologies : Final Report, US

    Department of Energy.

    Phillips, Jeffrey. 2009. Different Types of Gasifiers and Their Integration with

    Gas Turbines, EPRI / Advanced Coal Generation, NC 28221.Rajvanshi, Anil K. 1986. Biomass Gasification, CRC Press, Maharasthra, India.

    Stantec. 2011. A Technical Review of Municipal Solid Waste Thermal

    Treatment Processes. Environment Quality Branch, Victoria BC.

    The Blue Ridge Enviromental Defense League. 2009. Waste Gasifiaction :

    Impact on The Environment and Public Health, The Blue Ridge

    Enviromental Defense League, North Carolina, USA.

    Young, Gary. 2010. Municipal Solid Waste to Energy Conversion Processes.John Wiley & Sons, New Jersey.

    http://alternativefuels.about.com/od/researchdevelopment/a/gasification.html

    http://www.netl.doe.gov/technologies/coalpower/gasification/gasifipedia/7-

    advantages/index.html.

    http://alternativefuels.about.com/od/researchdevelopment/a/gasification.htmlhttp://alternativefuels.about.com/od/researchdevelopment/a/gasification.html