Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

12
Perbedaan Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi “STUDY AL-HADITS” Disusun Oleh : Faizal Abdi B96213099 Nur Alfiyatur Rochmah B06213037 Nur Fitriyanti B06213038 Dosen Pengampu : Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2013

Transcript of Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

Page 1: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

Perbedaan Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi

“STUDY AL-HADITS”

Disusun Oleh :

Faizal Abdi B96213099

Nur Alfiyatur Rochmah B06213037

Nur Fitriyanti B06213038

Dosen Pengampu :

Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2013

Page 2: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah, karena dengan

taufik-Nya lah kita bisa melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari demi memewujudkan cita-cita

yang luhur berguna bagi nusa dan bangsa.

Kedua kalinya sholawat serta salam yang senantiasa kita limpahkan kapada pimpinan

sejati kita yakni nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang penuh

kemiskinan motivasi hingga pada hari yang selalu memberikan kita jalan yang lurus yakni agama

islam.

Dengan ini kami berharap kepada seluruh teman-teman mahasiswa apabila dalam

pembuatan makalah ini kurang sempurna kami mohon untuk mengkritik makalah ini, karna kami

sadar kemempuan kami jauh dari sempurna maka dari itu untuk mengevaluasi apa yang telah

kami cetak, dengan tujuan supaya penulisan yang selanjutnya kami lebih baik,

Harapan penulisan makalah ini supaya teman-teman mahasiswa agar memahami tentang

Perbedaan dari Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi, semoga makalah ini bermanfaat

khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Surabaya, 20 September 2013

Penyusun

Page 3: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama dalam ajaran agama Islam

tentunya menempati posisi yang signifikan. Mengingat posisinya yang signifikan itu

maka diperlukan adanya pemahaman yang komprehensif terkait dengan eksistensi Al-

Qur’an. Selain Al-Qur’an, setiap muslim juga mengenal adanya sumber hukum yang

kedua yakni Hadits atau Sunnah, baik Hadits Qudsi maupun Hadits Nabawi.

Keduanya menjadi sumber hukum Islam yang diyakini dan dipedomani oleh

seluruh umat muslim. Keduanya memiliki perbedaan-perbedaan, perbedaan di antara

keduanya harus diketahui oleh setiap muslim sebagai landasan awal dalam memahami

keduanya lebih lanjut. Pemahaman yang baik terhadap keduanya akan mempengaruhi

kualitas ibadah dari setiap muslim.

Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk kaum muslim atau suatu kelompok suku

tertentu semata, tetapi kehadirannya juga menjadi rahmat bagi seluruh makhluk. Al-

Qur’an merupakan kitab yang sangat lengkap tentunya dia memiliki kelebihan-kelebihan.

Di antara kelebihan-kelebihan Al-Qur’an ini adalah adanya nama-nama dan sifat-sifat

yang telah dijelaskan oleh Allah SWT.

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat

manusia melalui Nabi Muhammad SAW, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.

Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai

kitab hidayah sepanjang zaman, Al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang

berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.

Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dari kandungan Al-Qur’an

tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia lah

yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks Al-Qur’an menjadi

Page 4: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan

kehidupan modern.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam kajian ini adalah sebagai

berikut :

1. Apa pengertian Al-Qur’an ?

2. Apa pengertian Hadits Qudsi ?

3. Apa pengertian Hadits Nabawi ?

4. Apa perbedaan antara Hadits Qudsi, Hadits Nabawi dan Al-Qur’an ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an

2. Untuk mengetahui pengertian Hadits Qudsi

3. Untuk mengetahui pengertian Hadits Nabawi

4. Untuk mengetahui perbedaan antara Hadits Qudsi, Hadits Nabawi dan Al-Qur’an

Page 5: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an

Adapun “ Al-Qur’an “ menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an

adalah “mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu “maqru = yang dibaca”

Menurut istilah ahli agama (‘uruf Syara’), ialah “Nama bagi kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mashhaf” (1)

Al-Qur’an menurut pendapat ahli kalam, ialah : yang ditunjuk oleh yang dibaca itu,

yakni : “ kalam azali yang berdiri pada dzat Allah yang senantiasa, bergerak (tak pernah

diam) dan tak pernah ditimpa sesuatu bencana”.

Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT yang diturunkan oleh Allah

dengan perantaraan malaikat jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah

dengan lafal arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasulullah bahwasannya dia

adalah utusan Allah SWT, sebagai undang-undang sekaligus petunjuk bagi manusia, dan

sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada Tuhannya) sekaligus sebagai ibadah bila

dibaca. Al-Qur’an disusun diantara dua lembar, diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri surat

An-Naas, yang sampai kepada kita secara teratur (tidak terputus) secara tulisan maupun lisan,

dari generasi ke generasi, terpelihara dari adanya perubahan dan penggantian yang

dibenarkan dengan firman Allah SWT :

(QS.Al-Hijr ayat 9)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya”

Page 6: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

B. Pengertian Hadits Qudsi

Hadits menurut istilah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad

SAW yang berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, dan juga sifat-sifatnya. Qudsi di dalam

Kamus al Munawwir artinya suci. Dinamakan qudsi karena ia bersumber dari Allah yang

maha suci. Kata Qudsi sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi hadits. Jadi hadits

qudsi adalah segala ucapan Nabi yang disandarkan kepada Allah SWT. Dalam kata lain

menurut at-Tibi, hadits qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki Allah untuk disampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui ilham atau mimpi. Kemudian, Nabi menyampaikan

kepada umatnya menurut susunan bahasanya sendiri dengan menyandarkanya kepada Allah

SWT.

Didalam kamus Wikipedia bahasa Indonesia, Hadits Qudsi adalah perkataan Nabi

Muhammad , tentang Wahyu Tuhan yang diterimanya secara langsung , tanpa perantaraan

malaikat (Jibril).

Ciri-ciri Hadits Qudsi :

1. Makna daripada Allah dan lafadz daripada Nabi.

2. Tidak disyaratkan penetapannya melalui Mutawatir.

3. Disandarkan kepada Allah,tidak secara langsung.

4. Menggunakan lafadz-lafadz tertentu,antaranya:

· .قال النبي صلى هللا عليه وسلم قال هللا عز وجل

· .قال النبي صلى هللا عليه وسلم فيما يرويه عن ربه

رسول هللا صقال تعالى فيما رواه عنه

Beberapa contoh dari Hadits Qudsi :

"Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan

suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan

meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya." Dalam riwayat yang lain disebutkan:

"Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya."

Page 7: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan dari Allah Azza wa Jalla:

"Tangan Allah penuh, tidak dikurangi lantaran memberi nafkah, baik di waktu siang

maupun malam."

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW berkata: " Allah SWT berfirman: Aku

menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku. Bila

menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila

ia menyebut-Ku di kalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam

kalangan orang banyak lebih dari itu”

Jumlah Hadits Qudsi bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200

hadits. Karena Hadits Qudsi sebenarnya adalah untuk Muhammad sebagai pribadi Nabi ,

bukan sebagai Rasul , maka Nabi pun "pilih-pilih" dalam memberikan kepada sahabat -

sahabatnya . Hanya sahabat - sahabat terpilih yang mempunyai kecerdasan tinggi saja yang

menerimanya. Karena memang Hadits Qudsi bukan untuk konsumsi umum . Sampai

sekarang pun masih banyak kalangan umat Islam yang tak mampu menerima "kebenaran"

dari Hadits Qudsi. Tinggi kandungan "isi"-nya adalah penyebabnya . Hanya sahabat - sahabat

khusus saja yang menerima Hadits Qudsi dari Nabi Muhammad , semisal Sayyidina Ali bin

Abu Tholib dan sahabat Abu Hurairah.

C. Pengertian Hadits Nabawi

Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi

Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi Muhammad SAW :

“Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada

niatnya.”

Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai

bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan:

Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat.

Page 8: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

Juga mengenai bagaimana ia melakukan ibadah haji, dalam hal ini Nabi SAW. Berkata:

Ambilah dari padaku manasik hajimu.

Sedang yang berupa persetujuan ialah seperti beliau menyetujui suatu perkara

yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan atau pun perbuatan, baik dilakukan di

hadapan beliau atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya mengenai makanan

biawak yang dihidangkan kepadanya, di mana beliau dalam sebuah riwayat telah

mendiamkannya yang berarti menunjukkan bahwa daging biawak itu tidak haram dimakan.

D. Perbedaan Hadits Qudsi, Hadits Nabawi dan Al-Qur’an

Sebelum megemukakan tentang perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadits Qudsi dan

Hadits Nabawi, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan secara sepintas tentang

definisi daripada hadits qudsi dan hadits nabawi.

Hadits Qudsi adalah perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi SAW. dengan

mengatakan: “Allah berfirman…’ Nabi menyandarka perkataan itu kepada Allah beliau

meriwayatkan dari Allah SWT, Menurut Ath Thibi sebagimana dikutip M. Hasbi Ash

Shiddieqy bahwa hadits qudsi merupakan titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi

didalam mimpi atau dengan jalan ilham, lalu Nabi menerangkan apa yang dimimpikannya

itu, dengan susunan perkataan beliau sendiri serta menyandarkan kepada Allah. Hadits qudsi

disebut juga dengan hadits ilahi dan hadits rabbani.

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi

Hadits Nabawi itu ada dua :

Tauqifi. yang bersifat tauqifi, yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah dari

wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini,

meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaran lebih banyak

dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang

mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.

Page 9: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

Taufiqi. yang bersifat taufiqi, yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah menurut

pemahamannya terhadap Al-Qur’an, karena ia mempunyai tugas menjelskan Al-Qur’an atau

menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijtihad

ini diperkuat oleh wahyu bila benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya, maka turunlah

wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.

Dari sini jelas bahwa hadits nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi dan taufiqi

dengan ijtihad yang dikui oleh wahyu itu bersumber dari wahyu. Dan inilah makna dari

firman Allah tentang Rasul kita Muhammad SAW.:

Artinya : “Dia (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yang

diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadaya.” (QS. An-Najm : 3-

4).

Hadits qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah SAW.

melalui salah satu cara penurunan wahyu; sedang lafalnya dari Rasulullah SAW.. Inilah

pendapat yang kuat. Dinisbahkannya hadits qudsi kepada Allah Ta’ala adalah nisbah

mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadits qudsi itu lafalnya

juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadits qudsi dengan Al-Qur’an; dan

tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk ditantang, serta membacanya pula dianggap

ibadah.Demikianlah beberapa perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan antara Hadits Qudsi dan Al-Qur`an, diantaranya :

1. Bahwa lafadz dan makna al-Qur`an berasal dari Allah SWT, sedangkan Hadits Qudsi

tidak demikian, alias maknanya berasal dari Allah SWT namun lafadzhnya berasal dari

Nabi SAW.

2. Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian.

3. Syarat validitas al-Qur`an adalah at-Tawatur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadîts

Qudsi tidak demikian.

4. Secara sederhana dapat dikatakan, Hadits Qudsi adalah Wahyu Tuhan yang diterima

Nabi Muhammad secara langsung, TANPA perantaraan malaikat Jibril. Sehingga tidak

Page 10: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

ada kata QUL (katakanlah) diawal kalimat dan Allah membahasakan diri-Nya dengan

sebutan AKU .

5. Sedangkan Al Qur'an adalah Wahyu Tuhan yang diterima Nabi Muhammad lewat

perantaraan Malaikat Jibril. Sehingga Jibril membacakan wahyu dengan permulaan kata

Qul dan Jibril membahasakan Tuhan dengan sebutan nama-Nya, Allah ( dan Asmaul

Husna lainnya ).

6. Hadits Qudsi memakai kalimat langsung ( orang pertama / Aku ) , sedang Al Qur'an

memakai kalimat orang ketiga .

7. Hadits Qudsi diturunkan secara "private" (khusus ) kepada Muhammad sebagai Nabi,

sehinggga tidak disebarluaskan untuk umum , karena bersifat pribadi. Hanya beberapa

sahabat terpercaya saja yang menerimanya .

8. Sedangkan Al Qur'an diturunkan kepada Muhammad sebagai Rosul , sehingga Nabi

Muhammad wajib menyebarluaskannya kepada umatnya dan seluruh umat manusia .

9. Demi kemurnian dan kesucian Al Qur'an, Hadits Qudsi dan Al Qur'an tidak disatukan

dalam satu Mushaf. Hadits Qudsi dibiarkan berdiri sendiri dan tidak pernah dibukukan

(kodifikasi) secara resmi .

Page 11: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan

firman Allah SWT yang diturunkan oleh Allah dengan perantaraan malaikat jibril ke dalam

hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafal arab dan makna yang pasti sebagai

bukti bagi Rasulullah bahwasannya dia adalah utusan Allah SWT, sebagai undang-undang

sekaligus petunjuk bagi manusia, dan sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada

Tuhannya) sekaligus sebagai ibadah bila dibaca. Al-Qur’an disusun diantara dua lembar,

diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Naas, yang sampai kepada kita secara teratur

(tidak terputus) secara tulisan maupun lisan, dari generasi ke generasi, terpelihara dari

adanya perubahan dan penggantian.

Sedangkan Hadits qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki Allah untuk

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui ilham atau mimpi. Kemudian, Nabi

menyampaikan kepada umatnya menurut susunan bahasanya sendiri dengan

menyandarkanya kepada Allah SWT.

Hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW,

baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

Perbedaan dari Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi adalah kalau Al-

Qur’an perkataan dan maknanya dari Allah SWT secara langsung melalui wahyu dan hadits

qudsi itu lafadz pengucapan dari Rasulullah sedangkan maknanya dari Allah SWT dan

sebenarnya hadits ini bersifat khusus untuk diri Rasulullah sebagai nabi, hadits ini sedikit dan

hanya para sahabat yang dekat dengan Rasulullah dan sering bersama Rasulullah yang

mendapatkan hadits tersebut. Seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Abu Hurairrah,

Rasulullah memberikan hadits ini dengan menyeleksi terlebih dahulu mana yang cocok

dengan situasi umat-umatnya. Sedangkan hadist Nabawi ialah lafadz perkataan dan maknanya

itu dari Rasullullah sendiri.

Page 12: Makalah terbaru STUDI AL-HADIS

Daftar Pustaka

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Cet. IX; Jakarta: Bulan

Bintang, 1989.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: CV.

Karya Utama, 2005

Hamzah, Muchotob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. t.t. Gama Media, 2003.

al-Qattan, Khalil, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Terj. oleh Mudzakir. 1999.

Saleh, Subhi. Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an. Muassasah Ar-Risalah: Mesir, 1404H.

http://al-atsariyyah.com/beda-al-quran-dengan-hadits-qudsy.html (diakses pada tanggal 14

September 2013 pukul 14.15 WIB)