Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

33
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR : - Gambar 1………………………………………………………………………………3 - Gambar 2………………………………………………………………………………4 - Gambar 3……………………………………………………………………………....10 - Gambar 4………………………………………………………………………………11 - Gambar 5………………………………………………………………………………12 - Gambar 6………………………………………………………………………………13 BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………………...2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..3 BAB III : MANAGEMEN dan PROGNOSIS………………………………………………...17 BAB IV : KESIMPULAN …………………………………………………………………….21 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….22 1

description

toxo

Transcript of Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Page 1: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR :

- Gambar 1………………………………………………………………………………3

- Gambar 2………………………………………………………………………………4

- Gambar 3……………………………………………………………………………....10

- Gambar 4………………………………………………………………………………11

- Gambar 5………………………………………………………………………………12

- Gambar 6………………………………………………………………………………13

BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………………...2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..3

BAB III : MANAGEMEN dan PROGNOSIS………………………………………………...17

BAB IV : KESIMPULAN …………………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….22

1

Page 2: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

BAB I. PENDAHULUAN

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat

ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama

Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan

hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang

jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam

praktek dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester

ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini

juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya.

Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini

paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak

hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang

lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang

terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

Dewasa ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya

diharapkan lebih mudah dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah

ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara

diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga

pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis. Dengan jalan

tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang disebabkan oleh

penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat

dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

2

Page 3: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Toxopasmosis adalah penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang manusia,

ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Protozoa toxoplasma

gondii merupakan salah satu parasit coccidian, obligate, intracellular, yang berperan terhadap

infeksi yang terjadi pada manusia dan mamalia lain. Toxoplasma gondii merupakan penyebab

yang umum terhadap terjadinya inflamasi intraocular di dunia. Kucing merupakan host definitive

yang terinfekasi akibat memakan ikan mentah, burung liar, atau tikus. Tiga bentuk protozoa yang

hanya terjadi pada tubuh kucing adalah tachyzoit, bradyzoit, dan sporozoit. Manusia dan

mamalia hanya terinfeksi oleh tachyzoit dan bradyzoit.

Gambar 1

3

Page 4: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Gambar 2

4

Page 5: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

EPIDEMIOLOGI

- Frekuensi

Amerika Serikat

Berdasarkan studi serologis, diperkirakan seperempat hingga setengah populasi Amerika

serikat telah terinfeksi oleh toxoplasma. Di Amerika serikat, 2 – 6 dari 1000 ibu hamil

menderita toxoplasmosis. Prevalensi toxoplasmosis kongenital berkisar 1 tiap 10.000

kelahiran hidup. Manifestasi intraokular toxoplasmosis akibat necrotizing

retinochoroiditis telah dilaporkan pada 1 – 21 % pasien dengan infeksi sistemik yang

didapat. Pada studi populasi 0,6% penduduk maryland mempunyai scar yang diduga

diakibatkan oleh okular toxoplasmosis.

Internasional

Prevalensi serum antibodi melawan toxoplasmosis bervariasi di seluruh dunia dan

tergantung pada kebiasaan makan, hygiene, dan iklim. Toxoplasmosis nampaknya lebih

banyak terjadi pada iklim yang lembab.Prevalensi toxoplasmosis kongenital berkisar 1

dalam 1000 kelahiran hidup di Perancis. Dalam empat dekade pertama hidup, 90%

populasi Perancis, 12,5% populasi Jepang, dan 60% Populasi Belanda dinyatakan

seropositif untuk toxoplasmosis. Rata- rata insiden di Inggris adalah 0,4 kasus tiap

100.000 orang per tahun. Di Brazil selatan, hapir 18% penduduk dinyatakan memiliki lesi

retina yang diduga akibat okular toxoplasmosis. Di daerah Quindio Colombia, insidensi

yang dilaporkan berkisar 3 kasus tiap 100.000 penduduk per tahun.

- Mortalitas / morbiditas

Toxoplasmosis merupakan penyebab yang umum dari imflamasi intraokular dan uveitis

posterior pada pasien imunokompeten di seluruh dunia. Toxoplasmosis bertanggung

jawab terhadap 30 – 50% dari semua kasus uveitis posterior di Amerika serikat.

- Ras / sex

Tidak ada predileksi rasial dari toxoplasmosis. Begitu pula dilihat dari segi jenis kelamin.

5

Page 6: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

- Usia

Prevalensi reaksi seropositif bertambah sesuai umur. Di Amerika serikat, 5 – 30 %

individu usia dua puluh tahunan dan 10 – 67% individu berumur lebih dari lima puluh

tahun memiliki antibodi antitoxoplasma. Okular toxoplasmosis telah dilaporkan paling

banyak bermanifestasi pada individu berusia 20 – 40 tahun.

ETIOLOGI

Kongenital toksoplasmosis

Ketika wanita dengan pertahanan tubuh yang lemah terinfeksi saat kehamilan, terjadi

tranmisi transplacenta dari T. gondii kepada fetus dan menyebabkan terjadinya congenital

toksoplasmosis

Toksoplamosis didapat

o Memakan kista jaringan yang berasal dari daging sapi, daging kambing, atau

daging babi yang mentah atau setengah matang.

o Memakan ookista yang berasal dari susu, air, atau sayuran.

o Menghirup ookista

o Transfuse darah yang terkontaminasi, transplantasi organ, dan inokulasi yang tidak

disengaja saat berada di laboratorium

PATOFISIOLOGI

Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista.

Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3 – 7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang

memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi

menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.

Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10 –

100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot

jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran

10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces

kucing.

6

Page 7: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau

gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing.

Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan

ookista. Bila ookista ini tertelan oleha hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau

kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok

trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual

tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista

maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.

Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang

mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui

tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil

yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerjad

dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui

jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

Infeksi akut ditandai oleh tachyzoit yang menginvasi dan berproliferasi pada hampir

semua tipe sel mamalia kecuali eritrosit yang tidak mempunyai inti. Saat organism mencapai

mata melalui aliran darah, tergantung pada status imun host, akan dimulai fase klinis atau

subklinis yang terjadi di retina. Jika imun host memberi respon maka takizoit akan merubah

dirinya menjadi bradizoit dan terbentuklah kista. Kista sangat resisten terhadap pertahanan tubuh

host, dan akan terjadi infeksi laten yang menjadikannya kronis.

Jika terjadi infeksi subklinis, tidak ada perubahan yang terjadi pada pemeriksaan

funduskopi. Kista akan menetap pada retina yang nampaknya normal. Saat status imun host

menurun oleh karena sebab apapun, dinding kista akan hancur, melepaskan organism-organisme

tersebut ke retina, dan proses inflamasi pun dimulai kembali. Jika terjadi lesi klinis aktif, terjadi

proses penyembuhan dan terbentuk chorioretinal scar. Kista seringkali tetap inaktif diantara atau

menempel pada scar.

7

Page 8: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Parasit toxoplasma jarang teridentifikasi pada sampel aqueous humor dari pasien dengan

ocular toxoplasmosis aktif. Hal ini menunjukkan bahwa proliferasi parasit terjadi hanya pada

fase awal infeksi dan bahwa retinal damage mungkin disebabkan oleh respon inflamasi lanjutan.

Saat sel epitel berpigmen retina terinfeksi oleh toxoplasma gondii, terdapat peningkatan

produksi sitokin – sitokin tertentu termasuk interleukin 1 beta (IL-1β), interleukin 6 (IL-6).

Granulocyte – macrophage colony – stimulating fa ctor (GM-CSF), dan molekul adhesi

intercellular (ICAM). Pasien dengan toxoplasmic retinochoroiditis didapat mempunyai level IL-1

yang lebih tinggi dibanding pasien – pasien asimptomatis.

MANIFESTASI / GEJALA KLINIS

Gambaran klinik toksoplasmosis okuler antara lain :

Gejala subyektif berupa :

1. Penurunan tajam penglihatan

a. Lesi retinitis atau retinokoroiditis di daerah sentral retina yang disebut makula atau

daerah antara makula dan N. optikus yang disebut papilomuskular/bundle.

b. Terkenanya nervus optikus.

c. Kekeruhan vitreus yang tebal.

d. Edema retina

2. Biasa tidak ditemukan rasa sakit, kecuali bila sudah timbul gejala lain yang menyertai

yaitu iridosiklitis atau uveitis anterior yang juga disertai rasa silau. Pada keadaan

ini ,mata menjadi merah.

3. “Floaters” atau melihat bayangan-bayangan yang bergerak-gerak oleh adanya sel-sel

dalam korpus vitreus.

4. Fotopsia, melihat kilatan-kilatan cahaya yang menunjukkan adanya tarikan-tarikan

terhadap retina oleh vitreus.

8

Page 9: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Gejala obyektif berupa :

1. Mata tampak tenang. Pada anak-anak sering ditemukannya strabismus. Ini terjadi bila lesi

toksoplasmosis kongenital terletak di daerah makula yang diperlukan untuk penglihatan

tajam dan dalam keadaan normal berkembang sejak lahir sampai usia 6 tahun. Akibat

adanya lesi, mata tidak dapat berfiksasi sehingga kedudukan bola mata ini berubah ke

arah luar.

2. Pada pemeriksaan oftalmoskop tampak gambaran sebagai berikut :

a. Retinitis atau retinikoroiditis yang nekrotik. Lesi berupa fokus putih kekuningan yang

soliter atau multipel, yang terletak terutama di polus posterior, tetapi dapat juga di bagian

perifer retina.

b. Papilitis atau edema papil.

c. Kelainan vitreus atau vitritis.

Pada vitritis yang ringan akan tampak sel-sel. Sering sekali vitritis begitu berat, sehingga

visualisasi fundus okuli terganggu.

d. Uveitis anterior atau iridosiklitis, dan skleritis

Gejala ini dapat mengikuti kelainan pada segmen posterior mata yang mengalami

serangan berulang yang berat

Toxoplasma jarang sekali meninvasi korpus vitreum karena sifatnya yang merupakan parasit

intraseluler. Retina merupakan bagian yang paling sering terinfeksi dan mengalami kerusakan

terparah. Pengetahuan mengenai sifat organisme maupun siklus hidupnya dapat membantu

menjelaskan perjalanan penyakit dan memudahkan seorang dokter untuk menegakkan diagnosis.

9

Page 10: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

PEMERIKSAAN FISIK

Toxoplasmosis kongenital

Trias klasik yang menggambarkan toxoplasmosis kongenital adalah retinochoroiditis,

kalsifikasi serebral, dan kejang. Penemuan lainnya meliputi hidrosefalus, mikrosefalus,

organomegali, ikterus, ruam, demam, dan retardasi psikomotor. Penemuan tersebut didapatkan

pada sedikit kasus, akan tetapi menunjukkan infeksi akut dan fatal. Saat seorang ibu hamil

diduga terinfeksi selama kehamilannya, dapat terjadi transmisi transplasental toxoplasma gondii

ke dalam tubuh janin, yang pada akhirnya dapat menyebabkan toxoplasmosis kongenital.

Jika seorang ibu terinfeksi selama trimester pertam kehamilannya, 17% bayi mengalami

toxoplasmosis kongenital, akan tetapi tingkat keparahan penyakitnya lebih tinggi. Jika infeksi

terjadi pada trimester ketiga, 65% bayi menderita toxoplasmosis kongenital, tetapi kebanyakan

dari mereka asimptomatis. Sedangkan infeksi maaternal kronis tidak berhubungan dengan

terjadinya toxoplasmosis kongenital. Antibodi antitoxoplasma immunoglobulin M (IgM) muncul

pada 75% bayi dengan toxoplasmosis kongenital. Penemuan paling umum pada toxoplasmosis

kongenital adalad retinochoroiditis yang mempunyai tempat predileksi di kutub posterior.

Penemuan ini didapat pada 75-80% kasus dan bilateral pada 85% kasus. Makular scar sekunder

akibat toxoplasmosis kongenital:

Gambar 3. macular scar sekunder akibat toxoplasmosis congenital(Wu, 2011)

10

Page 11: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Toxoplasmosis didapat

Mengkonsumsi daging sapi, daging kambing atau daging babi yang mengandung kista

jaringan, ookista dari sayuran, atau transfusi darah yang terkontaminasi, transplantasi organ, atau

inokulasi yang tidak disengaja saat berada di laboratorium dapat mengakibatkan terjadinya

toxoplasmosis didapat. Infeksi yang didapat biasanya subklinis dan asimptomatis. Pada 10 – 20%

kasus yang menjadi simptomatis, pasien mengalami gejala mirip flu, misalnya demam,

limfadenopati, malaise, mialgia, dan ruam kulit makulopapular yang tersebar di telapak tangan

dan kaki. Pada pasien yang imunokompeten, penyakit ini tidak membahayakan dan self-limited.

Baru-baru ini diperkirakan hanya 1-3 % pasien dengan infeksi yang didapat mengalami

okular toxoplasmosis. Retinitis makular akut yang dihubungkan dengan toxoplasmosis

ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar 4. Akut macular retinitis (Wu, 2011)

11

Page 12: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Toxoplasmosis pada pasien immunocompromise

Fungsi imun pasien sangat berperan penting pada patogenitas toxoplasma. Pasien dengan

immunocompromise seringkali menderita pneumonitis, myocarditis, dan encephalitis yang

mengancam nyawa, selain itu juga necrotizing retinochoroiditis berat yang dapat mengakibatkan

kebutaan. Lesi multifokal, bilateral, dan terus menerus berkembang secara progresif

menunjukkan bahwa infeksi telah melibatkan mata. Karena immunosupresinya, pasien – pasien

ini seringkali memliki masalah dengan reaksi inflamasi yang berlebih, sehingga mengakibatkan

sulitnya pebentukan chorioretinal scar. Pada pasien immunocompromise diagnosis serologis

sangat sulit ditegakkan. Hanya 1-2% pasien dengan HIV menderita okular toxoplasmosis. Pasien

–pasien berusia tua yang terinfeksi toxoplasma memiliki resiko terjadinya retinochoroiditis berat,

mungkin disebabkan oleh status immune yang mulai menurun sesuai dengan bertambahnya usia.

Okular toxoplasmosis

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hingga 75% pasien dengan toxoplasmosis kongenital

memiliki chorioretinal scar saat lahir. Sebaliknya, lesi okular pada pasien yang terinfeksi

toxoplasma setelah lahir jarang ditemukan. Oleh karena itu pasien dengan chorioretinitis aktif

yang memiliki chorioretinal scar dipercaya merupakan reaktifasi dari infeksi sebelumnya.

Chorioretinal scar inaktif ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 5. Chorioretinal scar inaktif (Wu,2011)

12

Page 13: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Penelitian baru – baru ini bahwa hampir semua kasus okular toxoplasmosis merupakan

sekunder dari infeksi kongenital yang cenderung terjadi selama fase kronis infeksi. Tetapi

penelitian berikutnya menunjukkan peranan infeksi yang didapat terhadap kejadian okular

toxoplasmosis. Penelitian di brazil menunjukkan hanya 1% dari anak – anak dengan

toxoplasmosis memiliki lesi okular, sedangkan 21% individu beusia lebih dari 13 tahun memiliki

lesi okular. Penanda yang menjadi ciri khas penyakit ini adalah necrotizing retinochoroiditis,

yang mungkin primer atau rekuren. Pada okular toxoplasmosis primer, terdapat fokus necrotizing

retinochoroiditis uniateral di kutub posterior pada lebih dari 50% kasus. Area nekrotik biasanya

meliputi lapisan dalam retina dan disebut lesi Whitish fluffy yang dikelilingi oleh edema retina.

Retina merupakan lokasi utama bagi parasit untuk bermultiplikasi, sementara choroid dan

sklera merupakan lokasi dimana inflaasi seringkali menyebar. Jika infeksi telah melibatkan

nervus optikus, manifestasi khas adalah neuritis optik atau papillitis ditandai dengan edema, yang

ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 6. Neuritis optik (Wu, 2011)

13

Page 14: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Selubung nervus optikus dapat menjadi saluran yang memfasilitasi penyebaran langsung

dari organisme toxoplasma antara nervus optikus dengan infeksi serebral. Punctate outer

toxoplasmosis telah dideskripsikan dalam literatur jepang dan amerika. Bentuk penyakit ini unik,

diana lesi atrofik besar di posterior tidak didapatkan. Sel – sel inflamasi terlihat pada vitreous

menyertai retinochoroidal atau lesi papillar. Pada banyak kasus, reaksi inflamasi berlangsung

berat, dan detail dari fundus tidak terlihat. Keadaan ini disebut sebagai “headlight in the fog”.

Seringkai pada pasien terbentuk presipitat sel – sel inflamasi pada vitreous. Pada keadaan

terbentuk untaian atau membran yang tebal di dalam vitreous maka diperlukan vitrektomi.

Antigen toxoplasma bertanggung jawab akan terjadinya reaksi hipersensitivitas yang

pada akhirnya dapat menyebabkan retinal vaskulitis dan granulomatous atau nongranulomatous

uveitis anterior. Jika terjadi uveitis anterior, dapat disertai komplikasi sinekia posterior dan

terbentuk keratic presipitat. Saat lesi menyembuh, maka akan nampak sebagai gambaran

punched-out scar, sehingga nampak sklera putih yang dibawahnya

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, manifestasi klinis yang tampak dilihat dengan

funduskopi dan hasil pemeriksaan pada pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Faktor resiko terjadinya toxoplasmosis:

Imunodefisiensi (misalnya AIDS), pasien dengan imunosupresi misalnya pada pasien

post transplantasi organ atau dengan penyakit keganasan.

Kontak dengan kucing

Riwayat memakan daging mentah atau setengah matang

Gejala:

o Pandangan kabur

o Floaters

o Nyeri

o Mata merah

o Metamorphopsia

o Fotofobia

14

Page 15: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Hasil laboratorium

Serology

o Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis pada pemeriksaan fundus.

Pemeriksaan serology hanya sebagai pemeriksaan tambahan

o Serum titer antibody antitoksoplasma dapat ditemukan dengan beberapa tehnik :

Enzyme-Linked immunosorbent assay (ELISA)

Indirect fluorescent antibody test

Indirect hemagglutination test

Complement fixation

Sabin-feldman dye test

o Temuan serology penting untuk menentukan apakah infeksi ini termasuk akut atau

kronik. Infeksi akut didiagnosis dengan seroconversion. Titer IgG menunjukkan 4-fold

dan akan memuncak pada 6-8 minggu setelah terjadinya infeksi, dan dapat bertahan

selama lebih dari 2 tahun selanjutnya. Antitoxoplasma IgM akan muncul pada minggu

pertama infeksi. Selain IgM yang akan muncul, pada infeksi yang akut juga akan

ditemukan peningkatan IgA dan IgA dapat bertahan hingga 1 tahun.

Imaging Studies

o Flourescein angiography (FA) dari lesi yang aktif akan menunjukkan hypoflourescent

selama infeksi, dan diikuti dengan kebocoran yang progresif.

o USG diiindikasikan untuk memeriksa media penglihatan terutama badan vitreous.

Temuan yang paling banyak ditemukan adalah intravitreal punctiform echoes,

penebalan dari hyaloids posterior, parsial atau total vitreous detachment, dan penebalan

fokal retinokoroid.

Pemeriksaan Histopatologi

o Pemeriksaan ini adalah kriteria standar untuk diagnosis. Pada pemeriksaan ditemukan,

tachyzoite tampak oval atau bulan sabit. Pewarnaan tachyzoite dengan menggunakan

pewarnaan Giemsa. Pada pewarnaan akan tampak sitoplasma berwarna biru dan nucleus

berwarna merah dan berbentuk sferis.

15

Page 16: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

o Pada bentuk kista, pada dindingnya ditemukan eosinofil, argyrophilic dan PAS positif.

Bentuk kista terdiri dari 50-3000 bradyzoit.

o Peradangan tampak nyata pada retina, vitreous dan koroid. Koroid yang berdekatan

dengan retina menunjukkan inflamasi granulomatosa. Retina mengalami parsial

nekrosis dengan batas yang jelas. Setelah menyembuh, area retina yang terinfeksi

hancur dan terdapat adhesi corioretina.

Staging

o Zona 1 penderita mempunyai resiko tinggi kehilangan penglihatan secara permanen.

Lesi berlokasi 2 diameter diskus dekat fovea centralis atau 1500 µ dari tepi optik disk.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat okular toxoplasmosis antara lain:

Katarak

Glaukoma

Oklusi vena retina

Oklusi arteri retina

Neovaskularisasi

Sinekia posterior

Kerusakan N.Opticus

16

Page 17: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

BAB. III MANAGEMEN dan PROGNOSIS

Pencegahan

Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci

tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan

halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66oC atau dibekukan pada suhu –

20oC. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga.Wanita

hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan

toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacatbawaan.

Yaitu :

1. Diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin

dalam bentuk larutan serta air panas 70˚C yang disiramkan pada tinja kucing.

2. Mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan.

3. Mencuci sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada

kemungkinan ookista melekat pada sayuran

4. Makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa

yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan.

5. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber

infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66˚C atau mengasap dan

sampai matang sebelum dimakan.

5. Pada saat hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan IgG dan IgM Toxoplasmosis atau

pemeriksaan TORCH

6. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toxsoplasmosis kongenital, karena anak

yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, merupakan beban

masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan

selambatnya sampai kehamilan 21-24 minggu jika ditemukan kelainan pada janin,

mengurangi kejadian toxsoplasmosis kongenital kurang dari 50 %, karena lebih dari

50 % toxsoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir

kehamilan.

17

Page 18: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Penatalaksanaan

Terapi Medikamentosa

Karena kondisi ini merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri, sehingga tatalaksana

sistemik dari toksoplasmosis didapat tidak direkomendasikan. Terjadinya retinokoroiditis

tidak selalu merupakan indikasi pengobatan. Pada umumnya, lesi yang kecil di perifer dapat

menyembuh dengan spontan. Tetapi lesi pada arcade pembuluh darah, lesi dekat optic disk,

lesi dekat papil optic harus diberikan pengobatan.

Sedangkan pada Ocular toxoplasmosis, beberapa regimen terapi telah direkomendasikan:

Terapi Triple drug antara lain pyrimethamine (dosis inisiasi 75-100mg pada hari pertama

dan diikuti 25-50mg pada hari selanjutnya), sulfadiazine (dosis inisial 2-4 g selama 24

jam dilanjutkan dengan 1 g q.i.d) dan prednison.

Terapi Quadruple adalah pyrimethamine, sulfadiazin, klindamycin dan prednison.

Pemakaian pyrimethamine seharusnya dikombinasikan dengan asam folad untuk

menghindari komplikasi hematologi.

Lama pengobatan tergantung pada respon dari tiap individu, tetapi pada umumnya 4-6

minggu. Pemberian trimetoprim 60 mg dan sulfametoksazole 160mg selama 3 hari

digunakan sebagai profilaksis toksoplamosis retinokoroiditis. Setelah observasi selama 20

bulan, 6,6 % dari pasien mengalami infeksi rekuren.

Selama kehamilan, spiramycin dan sulfadiazine dapat dikonsumsi selama trimester

pertama. Sedangkan untuk trimester kedua spiramycin, sulfadiazine, pyrimethamine dan

asam folat direkomendasikan. Spiramycin, pyrimethamine dan asam folat dapat digunakan

hingga trimester ketiga.

18

Page 19: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

Penggunaan kostikosteroid adalah sebagai berikut :

Kortikosteroid topikal digunakan apabila terdapat reaksi pada bilik mata depan

Terapi depot steroid dikontaraindikasikan untuk terapi Ocular toxoplasmosis. Steroid

dosis tinggi yang diberikan pada jaringan mata akan menekan sistem imun dari host,

sehingga akan menimbulkan nekrosis jaringan yang tak terkendali dan potensial

menimbulkan kebutaan.

Kostikosteroid sistemik digunakan sebagai terapi tambahan untuk meminimalkan

reaksi peradangan.

Pemberian terapi sikloplegik juga dapat diberikan apabila terjadi peradangan pada bilik mata

depan dan mengurangi nyeri serta mencegah terjadinya sinekia posterior.

Agen antitoksoplasma adalah sebagai berikut :

Sulfadiazine

Klindamycin

o Terapi intraviteal klindamycin (0,1 mg/0,1 ml) dilaporkan menguntungkan

pada individu yang tidak berespon pada pengobatan oral

o Pemberian intraviteal klindamycin (1mg) dan intraviteal dexamethasone

(400µg) dibandingkan dengan terapi triple drug dari sulfadiazine (dosis

inisial 4g/hari untuk dua hari diikuti dengan 500mg qid), pyrimethamine

(dosis inisial 75mg untuk 2 hari dan diikuti 25 mg/hari), asam folat (5mg qd)

dan prednisolon (1 mg/kg dimulai pada saat hari ketiga) selama 6 minggu

pengobatan retinokoroiditis toksoplasma. Hasil yang didapatkan pada kedua

pengobatan adalah pengecilan ukuran lesi, inflamasi pada vitreous berkurang

dan peningkatan kemampuan penglihatan. Sedangkan intraviteal klindamycin

dan dexamethasone lebih menguntungkan pada retinokoroiditis toksoplama

dengan efek samping yang lebih aman.

o Pyrimethamine

o Atovaquone (750 mg qid) : obat ini digunakan untuk terapi lini kedua

19

Page 20: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

o Azithromycin (250 mg/hari atau 500mg pada hari pertama dengan

pyrimethamine 100mg pada hari pertama diikuti dengan 50mg/hari pada hari

selanjutnya) dapat juga digunakan sebagai alternatif.

o Kombinasi dari trimethropim (60mg) dan sulfamethoxsazole (160mg) dapat

mengurangi ukuran lesi.

Terapi bedah

Dapat dilakukan fotokoagulasi atau cryoterapi.

Komplikasi yang dapat timbul adalah perdarahan intraretina, perdarahan badan vitreous,

dan ablasio retina.

Pars plana vitrectomy dapat diindikasikan pada ablasio retina sekunder dari traksi

vitreous atau apabila ada kekeruhan pada badan kaca. Dan dianjurkan dilakukan rawat

bersama dengan spesialis penyakit dalam.

Prognosis

Diperkirakan 40% dari pasien memiliki visus 20/100 atau mungkin lebih buruk, dan 16%

pasien memiliki visus antara 20/40 dan 20/80.

Retinitis toxoplasma seringkali kambuh, dan berulang dengan rata – rata mencapai 80%

dalam 5 tahun.

Pasien dengan penyakit yang rekuren nampaknya lebih beresiko memiliki cacat visual

permanen.

20

Page 21: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

BAB IV. KESIMPULAN

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit dengan frekuensi tinggi di berbagai negara

dan karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat

yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati,

kebutaan maupun cacat kongenital lain. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala

pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.

Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci

tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan

halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66oC atau dibekukan pada suhu –

20oC. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga.Wanita

hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan

toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.

21

Page 22: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

DAFTAR PUSTAKA

- Asyari, Fatma dan Lembah Redati. 2011. Management of Ocular Toxoplasmosis.

Jakarta, Vol 32 (suppl) 2 2001 [5 Mei 2011].

- Bellfort, Rubens N, et al,. 2009. Ocular Toxoplasmosis. Sao Paolo Brazil. [5 Mei 2011].

- Bosch-Driessen LH, Plaisier MB, Stilma JS, et al. Reactivations of ocular toxoplasmosis

after cataract extraction. Ophthalmology 2002;109:41–45[5 Mei 2011].

- Brezin AP, Thulliez P, Couvreur J, et al. Ophthalmic Outcomes After Prenatal And

Postnatal Treatment Of Congenital Toxoplasmosis. Am J Ophthalmol 2003;135:779–784

[5 Mei 2011].

- Crosier, Yan Guex. 2009. Update on the Treatment of Ocular Toxoplasmosis.

International Journal of Medical Science 2009; 6(3):140-142. http://www.medsci.org [5

Mei 2011].

- Dyer, Neil W. 2011. Toxoplasmosis. North Dakota University Vol 1221 November 2011

[5 Mei 2011].

- Holland GN, Muccioli C, Silveira C, et al. Intraocular Inflammatory Reactions Without

Focal Necrotizing Retinochoroiditis In Patients With Acquired Systemic Toxoplasmosis.

Am J Ophthalmol 1999;128:413–420 [5 Mei 2011].

- Holland, Gary N. 2003. ocular Toxoplasmosis: A Global Reassessment. Part I:

Epidemiology and Course of Disease. LX EDWARD JACKSONMEMORIAL

LECTURE. AMERICAN JOURNAL OF OPHTHALMOLOGY Vol. 136, No. 6.

December 2003.

- Holland, Gary N. 2003. Ocular Toxoplasmosis: A Global Reassessment Part II: Disease

Manifestations and Management. LX EDWARD JACKSONMEMORIAL LECTURE.

AMERICAN JOURNAL OF OPHTHALMOLOGY Vol. 137, No. 1. January 2004.

- Montoya JG, et al. 2004. Toxoplasmosis. Lanet, Juny 2004 363 : 1965-1976 [5 Mei

2011].22

Page 23: Makalah Toxoplamosis Okuler Zaris

- Labalette P, Delhaes L, Margaron F, et al. Ocular Toxoplasmosis After The Fifth Decade.

Am J Ophthalmol 2002;133: 506–515 [5 Mei 2011].

- Levinson, Ralph D., Rikkers, Sarah M. 2011. Free Medical Book Chapter 172 – Ocular

Toxoplasmosis. http://free-medical-textbook.com/ [5 Mei 2011].

- Ng, Paul. 2002. Treatment of ocular toxoplasmosis. Australian Prescriber Vol. 25 No. 4

2002.[24 November 2010].

- Soheilian, Masoud et al. 2011. How To Diagnose And Treat Ocular Toxoplasmosis.

Online ophtalmologi, Volume 11 No. 12 2011.[5 Mei 2011].

- Stanford, MR., Gibert, RE. 2009. Treating ocular toxoplasmosis – current evidence. Mem

Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, Vol. 104(2): 312-315, March 2009. [5 Mei 2011].

- Wu, Lihteh. 2011. Ophthalmologic Manifestations of Toxoplasmosis.

http://www.emedicine.com/. [5 mei 2011].

23