Makalah widia

33
TUGAS LABORATURIUM DASAR GURU MAPEL : DWI ARDANI R. S,ST PELAJARAN : LABORATURIUM DASAR DISUSUN OLEH: WULAN RAHMADANA RATNA PALUPI WIDIATI SMK HUSADA PRIMA JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

description

read.........

Transcript of Makalah widia

Page 1: Makalah widia

TUGAS LABORATURIUM DASAR

GURU MAPEL : DWI ARDANI R. S,ST PELAJARAN : LABORATURIUM DASAR

DISUSUN OLEH:WULAN RAHMADANA

RATNA PALUPIWIDIATI

SMK HUSADA PRIMA JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

Page 2: Makalah widia

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MAKALAH PERDARAHAN TENTANG ANTEPARTUM”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Samarinda,22 oktober 2014

Penyusun

Page 3: Makalah widia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

a.latar belakang......................................................................................

b.Tujuan penulisan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

a. pendarahan antepartum .......................................................................b. jenis-jenis pendarahan anterpatum ......................................................

1.solusi plasenta ...................................................................................2.plasenta plavea ..................................................................................3.etiologi ..............................................................................................4.komplikasi .........................................................................................5.gambaran kinik..................................................................................6.pemeriksaan diagnostic .....................................................................7.penatalaksaan ....................................................................................

BAB III PENUTUP

a. kesimpulan .....................................................................................b. saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

Page 4: Makalah widia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan

yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau

abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha antepartum.

Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir setelah

kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu, biasanya

lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh

karena itu, memerlukan penangan yang berbeda.

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan

plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta

umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada

perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu

bersumber pada kelainan plasenta.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas

Laboraturium Dasar dan untuk mengetahui dan memahami tentang

pendarahan antepartum.

2. Tujuan Khusus.

1. Mengetahui batasan pendarahan antepartum pada kehamilan

2. Mengetahui dan memahami pendarahan antepartum yang bersumber

pada kelainan plasenta seperti :

- solusio plasenta - Ruptur sinusmarginalis

- Plasenta previa - Plasenta sirkumvalata

- Insersio palamentosa - Vasa previa

Page 5: Makalah widia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendarahan Antepartum

1. Pengertian

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari

kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah

kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan

hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya

lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu,

oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.

Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan

bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan

antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,

sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.

Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini

perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang

utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan

komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan

kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang

disebabkan perdarahan dapat menurun.

Page 6: Makalah widia

B. Jenis-jenis perdarahan antepartum

1. Solusio Plasenta

a. Definisi

1) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan

plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20

minggu dan sebelum janin lahir.(9).

2) Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai

separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri

sebelum janin lahir.(1)

3) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi

normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila

terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500

gram (2)

Page 7: Makalah widia

b. Klasifikasi

1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat

pelepasan plasenta (2)

- Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

- Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

- Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang

terlepas.

2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan (4)

1.Solusio plasenta dengan perdarahan keluar

2.Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk

hematoma retroplacenter

3.Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong

amnion .

3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya

mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya,

yaitu:(5,6)

1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada

tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian

permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda

pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta

1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda

renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3

bagian atau keseluruhan.

Page 8: Makalah widia

c. Etiologi

Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang

menjadi predisposisi

1) Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia

dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat

hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari

wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,

sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.(7,8)

2) Faktor trauma

- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

-Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan

Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

3) Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa

penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang

baik keadaan endometrium (7,8)

4) Faktor usia ibu

Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. (2)

5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio

plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung

leiomioma (1,7)

6) Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan

peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas

terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat

Page 9: Makalah widia

terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara

definitif

7) Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus

solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1

(satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok

plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas

pada mikrosirkulasinya

8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan

riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini

pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta

9) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena

cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan

lain-lain. (8)

d. Gambaran Klinis (1,2,3)

a) Solusio plasenta ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana

terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak.

Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan

sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya

terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah

diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja

menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.

b) Solusio plasenta sedang

Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas

permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio

plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit

Page 10: Makalah widia

perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan

pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi

perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah

jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin

telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-

menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.

Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan

darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih

sering terjadi pada solusio plasenta berat

c) Solusio plasenta berat

Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-

tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah

meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan

pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang

perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-

keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan

darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal

e. Komplikasi

1) Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak

dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila

persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan

postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan

perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering

tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat (1,10,17)

2) Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio

plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena

perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang

Page 11: Makalah widia

mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang

baik. (1,2)

3) Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. (2)

4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim

dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.

Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna

uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia,

Kematian

f. Diagnosis (5)

1. Anamnesis

- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut

- Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-

konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah

yang berwarna kehitaman

- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti

- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.

- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

Page 12: Makalah widia

2. Inspeksi

- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

- Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

- Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3. Palpasi

- Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan .

- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden

uterus) baik waktu his maupun di luar his.

- Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

- Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi

Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,

kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas

lebih dari 1/3 bagian.

5. Pemeriksaan dalam

F Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

F Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang

F Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini

akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus

placenta

6. Pemeriksaan umum

Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita

penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok.

Nadi cepat dan kecil

Page 13: Makalah widia

7. Pemeriksaan laboratorium

- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan

leukosit.

- Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test.

Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah

hipofibrinogenemia

8. Pemeriksaan plasenta.

Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas

(kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di

belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.

9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah

terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta

g. Terapi

1) Solusio plasenta ringan

Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan

(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)

dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan

spontan. (2)

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta

makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta

bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,

lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus

oksitosin untuk mempercepat persalinan

Page 14: Makalah widia

2) Solusio plasenta sedang dan berat(2)

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan

di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu

seksio sesaria

Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah

terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera

diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan

intrauterin.

Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat

mencegah kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6

jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan,

walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya

cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria

Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika

perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka

histerektomi perlu dilakukan.

2. PLASENTA PREVIA

1. Definisi

a. Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir, (prae:

didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang

implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh

atau sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah

pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.

(Obsterti Patologi, Edisi 1984).

b. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah

rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (2).

Page 15: Makalah widia

c. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya subnormal, yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian

jalan lahir. (1).

2. Klasifikasi Plasenta Previa

Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian yaitu:

1) Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.

2) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh

plasenta.

3) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringa

plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).

Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan

pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam

gambar berikut :

3. Etiologi

Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi para.

Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan

leiomioma uteri. (2).

a. Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar tanpa rasa nyeri.

Tanpa sebab terutama pada multi para.

b. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum masuk pintu

atas panggul. Ada kelainan letak jain.

2) Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum uteri eksternum.

Page 16: Makalah widia

c. Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan jika fasilitas lain tidak

ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut dalam pemeriksaan

dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut:

1) Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi kepala. Sambil

mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul. Perlahan-lahan

raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari dan

kepala terdapat plasenta

2) Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan forniks

dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah terbuka,

perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri pinggir

plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari

inersinya. (2).

4. Komplikasi

1. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia

karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.

2. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti

Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)

5. Gambaran Kinik

Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama

dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa,

perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan

berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah

dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran

segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat

dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.

Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari

dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot

segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut

otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal

makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada

plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin

baru berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )

Page 17: Makalah widia

6. Pemeriksaan diagnostic

1) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu

berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan

tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan

hematokrit.

2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas

panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas

panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas

panggul.

3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah

perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri

eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.

4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara

tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.

Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat

tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak

menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005)

5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan

implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5

cm disebut plasenta letak rendah.

6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu

melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada

perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak

dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin,

2001)

Page 18: Makalah widia

7. Penatalaksanaan

a. Terapi ekopektif

1) Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature,

penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis

servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan

klinis dipantau secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekopektif:

a) Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b) Belum ada tanda-tanda inpartu.

c) Keadaan umum ibu cukp baik.

d) Janin masih hidup.

2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.

3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.

4) Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.

a) MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6 jam.

b) Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

5) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil

amniosentesis.

6) Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh berada

disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi

jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk

menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.

Page 19: Makalah widia

b. Terapi aktif

1) Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif

dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa

memandang maturnitas janin.

2) Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara menyelesaikan

persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika:

a) Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.

b) Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.

c) Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:

anensefali).

d) Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas

panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:

1) Seksio sesarea

a) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak

punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.

b) Tujuan seksio sesarea.

- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera

berkontraksi dan menghentikan perdarahan.

- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri,

jika janin dilahirkan pervaginam.

c) Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan

perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

Page 20: Makalah widia

3. . Insertio Velamentosa

insertio velamentosa

Insertio velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin.

Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi

velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin.

Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan

merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya

berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara

funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah

tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.

Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa

previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak.

Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena

perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak

menjadi buruk.

Vasa previa

1. Definisi

Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin

melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os). Pembuluh

darah tersebut berada didalam selaput ketuban (tidak terlindung dengan

talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban

pecah.

Page 21: Makalah widia

2. Etiologi

Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang

berada di depan ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat

berasal dari insersio velamentosa dari talipusat atau bagian dari lobus

suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut pecah maka

akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan

kematian janin.

3. Patofisiologi

Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin

melintasi selaput ketuban yang berada di depan ostium uteri internum.

Dimana pembuluh darah tersebut berasal dari insersio velamentosa.

Patofisologi pendarahan vasa previa disini hampir sama dengan etiologinya

karena hampir semua berhubungan.

4. Maninfestasi klinik.

- Dapat timbul perdarahan pada kehamilan ³ 20 minggu

- Darah berwarna merah segar

- Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)

- Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini

berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.

5. Diagnosa

• Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg

antenatal dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah

pada selaput ketuban didepan ostium uteri internum.

• Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan

basa kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga

campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu,

eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.

• Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan

plasenta

• Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat

bahwa sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin

Page 22: Makalah widia

6. Pemeriksaan penunjang

1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.

2. Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu.

3. Laboratorium : darah perifer lengkap.

Penatalaksanaan

Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan segera

seksio sesar.

4. Plasenta Sirkumvalata

Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi-

tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi

plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal.

Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin

putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri

dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir

plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan

perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa

pada akhir kehamilan.

Page 23: Makalah widia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu.

2. Penyebab perdarahan antepartum

a. Kelainan plasenta

- Plasenta previa

- Solusio previa

- Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya

b. Kelainan serviks & vagina

- Erosio porsionis uteri

- Karsionamia porsionis uteri

- Polipus servisis uteri

- Varises vulvae

- Trauma

B. Saran

Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan

penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit

yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.

Page 24: Makalah widia

DAFTAR PUSTAKA

Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC

Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of

America : the mcGraw hill companies

JNPKKR-POGI. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal 174-183

JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan persalinan Normal. Jakarta

Pusdiknakes. 2003. Konse p asuhan Kebidanan. WHO-JPHIEGO. Jakarta

R Sweet, Betty. 1997. Mayes Midwifery A Textbook for Midwives Twelf Edition.

UK:Balliere Tindal

Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta. YBPSP. Hal M-25 — M-32

Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett

Publishers

Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP

Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.

Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R

Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya:

Airlangga University Press, 2001; 456-70.

Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC

Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis

dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279