Makalah W3 Asset

54
Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Aset/Aktiva Pembahasan atas aktiva yang terfokuskan pada pengaplikasian PSAK sehubungan dengan berbagai jenis aset (termasuk leased asset) terutama dan tidak terbatas pada pengertian, penggolongan, pengakuan, pengukuran/penilaian (termasuk impairment), penyajian dan pengungkapan. 1 Mei 2013

Transcript of Makalah W3 Asset

Pelaporan dan Akuntansi KeuanganAset/Aktiva

Pembahasan atas aktiva yang terfokuskan pada pengaplikasian PSAK sehubungan dengan berbagai jenis aset (termasuk leased asset) terutama dan tidak terbatas pada pengertian, penggolongan, pengakuan, pengukuran/penilaian (termasuk impairment), penyajian dan pengungkapan.

1 Mei 2013

Dibuat oleh:

KAJIAN TEORI

A. Pengertian

Aset adalah sumber daya yang dikontrol oleh sebuah entitas sebagai hasil dari kejadian

masa lalu yang dapat memberikan manfaat ekonomi masa mendatang (Kieso, 2011).

Sedangkan menurut PSAK 19, Aset adalah sumber daya yang: (a). Dikendalikan oleh entitas

sebagai akibat peristiwa masa lalu; dan (b). Manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut

diharapkan diperoleh oleh entitas.

Aset dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Financial Assets dan Non-Financial assets

sebagai berikut:

Financial Assets Non-Financial Assets

Cash

Loans and receivable

Investments in debt securities

Investments in equity securities

Inventory

Prepaid expenses

Property, plant and equipment

Intangible assets

Sumber: Kieso ( 2011, p. 344)

Financial Assets merupakan salah satu instrumen keuangan. Instrumen keuangan adalah

seluruh kontrak yang memberikan nilai tambah bagi financial assets dalam satu entitas dan

financial liability atau equity dari entitas lain.

B. Penggolongan Aset

Aset dapat digolongkan menjadi current assets dan non-current assets. Current assets

adalah kas dan aset-aset lainnya dalam perusahaan yang dapat dikonversikan ke kas,

dijual, atau digunakan dalam satu periode operasi. Non-current assets adalah aset-aset

lainnya yang tidak masuk dalam kategori current assets.

1. Current Assets

a. Cash dan cash equivalents

Cash merupakan aset yang paling liquid yang menjadi standar pertukaran dan dasar

pengukuran akuntansi. Yang termasuk cash adalah kas ditangan dan kas di bank.

Dibuat oleh:

Sedangkan yang termasuk cash equvalent adalah instrumen keuangan yang sifatnya

jangka pendek, mudah ditukarkan menjadi cash dan tidak memiliki dampak signikan

terhadap perubahan bunga pasar. Cash dan cash equivalent tersedia untuk menunjang

tujuan manajemen jangka pendek.

b. Receivable

Receivable dibedakan menjadi dua yaitu, trade receivable dan non-trade receivable.

Trade receivable yang terjadi karena aktivitas penjualan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu Account Receivable dan Notes Receivable. Account Receivable adalah perjanjian

secara lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang telah diterima. Account

receivable umumnya merupakan transaksi jangka pendek. Notes receivable adalah

perjanjian tertulis dari pembeli untuk membayar sejumlah nilai tertentu pada waktu

yang akan datang.

c. Inventory

Persediaan adalah aset yang disediakan untuk dijual dalam kegiatan operasional, atau

yang sedang dalam proses produksi, atau masih berupa raw material yang akan

digunakan dalam proses produksi dalam perusahaan manufaktur.

PSAK 14 “ Persediaan adalah aset : (a). Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha

biasa; (b). Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; dan (c). Dalam bentuk

bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.”

2. Non-Current Assets

a. Property, Plant dan Equipment (Fixed Assets)

Property, Plant dan Equipment adalah aset berwujud yang digunakan dalam proses

produksi untuk memberikan nilai tambah dan masa manfaatnya lebih dari satu tahun.

Sedangkan menurut PSAK 16, Asset tetap adalah asset berwujud yang: (a).Dimiliki

untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan (b). Diperkirakan untuk

digunakan selama lebih dari satu periode.

Karakteristik property, plant dan equipment sebagai berikut:

1) Digunakan dalam aktivitas operasional dan tidak diperdagangkan

2) Masa manfaatnya jangka panjang dan didrepesiasikan

3) Ada wujud fisiknya

Property dan Plant meliputi bangunan (kantor, gudang, pabrik) dan tanah; sedangkan

yang termasuk equipment adalah mesin, furniture, dan peralatan lainnya.

b. Intangible Assets

Ada tiga karateristik aset tak berwujud, yaitu:

1. Dapat diidentifikasikan

Menurut PSAK 19, bahwa suatu aset dikatakan teridentifikasi jika:

a) Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan

dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara

individual atau bersama dengan kontrak terkait, aset teridentifikasi, atau

liabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk

melakukan hal tersebut; atau

b) Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak

tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan

kewajiban lain.

2. Ada keterbatasan keberadaan wujud fisik, meskipun ada bukti keberadaannya

3. Bukan aset moneter

c. Properti Investasi

Pada PSAK 13 dikatakan bahwa, properti dalam proses pembangunan dan

pengembangan diakui sebagai properti investasi sejak proses pembangunannya. Entitas

memiliki pilihan menggunakan nilai wajar sejak properti investasi tersebut dibangun,

apabila memang nilai wajarnya dapat ditentukan secara andal. Penerapan properti

investasi dalam proses pembangunan secara prospektif. Properti ini adalah yang

dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, atau kedua-duanya, dan

tida untuk: (1) Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk

tujuan administratif; atau (2) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

3. Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operation

Sesuai dengan PSAK 58, Aset tidak lancar tidak boleh direklasifikasi sebagai aset lancar

sampai aset tersebut memenuhi kriteria sebagai aset dimiliki untuk dijual. Aset tidak lancar

dimiliki untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan melalui transaksi penjualan

daripada melalui pemakaian berlanjut. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah berada

dalam keadaan tersedia untuk dijual, dan penjualannya harus sangat mungkin terjadi.

C. Pengakuan Aset

1. Account Receivables

Receivable dicatat berdasarkan dari nilai yang disepakati kedua belah pihak (pembeli dan

penjual). Namun, secara pengakuannya receivable dapat dibedakan menjadi dua:

a. Trade Discount

Pengakuan receivable menggunakan net method, yaitu nilai piutang setelah dipotong

discount. Pencatatan secara net method mengakui sales discount sebagai other income

dan expenses.

b. Sales Discount

Pengakuan receivable boleh menggunakan gross method atau net method. Pencatatan

secara gross method mengakui sales discount sebagai sales expenses atau pengurang

penjualan.

2. Inventory

Pengakuan persediaan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu periodik dan perpetual.

Metode periodik mencatat persediaan secara periodik berdasarkan perhitungan fisik (stock

opname). Metode perpetual mencatat persediaan berdasarkan penjualan dan pembelian

yang terjadi.

Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban

pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai

persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan

harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut.

Setiap pemulihan kembali penurunan nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan

terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut (PSAK 14).

3. Property, Plant dan Equipment (Fixed Assets)

Pengakuan fixed assets berbeda-beda untuk setiap jenis aset sebagai berikut:

a. Land

Biaya perolehan tanah adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

sampai tanah tersebut siap digunakan, meliputi: harga beli, biaya kepemilikan (bea

balik nama), biaya mempersiapkan tanah tersebut untuk digunakan, dan biaya lainnya

sehingga tanah tersebut memiliki manfaat jangka panjang.

b. Bangunan

Biaya perolehan bangunan, meliputi: harga beli bangunan atau jika membangun

sendiri adalah biaya material, tenaga kerja dan overhead serta biaya perijinan atau

legal lainnya. Jika perusahaan membeli tanah dengan bangunan lama diatasnya, maka

biaya pemusnahan bangunan merupakan bagian dari biaya perolehan tanah.

c. Peralatan

Biaya peralatan meliputi: harga beli, biaya angkut dan handling, biaya insurance,

biaya instalasi mesin, biaya percobaan (trial and error) mesin dan biaya lainnya

sampai peralatan tersebut siap digunakan.

Menurut PSAK 16, Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

a. Kemungkinan besar entitas memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset

tersebut; dan

b. Biaya perolehannya dapat diukur secara handal.

Suku cadang dan peralatan pemeliharaan biasanya dicatat sebagai persediaan dan

diakui dalam laba rugi pada saat dipakai. Namun demikian, suku cadang utama dan

pelatatan siap pakai memenuhi kriteria sebagai aset tetap ketika entitas memperkirakan

akan menggunakan aset tersebut dalam lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku

cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk aset tetap

tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.

Biaya dibagi menjadi 2:

1. Biaya perolehan awal

Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset

tetap tersebut walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomi

masa depan dari aset tetap tertentu yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas

untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset lain.

2. Biaya selanjutnya

Sesuai dengan prinsip pengakuan , entitas tidak mengakui biaya perawatan sehari

– hari aset tetap sebagai bagian dari aset tersebut. Biaya tersebut diakui dalam

laba rugi pada saat terjadinya.

Bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara periodik. Misalnya,

tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah digunakan selama sejumlah

jam tertentu, demikian juga interior pesawat terbang seperti tempat duduk dan

dapur perlu diperbarui beberapa kali selama umur rangka pesawat, entitas

mungkin juga memperoleh komponen aset tetap tertentu untuk melakukan

penggantian yang tidak terlalu sering seperti mengganti dinding interior

bangunan. Sesuai dengan prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian

asset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap ketika biaya tersebut terjadi jika

pengeluaran tersebut memenuhi kriteria pengakuan. Jumlah tercatat komponen

yang digantikan dihentikan pengakuannya.

4. Intagible assets

Pengakuan intagible assets serupa dengan pengakuan aset tetap (property, land, dan

equipment). Seperti yang tertulis pada PSAK 19 bahwa intangible aset diakui jika, dan

hanya jika: (a). Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa

depan dari aset tersebut; dan (b). Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.

Adapun kriteria untuk menentukan intangible assets:

a. Intangible assets dapat diidentifikasikan terpisah dari aspek-aspek lain dalam

perusahaan

b. Intangible assets merupakan hasil dari aktivitas dan peristiwa masa lampau yang dapat

dikontrol oleh perusahaan

c. Intangible assets memiliki keuntungan ekonomi masa depan yang dapat diestimasikan

oleh perusahaan

d. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal

5. Properti Investasi

Sama dengan PSAK 16, Properti investasi awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya

transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Entitas mengevaluasi sesuai dengan

prinsip pengakuan atas seluruh biaya perolehan properti investasi pada saat terjadinya.

Biaya perolehan termasuk biaya yang terjadi pada saat memeroleh properti investasi dan

biaya yang terjadi setelahnya untuk penambahan, penggantian bagian properti atau

perbaikan properti. Sesuai dengan prinsip pengakuan pada paragraf 16, entitas tidak

mengakui dalam jumlah tercatat properti investasi sehubungan dengan biaya harian

penggunaan properti. Biaya tersebut lebih tepat diakui dalam laporan laba rugi pada saat

terjadinya. Biaya harian penggunaan properti yang utama adalah biaya tenaga kerja serta

bahan habis pakai dan termasuk biaya suku cadang kecil. Tujuan pengeluaran ini sering

digambarkan sebagai ‘perbaikan dan pemeliharaan’ dari properti.

D. Pengukuran dan Penilaian Assets

1. Receivables

a. Account Receivables

Dalam laporan keuangan, account receivable dicatat sebesar nilai yang akan diterima

(cash relizable value). Nilai receivable telah dikurangkan dengan uncollectible

receivable (bad debt expenses) dan pencadangan atas retur penjualan. Metode yang

digunakan ada dua macam, yaitu:

1) Direct Write-Off Method

Pencadangan dilakukan ketika telah ada kepastian bahwa utang tersebut tidak

tertagih. Metode ini baik digunakan apabila nilai piutang tak tertagih tidak

material.

2) Allowance Method

Pencadangan dilakukan berdasarkan estimasi piutang tak tertagih pada akhir

periode akuntansi. Estimasi jumlah piutang tak tertagih dapat ditentukan

berdasarkan persentase penjualan atas persentase piutang. Persentase penjualan

dapat ditentukan berdasarkan pengalaman masa lampau atau kebijakan kredit

limit. Persentase piutang ditentukan berdasarkan aging schedule dari account

receivable.

b. Notes Receivable

Pengakuan Notes Receivable dapat diklasifikasikan menjadi dua, interest bearing

notes yaitu pengakuan dengan rate interest tetap dan zero interest bearing notes yaitu

pengakuan dengan nilai present value notes receivable. Pengakuan ini dikarenakan

perbedaan nilai uang yang terjadi di masa mendatang.

2. Inventory

Biaya persediaan meliputi seluruh biaya pembelian, biaya mengubah raw material

menjadi barang jadi (biaya konversi), dan biaya lainnya sampai barang jadi siap

dipasarkan.

Biaya Pembelian

Meliputi harga beli, bea impor, pajak masukan, biaya pengangkutan, dan biaya lainnya.

Begitu juga dengan diskon dagang, dapat dikurangkan dalam menentukan biaya

pembelian.

Biaya Konversi

Meliputi tenaga kerja langsung, alokasi overhead produksi tetap dan variabel yang timbul

dalam mengonversi bahan baku menjadi barang jadi.

Biaya Lain

Biaya ini akan dibebankan sebagai biaya persediaan jika biaya tersebut timbul agar

persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, biaya perancangan produk

untuk pelanggan tertentu.

Contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam

periode terjadinya adalah

a) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja atau biaya produksi lainnya yang tidak

normal;

b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi

sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;

c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat

persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini; dan

d) Biaya penjualan.

Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode biaya , yaitu:

a. First-in, First-out (FIFO)

Penilaian inventory dengan asumsi bahwa biaya barang yang dibeli pertama akan

dikeluarkan pertama juga ketika barang tersebut terjual. Dengan metode penilaian

FIFO, maka hasil pengakuan persediaan perpetual dan periodik akan sama pada akhir

periode. Metode ini juga mendukung penerapan fair value (current value) dalam

laporan keuangan.

b. Weighted Average

Penilaian inventory menggunakan biaya rata-rata persediaan dalam satu periode.

Selain itu, persediaan juga dinilai berdasarkan Net Realizable Value yaitu estimasi

biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang tersebut atau besarnya harga jual di

pasar. Dari hasil perhitungan metode biaya dibandingkan dengan perhitungan net

realizable value, nilai yang lebih rendah yang digunakan sebagai dasar penilaian.

Sama dengan apa yang tertulis pada PSAK 14, bahwa biaya persediaan harus dihitung

menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama atau rata-rata tertimbang.

Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang

memiliki sifat dan kegunaan yang sama.

3. Property, Plant dan Equipment (Fixed Assets)

Penilaian property, land dan equipment berdasarkan nilai fair valuenya. Sesuai dengan

prinsip macthing maka aset tetap harus didepresiasi dalam periode manfaatnya. Metode

yang dapat digunakan untuk perhitungan depresiasi aset adalah:

a. Activity method (unit of use or production)

Perusahaan menilai umur manfaat aset berdasarkan output yang dihasilkan dan atau

input yang diberikan misal machine hours. Metode ini tepat digunakan untuk peralatan

seperti mesin produksi.

b. Straight-line method

Metode ini mempertimbangan penyusutan dari waktunya daripada manfaat yang

diberikan. Metode ini cocok digunakan untuk aset yang nilai ekonomisnya dan biaya

perawatan yang dikeluarkan sama setiap tahunnya.

c. Accelerated methods

Pada metode ini, biaya depresiasi akan tinggi pada periode awal dan rendah pada akhir

masa manfaat. Metode ini cocok digunakan untuk aset yang memiliki produktivitas

tinggi pada periode awal penggunaan. Metode ini ada dua macam:

1) Sum of the years digits

Depresiasi per tahun diperoleh penurunan fraction dari net book value.

2) Double declining balance method

Depresiasi per tahun diperoleh dari perhitungan persentase net book value.

Sedangkan pada PSAK 16, Aset tetap yang memenuhi syarat pengakuan sebagai aset

diukur pada biaya perolehan.

Komponen biaya perolehan:

1. Biaya perolehan aset tetap meliputi:

a. Harga perolehannya, termasuk bea import dan pajak pembelian yang tidak dapat

dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;

b. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke

lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai

dengan maksud manajemen;

c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi

aset tetap. Kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagi

konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain

untuk menghasilkan persediaan.

2. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:

a. Biaya imbalan kerja (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 24 : Imbalan kerja)

yang timbul secara langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap;

b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;

c. Biaya penangan dan penyerahan awal;

d. Biaya perakitan dan instalasi;

e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil

neto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian

tersebut (seperti contoh hasil dari peralatan yang sedang diuji); dan

f. Komisi professional

3. Contoh biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:

a. Biaya pembukaan fasilitas baru

b. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas

promosi);

c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru

(termasuk biaya pelatihan staff); dan

d. Biaya administrative dan biaya overhead umum lain.

4. Pengakuan biaya dalam jumlah tercatat aset tetap dihentikan ketika aset tetap

tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset siap digunakan

sesuai dengan maksud manajemen. Oleh karena itu biaya pemakaian aset dan biaya

pengembangan aset tidak dimasukkan dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai

contoh:

a. Biaya yang terjadi ketika aset telah mampu beroperasi sesuai dengan maksud

manajemen namun belum digunakan atau masih beroperasi di bawah kapasitas

penuh;

b. Kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran masih rendah;

dan

c. Biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.

Sebagian kegiatan terjadi sehubungan dengan konstruksi atau pengembangan aset

tetap, tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang

diinginkan supaya aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Kejadian

insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama aktivitas konstruksi atau

pengembangan. Misalnya, penghasilan yang diperoleh dari penggunaan lahan lokasi

bangunan sebagai tempat parker mobil sampai konstruksi dimulai. Maka penghasilan

atau beban atas kejadian insidental ini diakui dalam laba rugi dan diklasifikasikan

dalam penghasilan dan beban.

Pengukuran Biaya Peolehan

Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunai pada tanggal pengakuan. Jika

pembayaran ditangguhkan melampaui jangka waktuu kredit normal, maka perbedaan

antara harga tunai dan total pembayaran diakui sebagai beban bunga selama periode

kredit, kecuali beban bunga tersebut dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26: Biaya

Pinjaman. Menurut PSAK 26 , biaya pinjaman yang yang dapat diatribusikan secara

langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi aset kualifikasian adalah bagian

dari biaya perolehan aset tersebut.

Aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran dengan aset moneter atau aset

nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Biaya perolehan aset tetap

tersebut diukur pada nilai wajar kecuali:

a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau

b. Nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara

andal

Aset yang diperoleh diukur dengan cara tersebut bahkan jika entitas tidak dapat dengan

segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak

dapat diukur pada nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur pada jumlah tercatat aset

yang diserahkan.

Nilai wajar suatu aset, ketika transaksi pasar yang serupa tidak tersedia, dapat diukur

secara andal jika:

a. Variabilitas dalam rentang estimasi nilai wajar yang rasional untuk aset tersebut adalah

tidak signifikan; atau

b. Probabilitas dari beragam estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional

dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.

Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau

diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya

peolehan dari aset yang diterima, keculai jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.

Untuk pengukuran setelah pengakuannya, ada 2 model yang digunakan:

a) Model Biaya

Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehak dikurangi

akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

b) Model Revaluasi

Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara

andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi

dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah

tanggal revaluasi. Revalusi dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular

untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan

jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode

pelaporan.

Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan berdasarkan bukti pasar yang

dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional. Nilai wajar pabrik

dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.

Frekuensi revaluasi:

Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dengan jumlah

tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.

Untuk aset yang memiliki nilai wajar yang mengalami perubahan secara

signifikan atau fluktuatif perlu dilakukan revaluasi secara tahunan.

Untuk aset yang perubahan nilai wajarnya tidak signifikan tidak diperlukan

revaluasi tahunan, akan tetapi aset tetap tersebut mungkin perlu direvalusi setiap tiga

atau lima tahun sekali.

Jika aset tetap direvaluasi maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi

diperlakukan dengan salah satu cara sebagai berikut ini:

a. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat

bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah

revaluasiannya. Metode ini sering digunakan jika aset direvaluasi dengan cara memberi

indeks untuk menentukan biaya pengganti tersusutkan.

Contoh

Peralatan senilai Rp. 2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2012 dengan masa manfaat

ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2012 nilai wajar aset setelah

revaluasi adalah Rp 2.400.000.

1/1/12 Peralatan Rp. 2.000.000

Kas Rp. 2.000.000

31/12/12 Beban Penyustan Rp. 400.000

Akm. Penyusutan Rp. 400.000

31/12/12 Aset Tetap Rp. 1.000.000

Akm penyustan Rp. 200.000*

Surplus revaluasi Rp. 800.000

*((2.400.000-1.600.000)/160.000)*400.000 = 200.000

b. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah

eliminasi disajikan kembali sebesar revaluasinya dari aset tersebut. Metode ini sering

digunakan untuk bangunan.

Contoh:

1/1/12 Peralatan Rp. 2.000.000

Kas Rp. 2.000.000

31/12/12 Beban Penyustan Rp. 400.000

Akm. Penyusutan Rp. 400.000

31/12/12 Akm. Penyusutan Rp. 400.000

Aset Tetap Rp. 400.000

Aset Tetap Rp. 800.000

Surplus revaluasi Rp. 800.000

Jika suatu asset tetap direvaluasi, maka seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama

direvaluasi. Berikut adalah contoh dari kelompok tersendiri:

Tanah;

Tanah dan bangunan;

Mesin;

Kapal;

Pesawat udara

Kendaraan bermotor

Perabotan; dan

Peralatan kantor

Jika jumlah tercatat asset meningkat karena revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui

dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian

surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut diakui dalam laba rugi hingga sebesar

jumlah penurunan nilai asset yang sama akibat revaluasi yang pernah diakui

sebelumnya dalam laba rugi.

Sedangkan jika jumlah tercatat asset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut

diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan tersebut diakui dalam pendapatan

komprehensif lain sepanjang tidak melebihi saldo surplus revaluasi untuk asset tersebut.

Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain tersebut mengurangi

jumlah akumulasi ekuitas pada bagian revaluasi.

Penyusutan

Setiap bagian dari asset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap

total biaya perolehan seluruh asset tetap disusutkan secara terpisah. Misalnya, hal yang

sesuai untuk menyusutkan secara terpisah antara rangka pesawat dan mesin pada

pesawat terbang.

Beban penyusutan untuk setiap periode diakui dalam laba rugi, kecuali jika beban

tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat asset lain.

Beban penyusutan untuk suatu periode biasanya diakui dalam laba rugi. Namun, sering

kali manfaat ekonomi masa depan dari suati asset adalah menghasilkan asset lain.

Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan asset lain dan

dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, penyusutan pabrik dan peralatan

dimasukkan dalam biaya konversi dari persediaan (PSAK 14 : persediaan). Sama halnya

penyusutan asset tetap untuk aktivitas pengembangan mungkin dimasukkan dalam biaya

perolehan asset tak berwujud yang diakui sesuai dengan PSAK 19: Aset tak berwujud.

Metode penyusutan

Metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi. Metode

pembebanan garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat

asset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan

pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset. Metode unit produksi

menghasilkan pembebanan berdasarkan pada ekspektasi penggunaan atau keluaran dari

asset. Metode penyusutan asset dipilih berdasarkan ekspektasi pola pemakaian masa

manfaat ekonomi masa depan asset. Metode tersebut diterapkan secara konsisten dari

periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam ekspektasi pola pemakaian

manfaat ekonomi masa depan asset tersebut.

Penghentian pengakuan

Jumlah tercatat asset tetap dihentikan pengakuannya:

a. Pada saat pelepasan; atau

b. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan dari

penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan asset tetap

dimasukkan dalam laba rugi ketika asset tetap tersebut dihentikan pengakuannya

(kecuali PSAK 30: sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam transaksi jual

dan sewa balik). Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Namun entitas yang kegiatan sehari – hari adalah menjual asset yang sebelumnya

direntalkan kepada pihak lain, maka entitas memindahkan asset tetap tersebut menjadi

persediaan sesuai dengan nilai tercatat ketika asset tidak lagi direntalkan dan menjadi

asset dimiliki untuk dijual.

4. Intagible Assets

Pengukuran intangible assets ada 2 macam, yaitu

a. Pembelian intangible assets

Penilaiannya berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memperoleh aset tersebut.

b. Intangible assets yang diciptakan oleh internal perusahaan

Salah satunya intangible assets yang diciptakan perusahaan adalah research and

development. Seluruh biaya research dan development akan dikapitalisasikan apabila

telah memiliki manfaat ekonomi yang dapat dipastikan di masa datang.

Penyusutan untuk intangible assets (amortisasi) dibedakan menjadi dua berdasarkan masa

manfaatnya, yaitu masa manfaat terbatas dan tidak terbatas.

a. Masa maanfaat terbatas

Perusahaan meng-amortisasi intangible assets secara sistematis selama masa

manfaatnya dimana aset tersebut memberikan kontribusi terhadap cash flow

perusahaan. Amortisasi untuk intangible assets memiliki nilai residu sangat kecil atau

nol, kecuali jika aset memiliki nilai bagi perusahaan lainnya.

b. Masa manfaat tidak terbatas

Masa manfaat tidak terbatas artinya perusahaan tidak dapat mengestimasikan sampai

kapan intangible assets berpengaruh terhadap cash flow perusahaan. Perusahan tidak

menyusutkan intangible assets jenis ini.

Sedangkan pada PSAK 19, terdapat dua model pengukuran untuk intangible asset:

a) Model Biaya

Setelah pengakuan awal, intangible asset dicatat pada biaya perolehannya dikurangi

akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.

b) Model Revaluasi

Setelah pengakuan awal, intangible asset dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai

wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi seanjutnya dan

akumulasi rugi penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk tujuan revaluasi, nilai wajar

ditentukan dengan menggunakan referensi dari pasar aktif. Revaluasi dilakukan

secara rutin sehingga pada tiap akhir periode pelaporan jumlah tercatat intangible

asset tersebut tidak memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya.

5. Properti Investasi

Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi termasuk

dalam pengukuran awal tersebut. Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli meliputi

harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung.

Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum,

pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya. Biaya perolehan dari properti investasi yang

dibangun sendiri adalah biaya sampai dengan saat pembangunan atau oengembangan selesai.

Sampai tanggal tersebut entitas menggunakan PSAK 16. Biaya perolehan awal hak atas

properti yang dikuasai dengan cara sewa dan dikelompokkan sebagai properti investasi yang

harus dicatat sebagai sewa pembiayaan seperti diatur dalam paragraf 16 PSAK 30: sewa,

dalam hal ini aset harus diakui pada jumlah mana yang lebih rendah antara nilai wajar dan

nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Jumlah yang setara harus diakui sebagai

kewajiban sesuai dengan ketentuan paragraf yang sama.

a) Model Biaya

Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya harus mengukur seluruh

properti investasinya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam PSAK 16 tersebut.

Sedangkan jika properti investasi tersebut memenuhi kriteria dimiliki untuk dijual

(atau termasuk dalam kelompok aset yang akan dilepas yang dikelompokkan sebagai

dimiliki untuk dijual) maka entitas:

a. Mengukur aset tersebut sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan

nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya penjualan dan tidak disusutkan; dan

b. Menyajikan aset tersebut dan hasil operasinya secara terpisah di neraca dan

laporan laba rugi.

b) Model Revaluasi

Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan model nilai wajar

mengukur seluruh properti investasi berdasarkan nilai wajar. Apabila hak atas

properti yang dimiliki oleh lessee melalui sewa operasi diklasifikasi sebagai properti

investasi tidak bebas pilih; model nilai wajar harus diterapkan. Laba atau rugi yang

timbul dari perubahan nilai wajar atas properti investasi harus diakui dalam laporan

laba rugi pada periode terjadinya. Nilai wajar properti investasi harus mencerminkan

kondisi pasar pada tanggal neraca. Jika sebelumnya entitas telah mengukur properti

investasi berdasarkan nilai wajar, maka entitas harus melanjutkan pengukuran

properti tersebut berdasarkan nilai wajar, maka entitas harus melanjutkan pengukuran

properti tersebut berdasarkan nilai wajar hingga pelepasan (atau sampai properti

menjadi properti yang digunakan sendiri atau sampai entitas mulai mengembangkan

properti tersebut dan kemudian menjualnya dalam kegiatan normal usaha) bahkan

jika transaksi pasar yang sejenis menjadi jarang terjadi dan harga pasar menjadi tidak

banyak tersedia.

6. Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operation

Ketika aset tidak lancar memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk

dijual, aset diuku pada mana yang terendah antara nilai tercatat dengan nilai wajar dikurangi

biaya untuk menjual. Sehingga rugi penurunan nilai harus diakui berikut penyusunannya

dihentikan. Dan pada saat terjual (pelepasan terakhir) selisih antara nilai tercatat kini dengan

perolehan diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan aset, bukan penyesuaian atas

impairment yang diakui sebelumnya.

E. Pengungkapan Assets dalam Laporan Keuangan

Inventory

Seperti yang tertulis pada PSAK 14, dalam laporan keuangan mengenai persediaan yang harus

diungkapkan adalah:

a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus

biaya yang digunakan;

b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai

bagi entitas

c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk

menjual;

d. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

e. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang

diakui sebagai beban dalam periode berjalan;

f. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang

jumlah persediaan yang diakui sebagai beban;

g. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan;

dan

h. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Intangible asset

Menurut PSAK 19 berikut adalah hal-hal yang harus diungkapkan pada laporan keuangan,

yaitu:

a. Umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas diungkapkan,

tingkat amortisasi yang digunakan atau umur manfaatnya;

b. Metode amortisasi yang digunakan untuk intangible asset dengan umur manfaat terbatas;

c. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan akumulasi rugi

penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

d. Pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang mana amortisasi intangible asset

termasuk di dalamnya;

e. Rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

Property, Plant and Equipment

Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelompok asset tetap:

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;

b. Metode penyusutan yang digunakan;

c. Umur manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi rugi

penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan

e. Rekosiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

Laporan keuangan juga mengungkapkan:

a. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan asset tetap yang dijaminkan untuk

liabilitas;

b. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat asset tetap yang sedang dalam

konstruksi;

c. Jumlah komitment kontraktual untuk memperoleh asset tetap; dan

d. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk asset tetap yang mengalami

penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang temasuk dalam laba rugi, jika tidak

diungkapkan secara terpisah dalam laporan rugi comprehensive

Pemilihan metode penyusutan:

a. Penyusutan, paakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya

perolehan asset lain, selama satu periode, dan

b. Akumulasi penyusutan pada akhir periode

Perubahan estimasi dalam nilia residu, estimasi biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi

asset tetap, umum manfaat dan metode penyusutan.

Jika asset disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:

a. Tanggal efektif revaluasi;

b. Apakah melibatkan penilai independen

c. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam estimasi nilai wajar;

d. Penjelasan mengenai nilai wajar asset tetap yang ditentukan secara langsung dengan

harga terobservasi dalam pasar aktif atau pasar terkini yang wajar atau estimasi

menggunakan teknik penilaian lain;

e. Untuk setiap kelompok asset tetap, jumlah tercatat asset seandainya asset tersebut dicatat

dengan model biaya; dan

f. Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan setiap pembatasan

distribusi kepada pemegang saham.

Properti Investasi

Pada PSAK 13 yang harus diungkapkan adalah:

a. Apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model biaya;

b. Jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana, hak atas

properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai

properti investasi;

c. Apabila pengklasifikasikan ini sulit dilakukan (lihat paragraf 14), kriteria yang digunakan

untuk membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri dan dengan

properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari;

d. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar dari

properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah penentuan nilai wajar tersebut

didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor lain (yang harus

diungkapkan oleh entitas tersebut) karena sifat properti tersebut dan keterbatasan data

pasar yang dapat diperbandingkan;

e. Sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau diungkapkan

dalam laporan keuangan) didasarkan atas penilaian oleh penilai independen yang diakui

dan memiliki kualifikasi profesional yang relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di

lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. Apabila tidak ada penilaian seperti itu,

hal tersebut harus diungkapkan

f. Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi untuk:

i. Penghasilan rental dari properti investasi

ii. Beban operasi langsung (mencakup perbaian dan pemeliharaan) yang timbul dari

properti investasi yang menghasikan penghasilan rental seama periode tersebut;

iii. Beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul dari

properti investasi yang tidak menghasilkan pendapatan rental selama periode

tersebut; dan

iv. Perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan laba rugi atas

penjualan properti investasi dari sekelompok aset yang mana model biaya

digunakan ke kelompok yang menggunakan model nilai wajar;

g. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi dari properti investasi atau pembayaran

penghasilan dan hasil pelepasan;

h. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan properti

investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan.

Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operation

Menurut PSAK 58 berikut merupakan beberapa hal yang harus diungkapkan dalam lapora

keuangan:

a. Disajikan terpisah sebagai kelompok aset dimiliki untuk dijual

b. Kelompok lepasan tetap disajikan terpisah antara aset dan liabilitas

c. Laporan periode lalu tidak disajikan kembali dengan adanya reklasifikasi ini

d. Pengungkapan tentang rencana penjualan

F. Sewa Guna Usaha (Leasing)

Menurut PSAK 30, Sewa (Lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak

kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati, sebagai

imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Pengakuan leasing ada dua macam, yaitu:

1. Capital lease

Adalah sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang

terkait dengan kepemilikan suatu aset, di mana hak milik pada akhirnya dapat dialihkan

dan dapat juga tidak dialihkan. Perjanjian capital lease sifatnya tidak dapat dibatalkan.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam capital lease, adalah:

a. Adanya perpindahkan kepemilikan dari lessor ke lessee

b. Adanya kemungkinan aset tersebut dibeli pada akhir perjanjian leasing

c. Periode penggunaan barang yang disewa lesse lebih dari 75% masa manfaatnya

d. Nilai sekarang dari perjanjian sewa sama atau lebih dari 90% fair value assets

Dengan demikian, lessee harus melakukan penyusutan karena adanya perpindahan

kepemilikan ke lessee.

Dalam PSAK 30 dikatakan bahwa lesse harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal neraca;

Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal

neraca, dengan nilai kininya. Selain itu, entitas harus mengungkapkan total

pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal neraca, dan nilai kininya;

Rental kontijen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut;

Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan dari

kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada tanggal neraca.

Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi, tetapi tidak

terbatas pada, antara lain berikut:

Dasar penentuan utang rental kontinjen;

Ada tidaknya klausal-klausal yang berkaitan dengan opsi perpanjangan

atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya; dan

Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya

yang terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa-lanjut.

Suatu aset dalam capital lease yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, maka

perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:

o Disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya terutama

dapat dipulihkan melalui transaksi penjualan dari pada penggunaan lebih lanjut;

o Diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan nilai wajar

setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut; dan

o Diungkapkan dalam laoran keuangan untuk memungkinkan evaluasi dampak

keuangan dari adanya perubahan penggunaan aset.

2. Operating Lease

Perjanjian capital lease serupa dengan transaksi sewa pada umumnya, maka

pencatatannya juga sebagai biaya sewa.

Perusahaan dapat memilik metode leasing dalam penggunaan aset sebagai pendukung

operasional, karena risiko masa mendatangnya lebih kecil apabila membeli aset.

Seperti yang tertulis pada PSAK 30, dikatakan bahwa lesse juga harus mengungkapkan

hal beriut untuk operating lease:

Total pembayaran sewa minimum di masa depan dalam operating lease yang tidak

dapat dibatalkan;

Total pembayaran sewa-lanjut minimum di masa depan, yang dihitung pada

tanggal neraca, yang diperkirakan akan diterima dalam kontrak sewa-lanjut yang

tidak dapat dibatalkan;

Pembayaran sewa dan sewa-lanjut yang diakui sebagai beban periode berjalan,

dengan pengungkapan terpisah untuk masing-masing jumlah pembayaran

minimum sewa, sewa kontinjen, dan pembayaran sewa-lanjut;

Deskripsi umum perjanjian sewa lessee yang signifikan, yang meliputi, namun

tidak terbatas pada:

Dasar penentuan utang rental kontinjen;

Eksistensi dan persyaratan untuk memperbarui kembali perjanjian sewa

atau adanya opsi pembelian dan klausal eskalasi; dan

Pembatasan yang ada dalam perjanjian sewa, seperti pembatasan dividen,

utang tambahan, dan sewa lanjutan.

Untuk operating lease, jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-balik lebih

rendah dari pada nilai tercatatnya, kerugian sebesar selisih antara nilai tercatat dan nilai

wajar harus diakui segera.

G. Penurunan nilai Assets (Impairment)

Sesuai dengan IFRS, entitas diwajibkan melakukan impairment test terhadap aktiva yang

dimilikinya. Berikut ini beberapa kemungkinan adanya penurunan nilai aset:

1. Faktor internal

a. Keusangan atau kerusakan fisik pada aset

b. Perubahan signifikan atas penggunaan, misal penghentian dan masa manfaat

c. Data internal menunjukkan adanya penurunan performance yang tidak diduga

2. Faktor eksternal

a. Nilai pasar turun secara signifikan untuk aset tertentu

b. Perubahan signifikan dalam teknologi, pasar, ekonomi dan lingkungan hukum dalam

operasional entitas

c. Kenaikan suku bunga pasar

d. Penurunan nilai aset bila dibandingkan dengan kapitalisasi pasarnya

Menurut PSAK 48, Suatu asset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi

jumlah terpulihkan. Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat

indikasi asset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut maka entitas

mengestimasi jumlah terpulihkan asset tersebut.

Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga:

a. Menguji penurunan nilai asset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas atau

asset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan

jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat

dilakukan kapan saja dalam satu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama

setiap tahunnya. Aset tak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada

waktu yang berbeda. Namun untuk asset takberwujud yang baru diakui dalam periode

tahunan berjalan, asset tak berwujud tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode

tahunan berakhir.

b. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis secara tahunan

sesuai dengan PSAK 48 par 80-94.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai,

entitas minimum mempertimbangkan, hal – hal berikut ini:

Informasi dari sumber eksternal:

a. Selama periode tersebut, nilai pasar asset telah turun secara signifikan

b. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hokum tempat

entitas beroperasi

c. Suku bunga pasar atau imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode

tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang

digunakan dalam menghitung nilai pakai asset dan menurunkan jumlah terpulihkan asset

secara material.

d. Jumlah tercatat asset neto entitas melebihi kapasitas pasarnya

Informasi dari sumber internal

a. Terdapat bukti mengenai keusangan dan kerusakan fisik asset

b. Telah terjaadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdapak

merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, asset digunakan atau

diekspektasikan akan digunakan.

c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi

asset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diekspektasikan.

Pengukuran jumlah terpulihkan

Mendefinisikan jumlah terpulihkan sebagai jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar asset

atau unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya.

Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai dari asset tidak selalu perlu

ditentukan keduanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat asset, maka asset

tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan tidak perlu dilakukan estimasi jumlah lainnya.

Kadang tidak mungkin untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual karena

tidak terdapat dasar untuk membuat estimasi andal atas jumlah yang dapat diperoleh dari

penjualan asset , dalam kasus ini, entitas dapat menggunakan nilai pakai asset sebagai jumlah

terpulihkan dan sebaliknya.

Nilai Wajar dikurangi Biaya untuk Menjual

Bukti terbaik dari nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah harga dalam suatu

perjanjian penjualan mengikat yang dibuat dalam transaksi wajar, disesuaikan dengan

biaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung pada pelepasan asset.

Jika tidak terdapat perjanjian penjualan namun asset diperdagangkan di pasar aktif, maka

nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah harga pasar asset dikurangi biaya

pelepasan asset tersebut.

Harga pasar yang sesuai adalah harga penawaran kini. Jika harga penawaran kini tidak

tersedia, maka harga transaksi terkini dapat menjadi dasar untuk mengistimasi nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual.

JIka tidak ada perjanjian penjualan dan pasar aktif untuk asset, maka nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia, biasanya

entitas mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk asset serupa dalam industry

yang sama.

Biaya pelepasan asset, selain dari biaya yang telah diakui sebagai liabilitas, adalah pengurang

dalam penentuan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Contoh biaya tersebut adalah

biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan asset, dan biaya

tambahan langsung untuk menjadikan asset dalam kondisi siap dijual. Namun, imbalan akibat

pemutusan kontrak kerja dan biaya terkait pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah

pelepasan asset bukan merupakan biaya tambahan langsung untuk pelepasan asset.

Nilai Pakai

Elemen – elemen berikut diperhitungkan dalam perhitungan nilai pakai asset:

a. Estimasi arus kas masa depan yang diekspektasikan entitas akan diperoleh dari asset;

b. Ekspektasi tentang kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan

tersebut;

c. Nilai waktu uang, dicerminkan oleh suku bunga pasar bebas resiko yang berlalu;

d. Harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada asset

e. Factor lain, seperti ketidaklikuiditasan, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar

dalam menilai arus kas masa depan yang diekspektasikan entitas akan diperoleh dari asset

tersebut.

Estimasi nilai pakai asset meliputi langkah berikut:

a. Mengestimasi arus kas masuk dan keluar masa depan dari pemakaian asset dan dari

pelepasan akhirnya; dan

b. Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut.

Pengakuan dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai

Jika dan hanya jika, jumlah terpulihkan asset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah

tercatat asset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi

penurunan nilai.

Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi, kecuali asset disajikan pada jumlah

direvaluasikan sesuai dengan PSAK lain (misalnya sesuai dengan model revalusi di PSAK

16 : Aset Tetap). Setiap rugi penurunan nilai asset revaluasian diperlakukan sebagai

penurrnan revaluasi sesuai dengan PSAK lain.

Rugi penurunan nilai asset yang tidak direvalusikan diakuai dalam laba rugi. Namun

demikian, kerugian penurunan nilai asset revalusian diakui dalam pendapatan komprehensif

lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revalusi untuk asset

yang sama. Rugi penurunan nilai atas asset revaluasian mengurangi surplus revalusi untuk

asset tersebut.

Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) asset disesuaikan di

periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat asset revision, setelah dikurangi

nilai residu (jika ada), secara sistematis selama sisa umur manfaat.

Unit Penghasil Kas dan Goodwill

Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset mungkin mengalami penurunan nilai, maka jumlah

terpulihkan diestimasi untuk asset individual tersebut. Jika tidak mungkin untuk mengestimasi

jumlah terpulihkan asset individual, maka entitas menentukan jumlah terpulihkan dari unit

penghasil kas yang mana asset tercakup (unit penghasil kas dari asset tersebut).

Jumlah tercatat unit penghasil kas:

a. Mencakup hanya jumlah tercatat dari asset – asset yang dapat diatribusikan langsung,

atau dialokasikan dengan dasar yang rasional dan konsisten, pada unit penghasil kas dan

akan menghasilkan arus kas masung yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit

penghasil kas;

b. Tidak mencakup julah tercatat dari setiap liabilitas yang telah diakui, kecuali jumlah

terpulihkan unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas

tersebut.

Goodwill

Alokasi goodwill pada unit penghasil kas:

Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis sejak

tanggal akuisisi dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau unit

penghasil kas) yang diekspektasikan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis

tersebut, terlepas apakah asset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi ditempatkan

dalam unit atau kelompok unit tersebut. Setiap unit atau kelompok unit yang memperoleh

alokasi goodwill:

a. Menunjukkan tingkat terendah dalam entitas yang goodwillnya dipantau untuk tujuan

manajemen internal;

b. Tidak leih besar dari segmen operasi yang ditentukan sesuai dengan PSAK 5.

Goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis merupakan asset yang mewakili manfaat

ekonomi masa depan yang timbul dari asset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang

tidak teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Goodwill tidak menghasilkan

arus kas yang independen dari asset atau kelompok asset yang lain, dan sering kali

berkontribusi kepada arus kas dari beragam unit penghasil kas.

Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai secara

tahunan, dan kapanpun terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai,

dengan membandingkan jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkannya. Jika jumlah

terpulihkan > dari pada jumlah tercatat maka unit dan goodwill yang dialokasikan pada unit

tersebut dianggap tidak mengalami penurunan nilai.

Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat asset dari unit tersebut

dengan urutan sebagai berikut:

a. Pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan pada

unit penghasil arus kas (kelompok unit); dan

b. Selajutnya ke asset lainnya dari unit tersebut (kelompok unit) dibagi prorata atas dasar

jumlah tercatat setiap asset dalam unit tersebut (kelompok unit)

Rugi penurunan nilai yang diakui atas Goodwill tidak dapat dibalik pada periode berikutnya.

Pembalikan rugi penurunan nilai asset individual

Jumlah tercatat asset yang meningkat (selain goodwill) yang disebabkan pembalikan rugi

penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau

penyusutan) seandainya asset tidak mengalami rugi penurunan nilai pada tahun – tahun

sebelumnya.

Pembalikan diakui segera dalam laba rugi, kecuali asset disajikan pada jumlah revaluasi

sesuai dengan PSAK lain (PSAK 16 : Asset Tetap).

Setelah pembalikan rugi penurunan nilai diakui, penyusutan (amortisasi) yang dibebankan

atas asset tersebut disesuaikan pada periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat

asset yang direvisi, dikurangi nilai residunya (jika ada), dengan dasar yang sistematik selama

sisa umur manfaatnya.

Pengungkapan

Untuk setiap kelompok asset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:

a. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos laporan

laba rugi comprehensive yang di dalamnya tercakup rugi penurunan nilai.

b. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan

unsur laporan laba rugi komprehensif yang di dalamnya tercakup rugi penurunan nilai

yang dibalik

c. Jumlah rugi penurunan nilai atas asset revaluasian yang diakui dalam pendapatan

komprehensive lain selama periode

d. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas asset revaluasian yang diakui dalam

pendapatan komprehensive lain selama periode

Entitas mengungkapkan hal – hal berikut untuk setiap rugi penurunan nilai material yang

diakui atau dibalik selama periode asset individual, termasuk goodwill, atau unit penghasil

kas:

a. Peristiwa dan kondisi yang mengarah pada pengakuan dan pembalikan rugi penurunan

nilai.

b. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik

c. Untuk asset individual

Sifat asset dan jika entitas melaporkan informasi segment sesuai dengan

d. Untuk unit penghasil kas

Uraian unit penghasil kas

Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik oleh kelompok asset dan jika

entitas melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5, disajikan

berdasarkan segmen yang dilaporkan.

Jika agregasi asset untuk mengidentifikasi unit penghasil kas telah berubah sejak

estimasi sebelumnya atas jumlah terpulihkan unit penghasil kas (jika ada), uraian

cara agregasi asset saat ini dan sebelumnya serta alasan perubahan cara

pengidentifikasian unit penghasil kas.

Apakah jumlah terpulihkan asset (unit pengasil kas) merupakan nilai wajarnya

dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakainya.

Jika ya, bagaimana cara penentuan nilai wajarnya dengan mengacu pada pasar

aktif

Jika jumlah terpulihkan merupakan nilai pakai, tingkat diskonto yang digunakan

dalam estimasi saat ini dan estimasi sebelumnya (jika ada) dari nilai pakai.

PEMBAHASAN DAN ANALISA KASUS

Sumber: Kieso (2007, p. 609)

Kasus P11-9

Ronald company uses special strapping equipment in its packaging bussiness. The equipment

was purchased in January 2009 for $10,000,000 and had an estimated useful life of 8 years with

no residual value. At December 31, 2010, new technology was introduced that would accelerate

the obsolescence of Ronald’s equipment. Ronald’s controller estimates that the present value of

expected future net cash flows on the equipment will be $5,300,000 and that the fair value less

costs to sell of the equipment is $5,600,000. Ronald intends to continue using the equipment, but

it is estimated that the remaining useful life is 4 years. Roland uses straight-line depreciation.

Instruction:

1. Prepare the journal entry (if any) to record the impairment at December 31, 2010.

2. Prepare any journal entries for the equipment at December 31, 2011. The recoverable

amount of the equipment at December 31, 2011 is estimated to be $4,900,000.

3.

Answers:

Akumulasi penyusutan per tahun: $10,000,000 ÷ 8 useful life = $ 1,250,000.

Nilai buku December 31, 2010: $10,000,000 – (2 x $1,250,000) = $7,500,000.

Recoverable value December 31, 2010 sebesar $5,600,000.

Loss impairment equipment: $7,500,000 - $5,600,000 = $1,900,000

1. Loss on Impairment $1,900,000

Accumulated depreciation-equipment $1,900,000

Akumulasi penyusutan per tahun setelah impaiment adjustment:

$5,600,000 ÷ 4 useful life = $1,400,000

Nilai buku December 31, 2011: $5,600,000 - $1,400,000 = $4,200,000

Recoverable value December 31, 2011 sebesar $4,900,000.

Gain of Impairment loss: $4,900,000 - $4,200,000

2. Depreciation expense $1,400,000

Accumulated depreciation-equipment $1,400,000

Accumulated depreciation-equipment $700,000

Recovery of impairment loss $700,000

Recovery of impairment loss dibukukan sebagai other income and expenses dalam laporan laba

rugi.

DAFTAR PUSTAKA

Epstein, B.J., Eva K. Jermakowics. IAS 2007: Interpretation and Application of IAS. John

Wiley, 2007.

IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Kieso, D.E., J.J. Weygandt, and T.D. Waterfield. Intermediate Accounting, International Ed.

John Wiley & Sons, 11th Ed.