makalah terapeutik

20
Komunikasi Terapeutik Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Disusun oleh: Firdha Kusuma Putri 220110110146 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 1

description

makalah terapeutik

Transcript of makalah terapeutik

Page 1: makalah terapeutik

Komunikasi TerapeutikMakalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh:Firdha Kusuma Putri

220110110146

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011KATA PENGANTAR

1

Page 2: makalah terapeutik

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini. Makalah ini berjudul “Komunikasi Terapeutik” dan disusun untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Abdul Hamid, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia

yang memberikan bimbingan kepada penulis;

2. Orang tua penulis tercinta yang selalu memberikan doa restu dan dukungan

dalam proses pembelajaran penulis di Fakultas Ilmu Keperawatan;

3. Teman-teman yang telah memberikan semangat pada penulis;

4. Pihak lain yang tidak dapat penulis kemukakan satu per satu, terima kasih atas

dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik.

Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk perbaikan

selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses

pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan.

Bandung, Desember 2011

penulis

DAFTAR ISI

2

Page 3: makalah terapeutik

Kata Pengantar……………………………………………………………........2

Daftar Isi………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….....4

1.2 Tujuan………………………………………………………………………..5

BAB II ISI

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik………………………..…….………6

2.2 Teknik Komunikasi Terapeutik……………………………………….……..9

2.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik…………………………………….……11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….13

Daftar Pustaka....................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN

3

Page 4: makalah terapeutik

1.1 Latar Belakang

Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin,

yaitu communis yang berarti 'sama'. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi

apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima

pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk

memahami satu dengan yang lainnya. Fungsi komunikasi adalah mengungkapkan

perasaan lewat berhubungan dengan orang lain untuk mencapai sebuah tujuan.

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa

berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi terdiri

dari pengirim atau komunikator (sender), pesan (message), saluran (channel),

penerima atau komunikan (receiver), umpan balik (feedback), dan protokol. Secara

ringkas, proses berlangsungnya komunikasi dimulai dengan komunikator (sender)

yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan

kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi

dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik

secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung

melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya. Media atau saluran (channel)

merupakan alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.

Kemudian komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan

menerjemahkan isi pesan yang diterimanya kedalam bahasa yang dimengerti oleh

komunikan itu sendiri. Sehingga pada akhirnya komunikan (receiver) memberikan

umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya.

Secara realitas memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral

dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat yang tugas sehari-harinya selalu

berhubungan dengan orang lain. Entah itu klien, teman sejawat, dokter, dan

sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif

4

Page 5: makalah terapeutik

dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik

terutama peran perawat terhadap klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini

adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat

dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat

membantu dan klien menerima bantuan.

Berdasarkan penelitian  yang dilakukan oleh Rosenstein pada tahun 2002

dimana responden adalah pensiunan administrator rumah sakit yang meliputi, dokter,

perawat, dan tenaga staf administrasi di berbagai negara maju, antara lain di Amerika

Serikat menemukan bahwa terjadi persepsi negatif terhadap ketidakpuasan hasil

perawatan disebabkan oleh komunikasi yang tidak baik yang dilakukan oleh para

dokter dan perawat kesehatan serta staf divisi penunjang.

Oleh karena itu, seorang perawat harus menjunjung tinggi sikap

profesionalnya. Hal yang juga harus selalu diingat bahwa seorang perawat pernah

mengucapkan sumpah atau janji bahwa dalam setiap tindakan keperawatan yang

dilakukan akan dilakukan secara profesional. Profesionalitas akan dapat terjadi bila

seorang perawat selalu menyadari akan profesinya dan selalu mampu memadukan

kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, dan setiap tindakannya didasari pada

perspektif prinsip-prinsip komunikasi terapeutik.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan mengerti konsep dasar komunikasi terapeutik;

2. Mampu mengimplementasikan teknik komunikasi terapeutik dengan tepat;

3. Mampu mencegah dan mengatasi hambatan komunikasi terapeutik.

BAB II

PEMBAHASAN

5

Page 6: makalah terapeutik

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik

Perawat mempunyai fungsi peran sebagai pelaksana perawatan, pengelola

perawatan, pendidik, dan pengembang ilmu keperawatan. Dari keempat unsur fungsi

yang melekat pada diri seorang perawat, yang secara langsung berhubungan dengan

intervensi keperawatan adalah fungsi pelaksana perawatan dan pengelola perawatan.

Seorang perawat dalam melakukan intervensi keperawatan harus secara komprehensif

dan holistic. Pada setiap intervensi kepada klien, komunikasi terapeutik sebaiknya

dipergunakan dan interpersonal skill seorang perawat dalam berkomunikasi menjadi

suatu tuntutan yang harus dimiliki.

Komunikasi seorang perawat dengan klien pada umumnya menggunakan

komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal, dan

komunal atau kelompok. Pada tindakan atau intervensi keperawatan umumnya

berbentuk komunikasi secara interpersonal langsung  dengan jenis verbal maupun

non-verbal. Kemampuan interaktif perawat dengan klien mempunyai karakter spesial.

Dalam tindakan atau perilaku kedua belah pihak  menunjukkan aspek sosial dan

profesional.

Komunikasi interaktif perawat dengan klien bertujuan untuk kesembuhan

klien dari sakit yang dideritanya. Bila harapan klien untuk sembuh terjadi secara

lambat atau bahkan tidak terjadi sama sekali, seorang perawat secara moral sering

kali merasa ikut bersalah. Perasaan tersebut sering kali muncul dalam diri seorang

perawat dan hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam keperawatan mempunyai

kekhususan yakni menyangkut kelangsungan hidup seseorang. Oleh karena itu, setiap

komunikasi memerlukan metode yang tepat untuk mencapai tujuan dengan optimal.

Bila kita memikirkan berkomunikasi, kita sering membayangkan diri sendiri

sedang berbicara dengan orang lain. Kenyataannya bahwa komunikasi adalah

6

Page 7: makalah terapeutik

berbicara, mendengar, berpikir, interaksi, merencana, merespon secara simultan.

Berarti komunikasi adalah alat untuk mengerti perspektif personal orang lain dan

menginterpretasi dan merespon yang didasarkan pengalaman personal.

Interaksi antara perawat dengan pasien menyaratkan semua perawat

mempunyai pengertian, perhatian, minat, dan kompetensi menganalisa perilaku dan

emosional terhadap konteks terhadap interaksi yang terjadi antara perawat dengan

pasien. Gaya komunikasi antara perawat dengan pasien dipengaruhi oleh kemahiran

atau keterampilan perawat menegakkan hubungan, keperca yaan dan empati dengan

menggunakan gaya mendengarkan aktif sebagai sarana yang memfasilitasi hubungan

perawat dengan pasien dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu, perawat harus

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik, di

antaranya:

1.      Hubungan;

2.      Kepercayaan;

3.      Empati;

4.      Cara atau media penyampaian pesan;

5.      Keraguan dan stress;

6.      Bahasa (komunikasi verbal);

7.      Bahasa tubuh (komunikasi non-verbal);

8.      Jarak.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses

penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa

komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat dengan memakai

7

Page 8: makalah terapeutik

pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan

untuk kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal

dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Jadi

fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama

antara perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha

mengungkap perasaan, mengidentifikasi, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi

tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).

Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu klien untuk memperjelas dan

mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu dalam hal mengambil tindakan

yang efektif, mempertahankan kekuatan ego klien, merealisasikan diri, dan

mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik serta dirinya sendiri.

Dalam buku yang berjudul “Interpersonal Relation in Nursing” (Peplau,

1992), telah dipresentasikan kerangka konseptual  suatu proses terapeutik antara

perawat dengan klien. Dalam bukunya, Peplau mengatakan bahwa komunikasi

perawat dengan klien dipengaruhi faktor-faktor yang kompleks meliputi lingkungan

dan interaksi yang pernah mereka alami, yang dilandasi pada sikap-sikap,

kepercayaan, dan pengalaman hidup pada budaya yang telah menanamkan nilai

kehidupan pada dirinya.

Empat fase hubungan interpersonal antara perawat dengan klien yang

berkatian dengan tanggung jawab dan tugas perawat terhadap klien adalah:

1.     Orientasi (orientation), pada fase ini seorang perawat harus mampu memahami

bahwa klien ingin mencari kesembuhan penyakit yang dideritanya dan mempercayai

dirinya dirawat oleh perawat. Seorang perawat harus mampu melakukan intervensi

dengan baik dengan mengaplikasikan prisip-prinsip komunikasi terapeutik. Fase ini

dicirikan dengan lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of

problems and goals, clarification of roles, dan contract formation. Fase orientasi

sering juga disebut fase perkenalan atau pendahuluan;

8

Page 9: makalah terapeutik

2.     Identifikasi (identification),  pada fase ini interaksi antara perawat dengan klien

hendaknya berbasis pada kepercayaan, penerimaan, pengertian, dan hubungan yang

saling membantu. Interaksi antara perawat dengan klien akan berproses seperti yang

diharapkan  jika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi terapeutik;

3.     Eksplorasi (exploration), pada fase ini interaksi antara perawat dengan klien akan

menumbuhkan pengertian hubungan interpersonal antara perawat dengan klien

terhadap proses sistem asuhan, sehingga klien mempunyai keterlibatan aktif yang

muncul dari dalam dirinya. Dengan kata lain, fase ini dapat menimbulkan pengertian

pada klien dan kesadaran self-care, sehingga terjadi kolaborasi antara peran perawat

dengan klien dalam proses keperawatan untuk mencapai penyembuhan secara

optimal;

4.     Resolusi (resolution), fase yang keempat ini merupakan tahap yang penting dalam

intervensi keperawatan. Harapan dan kebutuhan hubungan interpersonal antara

perawat dengan klien dapat diketahui melalui hubungan kesetaraan antara perawat

dengan klien lewat komunikasi efektif. Harapan dan kebutuhan klien  merupakan data

penting yang digunakan untuk mencari arah tindakan apa yang perlu dilakukan

terhadap kliennya, resolusi masalah pada asuhan keperawatan akan jelas karena

kebutuhan dan harapan klien sudah diketahui. Pada fase ini juga perawat mendorong

pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan yang telah dicapai sehingga

terciptanya kondisi saling menguntungkan atau memuaskan. Fase yang keempat ini

sering kali disebut juga dengan fase terminasi.

2.2 Teknik Komunikasi Terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang

terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran

dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart, 1995). Teknik komunikasi

terapeutik di antaranya:

9

Page 10: makalah terapeutik

1. Mendengar aktif (active listening), teknik ini merupakan proses dari penerimaan

informasi dan penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima, serta

mempertahankan kontak mata dan komunikasi non verbal;

2. Mengeksplorasi (exploration), memberikan dorongan pada klien untuk memilih

topik yang akan dibicarakan;

3. Restating, mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh klien;

4. Mengklarifikasi (clarification), berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran klien

yang tidak jelas dan meminta klien untuk menjelaskan artinya;

5. Reflection, mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan

kepada klien;

6. Menciptakan suasana yang hening atau diam (silence), kurangi komunikasi verbal

untuk alasan terapeutik;

7. Membagi persepsi (sharing perception), meminta klien untuk memastikan

pengertian perawat tentang sesuatu yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh

klien;

8. Mengidentifikasi tema (theme identification), maksud dari tema disini adalah isu

atau masalah yang sering timbul;

9. Terfokus (focusing), pernyataan yang membantu klien meluaskan topik

pembicaraan yang penting;

10. Meningkatkan sense of humor, pengeluaran energi dengan menikmati

ketidaksempurnaan;

11. Memberikan informasi (informing), pemberian informasi terkait dengan masalah

klien;

12. Reinforcement, memberikan penghargaan atau pengakuan terhadap perilaku klien;

10

Page 11: makalah terapeutik

13. Menerima, menunjukkan bahwa perawat mendengar dan bersedia mendengarkan

yang klien katakan;

14. Mengkaji hubungan, mengeksplorasi hubungan klien dengan orang lain;

15. Melakukan perbandingan, membantu klien memahami dengan melihat persamaan

dan perbedaan;

16. Menyusun rencana tindakan, merencanakan penyelesaian masalah secara tepat

yang dilakukan langkah demi langkah;

17. Meringkas, mengorganisasi isu utama yang telah didiskusikan.

2.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik

Di dalam proses komunikasi terapeutik, terdapat beberapa hambatan yang

datang baik dari klien maupun dari perawat itu sendiri, di antaranya:

1. Resisten, upaya klien untuk tetap tidak mengetahui penyebab kecemasan dalam

dirinya dan berusaha melawan atau menyangkal ungkapan perasaan. Bentuk-

bentuk resisten diantaranya adalah gejala penyakit semakin mencolok, klien

bersikap pesimis, berperilaku tidak wajar, dan menolak untuk berubah.

Kemungkinan penyebab timbulnya resisten adalah belum terbinanya hubungan

saling percaya antara perawat dengan klien dan perawat berfokus pada diri sendiri

atau terlalu banyak membuka diri;

2. Transference, merupakan perilaku tak sadar klien terhadap perawat yang

berhubungan dengan pengalaman masa lalunya dan apabila berlarut-larut akan

membuat klien menjadi sangat bergantung atau sangat benci pada perawat;

3. Counter Transference, merupakan respon emosional perawat yang terpancing oleh

sikap klien. Contohnya adalah memberikan perhatian yang berlebihan, benci dan

marah yang berlebihan, cemas dan rasa bersalah yang sering muncul, tidak mampu

11

Page 12: makalah terapeutik

berempati, perasaan tertekan selama atau setelah interaksi, memaksa klien, dan

bahkan berdebat dengan klien. Untuk mengantisipasi masalah ini, perawat harus

memberikan standar yang sama ketika melayani klien, mengkaji sumber masalah,

dan melatih diri untuk mengontrol counter transference;

4. Latar belakang budaya sosial;

5. Jenis kelamin;

6. Peran dan hubungan;

7. Pengetahuan;

8. Lingkungan;

9. Jarak;

10. Citra diri;

11. Kondisi fisik;

12. Persepsi;

13. Nilai;

14. Perkembangan;

15. Emosi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12

Page 13: makalah terapeutik

Pada kenyataannya perawat sebagai suatu profesi memerlukan keterampilan

di bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan

segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap orientasi, lanjutan

dan terminasi. Mengingat teknologi di bidang kesehatan semakin pesat, senantiasa

pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri. Perawat dituntut

untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap klien, terutama dalam

memenuhi kebutuhan klien. Hubungan yang baik ini akan lebih baik lagi bila perawat

dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi, khususnya komunikasi

terapeutik yang sesuai dengan tuntutan zaman sehingga klien lekas sembuh.

Komunikasi terapeutik adalah hal yang sentral dalam asuhan keperawatan

karena merupakan landasan interaksi antara perawat dengan klien dan kesempatan

yang baik untuk menumbuhkan kepercayaan diantara keduanya. Komunikasi

terapeutik juga dapat menumbuhkan kolaborasi antara klien dengan tenaga penunjang

keperawatan lain sehingga mempermudah diagnosa dan memperlancar intervensi

yang dilakukan oleh seorang perawat.

Komunikasi terapeutik menjadi suatu keharusan untuk dipahami dan

diimplementasikan oleh seorang perawat dalam melakukan tindakan kepada klien.

Profesionalitas seorang perawat akan dapat diwujudkan dengan kemampuan seorang

perawat mengkomunikasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi suatu

konfigurasi integral dalam memenuhi espektasi kliennya, dengan memaknai

komunikasi dirinya dengan nilai-nilai terapeutik secara holistik.

DAFTAR PUSTAKA

Basford, Lynn., Stevin, Oliver. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan

Integral Pada Asuhan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

13

Page 14: makalah terapeutik

Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik : Teori & Praktik. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Wiryanto,Dr. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

14