makalah thaharah

38
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Islam memilki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian baik bersifat hissiyah ( dapat diinderakan) maupun maknawi. Sedangkan gama-agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat yang melebihi islam terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebersihan manusia, kebersihan rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya. Hingga tersebar di kalangan kaum muslim dan tidak pada selain mereka kata-kata “ nazhafatu min al-iman” (kebersihan adalah sebagian dari iman). Padahal para pemuka agama di abad pertengahan, seperti pendeta di barat melakukan taqarrub kepada Allah SWT dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air. Hingga diantara mereka ada yang mengatakan : semoga Allah memberikan rahmatnya pada sang pendeta fulan, sebab dia telah hidup selama 50 tahun dengan tidak pernah membasuh kedua kakinya. 1

Transcript of makalah thaharah

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam memilki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian baik

bersifat hissiyah ( dapat diinderakan) maupun maknawi. Sedangkan gama-agama lain

tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat yang melebihi islam terhadap

kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebersihan manusia, kebersihan rumah,

kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya.

Hingga tersebar di kalangan kaum muslim dan tidak pada selain mereka kata-kata

“ nazhafatu min al-iman” (kebersihan adalah sebagian dari iman). Padahal para

pemuka agama di abad pertengahan, seperti pendeta di barat melakukan taqarrub

kepada Allah SWT dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air.

Hingga diantara mereka ada yang mengatakan : semoga Allah memberikan rahmatnya

pada sang pendeta fulan, sebab dia telah hidup selama 50 tahun dengan tidak pernah

membasuh kedua kakinya.

Bagi orang-orang yang berilmu dari kalangan islam yang mampu menggabungkan

antara keshahihan teks dan kejelasan fakta, akan melihat jelas bahwa kebaikan dan

keburukan itu merupakan sesuatu yang bisa ditangkap secara rasio melalui perbuatan-

perbuatan, seperti sesuatu yang indah dan jelek. Atau dalam suatu benda, seperti

barang yang kotor dan barang yang harun baunya. Sesungguhnya tidak diragukan

bahwa seseorang akan lebih cenderung memilih yang baik dan akan senantiasa

menghindar yang kotor. Hanya saja akal tidak mampu memberikan detailnya. Maka

datanglah syariat menerangkan detailnya dengan menerangkan posisinya dalam rasio.

1

Syariat memerintahkan untuk mengetahuninya, memerintahkan menjauhkannya dan

menyingkirkannya setelah melakukannya. Yang demikian ini disebut dengan

pembersihan (thatir) dan penyucian (tarkiyah). Sedangkan penyucian yang berkenaan

dengan sesuatu yang dimaklumi adalah dengan taubat dan kaffarat dan yang dirasakan

(mahsusat) adalah dengan cara disucikan dengan air dan yang serupa dengannya.

Kemuliaan makhluk adalah karena kedekatannya dengan pencipta-Nya. Oleh

sebab itu, syariat memerintahkan agar seseorang menjauhkan dirinya dari najis dalam

segala kondisinya Allah mewajibkan untuk membersihkan diri dalam semua hal saat

dia akan menghadap Tuhannya seperti saat shalat. Sebab shalat adalah puncak dari

pendekatan diri kepada Allah SWT.

B. PERMASALAHAN

Dalam pembuatan makalah ini yang menjadi suatu permasalahan adalah kurang

tahunya atau minimnya informasi tentang Thaharah ini itu dari segi aspek positrifnya.

Hal ini dikarenakan beberapa kendala yang baik dari sumber atau dari para pembaca

yang kurang meminati tentang bacaan yang mengenai Thaharah. Untuk itu penulis

menjadikan suatu permasalahan yang mengarah pada topik akan dibahas agar para

pembaca dapat mengerti dan paham aka nisi makalah ini.

Peranan penting Thaharah ini akan dapat kita lihat dalam pemecahannya yang

terdapat pada bagian isi makalah ini yang menjelaskan tentang Thaharah, macam

Thaharah, kedudukan Thaharah, hingga pembagian air yang mana sebagai alat yang

digunakan dalam Thaharah tersebut.

2

PEMECAHAN MASALAH

DAMPAK THAHARAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

A. Pengertian Thaharah

Menurut bahasa,kata “thaharah” ( bersuci ) mengandung arti

“membersihkan ( diri ) dari kotoran”. Sedangkan menurut istilah adalah

menghilangkan segala sesuatu yang dapat menghalangi ( sahnya ) shalat baik

berupa hadats maupun najis,dengan menggunakan air, atau menghilangkan status

hadats dan najis itu dengan menggunakan debu.

Bersuci karena hadats hanya dibagian badan saja. Hadats ada dua,yaitu

hadats besar dan hadats kecil. Menghilangkan hadats besar dengan mandi atau

tayammum dan menghilangkan hadats kecil dengan dan wudhu atau tayjammum.

Bersuci dari najis berlaku pada badan,pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya

harus dicuci dengan air suci dan mensucikan. Thaharah adalah syarat islam yang

paling kuat,dan syarat itu harus didahulukan atas apa yang disyaratkan.

B. Hukum Thaharah

Bersuci hukumnya wajib,berdasarkan firman Allah dan sunnah Nabi SAW.

Adapun firman Allah dakam surat Al_Baqarah ayat 222

المتطّه�رين يحّب� و �ّو�ابين الت يحّب� الله إّن�

3

Artinya:

“sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri.”

Dan surat Al-Maidah ayat 6:

Artinya:

“Dan jika kamu junub maka mandilah.”

Dan surat Al_Muddatstsir ayat 4:

Artinya:

“Dan pakaianmu bersihkanlah.”

Adapun sabda nabi antara lain:

Artinya:

“Bersuci adalah separuh dari iman.

4

Artinya:

“Kunci dari shalat adalah bersuci.”

C. Kedudukan Thaharah dalam Ibadat

Thaharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan

merupakan pangkal pokok dari ibadat yang menjadi penyongsong bagi manusia

dalam menghubungkan diri dengan Tuhan.

Shalat tiada sah bila tiada dengan thaharah,hal ini sesuai dengan sabda Nabi

SAW:

Artinya:

“Allah tidak menerima shalat yang tidak dengan bersuci “. ( H.R.Muslim )

D. Fungsi Thaharah

Thaharah merupakan salah satu syarat untuk melakukan ibadah kepada

Allah SWT. Untuk melakukan shalat umpamanya,seseorang terlebih dahulu harus

melakukan wudhu dan membersihkan najis yang melekat di badan. Demikian juga

halnya dengan puasa yang tidal boleh dilakukan oleh orang yang dalam keadaan

haid dan nifas. Dengan demikian fungsi thaharag adalah sebagai syarat untuk

keabsahan suatu ibadah.

5

E. Adap Thaharah

Sebenarnya arti thaharah itu sangat luas,yang bias kita golongkan sebagai

berikut:

1) Membersihkan tubuh dari hadatd,najis dan sebagainya

2) Membersihkan anggota tubuh dari perbuatan dosa

3) Membersihkan jiwa,jangan sampai mnyeleweng atau berakhlak rendah

4) Kesucian para Nabi,yakni kebersihan hati mereka dari kemusyrikan kepada

Allah SWT.

Kemudian dalam melakukan thaharah,ada sopan santun ( adap ) yang

harus dipatuhi,ialah sebagai berikut:

1) Jangan menghadap ataupun membelakangi kiblat ketika bersuci ( beristinja’ )

dari buang air besar atau kecil

2) Masuklah ke jamban dengan mendahulukan kaki kiri,dan keluarlah dengan

kaki kanan terlebih dahulu

3) Jangan berbicara ketika buang air

4) Ucapkan sehabis buang air yang artinya:

“segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dariku penyakit dan

menyehatkanku.”

5) Bersiwaklah. Bahkan ketika berwudhu,bersiwak itu sunnah mu’akad

6) Dahulukan anggota-anggota tubuh bagian kanan ketika membasuh atau

mengusap

7) Hematlah dengan air

8) Berdo’alah sehabis berwudhu,sebagaimana do’a rasulullah SAW,dalam

sabdanya:

6

Artinya:

“Tidak seorang pun diantara kamu sekalian yang berwudhu dengan

sempurna,kemudian membaca:”Asyhadu…..Dan seterusnya.” ( Aku bersaksi

bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa,tiada sekutu bagi-Nya. Dan

aku bersaksi bahwa tiada Muhammad itu hamba Allah dan utusan-

Nya ),kecuali pintu-pintu surge yang delapan dibukakan untuknya, ia boleh

masuk dari pintu man saja yang ia kehendaki”.

9) Shalatlah dua rakaat sehabis wudhu

10) Sekalah air setelah wudhu dan mandi.

F. Macam-macam Thaharah

Thaharah memiliki macam-macam,yaitu terdiri dari dua macam, antara

lainnya sebagai berikut:

1) Bersuci dari hadats, baik hadats besar maupun kecil. Jenis thaharah ini adalah

khusus yang mengenai tubuh, seperti wudhu, mandi dan tayammum.

Hadats ialah keadaan yang menghalangi thaharah. Hadats terdiri

dari dua macam, yaitu hadats kecil dan besar. Hadats kecil adalah suatu

keadaan seseprangyang dapat disucikan dengan wudhu atau tayammum,

sebagai ganti dari pad wudhu. Orang yang tidak berwudhu disebut hadits kecil.

Sedangkan hadats besar ialah suatu keadaan seseorang yang mesti dibersihkan

atau disucikan dengan mandi atau tayammum, sebagai ganti dari mandi, seperti

orang yang sedang junub dan wanita yang sedang haid. Adapun kotoran adalah

najis hakiki seperti darah,tinja dan lain sebagainya.

2) Bersuci dari khubuts (najis), baik yang ada pada tubuh, pakaian maupun

tempat, yaitu dengan cara menghilangkan najis tersebut.

7

Najis secara garis besarnya terbagi kedalam dua macam, yaitu najis

hakiki dan najis hukmi. Najis hakiki adalah kotoran yang menghalangi

keabsahan shalat tanpa ada keringanan, seperti darah dan kotoran manusia.

Sedangkan najis hukmi ialah suatu hal yang dipandang ada pada anggota badan

yang secara hukum menghalangi keabsahan shalat. Yang termasuk kedalam

najis hukmi ialah hadas kecil yang harus dihilangkan dengan wudu’ dan hadas

besar yang harus dihilangkan dengan mandi.

Pembahagian Bersuci

Bersuci itu terbagi dua:lahir dan bathin.Bersuci bathin adalah mensucikan

diri dari dosa dan ma’shiyat.

Cara mensucikan diri itu dengan taubat yang sungguh-sungguh dari segala

dosa dan ma’shiyat dari kotoran kemusrikan, keraguan dan kebencian, dengki,

curang, takabur dan caranya dengan bertindak ikhlas, yakni cinta kebajikan,benar

tawadlu, hanya menghendaki kerelaan Allah, bagi setiap perbuatan.

Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan daro hadats. Kebersihan dari

kotoran, cara menghilangkannya dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat

ibadah,pakaian yang dipakai dan pada badan seseorang. Sedang kebersihan dari

hadats dilakukan dengan mengambil air wudhu dan mandi.

G. Macam-macam Air dan Pembagiannya

Alat terpenting untuk bersuci ialah air. Berdasarkan firman Allah, Q.S.Al-

Anfal ayat 11:

8

Artinya:

Artinya:

“Dan kami turunkan dari langit air yang sangat bersih.”

Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu :

1) Air Mutlak

Air mutlak ialah air suci yang dapat mrnsucikan ( thahir-muthahhir ),

artinya air itu dapat digunakan untuk bersuci. Misalnya air hujan, air sungai, air

laut, air sumur, air salju, dan air embun.

2) Air Makruh

Yaitu air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makruh digunakannya,

seperti air musyammas ( air yang dipanaskan dengan panas matahari ) dalam

tempat logam yang dibuat bukan dari emas dan perak.

9

3) Air suci tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci ( thahirghairu nuthahhir )

Yaitu air yang boleh diminum tetapi tidak sah untuk bersuci. Misalnya:

a) Air sedikit telah dipakai untuk bersuci walaupun tidak berubah sifaynya. Air itu

disebut musta’mal.

b) Air suci yang bercampur dengan benda suci, seperti air teh,air kopi dan

sebagainya.

4) Air Mutanajjis

Yaitu air yang terkena najis. Air mutanajjis apabila kurang dari dua kullah

1) tidak sah untuj bersuci,tetapi apabila lebih dari dua kullah dan tidak berubah

sifatnya ( bau, rupa dan rasanya), maka sah untuk bersuci,

Yang dimaksud air dua kullah menurut ukuran di Bagdad adalag 500 kali

( 10 jerigen). Ini pendapat yan paling kuat . ukuran per satu kali menurut pendapat

imam nawawi adalah bernilai 128 dirham lebih 417 dirham. Air dua kullah sendiri

kalau diukur dengan ukuran liter adalah srbagai berikut:

a) Menurut imam nawawi : 174,580 l = 55,9 cm2

b) Menurut imam rafi’i : 176,245 l = 56,1 cm2

c) Menurut ulama irak : 245,325 l = 63,4 cm2

Sifat air yang dapat digunakan untuk bersuci dan air yang tidak dapat

digunalan untuk bersuci.

Air yang digunakan untuk bersuci itu adalah air yang suci zatnya dan dapat

mensucikan yang lainnya. Ia adalah air yang masih dalam keadaannya yang asli.

Baik ia turun dari langit maupun mengalir diatas tanah.

10

Air tebagi dua:

1. Air yang mensucikan yang boleh digunakan untuk bersuci, baik ia tetap

dalam sifatnya, maupun tercampuroleh materi yang suci yang tak

mengalahkannya dan tak mengubah namanya.

2. Air najis yang tak boleh digunakan, karna ia tak mengangkat hadats dan

tidak menghilangkan najis. Air seperti ini adalah air yang telah berubah

karna terkena najis.

Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadats dan menghilangkan najis

yang semakna dengan mengangkat hadats dan menghilakngkan najis melainkan

dengan air mutlak. Yakni dengan air murni ialah zat cair yang dinamakan air yang

tidak bercampur se[erti air hujan dan sebagainya. Sekalipun air telah berubah

warnanya, namun ia masih dinamakan air mutlak.

Yang dimaksud air yang suci adalah air yang tidak mengandung najis.

Sedangkan yang dimaksud dengan air yang mutlak adalah air yang tidak

digabungkan dengan sesuatu yang lain.

Air yang penyebutnya digabungkan dengan dengan nama zat lain tidak

dapat sigunakan untuk bersuci, akan tetapi air jenis i terbagi 3:

a) Air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci berdasarkan kesepakatan

ulama,air jenis ini terbagi 2:

1) Air yang diperas dari benda-benda yang suci,seperti air mawar

2) Air yang dicampur dengan sesuatu yang suci lalu sesuatu itu merubah nama

air tersebut dan dapat mengalahkan unsur-unsurnya hingga ia menjadi

berwarna

3) Air yang dimasak bersamaan dengan sesuatu yang suci hingga air itu pun

berubah.

11

b) Air yang dicampur dengan sesuatu yang suci yang dapat dipisahkan

darinya,hingga sesuatu itu merubah salah satu sifat dari air tersebut, baik rasa,

warna, maupun baunya, seperti buncis.

c) Diantara air yang penyebutnya digabungkan dengan nama brnda lain dan air

yang boleh digunakan untuk berwudhu berdasarkan kesepakatan ulama. Air ini

terbagi 4 macam:

1) Air yang penyebutnya digabungkan dengan nama tempatnya,seperti air

sungai.

2) Air yang penyebutnya digabungkan dengan nama benda yang tidak dapat

dihindarkan darinya, seperti lumut.

3) Benda yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat air yaitu suci

dan mensucikan, seperti tanah.

4) Sesuatu yang dapat nerubah sifat air bukan karna keduanya saling

bercampur, melainkan hanya karna berdekatan saja.

H. Macam-macam najis dan tingkatannya

Najis ( najasah ) menurut bahasa artinya kotoran, sedangkan, sedangkan

menurut syara’ berarti yang mencegah sahnya shalat, seperti air kencing dan

sebagainya.

Najis dapat dibagi menjadi 3 bagian :

1) Najis mughalladzah

Yaitu najis yang berat, yakni najis yang timbul dari najis anjing dan babi.

Cara mensucikannya ialah kebih dahulu dihilangkan wujud benda najis itu,

kemudian baru dicuci bersih dengan air sampai 7 kali dan permulaan diantara

persucian itu dicuci dengan air yang bercampur tanah.

12

Cara ini dilakukan berdasarkan sabda rasulullah saw.

Artinya:

“suci tempat ( perkakas ) mu apabila dijilat anjing adalah dengan

mencucinya 7 kali,permulaan atau penghabisan diantara prnyucian si

cuci dengan air yang bercampur dengan tanah .” ( H.R.At-Tirmidzi )

2) Najis mukhaffafah

Ialah najis yang ringan, seperti air kencing bayi laki-laki yang umurnya

kurang dari 2 tahun dan belum makan apa-apa kecuali ASI. Cara

mensucikannya,cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis

itu sampai bersih.

Sabda rasulullah saw:

Artinya:

“ barang yang terkena air kencing anak perempuan harus dicuci,sedang

bila terkena air kencing anak laki-laki cukuplah dengan mrmrtcikkan air

padanya.”( H.R.Abu dawud dan Nasa’i )

13

3) Najis Mutawassithah ( sedang )

Yaitu kotoran, seperti kotoran manusia atau binatang kencing, nanah, darah

, bangkai ( selain bangkai ikan,belalang,dan mayat manusia) dan najis-najis

yang lain selain juga tesb dlm najis ringan dan berat.

Najis mutawassithah dapat dibagi menjadi 2 bagian:

a) Najis ‘ainiyah,yaitu najis yang bendanya berwujud.

Cara mensucikannya dengan menghilangkan zatnya lebih dahulu, hingga

hilang rasa, bau dan warnanya, kemudian menyiramnya dengan air sampai

bersih.

b) Najis hukmiyah,yaitu najis yang tidak berwujud bendanya, seperti bekas

kencing, arak yang sudah kering.

Cara mensucikannya dengan mengalirkan air pada bekas najis itu.

4) Najis yang dapat dimaafkan.

Najis yang dapat dimaafkan antara lain:

a) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir , seperti nyamuk, kutu

busuk dan sebagainya .

b) Najis yang sedikit sekali

c) Nanah atau darah dari kudis atau bisulnya sendiri yang belum sembuh

d) Debu yang campur najis dan lain-lainnya yang sukar dihindarkan.

Barang-barang yang najis

Barang yang najis ialah kotoran yang wajib mensucikannya bagi tiap

muslim, apabila mengenai dirinya, pakaian atau tempatnya.

14

Macam-macam barang yang najis mengenai badan,pakaian dan tempat,

ialah:

1) Bangkai

Bangkai ialah hewan yang mati tanpa disembelih atau sebagian

organ yang diambil dari hewan yang masih hidup.

Pengecualian dari hal itu ialah:

a) Bangkai ikan dan belalang

b) Bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, seperti semut dan

sebagainya.

c) Tulang, tanduk, gigi bulu dan rambut.

2) Darah yang memgalir.

Termasuk barang najis ialah darah yang mengalir yaitu darah

binatang yang disembelih.

3) Air kencing dan kotoran manusia.

Telah disepakati oleh mujtahidien, kenajisan kotoran manusia tersebut

diatas, selain air kencing bayi laki-laki yang masih menyusuh, dan belum

memakan makanan.

4) Air madzi

Air madzi ialah air putih yang keluar dari kemaluan baik wanita maupun

pria, air madzi itu najis, menurut persetujuan ulama mengenai air mani,

yakni air nuthfah, air yang keluar dari kemaluan pria maupun

wanita,dikala bersetubuh, maka kedudukan air itu suci, tidak najis.

Berdasarkan kata aisyah:

15

“saya ( aisyah ) menggaruk-garuk air mani yang ada pada pakaian

Rasulullah saw, kemudian Nabi bersembahyang dengan pakaian

itu.”

Sebagian mujtahid berpendapat bahwa mani itu najis, dicuci kalau

mani itu basah, tetapi cukup digaruk-garuk kalau sudah kering.

5) Air liur anjing

Air liur anjing termasuk najis, bahkan termasuk najis

mugholadhoh.tempat, pakaian atau badan. Bila dijilat anjing, wajib dicuci 7

kali, salah satunya dengan menggunakan debu.

6) Daging babi

7) Khamar

Khamar menurut jumhur ulama termasuk barang najis, apabila

mengenai badan atau pakaian wajib dibasuh.Sebagaian ulama menafsurkan

khamar itu keadaannya suci, apabila mengenai badan dan pakaian tidak

wajib disucikan.

8) Darah haidh, nifas dan istihadhah, termasuk barang njis menurut

persepakatan ulama.

Darah haidh ialah darah yang biasa keluar tiap bulan dari rahim

wanita.Darah nifas ialah darah yang keluar dari rahi wanita setekah

mekahirkan, sampai batas 40 hari sejak mekahirkan, sampai batas 40 hari,

bukan darah nifas lagi, sehingga tidak berlaku lagi wanita yang

mengeluarkan darah tersebut hukum-hukum orang nifas.

16

Ada yang tidak boleh dikerjakan bagi orang nifas sama dengan

orang yang sedang haidh, ialah:

a) Tidak boleh melakukan sembahyang dan puasa

b) Tidak boleh melakukan thawaf dan membaca al_Qur’an

c) Tidak boleh menyentuh mashaf

d) Tidak boleh melakukan hubungan kelamin

Kedudukan orang yang sedang nifas sana dengan orang yang sedang

haidh. Adapun wanita yang istihadhah, yakni masih tetap

mengeluarkan dara sesudah waktu penetapan haidh dan nifas,mereka

wajib mengerjakan sembahyang, hanya harus mandi dulu sebelum

mengerjakan sembahyang.

e) Wadi, yaitu air putih yang keruh kental , biasanya keluar setelah

kencing dikala pikiran tertekan atau ketika membawa barang berat.

f) Air luka yang berubah baunya

g) Nanah baik kental maupun cair

h) Darah, kecuali hati dan limpa

i) Empedu

j) Muntahan

k) Susu hewan yang tidak dapat diminum selain manusia, seperti susu

keledai

l) Makanan yang dikeluarkan kembali dari perut binatang untuk

dimakan kedua kali.

17

Cara membersihkan najis yang dapat dilihat mata

Dibersihkan najis itu pada umumnya dengan air yang dapat untuk bersuci,

kecuali beberapa hal. Untuk itu dapat diikuti uraian tentang caea membersihkan air

itu menurut keadaan najis dan yang terkena najis.

1) Apabila najis itu dapat dilihat seperti kotoran, dan najis itu mengenai tempat ,

badan atau pakaian, maka membersihkannya digosok kemudian disiram

dengan air sekali atau beberapa kali.

2) Apabila najis itu tidak dapat dilihat,seperti air kencing, maka

membersihkannya cukup disiram sekali atau beberapa kali.

Apabila mengenai badan atau pakaian dan tidak jelas mana yang terkena

anggota badan atau pakaian itu, maka dengan mandi dan membasuh pakaian

yang terkena najis tersebut.

3) Apabila barang yang terkena najis itu barang cair, selain air kalau dalam

keadaan kentak, makadibuang sebagian yang terkena najis itu, dan bila

keadaannya cair maka tak dapat digunakan semua.

Abdil bar menukilkan bahwa para ulama sepakat,bila barang yang terkena

bangkai dibuankah bangkai itu,maksudnya yang terkena najid tersebut.

Mengenai barang cair yang terkena najis, menurut jumhur ulama, najislah

semuanya.

Lain halnya pendapat Az_Zuhri Al- Auza’I, hukum benda cair sama dengan

hukum air. Benda cair itu tidak menjadi najis, apabila tidak berubah karna najis

itu.

4) Membersihkn tanah yang kena najis ialah dengan menuangkan air diatas tanah

itu.

18

5) Yang kena najis peralatan, yang keras dan mengkilap seperti cermin, pedang

dan sebagainya. Membersihkan alat-alat tersebut dengan menggosokkan alat

tersebut seperti yang dilakukan oleh para sahabat , mereka mengerjakan sholat

sedangkan mereka membawa pedang yang terkena darah yang ada pada

pedang-pedang itu.

6) Membersihkan sandal yang terkena najis

Membersihkan sandal atau sepatu yang terkena najis, yaitu dengan

menggosokkannya pada tanah sehingga hilang najis yang menempel pada

sandal atau sepatu tersebut.

7) Membersihkan kulit binatang

Penyembelihan binatang yang dagingnya halal dimakan, mengandung

ketentuan hukum, akan kesucian kulit binatang itu sehingga dapat

dipergunakan manusia. Cara lain yang mengandung sarana untuk mensucikan

kulit binatang ialah dengan menyamak. Menyamak ini dapat mensucikan kulit

hewan yang dagingnya haram dimakan, kecuali kulit babi atau babi hutan

I. Dampak Thaharah dalam kehidupan Manusia

Islam memiliki konsern yang sangat tinggi terhadap bersuci dan penyucian, baik

yang bersifat hissiyah (dapat dilihat indera) atau maknawi. Adapun dampak

thaharah dalam kehidupan manusia yaitu :

1. Membersihkan hati dari penyakit-penyakit

Kita melihat ada perhatian khusus terhadap kebersihan hati dari

penyakit-penyakit buruk, dari kenistaan benci, dan dari nurani-nurani yang

mati.Kita melihat ada perhatian khusus terhadap hal tersebut, baik dalam

alqur’an maupun dalam sunnah Rasulullah SAW.

19

Dalam alquran Allah menyebutkan bahwa orang-orang yahudi itu

keterlaluan berlaku kufur dan sesat, memalsukan taurat dan tidak mau

mempraktikkan hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap seorang

laki-laki dan perempuan yang berstatus muhshan (sudah berkeluarga) yang

melakukan zina. Mereka begitu saja menerima kebohongan dan kedustaan

dari ulama-ulama mereka terhadap agama Allah. Oleh karena itu allah tidak

berkehendak membersihkan hati mereka dari kekufuran, penyimpangan, dan

mengikuti hawa nafsu.Seandainya allah berkehendak, tentu mereka tidak

akan terjerumus dalam fitnah-fitnah tersebut.

Sama seperti mereka dalam hal kekufuran, kesesatan, dan kebohongan

adalah orang munafik yang mengaku beriman namun hatinya tidak. Allah

juga berkehendak membersihkan dari kekufuran dan perbuatan-perbuatan

yang nista.

Firman Allah SWT yang artinya :

20

Artinya :

“Hai, rasul janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang

memperlihatkan kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan

dengan mulut mereka,’kami telah beriman’,padahal hati mereka belum

beriman, dan juaga dianra orang-orang yahudi.mereka sangat suka

mendengar perkataan orang lain yang belum pernah datng kepadamu.

Mereka mengubah perkataan-perkataan taurat dari tempat-tempatnya.

Mereka berkata, jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh

meraka)kepada kami, maka terimalah, dan jika kamu diberikan bukan ini,

maka hati-hatilah. Barang siapa yang Allah mengkehendaki

kesesatannya,maka sekali-kali kamu tidak dapat menolak sesuatupun yang

datang daripada Allah. Meraka itu adalah orang-orang yang Allah tidak

hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di

akhirat mereka berolrh siksaan yang besar.” (Al-Maidah 41).

Membersihkan hati dari hal-hal yang nista dengan cara mengisinya untuk

mencintai hal-hal yang mulia, adalah lebih penting daripada sekadar

membersihkannya dari segala sesuatu yang dapat diindera.

Sesungguhnya hati yang diisi degan kemunafikan, kesombongan, dan

kedengkian, menghina sesama hamba Allah, berburuk sangkakepada orang

lain, membenci orang-orang mukmin yang saleh, menyukai orang kafir dan

orang yang jahat lainnya., berkawan akrab dengan orang-orang yang

menentang dan memusuhi Allah dan dosa-dosa besar lainnya adalah hati

setan yang gelap dan celaka, hati yang menjadi budak hawa nafsu yang selalu

mengajak berbuat jahat dan hati yang dipenudi dengan kotoran.

21

Setiap orang yang berakal seharusnya paham bahwa amal kebaikan yang

paling tinggi adalah iman yang ada dalam hati, dan bahwa amal kejahatan

yang paling rendah adalah kufur yang juga ada dalam hati. Oleh karana itu

kita tahu betapa pentingnya memperhatikan hati dengan cara

membersihkannya dari segala kezaliman yang muncul dari kemaksiatan-

kemaksiatan, dan menghiasinya dengan cahaya-cahaya iman sebagai buah

amal-amal yang saleh serta akhlak-akhlak yang terpuji.

Sabda Nabi SAW yang artinya:

“ ingatlah dan sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging

yang kalau baik maka jasad itu akan baik pula, dan jika ia rusak, maka

semua jasad pun menjadi rusak. Ingat segumpal daging itu adalah hati “.

2. Membersihkan anggota tubuh dari maksiat

Sesungguhnya setiap anggota tubuh seseorang itu selain berpotensi

untuk ia gunakan melakukan kebajikan yang menjanjikan kebahagiaan dan

kehidupan yang menyenangkan, juga berpotensi untuk ia gunakan melakukan

kejahatan yang akan mengantarkannya pada mala petaka, bencan, dan

kerugian dunia akhirat.

Jika seseoorang mendapatkan pertolongan serta petuunjuk dari Allah,

hal itu karena ia mau menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan hal-

hal uang disukai dan diridoi Allah. Contohnya seperti ia gunakan untuk

bertasbih, sholat, zakat, puasa, membaca alquran, berdoa, dan ibadah-ibadah

lainnya demi tunduk kepda keagungan serta kesempurnaan Allah.

Atau ia gunakan anggota tubuhnya untuk mengucapkan kalimat yang

santun kepada sesama saudaranya, untuk mengulur bantuan, untuk

22

menjenguk orang yang sakit, untuk memberikan pertolongan , untuk

menyuruh kepada sesuatu yang makhruf, untuk mencegah dari yang mungkar,

untuk membela kebenaran, untuk memperkokoh banguunan peradaban yang

bersih dan kehidupan yang baik, untuk menyemarakkan dunia dengan

kebajikan, keindahan, keadilan dan kebahagiaanyang diberkahi dan diridhoi

oleh Allah.

Dan itu semua bisa dilakukan jika seseorang bisa membersihkan

anggota tubuhnya dari kerusakan dan merusak, dari kezaliman dan

menzalimi, dari kemungkaran dan kekejian, dan juga dari perbuatan maksiat

kepada allah sekalipun itu hanya mengakibatkan dosa kecil.

Sesungguhnya orang yang saleh adalah orang yang dapat

mengendalikan anggota tubuhnya untuk melakukan kebajikan yang

manfaatnya kembali bagi dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.Dia

itulah yang sanggup membersihkan seluruh anggota tubuhnya dari segala

sesuatu yang dapat mengundang kemungkaran allah dan sanggup

membersihkannya dari noda-noda maksiat dengan cara melakukan ketaatan-

ketaatan.

Contoh manusia seperti itu adalah manusia yang paling baik, paling

utama, dan paling layak memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Meraka itulah manusia yang disinggung dalam firman Allah SWT:

Artinya:

“ Sesungguhnya orang yang beriman dan berramal saleh, mereka itulah

adalah sebaik-baik makhluk “(Al-Bayyinah 7)

23

Sesungguhnya ibadah-obadah yang diperintahkan oleh Allah kepada

kita merupakan sarana-sarana yang dapat membersihkan seseorang sekaligus

menjadikan setiap anggota tubuhnya dapat beridabah dan bermanfaat, dan

menanamkan kebajikan baik bagi diri sendiri dan bagi manusia lainnya.

Seandainya manusia berlaku lurus pada manhaj Allah, berjalan di atas

jalan-Nya, dan tidak melampaui batas-bata yang telah ditentukan oleh Allah ,

niscaya mereka semua akan menjadi orang-orang yang baik, yang bertakwa

dan yang dikasihi oleh Allah. Mereka saling mencintai dan saling membantu

dalam mengerjakan kebaktian serta ketakwaan.

Dan seandainya setiap orang mau bertakwa kepada tuhannya,

menggunakan setiap anggota tubuhnya untuk taat kepada Allah, niscaya para

malaikat akan menyalaminya di atas tempat tidurnya, duunia akan tunduk di

bawah telapah kakinya, para setan dari jenis manusia dan jin putus asa untuk

menggodanya, cahaya-cahaya akan memenuhi hatinya, dan ia senantiasa

merasakan kebahagiaan yang tidak dapat terlukiskan dalam pelukan Allah

Ta’ala.

3. Agar kita dalam menjalankan ibadah syah hukumnya.

Sebelum kita melakukan atau mengerjakan ibadah-ibadah yang

mengharuskan kita untuk bersuci, maka itu menjadi acuan diterimanya atau

syah tidaknya ibadah yang kita lakukan.

4. Agar badan kita suci dari hadast dan najis.

Thaharah merupakan pembersihan badani, akantetapi kalau kita lihat bahwa

ibadah itu tidak meruupakan gerak baban saja melainkan terutama merupakan

24

gerak atau proses psikologis yang mendalam (khusyu’) sehingga

memungkinkan manusia secara psikologis bertemu dengan Allah SWT.

5. Agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena Allah SWT.

Sangat menyukai rang-rang yang suci atau bersih dari segala macam hadats

dan najis.

6. Kewajiban mensucikan anggota badan adalah mengingatkan orang Islam untuk

selalu bersyukur kepada nikmat Allah dari yang sekecil-kecilnya hingga yang

sebesar-besarnya.3.mensucikan anggota badan adalah untuk menghapus dosa-

dosa yang dilakukan oleh anggota badan tersebut.

7. Memelihara kesehatan.

Kebersihan sama dengan menjaga kesehatan. Dengan berusaha untuk

menjaga kebersihan yang artinya menghindari dari berbagai penyakit. Dan

banyak penyakit yang tersebar melalui kotoran atau polda hidup yang tidak

bersih.

8. Tuntunan Fitrah

Tentu sebagai manusia, kita mempunyai kecenderungan menyukai kebersihan

baik berupa kebersihan diri, pakaian, tempat dan lain-lain. Disamping itu kita

pun tidak suka pada kotoran dan hal-hal yang menjijikkan.

9. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah demi mendapatkan kebahagiaan di

dunia dan di akhirat kelak.

25

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thaharah merupakan media atau cara untuk membersihkan diri yang mana

termasuk juga kedalam ibadah, tanpa ada dilakukannya Thaharah dalam melakukan

ibadah seperti shalat wajib, maka shalatnya tersebut tidak sah atau batal. Karena

Thaharah disini memiliki peran penting dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT.

Selain itu air sebagai alat yang digunakan untuk Thaharah harus juga benar-benar

bersih selaku mensucikan. Peranan Thaharah ini memiliki kedudukan yang benar-

benar harus diingat bagi kita agar setiap ibadah yang kita lakukan agar dapat diterima

oleh Allah SWT.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadarai mungkin terdapat kekurangannya,

untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangun dari pembaca agar makalah

ini jadi baik lagi.

26