Makalah Termodinamika - Pemicu 1

download Makalah Termodinamika - Pemicu 1

of 35

description

Sifat P-V-T

Transcript of Makalah Termodinamika - Pemicu 1

  • MAKALAH PEMICU 1

    MATA KULIAH TERMODINAMIKA

    SIFAT P-V-T SENYAWA MURNI

    Kamis, 25 Februari 2016

    Disusun oleh :

    KELOMPOK 7

    Dicki Rahman (1406567214)

    Puteri Amelia Khairunnisa (1406608095)

    Reza Adhitya (1406608006)

    Rossalina Kurniawan (1406552982)

    Thareq Kemal Habibie (1406552963)

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

    berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan

    dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah

    Termodinamika di Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia. Ucapan

    terima kasih kami sampaikan terutama kepada Ibu Wulan dan Pak Kamarza

    sebagai dosen kelas Termodinamika yang telah banyak memberi bimbingan dan

    arahan serta membantu dalam proses pembelajaran.

    Kami berharap adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan

    kami khususnya tentang diagram P-V-T dan dapat memenuhi tugas dari mata

    kuliah Termodinamika. Penulis menyadari bahwa makalah yang telah kami buat

    masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari

    pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan - kesalahan yang ada dalam

    makalah ini dan meminimalisisir terjadi kesalahan di makalah selanjutnya.

    Kamis, 25 Februari 2016

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ...................................................................... iii

    BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    Hubungan diagram P-V-T ................................................................................... 1

    Diagram Fasa 3 Dimensi ...................................................................................... 1

    Penjelasan Diagram P-V-T ................................................................................... 2

    BAB II : ISI .............................................................................................................. 5

    Soal 1 ................................................................................................................... 5

    Soal 2 ................................................................................................................. 12

    Soal 3 ................................................................................................................. 18

    Soal 4 ................................................................................................................. 20

    Soal 5 ................................................................................................................. 23

    BAB III : PENUTUP ............................................................................................. 29

    Kesimpulan ........................................................................................................ 29

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

  • iii

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

    Gambar 1. Diagram P-V-T ...................................................................................... 2

    Gambar 2. Proyeksi P-V-T pada permukaan P-T dan P-V ..................................... 3

    Gambar 3. Diagram P-V-T ...................................................................................... 5

    Gambar 4. Contoh Zat Murni dan Bukan Zat Murni .............................................. 6

    Gambar 5. Skema proses pendinginan .................................................................... 6

    Gambar 6. Proses lintasan ....................................................................................... 7

    Gambar 7. Perbedaan luas es dalam periode 1984-2012 ...................................... 10

    Gambar 8. Diagram fasa dan bentuk dari sepatu ice skating ................................ 11

    Gambar 9&10 Grafik titik didih air terhadap ketinggian dan waktu ..................... 12

    Gambar 11. Contoh tabel kukus air ....................................................................... 14

    Tabel 1. Karakteristik Fase ................................................................................... 15

    Gambar 12. Diagram P-V air ................................................................................. 18

    Gambar 13. Diagram fasa karbon dioksida ........................................................... 23

    Gambar 14. Faktor asentrik ................................................................................... 25

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    DASAR TEORI

    I. Hubungan P-V-T

    Dalam mempelajari ilmu termodinamika erat kaitannya dengan tiga

    faktor utama yang mempengaruhi sifat kimia fisika suatu materi yaitu

    tekanan (P), volume (V) dan suhu (T). Ketiga faktor tersebut berperan

    penting untuk menentukan wujud atau fasa suatu materi. Secara umum, kita

    mengetahui terdapat tiga jenis fasa materi, yaitu padat, cair, gas. Namun,

    dalam kajian termodinamika fasa materi tidak hanya itu, masih ada beberapa

    jenis fasa lainnya bergantung pada kondisi. Pada kondisi tertentu, dapat

    dimungkinkan muncul lebih dari satu jenis fasa yang berbeda sekaligus.

    Hubungan kondisi tersebut dapat dipelajari lebih mudah melalui suatu

    penggambaran diagram yang mencakup tekanan (P), volume (V) dan suhu

    (T). Ketiga faktor tersebut berpadu membentuk sebuah diagram tiga

    dimensi (3D) yang sering disebut diagram P-V-T yang ditunjukkan pada

    gambar 1. Diagram tersebut dibentuk dengan meletakkan masing-masing

    faktor (P-V-T) pada sumbu koordinat kartesius (x,y,z). Hasil visualisasi

    tersebut diperoleh dari serangkaian percobaan atau eksperimen para ahli.

    Dari hasil percobaan tersebut diperoleh suatu hubungan-hubungan

    kuantitatif yang kemudian dapat ditafsirkan secara kualitatif.

    II. Diagram Fasa 3 Dimensi

    Untuk sebuah komponen tunggal, koordinat 3D Cartesius dapat

    menunjukkan temperatur (T), tekanan (P), dan volume jenis (V). Grafik 3D

    terkadang disebut diagram P-V-T. Kondisi kesetimbangan akan

    ditungjukkan sebagai permukaan tiga dimensi dengan luas permukaan

    untuk fase padat, cair, dan gas. Garis pada permukaan tersebut disebut garis

    tripel, di mana zat padat, cair, dan gas dapat berada dalam kesetimbangan.

    Titik kritis masih berupa sebuah titik pada permukaan bahkan pada diagram

    fase 3D. Proyeksi ortografi grafik P-V-T 3D yang menunjukkan tekanan

    dan temperatur sebagai sumbu vertikal dan horizontal akan menurunkan

    plot 3D tersebut menjadi diagram tekanan-temperatur 2D. Ketika hal ini

    terjadi, permukaan padat-uap, padat-cair, dan cair-uap akan menjadi tiga

    kurva garis yang akan bertemu pada titik tripel, yang merupakan proyeksi

    ortografik garis tripel. Berikut adalah contoh diagram fasa 3D.

  • 2

    Gambar 1. diagram p-v-T

    Sumber : Moran, J. Michael ,Shapiro. N. Howard. 2006.

    Fundamentals of Engineering Thermodynamics. London : John Wiley &

    Sons, Inc.

    III. Penjelasan Diagram P-V-T

    Pada gambar 1 terlihat ada daerah-daerah di mana zat tersebut

    memiliki satu fase (single phase), dua fase (two phase) dan ketiga wujud

    zat berada dalam kesetimbangan. Daerah single-phase adalah daerah di

    mana hanya terdapat satu fase yaitu: solid (padat), liquid (cair), dan vapor

    (uap). Pada daerah tersebut dipengaruhi oleh dua kombinasi faktor, yakni

    tekanan, temperature atau volume spesifik dan pada kondisi ini ketiganya

    independen. Sementara daerah di antara satu fasa atau fasa tunggal adalah

    daerah dua fasa. Daerah dua fasa (two phase) adalah daerah di mana

    terdapat kesetimbangan antara dua fasa : cair-uap, cair-padat, dan padat-

    uap. Daerah dua fasa muncul karena adanya perubahan fasa seperti :

    penguapan (cair ke uap), peleburan (padat ke cair) dan penyubliman (padat-

    gas). Pada daerah dua fasa tekanan dan temperature saling bergantung

    (dependen) artinya salah satu tidak akan berubah jika yang lainya tidak

    berubah. Oleh karena itu, bentuk fasa tidak hanya ditentukan oleh

    temperature dan tekanan saja, melainkan ditentukan juga oleh volume

    spesifik. Garis di mana terdapat kesetimbangan tiga fasa disebut triple line.

    Seringkali sulit untuk memahami diagram P-V-T secara langsung

    yang merupakan penggambaran secara tiga dimensi. Oleh karena itu, untuk

  • 3

    memudahkan pembacaan diagram tersebut maka diagram tersebut

    dikonversi menjadi diagram dua dimensi (2D) melalui proyeksi pada

    bidang. Proyeksinya tersebut menghasilkan diagram P-T, diagram P-V dan

    diagram T- V. Simulasi proses konversi tersebut dijelaskan oleh gambar 2.

    Gambar 2. Proyeksi P-V-T pada permukaan P-T dan P-V

    Sumber : Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2010. Termodinamika.

    Yogyakarta : Graha Ilmu

    Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa ketika gambar permukaan P-

    V-T diproyeksikan pada bidang tekanan-suhu maka akan didapat diagram

    P-T. Sementara proyeksi gambar permukaan P-V-T pada bidang tekanan-

    volum spesifik menghasilkan diagram P-T. Dan proyeksi gambar

    permukaan P-V-T pada bidang suhu-volume spesifik menghasilkan

    diagram T-V. Selain itu, akibat dari proyeksi ini adalah reduksi cakupan

    operasi kondisi fasa yakni daerah padatan-cairan menjadi garis peleburan,

    daerah cairan-uap menjadi garis penguapan dan daerah padatan-uap

    menjadi garis sublimasi. Garis tripel diproyeksikan menjadi titik tripel.

    Untuk pemahanan lebih lanjut mengenai diagram diagram P-T dan

    diagram P-T maka akan dijelaskan beberapa keadaan tambahan yang

    terbentuk pada kondisi tertentu. Keadaan jenuh (saturation state) adalah

    keadaan di mana perubahan fasa dimulai dan berakhir. Kurva uap (vapor

    dome) adalah kurva yang terdiri atas dua fase cair dan uap. Garis yang

    membatasi kurva uap tersebut disebut garis cairan jenuh (saturated liquid

    lines) dan garis uap jenuh (saturated vapor lines). Titik di mana garis jenuh

    cairan dan uap bertemu di sebut titik kritis (critical point). Titik kritis

    tersebut juga adalah titik di mana gas di atas tekanan dan temperatur kritis

    tidak dapat dicairkan hanya dengan mengecilkan volumenya. Suhu pada

  • 4

    terjadinya titik kitis disebut temperatur kritis (Tc) yang menunjukkan batas

    maksimum agar kesetimbangan fasa cairan dan uap terbentuk. Sementara

    tekanan pada suhu kritis disebut tekanan kritis (Pc). Sedangkan volume

    spesifik pada kondisi tersebut disebut volume spesifik kritis.

  • 5

    BAB II

    ISI

    1. Soal Pertama

    Uus mengamati wadah berisi air yang sedang mengalami proses

    pendinginan. Pada waktu tertentu, terlihat sebagian air membeku sehingga

    wadah mengandung air dalam keadaan cair dan es batu. Ia berpikir dan mencoba

    menghubungkan keadaan dalam wadah dengan materi termodinamika tentang

    sifat PVT (pressure-volum-temperature). Ia teringat bahwa instruktur kelas

    pernah menjelaskan bahwa mahasiswa diminta untuk memperbaiki kemampuan

    belajar mandiri atau bahasa asingnya self-directed learning skill. Uus mencoba

    melihat diagram dibawah ini. (a.) Menurut anda bagaimana sistem yang sedang

    diamati Uus dapat dipandang sebagai zat murni selama proses?

    Gambar 3. Diagram PVT

    (Sumber : Pemicu 1 PBL 1 Kelas Termodinamika S.405)

    Selanjutnya, Uus melihat suatu sistem yang terdiri dari air cair dalam

    kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air. (b.) Bantulah Uus

    melihat jumlah fase yang hadir? (c.) Bagaimana Uus dapat memandang sistem

    tersebut terdiri dari zat murni? (d.) Ulangi untuk system yang terdiri dari es dan

    cair air dalam kesetimbangan dengan campuran gas dari udara dan air menguap.

    Jawab :

    Zat murni adalah zat yang mempunyai kimia yang sama pada semua tingkat

    keadaan, tetapi dapat mempunyai beberapa fase yang berbeda. Zat murni bisa

    terdiri dari satu elemen kimia (2) maupun campuran (udara). Campuran dari

    beberapa fase zat murni adalah zat murni, contohnya campuran air dan uap air.

    Tetapi campuran dari udara cair dan gas bukan zat murni karena susunan

    kimianya berubah atau berbeda.

  • 6

    Gambar 4. Contoh Zat Murni dan Bukan Zat Murni

    (a.) Sistem yang diamati Uus dapat dikatakan sebagai zat murni, perbedaan

    fasa subcooled air (liquid-solid) yang terjadi pada sistem dapat

    dijelaskan oleh skema perubahan fasa air pada saat proses pendinginan

    seperti berikut :

    Gambar 5. Skema proses pendinginan

    Pada kasus yang diamati Uus diatas sama saja seperti pada saat state

    3, dimana terjadi kesetimbangan antara fasa liquid dan fasa solid.

    (b.) Pada sistem berikutnya yang diamati Uus adalah air cair dalam

    kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air, mempunyai dua

    fase (P = 2) dan 3 komponen (C = 3). P = 2, didapat dari fasa gas dan

    cairan, sedangkan C = 3 didapat dari campuran udara (O2 dan N2)

    dengan air murni pada sistem.

    (c.) Campuran pada sistem yang diamati Uus yang berupa air cair dalam

    kesetimbangan dengan campuran gas udara dan uap air merupakan zat

    murni. Hal tersebut dikarenakan sistem tersebut tersusun dari komponen

    zat murni yaitu berupa air dan udara.

    (d.) Sistem berikutnya adalah es dan cair air dalam kesetimbangan dengan

    campuran gas dari udara dan air menguap. Sistem ini mempunyai 3 fase

    (P = 3) dan 3 komponen (C = 3). Campuran pada sistem ini juga

    merupakan zat murni dikarenakan penyusunnya juga merupakan zat

    murni.

  • 7

    (e.) Berdasarkan informasi yang didapat, maka diagram lintasannya adalah:

    1

    3 2

    1

    30 PSIA

    20 ft3/lbm 12.7 ft3/lbm

    1

    3

    2

    1

    30 PSIA

    553 oF 252oF

    Gambar 6.

    Proses lintasan pada

    diagram PV (a) dan PT

    (b) pada kondisi soal

    (e.1) dan (e.2)

    Sumber:

    Smith, J.M., Van Ness,

    H.C., dan Abbot, M.M.

    (2001). Introduction to

    Chemical Engineering

    Thermodynamics. ed.

    6th. New York :

    McGraw-Hill

    (a)

    (b)

  • 8

    Pada lintasan 1-2, air dikurangi tekanannya pada suhu tetap hingga tepat

    mulai terbentuk uap pada tekanan 30 psia. Lintasan yang terbentuk pada

    diagram PV mendekati garis vertical karena pada kondisi liquid, fluida

    dianggap incompressible. Pada tekanan ini air jenuh berada pada suhu 252oF

    dan volume 12.7 ft3/lbm. Air pada kondisi ini memiliki nilai enthalpy

    sebesar 216.82 Btu/lbm. Pada lintasan 2-3, air dipanaskan pada tekanan

    tetap hingga nilai enthalpynya enak kali nilai sebelumnya yaitu sebesar

    1311.72 Btu/lbm yang berada dalam kondisi suhu 553 oF dan volume 20

    Btu/lbm.

    (f.) Berdasarkan informasi yang didapat, maka diagram lintasannya adalah:

    1

    2

    4b 4

    4b

    1

    2

    3

    3 4

  • 9

    Pada kondisi awal, sistem berada dalam keadaan setimbang pada

    keadaan 3 fasa. Kondisi ini hanya mungkin terjadi pada keadaan triple point.

    Selanjutnya suhu dinaikkan sampai seluruh es mencair dan membentuk

    kesetimbangan antara cair dan uap dengan kualitas 50%. Kondisi ini

    digambarkan pada diagram PV dengan garis melengkung keatas mengikuti

    garis kualitas dan kekanan mengikuti Vaporization Curve pada diagram PT

    (lintasan 1-2). Penambahan suhu sampai tekanan 10 bar memiliki efek yang

    sama dengan langkah sebelumnya (lintasan 2-3). Pada step terakhir, suhu

    diubah menjadi 130oF dalam tekanan tetap sampai volumenya menjadi 3.2

    kali volume sebelumnya. Namun perubahan kondisi ini tidak mungkin

    karena air pada tekanan 10 bar dan suhu 130oF berada dalam kondisi cair

    sehingga tidak mungkin volume spesifiknya lebih besar dibandingkan

    dengan kondisi awal yang memiliki fasa gas. Oleh karena itu, penulis

    memutuskan untuk meninjau dua buah kondisi yaitu kondisi pada suhu

    130oF dan ketika volume spesifiknya 3.2 kali keadaan awal secara terpisah.

    Pada kasus volume spesifiknya meningkat sejauh 3.2 kali lipat, terlebih

    dahulu harus diketahui volume spesifik air pada keadaan triple point yaitu

    sebesar 3304.6 ft3/lbm sehingga kondisi akhir memiliki volume spesifik

    10574.72 ft3/lbm yang berada dalam fasa gas (lintasan 3-4a). Sedangkan

    jika suhunya diturunkan sampai suhu 130oF, maka sistem berada dalam

    kondisi liquid (lintasan 3-4b).

    Proses Isokohorik, Isobarik, dan Isotermal

    Proses iskhorik adalah sebuah proses perubahan kondisi sistem

    dengan perubahan tekanan dan suhu dengan mempertahankan volume yang

    sama. Pada diagram P-V kondisi ini dapat digambarkan dengan garis

    vertikal. Proses isobarik dan isotermal hampir sama dengan proses

    isokhorik hanya saja yang konstan pada proses isobarik adalah tekanan dan

    pada proses isotermal adalah suhu. Isobarik menghasilkan garis horizontal

    pada diagram P-V dan P-T sedangkan isotermal menghasilkan grafik

    vertikal pada diagram P-T.

    (g.) Dalam aplikasi sehari-hari, mengapa es di kutub mencair, mengapa

    skaters bisa melucur dengan mudah melintasi es dengan mengenakan

    sepatu ice-skating, mengapa kolam shallow tidak sepenuhnya diisi

    dengan es selama musim dingin, mengapa diperlukan waktu lebih lama

    untuk merebus telur di gunung Himalaya dibandingkan dengan di kota

    Jakarta?

  • 10

    Fenomena 1. Mencairnya es di kutub

    Mencairnya es di kutub dapat disebabkan oleh meningkatnya suhu

    es hingga mencapai titik leburnya. Meningkatnya suhu tersebut diakibatkan

    oleh gas-gas rumah kaca yang

    memantulkan kembali energi dari

    cahaya matahari yang biasa disebut efek

    rumah kaca. Selain itu ada efek feedback

    dimana saat es mencair, bagian tanah

    yang memiliki permukaan dengan warna

    lebih gelap akan terekspos sehingga

    penyerapan panas akan lebih intens yang

    pada akhirnya akan meningkatkan suhu

    lebih jauh lagi. Dari gambar disamping,

    dapat dilihat bahwa dalam periode 28

    tahun, terlihat perbedaan luas es yang

    signifikan.

    Gambar 7: Perbandingan luas es dalam periode

    1984 2012.

    Sumber: http://earthobservatory.nasa.gov/IOTD/view.php?id=79256

    Fenomena 2. Ice Skaters

    Seorang ice-skaters dapat meluncur dengan mulus diatas es. Hal ini

    dapat terjadi akibat dari hasil pemanfaatan hukum termodinamika. saat

    meluncur, seorang skaters memberikan tekanan yang sangat besar pada luas

    yang kecil yang menyebabkan mencairnya sebagian es pada area yang

    dilewati skaters. Hal ini terjadi karena bentuk sepatu ice-skaters yang di

    desain untuk memberikan tekanan besar pada luasan yang kecil sehingga

    titik lebur es dapat menurun tanpa harus mengubah temperatur. Karena

    temperatur es tidak berubah, maka saat tekanan pada es kembali normal, es

  • 11

    kembali mencair sehingga tidak ada bekas goresan yang terlihat pada

    lapangan ice-skating.

    Gambar 8: Diagram fasa dan bentuk dari sepatu ice-skating

    Sumber : http://image.slidesharecdn.com

    Fenomena 3. Kolam Shallow

    Saat musim dingin, kolam dangkal (Shallow) tidak terisi dengan es,

    dimana hanya permukaannya saja yang tertutup es tetapi bagian bawahnya

    tetap cair. Hal ini diakibatkan oleh anomali air dimana air akan memuai

    pada suhu dibawah 0 derajat celsius tetapi akan menyusut pada suhu 0 4

    derajat celsius. Pada musim dingin dimana suhu udara dapat mencapai suhu

    dibawah 0 derajat celsius, air akan memuai sehingga terbentuk es yang

    memiliki densitas lebih kecil dibandingkan air. Hal ini menyebabkan es

    akan mengapung dan memberikan insulasi terhadap air yang belum

    membeku dibawahnya sehingga tidak membeku.

    Fenomena 4. Memasak di Himalaya

    Jika seorang pendaki gunung merebus telur pada ketinggian

    beberapa kilometer diatas permukaan laut, akan membutuhkan waktu lebih

    lama untuk telur terebut matang sempurna dibandingkan dengan ketinggian

  • 12

    rendah. Fenomena ini terjadi akibat dari tekanan yang lebih kecil pada

    elevasi tinggi dibandingkan dengan elevasi rendah yang menyebabkan titik

    didih air menurun sehingga pada suhu dibawah 100 derajat celsius pun air

    sudah menguap. Akibatnya suhu memasak tidak optimal yang

    menyebabkan telur harus dimasak lebih lama

    Gambar 9, 10: Grafik titik didih air terhadap ketinggian dan waktu

    memasak telur terhadap

    2. Soal Kedua

    Semua lulusan teknik kimia seharusnya mampu membaca tabel kukus /

    steam table baik saturated steam table maupun superheated steam table. Oleh

    karena itu kelompok anda harus mempelajari pembacaan tabel kukus dan

    aplikasinya dalam kasus sederhana. Lalu tuliskan hasil pembelajaran tersebut

    untuk disampaikan didalam kelas. Termasuk memberikan komentar mengenai

    diagram lintasan yang terjadi dalam proses tersebut dan interpolasi yang

    dilakukan. Selanjutnya jelaskan fase dalam suatu sistem yang mengandung H2O

    pada kondisi berikut : 320 OC dan 5,6 MPa; 200 OC dan 10 MPa; 280,99 OF dan

    50 psia.

    Jawab:

    Definisi Tabel Kukus

    Terdapat dua jenis tabel kukus / steam table : saturated steam table

    dan superheated steam table, serta terdapat satu table yang juga digunakan

    dalam mengamati properti air yaitu compressed liquid table. Ketiga tabel ini

    digunakan untuk mengetahui properti air dalam keadaan tertentu. Properti air

    yang disajikan dapat berupa, suhu (T), tekanan (p), volume spesifik (v), energi

    dalam (u), entalpi (h), dan entropi (s).

  • 13

    Saat suatu air cair dipanaskan dan titik didih tercapai, suhu air

    berhenti naik dan tetap sama sampai semua air menguap. Air berubah dari

    keadaan (fasa) cair ke keadaan uap, menerima energi dalam bentuk "panas laten

    penguapan". Selama ada air (fasa) cair tersisa, maka suhu uap sama dengan air

    cair ini. Uap ini kemudian disebut uap jenuh / saturated steam. Ketika semua

    air menguap, setiap penambahan panas berikutnya akan meningkatkan suhu uap

    ini. Uap dipanaskan melampaui tingkat uap jenuh disebut superheated steam.

    Sementara compressed liquid water terjadi saat suatu air cair memiliki tekanan

    yang lebih besar dari tekanan jenuhnya pada suhu tertentu.

    Saturated steam table menyajikan data nilai-nilai properti air pada

    kondisi cair uap jenuh. Saturated steam table memiliki dua macam, Saturated

    steam table temperature base dan Saturated steam table pressure base. Kita

    tahu bahwa pada saat saturated (jenuh) fasa cair dan uap sama-sama muncul,

    maka nilai derajat kebebasannya adalah 1. Hal ini berarti bahwa dalam melihat

    kondisi suatu (fasa cair uap) sistem maka penentuan propertinya hanya salah

    satu dari: tekanan atau suhu, saat suhunya diketahui maka nilia tekanannya akan

    mengikuti (temperature base) begitu pula sebaliknya (pressure base).

    Superheated steam table menyajikan property gas air (uap air) pada

    kondisi pemanasan berlebih. Pada Superheated steam table untuk melihat

    propertinya; suhu dan tekanan, keduanya bersifat independent. Dengan kata

    lain, dalam table disajikan beragam suhu dan tekanan tertentu. Hal ini pasalnya

    sama dengan Compressed liquid table.

    a.

  • 14

    b.

    c.

    Gambar 11 .contoh tabel kukus air : (a.) saturated steam, (b.) superheated steam,

    dan (c.) compressed liquid.

    Aplikasi Tabel Kukus

    Tabel kukus dapat digunakan untuk mendapatkan data seperti suhu

    (T), tekanan (p), volume spesifik (v), energi dalam (u), entalpi (h), dan

    entropi (s) pada suatu keadaan fasa tertentu. Contoh, kita mencari volume

    spesifik dari uap air pada tekanan p = 40 bar dan suhu T = 420 OC. Pada

    kondisi ini air berada pada fase superheated, untuk itu digunkaan tabel

    kukus superheated.

    Pasalnya data yang kita miliki T = 420 OC tidak tepat sama dengan

    data pada tabel kukus superheated, maka perlu dilakukan interpolasi linear

    untuk mendapatkan data yang akurat.

  • 15

    = 2 1

    2 1=

    1 1

    = (0,07872 0,07341) 3/

    (440 400)

    =( 0,07341) 3/

    (420 400)

    = 0,076115 3/

    Menentukan fase

    Dalam menentukan suatu fase suatu zat maka propertinya

    dibandingkan dengan properties zat tersebut pada keadaan jenuh. Untuk

    membaca nilai properti gunakan tabel sesuai fasenya (lihat steam table).

    Berikut ini ada table yang menunjukan hubungan properti suatu zat dengan

    fasenya.

    Tabel 1. Karakteristik Fase

    Give

    n

    Compress

    ed liquid

    Saturated

    liquid

    Liquid - vapor

    mixture

    Saturated

    vapor

    Superheated

    vapor

    T P > Psat P = Psat P = Psat P = Psat P < Psat

    P T < Tsat T = Tsat T = Tsat T = Tsat T > Tsat

    P, T v < vf v = vf vf

  • 16

    T = 320 OC

    Psat = 11,248 Mpa

    Karena Psat > P, maka dengan merujuk pada table karakteristik

    diatas, fasenya adalah superheated vapor. Selanjutnya untuk

    menjelaskannya kedalam diagram kita perlu mengetahui berapa volume

    spesifiknya, maka dari itu dilakukan interpolasi linear dari Superheated

    Water Vapor Table untuk P given = 5,6 Mpa

    T = 320 OC

    P (MPa) v spesifik (m3/kg)

    4

    5,6

    6

    0,06199

    ?

    0,03876

    Hasil interpolasi linear v spesifik = 0,043414 m3/kg. Dengan

    mengetahui volume spesifiknya kita dapat memplotkan daerah fase

    superheated yang sesuai untuk kondisi ini pada diagram P-V dan T-V untuk

    air.

    b.) 200 OC dan 10 MPa

    Seperti sebelumnya, kita melihat dan mencocokan data ini dengan

    properties di Saturated Steam Table (Temperature Base). Menurut table,

    pada keadaan jenuh.

    T = 200 OC

    Psat = 1,5547 Mpa

    Karena Psat < P, dengan merujuk pada table karakteristik diatas,

    fasenya adalah compressed liquid / subcooled. Selanjutnya untuk

    menjelaskannya kedalam diagram kita perlu mengetahui berapa volume

    spesifiknya, maka dari itu dilakukan interpolasi linear dari Compressed

    Liquid Water Table untuk T given = 200OC

  • 17

    P = 10 Mpa

    T (OC) v spesifik (103 m3/kg)

    180

    200

    220

    1,1199

    ?

    1,1805

    Hasil interpolasi linear v spesifik = 1,1502 10-3 m3/kg. Dengan

    mengetahui volume spesifiknya kita dapat memplotkan daerah fase

    subcooled yang sesuai untuk kondisi ini pada diagram P-V dan T-V untuk

    air.

    c.) 280,99 OF dan 50 psia

    Pertama kita mengubah suhu dan tekakan menjadi SI, maka T =

    280,99 OF = 138,327 OC dan P = 50 psia= 0,3447 Mpa. Selanjutnya kita

    melihat dan mencocokan data ini dengan properties di Saturated Steam

    Table (Temperature Base). Menurut table, pada keadaan jenuh.

    T = 138,9 OC

    Psat = 0,35 Mpa

    Karena Psat = P (mendekati), dengan merujuk pada table karakteristik

    diatas, fasenya adalah saturated liquid-vapor. Selanjutnya untuk

    menjelaskannya kedalam diagram kita perlu mengetahui berapa volume

    spesifiknya.

    P = 0.35 Mpa, T = 138,9 OC

    vL (103 m3/kg) vg (m

    3/kg)

    1078,6 0,5243

  • 18

    Dengan mengetahui volume spesifiknya kita dapat memplotkan

    daerah fase subcooled yang sesuai untuk kondisi ini pada diagram P-V dan

    T-V untuk air.

    Gambar 12. Diagram P-V Air untuk soal 2: a.) superheated, b.) saturated liquid-

    vapor, c.) compressed liquid

    3. Soal Ketiga

    Uap air dengan fase superheated pada 180 psia dan 500 oF didinginkan pada

    volume konstan sampai suhunya menjadi 250 oF. Jelaskan kualitas dan entalpi

    campuran pada keadaan akhir serta tunjukkanlah lintasan proses pada diagram

    P-V dan P-T.

    Diketahui : P1 = 180 psia

    T1 = 500 oF

    T2 = 250 oF

    Ditanyakan : a) Kualitas (x) ?

    b) Entalpi campuran (H) pada keadaan akhir?

    c) Lintasan diagram PV dan PT?

    Jawab :

  • 19

    Dari tabel kukus atau steam table didapatkan data Volume spesifikc untuk

    keadaan superheated dan Volume Spesific liquid dan vapor untuk keadaan

    saturated.

    P T H Volume spesifik

    180 psia 500 F 1271,2 Btu/lbm V = 3,0431 ft3 / lbm

    250 F Vf = 0,017001 ft3/lb

    Vg = 13,816 ft3/lb

    Mencari nilai kualitas (x)

    =

    + =

    +

    = + (

    ) () = + ( )

    = (1 ) + .

    Substitusi ke persamaan tersebut

    = (1 ) + .

    3,0431 = (1 ). 0,017001 + . 13,816

    3,0431 = 0,017001 0,017001 + 13,816

    3,026099 = 13,798999

    = 0,219

    Mencari nilai Entalpi Campuran (H)

    2 = (1 ) + .

    2 = (1 0,22) 218,62 + 0,22 . 1164,0

    2 = 218,62 48,0964 + 256,08

    2 = 426,6036

    = 2 1

  • 20

    = 426,60

    1271,2

    = 844,6

    Lintasan Diagram PV dan PT

    DIAGRAM LINTASAN

    P(psia)

    V

    P(psia)

    180

    90

    250 500 T(F)

    4. Soal Keempat

    Sebuah tangki pejal mengandung 1,4 kg air dalam keadaan cair jenuh

    pada 200 C. Pada keadaan ini, 25 persen volume berada dalam keadaan cair dan

    sisanya uap. Selanjutnya kalor disuplai ke air sampai tanki hanya mengandung

    uap jenuh. Tentukannya volume tangki dan perubahan energy dalam dari air

    Diketahui : mair = 1,4 kg, keadaan cair jenuh

    T1 = 200 oC

    25% Volume dalam keadaan cair, 75%nya keadaan uap

    Ditanyakan : a) Volume tangki ?

    b) Perubahan energy dalam (U) dari air?

    Jawab :

    Kondisi 1, dari tabel kukus atau steam table didapatkan data :

  • 21

    T P Vf Vg Hf Hg

    200 oC 1,5547

    MPa

    0,0011565

    m3/kg

    0,12722

    m3/kg

    852,39

    kJ/kg

    2792,1

    kJ/kg

    Mencari Volume dan Entalpi total

    = (1 ) + .

    = (1 0,75) 0,0011565 + 0,75. 0,12722

    = 0,0011565 (8,67375.10 4) + 0,095415

    = 0,0957 m3/kg

    = (1 ) + .

    = (1 0,75)852,39 + 0,75 . 2792,1

    = 852,39 639,2925 + 2094,075

    = 2307,1725 kJ/kg

    -Kondisi 2 (Tangki berisi uap jenuh saja dan volume tetap)

    vV = 0,0957 m3/kg

    Jika dilihat dari steam table (Table 4. Properties of saturated water and

    steam)

    Dengan menggunakan interpolasi Suhu 210

    215210 =

    0,09570,1043

    0,0946890,1043

    210

    5 =

    0,0086

    0,009611

    T = 210 + 5.0,9

    T = 214,5 oC

    Dengan menggunakan interpolasi Tekanan 1,9074

    2,10551,9074 =

    0,09570,1043

    0,0946890,1043

    1,9074

    0,1981 =

    0,0086

    0,009611

    Temp(C) preasure(Mpa) volume(m3/kg) Entalpy(Kj/kg)

    210 1,9074 0,1043 2797,4

    X y 0,0957 z

    215 2,1055 0,094689 2799,4

  • 22

    P = 1,9074 + 0,1981.0,9

    P = 2,08569 MPa

    Dengan menggunakan interpolasi Entalpy 22797,4

    2799,42797,4 =

    0,09570,1043

    0,0946890,1043

    22797,4

    2 =

    0,0086

    0,009611

    H2 = 2797,4 + 2.0,9

    H2 = 2799,2 Kj/kg

    - Menghitung Volume tangki

    Volume air 25% = vL x mair

    Volume air 25% = 0,0011565 x 1,4

    Volume air 25% = 0,00162 m3 = 1,62 L

    Maka

    Volume tangki = 100/25 x volume air 25%

    Volume tangki = 4 x 1,62

    Volume tangki = 6,48 L

    - Menghitung massa uap

    Volume uap = 75/25 x Volume air 25%

    Volume uap = 3 x 0,00162

    Volume uap = 0,00486 m3

    Maka

    muap = Volume uap/vV

    muap = 0,00486/0,12722

    muap = 0,0382 kg

  • 23

    - Menghitung Perubahan Energi dalam

    U = H pv

    U = (H2-H1) (p2.v2-p1.v1)

    U = (2799,2-2307,2) (2,08569. 0,0957 - 1,5547. 0,0957 ) x 103

    U = 492 50,82

    U = 441,18 kJ/kg

    5. Soal Kelima

    a. Jika Bu Audi meminta Narji, Andika dan Gading untuk mempelajari

    diagram fasa selain air. Temukanlah alasan mengapa dry ice (CO2 padat)

    digunakan untuk menjaga es krim tetap dingin dan beku.

    Jawab:

    Gambar 13. Diagram fasa karbon dioksida

    Alasan mengapa dry ice atau biang es digunakan untuk menjaga es

    krim tetap dingin karena dry ice dapat menurunkan suhu, sehingga es krim

    tidak cepat meleleh dan dapat bertahan lebih lama. Dilihat dari gambar

    diagram P-T dari dry ice diketahui bahwa titik tripel X (56,4 C; 5,11 atm),

    titik sublimasi Y (78,5 C; 1 atm), dan titik kritis Z (31,1 C; 73,0 atm).

    Dari titik Y, dimana suhu dry ice pada tekanan normal jauh dibawah dari

    suhu rata-rata es krim dimana es krim beku pada temperatur -5oC s.d. -7oC

    (Marshall, 2003).

    b. Setelah suhu kritik dan tekanan kritik, factor asentrik umum digunakan

    sebagai parameter untuk mengkorelasi besaran-besaran termodinamika atau

    sebagai correlating parameter. Menurut anda apa kriteria yang perlu

    dipenuhi suatu besaran sehingga dapat digunakan sebagai correlating

  • 24

    parameter dan apakah telah memenuhi kriteria tersebut. Jika perlu

    hubungkan dengan suatu senyawa dapat mengikuti prinsip keadaaan

    bersamaan 2 parameter dan prinsip keadaan bersamaan 3 parameter berikut

    fungsi dan alasannya menggunakan kurva ln (Pr) vs Tr pula? Di samping

    itu, bagaimana konsekuensi suhu gas murni lebih tinggi dari suhu kritisnya.

    Jawab:

    Pada dasarnya prinsip keadaan 2 parameter merupakan suatu

    persamaan yang diperkenalkan oleh J.D van der Waals pada tahun 1873

    untuk memodifikasi persamaan gas ideal yang notabenenya merupakan

    suatu idealisasi dari keadaan yang sebenarnya. Persamaan ini memuat dua

    parameter yaitu a dan b seperti pada persamaan dibawah :

    =

    2

    Konstanta a dan b nilainya positif, saat nilai-nilai konstanta ini

    sama dengan nol, maka persamaan akan kembali berubah menjadi

    persamaan gas ideal. Konstanta a dan b nilainya berbeda untuk masing-

    masing fluida, persamaan ini dapat digunakan untuk mengkalkulsasi nilai P

    sebagai fungsi dari V untuk berbagai nilai T. Basis untuk teorema prinsip

    keadaan 2 parameter berbunyi :

    Seluruh fluida, apabila dibandingkan pada temperatur tereduksi

    (Tr) dan tekanan tereduksi (Pr) yang sama, kira-kira akan

    memiliki faktor kompresibilitas yang nilainya sama dan semuanya

    akan berdeviasi terhadap sifat gas ideal dengan derajat yang

    hampir sama.

    Walaupun teori ini berlaku hampir pasti untuk fluida sederhana

    (argon, kripton, dan xenon), nilai deviasi yang tetap dapat diobservasi

    apabila teori ini diberlakukan pada fluida yang lebih kompleks. Hal inilah

    yang mendasari diusulkannya suatu parameter ketiga oleh K. S. Pitzer dan

    kawan-kawan, yaitu parameter berupa faktor asentrik (). Faktor asentrik

    untuk spesi kimia murni didefinisikan dengan mereferensikan tekanan

    uapnya karena logaritma dari tekanan uap dari spesi fluida murni tersebut

    kira-kira linear dengan 1/temperatur absolut.

    log

    (1

    )=

    Apabila teorema dua parameter berlaku, maka slope S nilainya

    akan sama untuk semua fluida murni. Pada kenyataannya, setelah

    diobservasi, hal tersebut tidak benar karena setiap fluida memiliki

  • 25

    karakteristik tersendiri terkait nilai S-nya yang pada dasarnya menjadi

    prinsip mengapa diusulkan adanya parameter ketiga.

    Basis untuk teorema prinsip keadaan 3 parameter berbunyi :

    Seluruh fluida dengan nilai yang sama, saat dibangingkan

    pada nilai Tr dan Pr yang sama, akan menghasilkan nilai Z yang

    hampir sama, yang kesemuanya berdeviasi dari sifat gas

    idealdengan derajat yang hampit sama.

    Gambar 14. Faktor Asentrik

    c. Gas karbon dioksida memasuki pipa pada 3 MPa dan 500 K dengan laju 2

    kg/s CO2, didinginkan pada tekanan konstan saat mengalir dalam pipa dan

    suhu CO2 turun menjadi 450 K. Jelaskanlah laju alir volume dan densitas

    karbon dioksida pada masukan dan laju alir volume pada keluaran pipa

    dengan menggunakan persamaan gas ideal dan bandingkanlah hasilnya jika

    perhitungan dilakukan dengan generalized correlation untuk Z debagai

    faktor kompresibilitas yang diusulkan oleh Pitzer dan Lee Kesler sehingga

    Anda dapat melihat error yang terlibat dalam setiap kasus.

    Jawab:

    Diketahui : Kondisi Masukan: P : 3 MPa T : 500 K

    Laju alir massa: 2 kg/s CO2

    Kondisi Keluaran: T : 450 K

    Jawab:

  • 26

    1) Menghitung laju alir volume dan densitas masuk menggunakan

    persamaan gas ideal.

    = ->

    =

    /= 1/

    /

    (/)/ =

    =

    1

    =

    8,314 3. 500

    3000 2000

    1

    44

    = 62,98 3/

    =

    1/

    =/

    /=

    2000 /

    62,98 3/= 31,75 /3

    2) Menghitung laju alir volume keluaran pipa Berdasarkan persamaan gas

    ideal :

    Berdasarkan hukum Charles (isobarik) :

    = , maka

    1

    1=

    2

    2 1/

    1/

    1=

    2/

    2

    62,983

    500

    =2/

    450

    2

    = 56,68 3/

  • 27

    3) Menghitung laju alir volume masukan dan densitas menggunakan

    generalized compressibility factor correlation.

    Dari Appendix B halaman 655 buku Chemical Engineering

    Thermodynamics

    Sixth Edition, diketahui nilai Tc dan Pc karbon dioksida.

    Tc = 304,2 K Pc = 73,83 bar = 7383 Pa

    Maka dapat dihitung nilai Tr dan Pr

    =

    =

    500

    304,2 = 1,64 1,60

    Pr =

    =

    3000

    7383 = 0,4

    Pada Tr dan Pr tersebut, sesuai dengan tabel Appendix E.1

    halaman 668

    0 = 0,9714 ; 1 = 0,033 = 0,224 Sehingga

    = 0 + (. 1)

    = 0,9714 + (0,224 . 0,033) = 0,978

    =

    1

    =

    0,978 . 8,314 3. 500

    3000 2000

    1

    44/

    = 61,59 3/

    =/

    /=

    2000 /

    61,59 3/= 32,47 /3

    4) Menghitung laju alir volume keluaran pipa menggunakan generalized

    compressibility factor correlation.

    1

    1=

    2

    2

    61,59 3/

    500 =

    2/

    450

    2

    = 55,43 3/

  • 28

    5) Menghitung error dari setiap kasus

    a. Kasus 1 Laju alir volume masukan

    % = |62,98 61,59|

    61,59 100% = 2,26%

    b. Kasus 2 Densitas masukan

    % = |31,75 32,47|

    32,47 100% = 2,22%

    c. Kasus 3 Laju alir volume keluaran

    % = |56,68 55,43|

    55,43 100% = 2,26%

  • 29

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Tiga faktor utama yang mempengaruhi sifat kimia fisika dan menentukan

    wujud atau fasa suatu materi yaitu tekanan (P), volume (V) dan suhu (T).

    Masing-masing faktor (P-V-T) berpadu membentuk diagram 2D dan 3D

    hubungan-hubungan kuantitatif yang kemudian dapat ditafsirkan secara

    kualitatif.

    Fasa suatu materi terdiri dari 3: padat, cair, dan gas. Sementara fase suatu

    materi dapat terdiri dari 5 fase: subcooled atau compressed liquid, saturated

    liquid, liquid-vapor mixture, saturated vapor, dan superheated vapor.

    Pada diagram P,V,T suatu materi triple point, adalah titik dimana ketiga fasa

    (padat, cair, gas) mengalami kesetimbangan termodinamika (thermodynamic

    equilibrium). Titik di mana garis jenuh cairan dan uap bertemu di sebut titik

    kritis (critical point). Titik kritis tersebut juga adalah titik di mana gas di atas

    tekanan dan temperatur kritis tidak dapat dicairkan hanya dengan mengecilkan

    volumenya.

    Nilai-nilai properties air dalam keadaan saturated, superheated, dan

    compressed, dapat diketahui melalui tabel kukus (steam table).

    Interpolasi linear dilakukan untuk mengetahui suatu nilai yang berada didalam

    sebuah interval. Interpolasi linear dipakai untuk mencari nilai properties dalam

    tabel kukus.

    Dalam mengetahui fase suatu materi maka perlu diabndingkan propertiesnya

    dengan properties saat jenuh. Contohnya:

    Give

    n

    Compresse

    d liquid

    Saturated

    liquid

    Liquid - vapor

    mixture

    Saturated

    vapor Superheated

    vapor

    T P > Psat P = Psat P = Psat P = Psat P < Psat

    P T < Tsat T = Tsat T = Tsat T = Tsat T > Tsat

    Selama proses penguapan, zat akan berada dalam dua fasa yakni fasa cair dan

    fasa uap, Kualitas (x) mengambarkan proporsi dari fasa uap dan fasa cair nya.

    Rumus kualitas (x)

    =

    + =

    +

    Basis teorema keadaan 2 parameter adalah: seluruh fluida, apabila

    dibandingkan pada temperatur tereduksi (Tr) dan tekanan tereduksi (Pr)

    yang sama, kira-kira akan memiliki faktor kompresibilitas yang nilainya

  • 30

    sama dan semuanya akan berdeviasi terhadap sifat gas ideal dengan

    derajat yang hampir sama.

    Basis untuk teorema prinsip keadaan 3 parameter berbunyi : seluruh fluida

    dengan nilai yang sama, saat dibangingkan pada nilai Tr dan Pr yang sama, akan menghasilkan nilai Z yang hampir sama, yang kesemuanya berdeviasi

    dari sifat gas idealdengan derajat yang hampit sama.

  • iv

    DAFTAR PUSTAKA

    ASME Steam Tables Compact Edition, Properties of Saturated and Superheated

    Steam in U.S.Customary and SI Units from the International Standard for

    Indsutrial Use.

    Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

    Moran,Shapiro.2006.Fundamentals of Engineering Thermodynamics 5th

    Edition.England John Wiley&sons.inc.

    Cengel, Y.A., Boles, M.A. 2002. Thermodynamics anEngineering Approach.

    Fourth Ed. Mc.Graw-Hill

    Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2010. Termodinamika. Yogyakarta : Graha Ilmu

    The SCCS Group. 2016. Saturated steam vs superheated steam. [ONLINE]

    Available at: http://www.systhermique.com/steam-

    condensate/services/troubleshooting/superheated-steam/. [Accessed 21

    February 2016].

    Urieli, Israel. 2009. Chapter 2a: Pure Substances: Phase Change, Properties.

    [ONLINE] Available at:

    https://www.ohio.edu/mechanical/thermo/Intro/Chapt.1_6/Chapter2a.htm

    l. [Accessed 21 February 2016].