makalah variabel costing

29
DAFTAR ISI Bab I – Pendahuluan..............................................3 Bab II – Kajian Pustaka..........................................5 2.1 Absorption Costing..........................................5 2.1.1 Mengurangi Insentif Akibat Overproduksi..................7 2.2 Variabel Costing............................................8 2.2.1 Keunggulan dan Kelemahan Variable Costing................10 2.3 Pengklasifikasian dan Estimasi Biaya........................13 2.3.1 Metode Pendekatan Estimasi Biaya.........................15 2.3.2 High and Low Method......................................17 2.3.3 Analisis Regresi.........................................18 2.3.4 Variabel Costing dan Theory of Constraint................19 Kesimpulan....................................................... 21 Daftar Pustaka...................................................23 1

description

makalah tentang metode variabel costing yang digunakan untuk menghindari insentif yang berlebihan akibat over produksi.

Transcript of makalah variabel costing

DAFTAR ISIBab I Pendahuluan3Bab II Kajian Pustaka52.1Absorption Costing52.1.1Mengurangi Insentif Akibat Overproduksi72.2Variabel Costing82.2.1Keunggulan dan Kelemahan Variable Costing102.3Pengklasifikasian dan Estimasi Biaya132.3.1Metode Pendekatan Estimasi Biaya152.3.2High and Low Method172.3.3Analisis Regresi182.3.4Variabel Costing dan Theory of Constraint19Kesimpulan21Daftar Pustaka23

BAB IPENDAHULUANDalam sejarah perkembangan penentuan harga pokok penjualan, selama bertahun-tahun perusahaan telah menggunakan metode penyerapan biaya tradisional atau absorption cost system lebih dari seratus tahun yang dimulai saat revolusi industri. Selama itu pula metode ini telah dikritik karena cenderung memberikan informasi yang menyimpang serta menciptakan insentif yang berlebihan dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Perhitungan biaya penyerapan (absorption cost) memperlakukan semua biaya manufaktur sebagai biaya produk, tanpa membedakan apakah biaya itu biaya variable atau biaya tetap. Dengan demikian biaya produk per unit terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead variable dan biaya overhead tetap. Dengan metode absorption cost biaya overhead pabrik tetap juga dialokasikan kedalam tiap unit produk bersama-sama dengan biaya overhead variable. Karena perhitungan absorption cost melibatkan semua biaya produksi, metode ini sering disebut sebagai metode full costing. Metode ini nantinya dalam pembahasan lebih lanjut berusaha disempurnakan dengan metode variable costing. Dengan menggunakan perhitungan biaya variabel (Variable Costing), hanya biaya manufaktur yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai biaya produk. Termasuk di dalamnya adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Overhead pabrik tetap tidak akan diperlakukan sebagai biaya produk. Biaya overhead pabrik tetap dan biaya tetap (fixed cost) diperlakukan sebagai biaya periodik yang dibebankan secara utuh ke dalam pendapatan setiap periodenya. Perhitungan ini sering disebut sebagai perhitungan biaya langsung (direct costing) atau perhitungan biaya marginal (marginal costing).Dalam menggunakan metode perhitungan dan kaitannya terhadap keakuratan biaya tentunya membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam dari driver dan output biaya itu sendiri serta terminologi yang berkaitan dengan biaya. Baik alokasi pembebanan biaya pada produk, klasifikasi biaya variable dan biaya tetap serta objek lain yang menjadi perhatian manajemen adalah salah satu tujuan dasar dari system informasi akuntansi manajemen. Perusahaan atau organisasi akan menggunakan berbagai metode terbaik dalam mengalokasikan biaya langsung dan mengestimasi biaya overhead sebagai perkiraan pendapatan yang didapat dalam suatu periode.

BAB IIKAJIAN PUSTAKAHarga Pokok Produksi merupakan jumlah dari biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Penentuan metode harga pokok yang tepat bagi perusahaan akan mempengaruhi penentuan laba yang layak bagi perusahaan. 2.1Absorption CostingAbsorption Costing adalah metode yang membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu variabel cost maupun fixed cost ke dalam produk. Biaya manufaktur adalah biaya-biaya yang terdiri dari biaya bahan baku langsung (direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct labor) dan biaya overhead pabrik (factory overhead). Metode job order costing dan process costing menggunakan metode ini. Apabila seluruh biaya manufaktur digunakan dalam menghitung biaya per unit produk maka ketika terjadi peningkatan inventory akibat over atau under produksi maka penyerapan tersebut mengakibatkan naik atau turunnya biaya tetap per unit. Sering diklaim bahwa absorption cost akan menciptakan insentif untuk over produksi, seperti yang terjadi pada contoh berikut.Tabel 2.1 Laporan Profit yang Bertambah Seiring Meningkatnya Produksi

Dari table diatas dengan menggunakan metode absorption cost system (atau sering juga disebut full costing), biaya overhead pabrik diserap oleh setiap pertambahan unit produksi sehingga menimbulkan distorsi profit yang seolah-olah meningkat seiring dengan peningkatan unit yang diproduksi. Manajer yang menghitung profit dengan menggunakan metode ini melaporkan pertambahan profit (dengan asumsi volume penjualan konstan) dan mendapatkan bonus insentif lebih banyak daripada yang seharusnya akibat overproduksi. Demikian pula ketika tingkat produksi turun atau lebih kecil dari penjualan maka dalam laporan keuangan biaya tetap akan naik dan menyebabkan penurunan profit. Hal ini diakibatkan penyerapan biaya tetap lebih besar per unit. Biaya Tetap yang diserap per unit = x unit yang terjual; maka hubungan antara penyerapan biaya pada pertambahan atau pengurangan produksi dan penjualan dapat diringkas sebagai berikut:Hubungan antara Produksi dan PenjualanAkibat Pada InventoryHubungan antara Profit dengan metode Absorption dan Variabel Cost

Produksi = PenjualanTidak berubahProfit Absorption = Profit Variabel Cost

Produksi > PenjualanMeningkatProfit Absorption > Profit Variabel Cost*)

Produksi < PenjualanTurunProfit Absorption < Profit Variabel Cost**)

Catatan: *)Laba bersih lebih tinggi dengan menggunakan perhitungan Absorption Cost, karena dengan perhitungan ini overhead pabrik tetap ditanguhkan ke dalam persedian seiring dengan naiknya persediaan. **)Laba operasi lebih rendah dengan menggunakan perhitungan Absorption Cost, karena dengan perhitungan ini overhead pabrik tetap dilepaskan dari persedian sairing dengan turunnya persediaan.

2.1.1Mengurangi Insentif Akibat OverproduksiMeningkatnya profit yang disebabkan kenaikan produksi berdampak semu terhadap laporan keuangan perusahaan. Para manajer berusaha mengejar profit karena ada insentif namun pertambahan profit bukan disebabkan karena penjualan, tetapi karena proses pembebanan biaya manufaktur yang kurang tepat. Dampaknya, perusahaan harus mengeluarkan tambahan insentif bagi manajer padahal pendapatan dari penjualan tidak bertambah. Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak pertambahan insentif yang disebabkan overproduksi, yaitu:1. Memperhitungkan profit dengan biaya penyimpanan persediaan. Biaya penyimpanan persediaan adalah pertambahan cost of capital plus biaya gudang. Kontrak antara perusahaan dan manajer dapat menyepakati suatu persentase untuk menyesuaikan profit dan mengevaluasi kinerja manajer yang sebenarnya. 2. Aturan ketat bagi Manajer untuk memproduksi barang.Berikan daftar kompensasi manajemen yang berisi klausula-klausula dengan menyertakan sangsi terhadap bonus apabila memproduksi barang melebihi kuota yang sudah ditentukan. Dengan ini maka manajer tidak akan memperoleh manfaat untuk menambah kuota produksi. 3. Menggunakan konsep Just in Time Manufacturing. Bila perusahaan menggunakan metode JIT, masalah ini akan berkurang. Berubah-ubahnya laba bersih dengan perhitungan absorption cost dan perbedaan laba bersih diantara kedua metode tersebut disebabkan oleh perubahan unit persedian. Dengan JIT, barang diproduksi hanya apabila ada pesanan dari pelanggan dengan tujuan menghilangkan persedian barang jadi dan mengurangi persedian barang dalam proses. Jika jika tingkat persediaan kecil, perubahan persediaan juga akan kecil dan kedua metode tersebut akan menunjukan perhitungan laba bersih yang sama. Dalam hal ini, laba bersih dengan metode perhitungan biaya penyerapan akan searah dengan pergerakan penjualan. Tentu saja biaya produksi per unit akan berbeda dengan penekanan perbedaan metode perhitungan baik dengan Variable Cost atau dengan perhitungan Absorption Cost seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tetapi jika digunakan metode JIT, perbedaan yang besar tidak akan terjadi.2.2Variabel CostingVariabel costing diklaim mengeliminasi kekurangan-kekurangan diatas dalam hal insentif yang ditimbulkan akibat overproduksi, walaupun sebenarnya; dalam pembahasan selanjutnya tidak seratus persen sukses. Menurut Mulyadi (2005:122) variabel costing adalah metode penentuan biaya yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Tidak seperti full costing, dalam variable cost seluruh biaya variable termasuk biaya overhead variable akan dikumpulkan sebagai direct cost sebagai pengurang penjualan untuk dapat menghitung contribution margin. Harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable. Biaya tetap dan biaya overhead pabrik tetap digolongkan sebagai period cost bersama-sama biaya adminisitrasi dan umum. Untuk memahami lebih lanjut perbedaan perhitungan antara metode variable dan absorbtion cost, kita akan mencoba menghitung dampak perubahan laporan keuangan kedua metode dengan data-data sebagai berikut.

Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi Absorption Cost dan Variabel Cost

Dari perhitungan dua metode pada tabel di atas, terdapat dua poin terkait perubahan biaya tetap.1. Ketika produksi dan penjualan seimbang, baik absorption cost dan variable cost memberikan angka profit yang sama (dengan asumsi tidak ada beginning inventory). 2. Angka profit pada absorption cost tahun kedua lebih tinggi dibanding tahun pertama karena beberapa biaya tetap telah diserap inventory pada tahun kedua. Sebaliknya profit variable cost konstan.Pengertian variable costing sama dengan direct costing tetapi tidak sama dengan direct cost (biaya langsung). Direct cost (biaya langsung) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan atau ditelusuri secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya langsung dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel. Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya hanya yang sama dalam periode yang akan datang.Menurut metode variable costing, period cost adalah biaya untuk mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk. Dalam metode variabel costing, period costs meliputi seluruh biaya tetap atau seluruh biaya kapasitas (capacity cost). Dengan demikian period cost menurut pengertian variable costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang meliputi: biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.Dan jika ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept ofcost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap di dalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.2.2.1Keunggulan dan Kelemahan Variable CostingKeunggulan Variable Costing adalah dapat digunakan untuk pengendalian biaya karena dengan menyajikan semua biaya tetap dalam satu kelompok tersendiri, manajemen dapat memusatkan perhatian pada perilaku biaya tetap ini. Variable costing bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek. Keunggulan lainnya adalah: 1. Data yang akan digunakan untuk melakukan analisis Cost-Volume-Profit dapat diambil langsung dari laporan laba rugi yang disusun dengan format kontribusi. Data-data tersebut tidak tersedia apabila laporan laba rugi disusun dengan pendekatan konvensional.2. Dengan menggunakan variable costing, laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan. Dengan asumsi hal-hal lain tetap (harga jual, biaya, bauran penjualanm dan sebagainya) laba akan searah dengan penjualan apabila menggunakan variable costing.3. Manajer selalu mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya variabel. Hal ini telah dijelaskan menjadi masalah insentif overproduksi dalam pendekatan absorption costing, karena biaya produksi per unit adalah kombinasi biaya variabel dan biaya tetap. Dengan menggunakan variable costing, biaya produksi per unit tidak mengandung biaya tetap.4. Dampak biaya tetap terhadap laba lebih ditekankan dalam variable costing, dan pendekatan kontibusi. Jumlah total biaya tetap dinyatakan secara eksplisit dalam laporan laba-rugi. Bila menggunakan absorption costing, biaya tetap dicampur dengan biaya tetap dan dialokasikan ke harga pokok penjualan dan persediaan.5. Data variable costing memudahkan estimasi tingkat profitabilitas produk, konsumen dan segmen bisnis yang lain. Dengan absorption costing, profitabilitas tampak samar-samar karena alokasi biaya tetap yang arbitrer.6. Variable costing berkaitan dengan metode pengendalian biaya seperti biaya standart dan anggaran fleksibel.7. Laba bersih berdasarkan variable costing lebih dekat dengan aliran kas bersih dibandingkan dengan laba bersih berdasarkan absorption costing. Hal ini akan sangat penting untuk perusahaan yang mengalami masalah aliran kas.8. Selain karena tradisi, absorption costing masih dipakai karena telah meberikan gambaran pandangan biaya dan pendapatan di mata akuntan dan manajer. Absorption costing memiliki argumen bahwa seluruh biaya produksi harus dibebankan ke produk untuk membandingkan secara tepat biaya produksi dengan pendapatan yang diperoleh dari unit yang terjual. Biaya tetap seperti penyusutan, pajak, asuransi, gaji supervisor, dan sebagainya bersifat esenial terhadap biaya produksi dan diperlakukan sebagai biaya variabel.9. Varabel costing berpendapat bahwa biaya produksi tetap bukanlah biaya dari unit produksi tertentu. Biaya tersebut terjadi untuk mencapai kapasitas untuk membuat produk selama periode tertentu dan tetap akan terjadi meskipun tidak ada aktivitas produksi. Oleh karena itu para penganjur variable costing berpendapat bahwa biaya produksi tetap bukanlah bagian dari biaya produksi unit tertentu dan prinsip matching menyatakan bahwa biaya produksi tetap harus dibebankan pada periode berjalan.10. Pada tingkat tertentu, absorbtion costing diterima sebagai metode yang digunakan untuk menyiapkan laporan eksternal yang diwajibkan dan laporan pajak penghasilan. Dengan alasan biaya dan kemungkinan kebingungan untuk membuat sistem costing ganda, kebanyakn perusahaan menggunakan absorption costing untuk laporan eksternal dan internal.Kelemahan Variabel CostingPemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi:1. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah2. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah3. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasiPermasalahan lainnya dengan variable cost adalah mengklasifikasikan biaya tetap sebagai biaya variable. Ketika awal tahun kita dapat dengan mudah menggunakan estimasi biaya dan mengklasifikasikan biaya-biaya menjadi biaya variable dan biaya tetap. Namun pada akhir tahun, dengan banyaknya biaya yang timbul akan timbul kerumitan untuk mengidentifikasikan mana biaya overhead actual yang bersifat variable dan memisahkan biaya overhead tetapnya. 2.3Pengklasifikasian dan Estimasi BiayaDengan adanya pemahaman akan perilaku biaya, manajer dapat mengetahui cara pengklasifikasian biaya dan bagaimana perilaku biaya berubah seiring dengan perubahan aktifitas, sehingga dapat dilakukan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang sesuai dan efektif apabila terjadi perubahan perubahan tertentu dalam perusahaan serta dapat dilakukan estimasi biaya di masa yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.1. Berdasarkan objek biaya. Contohnya ketika kita naik taksi maka perusahaan taksi mengenakan biaya buka pintu dan biaya argo yang bertambah seiring jarak tempuh. Dalam perspektif perusahaan taksi, menurut objek biaya maka total biaya terdiri dari biaya variable yaitu biaya argo sementara biaya registrasi, biaya izin usaha dan biaya operasi lainnya diklasifikasikan sebagai biaya tetap.2. Berdasarkan rentang waktu. Rentang waktu dapat mempengaruhi klasifikasi biaya tetap dan variabel karena biaya dapat berubah dari tetap menjadi variabel tergantung pada apakah keputusan tersebut untuk jangka pendek atau jangka panjang. Jangka pendek artinya paling tidak satu biaya adalah tetap. Jangka panjang artinya semua biaya adalah variable. 3. Berdasarkan rentang yang relevan. Jumlah total biaya variable berubah secara proposional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lain, biaya variable menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan, sementara biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan.

2.3.1Metode Pendekatan Estimasi BiayaMengukur hubungan antara biaya yang terjadi pada masa lalu terhadap tingkat aktifitas adalah estimasi biaya. Para Manajer tertarik untuk mengestimasi karena menolong mereka untuk semakin akurat dalam memprediksi biaya di masa mendatang. Adapun metode pendekatan untuk mengestimasi biaya adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai berikut:1. Industrial Engineering Method. Industrial Engineering method sering juga disebut work measurement method yaitu mengestimasi fungsi biaya dengan cara menganalisa hubungan input output dalam fisik. Sebagai contoh, dengan metode time-motion-study ditentukan 30% dari biaya tenaga kerja langsung untuk menghasilkan sebuah unit. Jika biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 5,000 per jam maka biaya tenaga kerja per unit output adalah Rp. 1,500 (0,3 x 5000). 2. Confrence Method. Metode ini mengestimasi fungsi biaya berdasarkan analisis dan opini tentang biaya dan drivernya dari berbagai sumber. Biasanya metode ini memerlukan opini dari ahli di bidangnya dari berbagai departemen. Karena metode ini tidak memerlukan analisis biaya, biasanya lebih cepat proses pengembangannya. Namun demikian tetap bergantung pada skill dan profesionalisme tim penyusun. 3. Account Analysis Method. Para penganalisa biaya menggunakan pengalamannya untuk menentukan dan memisahkan antara variable dan fixed cost. Mereka menganalisa buku pembantu (subsidiary ledger) untuk menentukan apakah biaya digolongkan biaya tetap, variable atau campuran. Metode ini luas digunakan dalam prakteknya oleh para manajer. Selain pendekatan kualitatif manajer dapat melakukan pendekatan lain yaitu dengan pendekatan kuantitatif dimana pendekatan ini menggunakan model matematis dalam meneliti fungsi linear dari biaya yang timbul di masa lalu. Metode ini memerlukan enam langkah dalam mengestimasi biaya, yaitu:Langkah 1 Menentukan objek biaya yang akan diestimasi. Akuntan harus menjawab pertanyaan: apa objek biaya dan berapa besarnya, kemudian mempertimbangkan siapa yang mengeluarkan biaya, sehingga estimasi biaya relevan dengan penggunaannya. Langkah 2 Menentukan cost driver. Cost driver adalah faktor penyebab yang dipakai untuk mengestimasi biaya. Contoh estimasi biaya dan hubungannya dengan cost driver:Biaya Yang DiestimasiCost Driver

Biaya bahan bakar untuk kendaraan Jarak tempuh

Biaya pemanas ruangan untuk bangunanSuhu untuk pemeliharaan bangunan

Biaya pemeliharaan untuk bangunan pabrikJam mesin, jam kerja langsung

Biaya perancangan produkJumlah rancangan, perubahan rancangan

Langkah 3 Mengumpulkan data-data yang konsisten dan akurat. Setelah cost driver terpilih, maka manajemen harus mengumpulkan data mengenai objek biaya dan cost driver. Data yang diperoleh dapat berdasarkan time series atau cross-sectional yang diperoleh dari dokumen perusahaan atau dengan cara menginterview para manajer terkait. Lebih lanjut manajer dapat pula menggunakan scatterplot graphic untuk melihat perilaku biaya apakah cenderung variable atau fixed.Langkah 4 Membuat grafik berdasarkan data biaya, dengan tujuan mengidentifikasi trend biaya.Langkah 5 Memilih dan menggunakan metode estimasi yang tepat. Manajer dapat memilih metode-metode estimasi sebagai berikut: High and Low Method. Regresion Analysis.Langkah 6 Menilai Akurasi Estimasi Biaya. Mempertimbangkan potensi kesalahan dari estimasi yang dibuat. Aspek kunci dari mengestimasi biaya adalah memilih cost driver yang tepat.2.3.2High and Low MethodMetode high and low adalah metode yang memilih nilai tertinggi dan terendah dari satu cost driver dan biaya yang mengikutinya dengan metode persamaan matematis. Metode ini memenuhi dua tujuan yaitu; pertama, menambah tingkat presisi kuantitatif terhadap momen biaya yang unik dan bukan sekedar estimasi kasar berdasarkan pengamatan terhadap grafik. Kedua, memungkinkan menambah informasi yang dapat berguna dalam mengestimasi biaya pemeliharaan.Contohnya, dari data perusahaan tahun lalu ditemukan bahwa kegiatan produksi pada saat high capacity di bulan December adalah sebesar 55,000 machine hours dengan total biaya listrik bulan itu sebesar $80,450. Pada saat low capacity terjadi di bulan September 30,000 machine hours digunakan dengan biaya listrik sebesar $64,200. Pertanyaannya:Berapa tarif biaya variable?= ($80,450 $64,200) (55,000 30,000)= $16,250 25,000 = $0.65 Berapa biaya tetap?$80,450 = Fixed cost + 55,000 x $0.65Fixed cost = $80,450 $35,750 = $44,700$64,200 = Fixed cost + 30,000 x $0.65Fixed cost = $64,200 $19,500 = $44,700y = a + bx = $44,700 + ($0.65 Machine-hours)

2.3.3Analisis RegresiRegresi linear sederhana adalah metode statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X) terhadap Variabel Akibatnya. Faktor Penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi Linear Sederhana atau sering disingkat dengan SLR (Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu Metode Statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun Kuantitas. Model Persamaan Regresi Linear Sederhana adalah seperti berikut ini:Y = a + bXDimana :Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent)a = konstantab = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh Predictor.Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini : a = b = Adapun perbandingan antara metode estimasi biaya high and low dan analisis regresi diringkaskan sebagai berikut:Fitur yang digunakanHigh-low methodAnalisis Regresi

Data yang digunakanHanya pada titik tertinggi dan terendahSemua data digunakan

Akurasi hasilRelative kurang akuratLebih akurat karena diambil dari seluruh data

Upaya dan biayaRelative Lebih murahRelative lebih mahal

FlexibilitasHanya satu cost driverMemungkinkan lebih dari satu cost driver

Factor kualitatif (bulan ramai/ bulan sepi, musim panas/ musim hujan, dsb)Tidak dapat dipertimbangkanDapat dipertimbangkan (sebagai dummy variable)

2.3.4Variabel Costing dan Theory of ConstraintTeori Constraint berfokus untuk mengelola kendala-kendala yang ada dalam perusahaan sebagai kunci untuk meningkatkan laba. Teori kendala mengharuskan pengidentifikasian biaya variabel dalam setiap produk. Sebagai konsekuensinya, perusahaan yang menggunakan teori kendala harus menggunakan perhitungan biaya variabel. Dalam perusahaan yang menerapkan teori kendala, ada dua alasan mengapa biaya tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tetap:a. Tenaga kerja langsung tidak mesti sebagai kendala. Dalam kasus yang paling sederhana, yang menjadi kendala adalah mesin. Dalam kasus yang lebih kompleks, kendalanya adalah kebijakan (seperti desain kompensasi yang tidak baik untuk tenaga penjualan) yang menghambat perusahaan untuk menggunakan sumber daya secara efektif.b. Teori kendala menekankan pada perbaikan yang terus menerus untuk mempertahankan kemampuan kompetitif. Tanpa komitmen dan tanggapan positif dari karyawan, perbaikan yang berkelanjutan tersebut mustahil terlaksana. Karena pemutusan hubungan kerja dapat merusak moral karyawan, manajer yang menggunakan teori kendala enggan memberhentikan karyawan.Dengan alasan-alasan ini, kebanyakan manajer perusahaan yang menerapkan teori kendala menganggap bahwa tenaga kerja langsung sebagai committed fixed cost dan bukannya variabel cost.

KESIMPULANPerhitungan biaya variabel dan perhitungan biaya penyerapan adalah metode alternative untuk menentukan biaya produksi per unit. Dengan menggunakan perhitungan biaya variabel, hanya biaya produksi yang berubah sesuai dengan tingkat output yang diperlakukan sebagai biaya variabel. Biaya tersebut termaksud bahan langsung, overhead variabel, dan biaya kerja langsung. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya periodic dan dibebankan langsung pada periode terjadinya sama halnya dengan beban administrasi dan penjualan. Sebaliknya, perhitungan biaya penyerapan memperlakukan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya produk bersamaan dengan bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead variabel.Karena perhitungan biaya penyerapan memperlakukan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya produk, bagian overhead pabrik tetap dibebankan ke setiap unit produksi. Jika unit produk tersebut tidak terjual sampai akhir periode, biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada unit produksi tersebut terjual, biaya overhead pabrik tetap tersebut bagian dari harag pokok penjualan. Maka metode, perhitungan biaya penyerapan memungkinkan untuk menunda sebagai biaya overhead pabrik tetap pada suatu period eke periode berikutnyanya dalam rekening persedian.Sayangnya, perubahan biaya overhead pabrik tetap antar periode ini dapat menimbulkan laba bersih menjadi berubah-ubah dan dapat membingunkan dan juga memungkinkan manajer salah menentukan keputusan. Untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan pada saat membuat interprestasi data laba-rugi. Manajer harus berhati-hati terhadap perubahan yang terjadi pada tingkat persedian atau unit produksi selama periode tertentu.Pendapat umum menyatakan bahwa perhitungan biaya variabel tidak dapat digunakan untuk laporan eksternal dan laporan pajak. Meskipun demikian, metode tersebut dapat digunakan untuk kepentingan internal dalam membuat perencanaan. Pendekatan perhitungan biaya variabel berhubungan erat dengan konsep biaya-volume-laba yang selalu dipertimbangkan oleh manajer dalam perencanaan laba dan pembuatan keputusan.

DAFTAR PUSTAKAZimmerman, 2011, Accounting For Decision Making And Control, Seventh Edition, McGraw-Hill Irwin. Blocher, 2011, Manajemen Biaya, Penekanan Strategis, penerbit Salemba EmpatHansen, D.R. & Mowen, M.M. 2004. Management Accounting Akuntansi Manajemen Buku 1. Terjemahan Fitriasari & Kwary. 2004. Jakarta : Salemba EmpatMulyadi, 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, BPEF STIE YPKPN, Yogyakarta. 1

22