Makalah Van Der Waals
-
Author
prabowo-noto-boto-limo -
Category
Documents
-
view
914 -
download
98
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah Van Der Waals

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atom-atom dalam satu molekul saling terikat satu sama lain oleh ikatan ion dan ikatan
kovalen, sedangkan molekul-molekul terikat, walaupun lebih lemah, secara non kovalen oleh
gaya-gaya intermolekuler. Gaya-gaya ini dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Ikatan hidrogen
2. Interaksi muatan-muatan dan interaksi muatan-dipol
3. Gaya-gaya van der waals yang bersifat saling menarik
Gaya van der waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis terentu gaya antar molekul.
Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan hingga saat ini masih
kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya
yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas
(gaya Debye), serta pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
Nama gaya ini diambil dari nama kimiawan Belanda Johannes van der waals, yang
pertama kali mencatat jenis gaya ini. Potensial Lennard-Jones sering digunakan sebagai model
hampiran untuk gaya van der waals sebgai fungsi dari waktu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Ikatan Van Der Waals ?
2. Bagaimana bentuk dari ikatan Van Der Waals ?
1

1.3. Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami pengertian dari
Vander Waals, mengetahui bentuk dan sifat dari ikatan Van Der Waals.
2

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Ikatan Van Der Waals
Ikatan van der Waals adalah ikatan antarmolekul karena adanya gaya tarik menarik van
der Waals. Ikatan ini lebih lemah dibandingkan ikatan hidrogen, mudah sekali putus oleh
perubahan suhu atau tekanan yang kecil saja.Contoh pada cairan HBr dan HCl yang menguap.
Begitu juga iodium padat, jika diletakkan didalam botol bermulut lebar, akan mudah menyublim
setelah tiutup botol dibuka.
Ikatan van der waals terdapat dalam 3 bentuk sebagai berikut:
a. Ikatan antar molekul yang memiliki dipol
Ikatan van der waals terjadi pada senyawa polar yang tidak membentuk ikatan hydrogen
seperti HBr dan HCl, atau senyawa nonpolar yang mengandung sedikit perbedaan
keelektronegatifan. Ikatan van der waals yang terjadi dari dipol-dipol dapat tersusun secara
teratur seperti pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Ikatan Van Der Waals Dengan Susunan Teratur
3

Zat yang memiliki ikatan van der waals dalam susunan yang teratur, biasanya berwujud
padat. Adapun zat yang memiliki ikatan van der waals dalam susunan yang tidak teratur
(random) biasanya berwujud cair.
Gambar 2. Ikatan Van Der Waals Dengan Susunan Tidak Teratur
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
disbanding hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan menyebabkan
molekul saling tarik menarik satu sama lain lebih yang biasa dilakukan jika hanya menyandarkan
pada gaya dispersi saja.
Gambar 3. Gaya Tarik Menarik Antar Molekul HCl
4

Ikatan hydrogen berpengaruh terhadap titik didih. Adapun ikatan var der waals yang
ikatan anatar molekulnya lebih lemah tidak menyebabkan terjadinya lonjakan yang berarti pada
titik didih. Gaya yang menyebabkan terbentuknya ikatan dipol-dipol disebut gaya dipol-dipol
atau orientasi.
b. Ikatan antara molekul yang memilik dipol dan molekul yang tidak memiliki dipol
Gaya tarik menarik anatara molekul yang memiliki dipol dan yang tidak memilik dipol
terjadi secara induksi.Ujung molekul dipol yang bermuatan positif menginduksi awan electron
molekul yang tidak memiliki dipol. Akibatnya, molekul yang tidak memiliki dipol membentuk
dipol sesaat (dipol sementara). Setelah terbentuk dipol sesaat, akan terjadi ikatan anatara molekul
dipol dan molekul dipol sesaat seperti gambar 7.4 berikut ini.
induksi
Molekul dipol Molekul tidak memiliki dipol
Ikatan Van Der Waals
Molekul dipol Molekul dipol sesaat
Gambar 4. Ikatan Anatar Molekul Dipol dan Molekul Dipol Sesaat
c. Ikatan antar molekul tidak memiliki dipol
Antara senyawa yang tidak memilik dipol dapat membentuk ikatan, karena pada
kenyataannya molekul-molekul tersebut jika didinginkan dapat berwujud cair dan ada juga
molekul diatomik yang pada suhu kamar dapat berwujud cair atau padatan.
5
+ +
+ + + +

Molekul – molekul diatomic, seperti Nitrogen (N2), Oksigen (O2), dan Hidrogen (H2)
tidak memilik dipol karena harga perbedaan keleeloktronegatifannya nol. Akan tetapi, jika gas-
gas tersebut didinginkan dapat berubah menjadi cair.
Begitu juga molekul bromin (Br2), dan molekul iodin (I2), yang tidak memiliki dipol,
tetapi pada suhu kamar molekul bromin berwujud cair dan molekul iodin berwujud padat. Atom
gas helium tidak memilik dipol, tetapi jika didinginkan Helium dapat berubah wujud dari gas
menjadi cair.
Suatu zat berada dalam wujud cair atau padat kareana adanya ikatan antar atom atau antar
molekul.Jadi, pada nitrogen cair, hydrogen cair, oksigen cair, bromin cair, atau pada iodin padat
pasti terdapat ikatan antar molekul.
Gaya tarik-menarik antar molekul yang tidak memiliki dipol ini pertama kali
dikemukakan oleh seorang ahli bernama F. London pada tahun 1932 sehingga gaya ini disebut
gaya London. Gaya London terjadi karena inti atom yang bermuatan positif dari salah satu
molekul yang mengiduksi awan electron molekul lain sehingga kedua molekul membentuk dipol
sesaat. Setelah membentuk dipol sesaat terjadi gaya tarik-menarik yang disebut gaya London
sperti terlihat pada gambar 7.5. Adanya gaya tarik menarik antardipol sesaat menyebabkan
terbentuknya ikatan van der waals. Kemudahan suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat
untuk mengimbas dinamakan polarisabilitas.
Gambar 5. Gaya London
6

Dalam banyak kasus, gaya London atau gaya dispersi sebanding atau bahkan lebih besar
daripada dipol-dipol antara molekul-molekul polar. Sebagai ilustrasi titik didih CH3F (-78,4oC)
dan CCl4 (76,5oC). Walaupun CH3F memiliki momen dipol sebesar 1,8 D, zat ini mendidih pada
suhu yang lebih rendah daripada CCl4 suatu molekul non polar. CCl4 mendidih pada suhu yang
lebih tinggi karena hanya mengandung lebih banyak electron. Sebagai hasilnya, gaya disperse
antara molekul CCl4 lebih kuat daripada gaya dispresi plus gaya dipol-dipol antara molekul
CH3F.
Kekuatan gaya London menyebabkan kekuatan ikatan antar molekul yang dipengaruhi
oleh 2 faktor, yaitu jumlah awan electron dan bentuk molekul.
a. Jumlah Awan Elektron
Semakin banyak awan electron, gaya tarik-menarik molekul dipol sesat semakin besar
sehingga ikatannya semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari data pada table 7.1. titik didih
terhadap jumlah electron senyawa.
Tabel 1. Jumlah Elektron dan Titik Didih Bebrapa Senyawa
Senyawa Rumus molekul Jumlah
elektron
Titik didih (oC)
Hydrogen H2 2 -253
Nitrogen N2 14 -196
Oksigen O2 16 -183
Klorin Cl2 34 -35
Jadi, kenaikan titik didih sesuai dengan kenaikan jumlah electron. Kenaikan titik didih
dalam data tersebut juga dipengaruhi oleh massa molekul relative, karena semakin kebawah,
massa molekul relative semakin besar. Lemahnya gaya London terjadi pada saat inti atom
menginduksi awan electron, ada tolakan yang berasal dari inti atom.
b. Bentuk Molekul
7

Kekuatan gaya tarik London juga dipengaruhi oleh bentuk molekul. Bentuk molekul
panjang, lebih memudahkan inti atom mengindusi awan electron sehingga memilik gaya tarik
yang lebih besar, sedangkan, jika bercabang inti atom sukar mengiduksi awan electron sehinga
gaya London akan lebih lemah. Hubungan bentuk molekul dan titik didih tesaji dalam table 7.2
Table 2. Hubungan Bentuk Molekul dan Titik Didih Senyawa
Senyawa Massa molekul relatif Bentuk molekul Titik didih (oC)
n-pentana 72 panjang 36,1
neopentana 72 bercabang 9,5
Jadi, untuk massa molekul relative sama, bentuk molekul panjang akan
memiliki titik didih yang lebih besar bentuk molekul bercabang sehingga bentuk
molekul panjang memiliki gaya London yang lebih besar daripada bentuk molekul
bercabang.
2.2 Kristal Molekuler
Satuan–satuan dalam Kristal molekuler dapat berupa atom seperti gas-gas mulia, dapat
juga berbentuk molekul sperti dalam klor, benzene, dan sebagainya. Untuk atom dan molekul-
molekul kecil, struktur kristalnya tersusun rapat atau close packed, karena gaya van der waals
tidak mempunyai arah dalam ruang. Struktur ini terdapat pada gas mulia, halogen, H2, O2, CO2,
HCl, HBr, CH4, C2H6, NH3, PH3, dan H2S.untuk molekul-molekul besar strukturnya lebih sulit,
walaupun pada dasarnya adalah tersusun rapat. Contoh – contohnya antara lain:
1. Gas mulia
Gas mulia terdiri atas molekul-molekul tunggal dalam kedaan gas. Dalam kedaan padat,
zat ini tersusun dengan struktur kubus tersusun rapat, tiap atom mempunyai bilangan kordinasi
12. Gaya van der waals yang bekerja antara atom-atomnya sangat lemah, hal ini ternyata dari
erndahnya titik lebur dan titik didih.
8

Table 3. Hubungan Nomor Atom, Titik Didih, dan Titik Lebur Senyawa
He Ne Ar Kr Xe Rn
No. atom 2 10 18 36 54 86
t.l. (oK) - 24,6 83,9 116 161 202
t.d. (oK) 4,2 27,2 87,3 120 165 211
Titik lebur He = 0,9 oK pada tekanan 26 atm. Makin tinggi momor atom dalam table
diatas, makim tinggi pula titik lebur dan titik didihnya sehingga semaikn besar pula gaya van der
waals.
2. Halogen
Halogen terdiri dari molekul – molekul diatomic, tetapi struktur kristalnya berbeda-beda.
Iodium mempunyai Kristal seperti gambar 7.
Gambar 7. struktur Kristal Iodium
Jarak I-I : 2,68 A, dalam gas jarak ini besarnya 2,66 A. makin besar nomor atom dari
halogen, semakin besar gaya van der waals sehingga titik lebur dan titik didihnya tinggi.
9

Tabel 4. Hubungan Nomor Atom, Titik Didih dan Titik Lebur Senyawa
F2 Cl2 Br2 I2
t.l. (oK) -218 -101 -7,3 114
t.d. (oK) -188 -34,1 58,8 184
3. Grafit
Grafit tersusun dari Kristal molekuler atom karbon yang berbentuk heksagonal, terikat
dengan ikatan kovalen. Lapisan heksagonal ini terikat dengan lapisan lain dengan ikatan van der
waals terlihat pada gambar 8. Karena lemahnya ikatan ini, lapisan satu mudah bergerak terhadap
lapisan lain., hingga grafit bersifat lunak dan dapat dipakai sebagai pelumas padat.
Grafit menyerap K cair, membentuk aliage dengan susunan KC8, KC16, KC24 dan
KC40.Dalam hal ini K terdapat dalam lapisan-lapisan heksagon C.
Gambar 8. Struktur Kristal Grafit
Grafit beraksi dengan oksidator-oksidator kuat sperti HNO3 atau KClO3, membentuk
oksida dengan susunan C2, O9, sampai dengan C3, O5. Dengan flour membentuk (CF)n dengan
H2SO4 membentuk C24HSO4.2H2SO4. Boron nitrida BN, mempunyai struktur sepert grafit dengan
letak B dan N yang selang – seling.
4. Kisi Lapisan Lain
10

Struktur lapisan grafit disebut kisi laipasan atau layer lattice, banyak senyawa di atau tri
klorida, bromide, dan atau iodide serta beberapa sulfide dan hidroksida membentuk senyawa
jenis ini.
Pada senyawa CdCl2, tiap-tiap Cd2+ dikelilingi oeh 6 ion Cl- membentuk struktur
octahedral. Dalam tiap-tiap lapisan tersusun satuan CdCl6. Atom – atom dari lapisan-lapisan
diikat oleh gaya – gaya van der waals. Dalam hidroksida-hidroksida Zn, Be, Al dan Be, lapisan-
lapisan diikat oleh ikatan hydrogen.
Gambar 9. Lapisan Kisi Kristal CdCl
5. Benzena
Satuan satuan kristalnya berbentuk heksagonal planar, dengan satuan satuan CH.
Molekul-molekul benzene ini tersusun dalam Kristal sedemikian sehingga tiap-tiap atom karbon
dikelilingi oleh 12 atom terdekatnya., empat terletak sebidang, empat diatas dan empat dibawah.
11

Gambar 10. Struktur Kristal Benzene
12

2.3 Sifat – Sifat Gaya Van Der Waals
Gaya tarik van der waals, tersusun dari bebrapa gaya tarik antar molekul. Gaya – gaya
tersebut ialah : gaya orientasi (kiesom, 1912), gaya induksi (Debey, 1920), dan gaya disperse
(London, 1930).
Bila molekul-molekul yang membentuk Kristal molekuler mempunyai momen dipol,
seperti molekul HCl, H2O dan NH3 maka akan terjadi gaya tarik dipol-dipol, apabila molekul-
molekul mempunyai orientasi yang tepat. Gaya yang timbul disebut gaya orientasi.
Gaya tarik molekul atau atom nonpolar dengan atom polar cukup besar karena adanya
induksi kepada molekul atau atom yang nonpolar. Gaya tarik yang terjadi disebut gaya induksi.
Molekul-molekul nonpolar seperti I2 atau gas-gas mulia tidak memiliki dipol, molekulnya
simetris. Namun demikian adanya perpindahan sedikit dari kedudukan inti dan electron dalam
molekul, menyebabkan terjadinya dipol, walaupun sebentar. Hal ini menyebabkan terjadinya
dipol pada molekul lain akibat induksi, hingga terjadi gaya tarik yang disebut gaya tarik disperse.
Gaya dispersi ini ternyata besar, walaupun pada molekul-molekul yang polar. Untuk
memecah Kristal NH3 diperlukan 7,1 kkal dan terdiri atas : 3,18 kkal karena gaya orientasi 0.37
kkal kerana gaya induksi, dan 5,32 kkal karena gaya disperse. Energy sebesar 7,1 kkal ini
merupakan ukuran bagi gaya tarik van der waaals. Gaya ini kecil bila dibandingkan dengan gaya
ikat pada ikatan kovalen, yang umumnya berkisar 100 kkal/mol.
2.4 Jari – Jari Van Der Waals
Setiap atom yang sama dapat memiliki jari-jari yang berbeda bergantung dari atom yang
berapitan dengannya. Seperti terlihat pada gambar 11, kedua atom ini saling tarik menarik satu
sama lain sehingga jari-jarinya lebih pendek dibandingkan jika mereka hanya bersentuhan. Hal
ini kita dapatkan pada atom-atom logam dimana mereka membentuk struktur logam atau atom-
atom secara kovalen berikatan satu sama lain/ tipe dari jari-jari atom sperti ini disebut jari-jari
(radius) logam dan jari-jari kovalen, tergantung dari ikatannya.
13

Gambar 11. Jari Jari Van Der Waals
Kedua atom ini saling menarik satu sama lain sehingga jari-jarinya lebih pendek
dibandingkan jika mereka hanya bersentuhan. Hal ini kita dapatkan pada atom-atom logam
dimana mereka membentuk struktur logam atau atom-atom secara kovalen berikatan satu sama
lain/ tipe dari jari-jari atom sperti ini disebut jari-jari (radius) logam dan jari-jari kovalen,
tergantung dari ikatannya.
Gambar pada bagian kanan menunjukkan kedaan dimana kedua atom hanya
bersentuhan.Daya tarik antara keduanya sangat sedikit. Tipe dari jari-jari atom seperti ini
dinamakan jari-jari (radius) van der waals dimana terjadi daya tarik yang lemah diantara kedua
atom tersebut. Jari-jari van der waals hamper sama dengan jari-jari ion maun lebih besar dari jari
– jari kovalen.
2.5 Kristal Clathrite
Didalam banyak Kristal, ada ruang yang kosong antara satuan-satuan penyusun
Kristal.Ruang kosong ini dapat diisi oleh atom-atom atu molekul-molekul tertentu yang
mempunyai besar yang cocok.Senyawa yang terjadi disebut clathrite.
Quinol atau hidroquinon mempunyai Kristal yang terbuka, terikat satu dengan lainnya
dengan ikatan hidroegen.Pada kristalisasi dari larutannya dalam air yang berisi argon pada
tekanan 40 atm, terentuk senyawa clathrite. Dalam hal ini, Ar disebut tamu sedang hidroquinon
dmerupakan tuan rumahnya.
14

Senyawa tersebut ialah [C6H4(OH)3]Ar. Senyawa yang sama dapat terbentuk antara Xe,
Kr, H2S, HCl, HCN, SO2 dan CO2 dengan hidroquinon sebagai tuan rumah atau host dan zat-zat
tersebut sebagai tamunya atau guest. Hidrat-hidrat Xe6 H2O dan Cl2. 8H2O juga merupakan
clathrite dengan es sebagai tuan rumahnya.
2.6 Aplikasi Ikatan Van Der Waals
Abstrak
Dalam Penelitian ini adsorben polimer baru yaitu 2 tipe dari polistiren pemblok polimer( N-isopropilakrilamid) yang memiliki inti hidrofobik dan hidrofilik yang dikembangkan dan digunakan untuk menghilangkan polutan organic dari air limbah. Enkapsulasi/Penyelimutan polutan organic dengan N- isopropilamid menghasilkan peningkatan hidrofobisitas dari PSN(Polistiren N-akrilamid). Mekanisme enkapsulasi BTEX (Benzene, Toluene, Etil Benzen dan Xylene) telah di ketahui dipengaruhi oleh gaya Van Der Waals antara cincin aromatis dari BTEX dan inti hidrofobik dari PSN. Senyawa ini menunjukkan sebagai adsorben yang baru dan lebih efektif sebagai tritmen air limbah.
1. Pendahuluan
Kontaminan organik secara alami berada di lingkungan, terurai secara perlahan-lahan, menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem air alami dan akibatnya mendatangkan masalah bagi kesehatan manusia. Untuk menghilangkan substansi racun organic, metode pengolahan air limbah seperti adsorpsi, biodegradasi, oksidasi kimiawi, insenerasi dan ekstraksi pelarut telah diteliti. Secara praktis metode adsorpsi lebih banyak digunakan sebagai metode efektif untuk menghilangkan kontaminan organic dalam air limbah. Beberapa adsorben diantaranya karbon aktif. Material alami dan organoclay telah diketahui dapat menghilangkan kontaminan organic. Namun adsorben2 tersebut memiliki kekurangan masing-masing. Adapun alternatif metode yang telah dipelajari yaitu polimer yang memiliki kelebihan dibandingkan adsorben tradisional yang telah dipakai.
2. Metode Penelitian
a. Alat dan bahan
bahan yang digunakan adalah asam tritiokarbonat, BTEX p.a, polistiren, N-isopropil akrilamid.
15

b. Cara Kerja
2.2 Sintesis Polistrien n isopropilakrilamid
2.3 Analisa Polistiren n-isopropilakrilamid
Polistiren n-isopropilamid dikarakterisasi dengan Kromatografi size exclusion dengan dimetilformaid sebagai eluen, dengan laju alir 1 ml/menit. Untuk menidentifikasi berat molekul dilakukan dengan TGA.
2.3 Prosedur enkapsulasi
Prosedur reaksi enkapsulasi dilakukan secara invitro dalam vial reactor 25 ml dengan Teflon dan stirrer. 1 ml aliquot sampel diambil dari reactor dalam interval waktu tertentu, keseimbangan adsorpsi terjadi pada rentang waktu 24 jam.
2.4 analisa enkapsulasi
BTEX standar 20,10,5,1 dan 0,1 ppm, dan ditempatkan dalam vial 10 ml untuk dianalisa dengan GC. 10 ml BTEX
Hasil dan oembahasan
PSN akan membentuk struktur misel saat dilarutkan dalam air sehingga bagian hidrofobik akan berada pada bagian dalam struktur. Proses enkapsulasi/penyelubungan kontaminan organic terjadi dengan mekanisme vander waals antara cincin aromatic senyawa organic dengan bagian hidrofobik PSN
16

BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Simpulan dari makalah ini adalah Ikatan Van Der Waals adalah ikatan antarmolekul
karena adanya gaya tarik menarik Van Der Waals. Bentuk Ikatan pada Vander Walls
yaitu ikatan antara molekul memiliki dipol; ikatan antara molekul yang memiliki dipol
dan tidak memiliki dipol dan ikatan antarmolekul tidak memiliki dipol.
17

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga
Choi.J.W,dkk. Amphiphilic block copolymer for adsorption of organic contaminants. Advances
in Chemical Engineering and Science, 2011, 1, 77-82.
Sukandar, Dede.2010.Ikatan Kimia.Jakarta.GP Press
Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga
Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Yogyakarta: Rineka Cipta
Syarifuddin, Nuraini. 1985. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
18