makalah teori perkembangan keluarga

39
BAB I PENDAHULUAN SEJARAH DAN LATAR BELAKANG Studi tentang keluarga, khususnya keluarga perkotan (urban family) mulai menarik perhatian para sosiolog sejak pertengangan abad ke-19. Ada beberapa sebab yang mendorong perkembangan tersebut. Dorongan utama terletak pada perkembangan kehidupan sosial, baik di Eropa maupun di Amerika yang sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan besar akibat pertumbuhan industri modern. Pada saat itu proses industrialisasi dan urbanisasi berlangsung cepat. Sistem kelas sosial masih berperan, sementara struktur sosial yang baru mulai berkembang. Hubungan-hubungan keluarga sangat berpengaruh pada keadaan ini. Hak, kewajiban dan tanggung jawab individu terhadap keluarga dan masyarakat, terutama masyarakat yang mendasarkan ikatannya pada hubungan-hubungan primer mulai dipertanyakan dan tertantang, demikian pula sebaliknya (Ihromi, 1999). Pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, studi tentang keluarga mulai menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial dikaitkan dengan perubahan-perubahan keluarga. Ada 2 (dua) orang tokoh yang dianggap sebagai pelopor dalam analisis perubahan keluarga,yaitu Frederic Le Play (1806-1882) dan Frederich Engles (1820-1895). Le Play dengan tulisannya yang berjudul Les Ouvier Europeens (The European Workers, 1885), dianggap mewakili pandangan konservatif, yaitu pandangan yang menentang ide-ide yang 1

description

analisa jurnal internasional kaitan dengan teori perkembangan keluarga

Transcript of makalah teori perkembangan keluarga

Page 1: makalah teori perkembangan keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

SEJARAH DAN LATAR BELAKANG

Studi tentang keluarga, khususnya keluarga perkotan (urban family) mulai menarik

perhatian para sosiolog sejak pertengangan abad ke-19. Ada beberapa sebab yang mendorong

perkembangan tersebut. Dorongan utama terletak pada perkembangan kehidupan sosial, baik

di Eropa maupun di Amerika yang sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan besar

akibat pertumbuhan industri modern. Pada saat itu proses industrialisasi dan urbanisasi

berlangsung cepat. Sistem kelas sosial masih berperan, sementara struktur sosial yang baru

mulai berkembang. Hubungan-hubungan keluarga sangat berpengaruh pada keadaan ini. Hak,

kewajiban dan tanggung jawab individu terhadap keluarga dan masyarakat, terutama

masyarakat yang mendasarkan ikatannya pada hubungan-hubungan primer mulai

dipertanyakan dan tertantang, demikian pula sebaliknya (Ihromi, 1999).

Pada pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20, studi tentang keluarga mulai

menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial dikaitkan dengan perubahan-perubahan

keluarga. Ada 2 (dua) orang tokoh yang dianggap sebagai pelopor dalam analisis perubahan

keluarga,yaitu Frederic Le Play (1806-1882) dan Frederich Engles (1820-1895).

Le Play dengan tulisannya yang berjudul Les Ouvier Europeens (The European

Workers, 1885), dianggap mewakili pandangan konservatif, yaitu pandangan yang menentang

ide-ide yang terkandung dalam dua revolusi besar, yaitu industrialisme dan revolusi Prancis,

seperti demokrasi, teknologi dan sekularisasi, serta sebaliknya mempertahankan etos tradisi,

khususnya tradisi abad pertengahan. Konsep Le Play tentang perubahan keluarga dirumuskan

dalam 3(tiga) tipe keluarga yang dominan, yaitu the patriarchal, the unstable or nuclear

family dan the stem family.

Tokoh yang kedua adalah Engels dengan tulisannya yang berjudul The Origin of the

Family, Private Property and The State, mewakili pandangan radikal. Konsepnya yang

terkenal dalam studi keluarga adalah privatization of the family, memperlihatkan adanya

persamaan dengan pandangan konservatisme.

Pada abad ke-20 muncul tokoh-tokoh baru antara lain Carla C. Zimmerman

pendukung pandangan konservatif dari Le Play. Dalam bukunya The Family of Tomorrow:

The Cultural Crisis and The Way Out, Zimmerman mengemukakan pandangannya mengenai

perubahan keluarga secara siklus melalui tipe keluarga yang penting, yaitu keluarga

1

Page 2: makalah teori perkembangan keluarga

perwalian (trustee family), keluarga rumah tangga (domestic family) dan keluarga terpisah

(atomistic family).

Perhatian utama gerakan perubahan sosial tertuju pada studi tentang keluarga dalam

konteks pertumbuhan arus urbanisasi dan industrialisasi. Tekanan bergeser dari

perkembangan teori-teori tentang sistem keluarga kepada studi tentang keluarga itu sendiri

dan para anggotanya dengan berbagai masalah yang dipandang ada kaitannya, baik langsung

maupun tidak langsung dengan pranata perkotaan dan industrial.

Muncul kekhawatiran bahwa fungsi keluarga akan hilang sebagai akibat dari arus

urbanisasi sebagai dampak dari industrualisasi. Salah satu tokoh yang terkenal mengangkat

tema ini adalah William F.Ogburn (1886-1959). Ogburn berpendapat bahwa sistem keluarga

berubah sebagai akibat perubahan teknologi. Keluarga, adalah bagian dari kebudayaan

adaptif, yaitu bahwa terjadi semacam proses perubahan sosial, yang terutama timbul karena

hubungan-hubungan antara keluarga dengan pranata-pranata lain.

DEFINISI

William J. Godge menyatakan perubahan ke arah industrialisasi dan perubahan

keluarga merupakan proses pararel, keduanya dipengaruhi oleh perubahan sosial dan adicita-

adicita perorangan (personal ideologis). Ada 3 (tiga) adicita yang merupakan sumber utama

perubahan, yaitu adicita kemajuan ekonomi, adicita keluarga konjugal, adicita persamaan

derajat (Ihromi, 1999).

Duvall (1967) menyebutkan bahwa teori perkembangan keluarga adalah daur atau

siklus kehidupan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap yang mempunyai tugas dan risiko-

risiko tertentu pada tiap-tiap perkembangannya. Perkembangan keluarga adalah sebuah

proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga. Meliputi perubahan pola interaksi dan

hubungan antar anggota keluarga. Perkembangan keluarga didasarkan pada lamanya

perkawinan dan tahap-tahap membesarkan anak (Christensen, 1996).

Teori perkembangan keluarga menjelaskan perkembangan keluarga secara dinamis,

perubahan-perubahan pada keluarga dan sistem sosialnya, serta mengantisipasi potensi

terjadinya stres dalam setiap tahap perkembangannya dan mengklasifikasikannya ke dalam

satu rangkaian tahapan yang jelas (Supartini, 2002).

2

Page 3: makalah teori perkembangan keluarga

ASUMSI DASAR

Keluarga berkembang dan berubah sepanjang waktu dengan cara yang serupa dan

konsisten. Keluarga dan anggotanya harus melaksanakan tugas khusus pada waktu tertentu

yang disusun oleh diri sendiri dan oleh orang lain dalam masyarakat yang lebih luas.

Penampilan peran keluarga pada satu tahap siklus hidup keluarga, mempengaruhi perilaku

keluarga pada tahap berikutnya. Keluarga cenderung berada pada tahap disekuilibrium,

dengan memasuki satu tahap siklus hidup yang baru, dan berusaha menuju homeostatis dalam

setiap tahap (Wong, 2002).

Konsep tentang tahap siklus kehidupan bergantung pada asumsi bahwa dalam

keluarga terdapat saling ketergantungan yang tinggi antar anggota keluarga, dan keluarga

“dipaksa” untuk kembali setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota keluarga atau

setiap kali anak sulung mengalami perubahan tahap perkembangan. Perubahan tersebut

umumnya terjadi dalam peran, penyesuaian terhadap perkawinan, pengasuhan anak dan

disiplin yang selalu berubah dari satu tahap ke tahap yang lain.

Perkembangan keluarga menurut Aldous (dalam Ali, 2006) berdasarkan pada 4

asumsi dasar, yaitu:

1. Keluarga berkembang dan dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara yang sama

dan dapat dikaji

2. Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi dengan orang lain, mereka memulai

tindakan dan juga bereaksi terhadap tuntunan lingkungan

3. Keluarga dan anggotanya melakukan tugas tertentu yang ditetapkan oleh mereka sendiri

atau oleh konteks budaya dan masyarakat

4. Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai sesuatu dengan sebuah awal dan

akhir yang kelihatan jelas

Menyangkut perkembangan anak, sebagai bagian dari keluarga, ada 3(tiga) asumsi

yang diajukan dalam memahami suatu teori perkembangan. Pertama, perkembangan

menyangkut perubahan-perubahan dasar dalam struktur, yaitu bentuk, pola dan organisasi

dari suatu respon. Perkembangan adalah perubahan dari struktur dasar ke struktur yang lebih

kuat. Kedua, perkembangan merupakan hasil dari proses interaksi antara struktur, organisme

dan lingkungan. Ketiga, perkembangan mengarah kepada terciptanya equilibrium yang

semakin besar dalam interaksi antara organisme dengan lingkungan (Ali, 2007).

3

Page 4: makalah teori perkembangan keluarga

Asumsi-asumsi perkembangan diatas menjelaskan bahwa perkembangan tidak terjadi

secara otomatis. Mutu lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan kepada

cepatnya perkembangan dan tingkat perkembangan yang dicapai oleh seseorang.

Asumsi lain terkait konsep perkembangan pada diri individu mencakup: (1) konsep

dirinya bergerak dari pribadi yang bergantung ke arah pribadi yang mandiri, (2)

mengakumulasi pengalaman-pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi satu sumber

belajar yang berkembang; (3) kegiatan belajarnya secara meningkat diorientasikan kepada

tugas perkembangan peranan sosialnya; (4) perspektif waktunya berubah dari menimba

pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan yang dipelajarinya (Kartakusumah, 2006).

KONSEP TEORI

Teori perkembangan adalah perluasan beberapa teori perkembangan. Diantara

pengembang yang terkemuka adalah Robert Duvall pada tahun 1977, ia menggambarkan

delapan tugas perkembangan keluarga selama rentang masa kehidupan. Keluarga

digambarkan sebagai suatu kelompok kecil, suatu sistem kepribadian semi tertutup yang

berinteraksi dengan sistem sosial budaya yang lebih besar. Sebagai suatu sistem yang saling

terkait, perubahan tidak akan terjadi pada satu bagian tanpa serangkaian perubahan di bagian

lain.

Teori perkembangan berbicara mengenai perubahan keluarga dari waktu ke waktu

dengan menggunakan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Duvall, yang didasarkan pada

perubahan struktur, fungsi dan peran keluarga, dengan usia si anak sulung sebagai penanda

tahapan transisi. Dengan demikian, kehadiran anak pertama menandai transisi dari tahap 1 ke

tahap 2. Bila anak pertama tumbuh dan berkembang, keluarga memasuki tahap selanjutnya.

Dalam setiap tahap, keluarga menghadapi tugas perkembangan tertentu. Pada waktu yang

sama, setiap anggota keluarga harus mencapai tugas perkembangan individual sebagai bagian

dari tahap siklus kehidupan masing-masing keluarga (Wong, 2002).

Konsep siklus kehidupan keluarga menyatakan bahwa isu-isu keluarga itu berbeda

pada beragam tahapan dalam sebuah cara yang analogis bagi siklus kehidupan individu.

Model ini menggambarkan serangkaian tahapan dan tugas-tugas keluarga yang sesuai. Ada

beberapa konsep model yang ditawarkan oleh beberapa tokoh teori perkembangan keluarga.

Diantaranya oleh Carter dan McGoldbrick (1980) dan Zilbach (1989) menggambarkan

tahapan-tahapan coupling (pasangan), menjadi tiga dengan kehadiran anak pertama, dan

kemudian sebuah keluarga dengan anak kecil. Tahapan-tahapan ini diikuti dengan sebuah

pemisahan yang parsial atau lebih lengkap dari anggota keluarga remaja dari keluarga

4

Page 5: makalah teori perkembangan keluarga

tersebut, berganti dengan kematian salah satu pasangan atau partner, dan berakhir dengan

kematian partner lain (Latipun,, 2003).

Kebanyakan ahli teori perkembangan mengidentifikasi tugas dan tahapan yang lebih

sedikit daripada konsep Duvall. Pada model lain (dalam Christensen, 1996), diidentifikasi

tiga area utama; area-area ini lebih jauh dapat dibagi lagi dengan mengacu pada ahli teori

perkembangan lainnya.Tahapan, mengacu pada lamanya perkawinan dan usia anak yang

terbesar. Keluarga bergerak ke arah transisi yang normal dalam membesarkan anak,

meskipun dengan tambahan anak beberapa tahapan menjadi tumpang tindih. Perbedaan etnik

dan kultural juga harus menjadi pertimbangan.

Tugas, dapat dipertimbangkan baik tipe tanggung jawab pemeliharaan yang umum,

seperti pekerjaan, pembelanjaan, kesehatan, pendidikan dan sosialisasi (yang mungkin

didefinisikan dengan cara umum), atau yang ditentukan secara spesifik, yang bergantung

pada tahap perkembangan keluarga.

Kelekatan, adalah ikatan yang unik dan secara relatif bersifat emosional yang

menguatkan antara dua anggota keluarga. Ikatan ini mungkin antara ibu dan anak

perempuannya, cucu dengan nenek dan kakeknya, atau antara saudara perempuan dan laki-

laki. Sifat timbal balik dari ikatan ini dan kualitas dari hubungan tersebut penting untuk

dipertimbangkan.

Kerangka perkembangan keluarga bersifat elektif karena memerlukan konsep dan

pendekatan yang berbeda terhadap studi keluarga, pada konsep pendekatan menurut

Mattesich dan Hill (dalam Ali, 2006) perkembangan keluarga berasal dari interaksionisme

simbolik, fungsionalisme struktural, sosiologi kerja dan profesi, teori sistem, teori stres dan

krisis kehidupan keluarga.

APLIKASI DALAM KELUARGA

Institusi keluarga memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang

harus diselesaikan pada tahapnya. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (Wong,

2002):

1. Tahap perkawinan dan tempat tinggal pribadi: penggabungan keluarga

Membangun kembali identitas pasangan

Membina hubungan dengan keluarga besar

Membuat keputusan mengenai masa menjadi orangtua

2. Tahap keluarga dengan bayi

5

Page 6: makalah teori perkembangan keluarga

Mengintegrasikan bayi kedalam unit keluarga

Mengakomodasi peran baru menjadi orangtua dan kakek-nenek

Memelihara ikatan perkawinan

3. Tahap keluarga dengan anak prasekolah

Mensosialisasikan anak

Orangtua dan anak menyesuaikan diri terhadap perpisahan

4. Tahap keluarga dengan anak sekolah

Anak mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

Orangtua melakukan penyesuaian dengan teman sebaya anak mereka dan pengaruh

sekolah

5. Tahap keluarga dengan remaja

Remaja terus mengembangkan autonomi

Orangtua memfokuskan ulang pada masa pertengahan perkawinan dan masalah karier

Orangtua menggeser perhatian ke arah generasi yang lebih tua

6. Tahap keluarga sebagai pusat landasan

Orangtua dan dewasa muda menetapkan identitas mandiri

Melakukan kesepakatan ulang mengenai hubungan perkawinan

7. Tahap keluarga usia paruh baya

Melakukan penyesuaian ulang terhadap identitas pasangan hidup disertai

pengembangan minat pribadi

Membina kembali hubungan yang melibatkan menantu dan cucu

Menyesuaikan diri dengan ketidakmampuan dan kematian generasi yang lebih tua

8. Tahap keluarga lansia

Menggeser peran bekerja menjadi masa senggang dan persiapan pensiun atau pensiun

penuh

Memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu sambil beradaptasi dengan proses

penuaan

Mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan kehilangan pasangan hidup

dan/atau saudara kandung serta teman sebaya

Selain tahap perkembangan keluarga menurut Duvall yang mengambil perspektif

sosial, ada teori lain mengenai tahap perkembangan siklus hidup keluarga ditinjau dari

6

Page 7: makalah teori perkembangan keluarga

perspektif terapi keluarga yang dicetuskan oleh Carter dan McGoldrick, yaitu (Hermawan,

1996):

1. Keluarga antara: dewasa muda yang belum kawin

2. Penyatuan keluarga melalui perkawinan pasangan yang baru menikah

3. Keluarga dengan anak kecil (masa bayi hingga usia sekolah)

4. Keluarga dengan anak remaja

5. Keluarga melepaskan anak dan pindah

6. Keluarga dalam kehidupan terakhir

Paradigma Carter dan McGoldrick merumuskan tahap siklus kehidupan keluarga yang

berfokus pada hal-hal penting dimana anggota keluarga masuk/keluar dari keluarga, sehingga

dapat mengganggu keseimbangan keluarga (mengakibatkan perubahan atau perkembangan

dalam keluarga), sementara pada paradigma Duvall, ia menggunakan tingkat umur dan

tingkat sekolah anak yang paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan, kecuali

2 (dua) tahap terakhir saat anak sudah tidak ada lagi di rumah.

Sekarang ini, banyak tahap-tahap siklus hidup keluarga yang tidak sesuai dengan teori

Duvall maupun teori Carter dan McGoldrick. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi

perubahan paradigma orang terhadap kehidupan keluarga atau rumah tangga. Pergesaran dari

masyarakat tradisional ke masyarakat modern turut memberi pengaruh terhadap institusi

rumah tangga. Contohnya kini ada keluarga dengan pasangan suami-istri yang tidak menikah

(cohabitated), perkawinan homo seksual (sejenis), orangtua tunggal (sigle parent) dan

orangtua tiri (Hermawan, 1996).

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas

perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga. Gambaran

tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya (Suprajitno,

2003):

1. Keluarga baru menikah, tugas perkembangan utama:

Membina hubungan intim yang memuaskan

Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial

Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga dengan anak baru lahir, tugas perkembangan utama:

Mempersiapkan menjadi orangtua

7

Page 8: makalah teori perkembangan keluarga

Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan

seksual dan kegiatan

Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya

3. Keluarga dengan anak usia prasekolah, tugas perkembangan utama:

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan

rasa aman

Membantu anak untuk bersosialisasi

Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua)

juga harus terpenuhi

Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga (keluarga

lain dan lingkungan sekitar)

Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya tipe keluarga ini

mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi)

Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak

4. Keluarga dengan anak usia sekolah, tugas perkembangan utama:

Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan

yang lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)

Mempertahankan keintiman pasangan

Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan

anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja, tugas perkembangan utama:

Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab, mengingat remaja

adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi

Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindarkan terjadinya

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa, tugas perkembangan utama:

Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar

Mempertahankan keintiman pasangan

Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat

8

Page 9: makalah teori perkembangan keluarga

Penataan kembali peran orangtua dan kegiatan di rumah

7. Keluarga usia pertengahan, tugas perkembangan utama:

Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan

Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan

sebaya

Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia tua, tugas perkembangan utama:

Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan

pasangannya

Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan fisik,

dan penghasilan keluarga

Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

Melakukan life review masa lalu

BAB II

ANALISA JURNAL INTERNASIONAL

ARTIKEL KE-1

9

Page 10: makalah teori perkembangan keluarga

Effects of Family Income and Life Cycle Stages

On Financial Asset Ownership

Jiang J. Xiao

ABSTRAKSI

Artikel ini membahas tentang pengaruh pemasukan keluarga dan siklus tahap

kehidupan terhadap kepemilikan 11 (sebelas) aset keuangan keluarga, dengan menggunakan

Survei Keuangan Konsumen tahun 1989. Hasil survei mengindikasikan bahwa variabel siklus

hidup, seperti usia kepala rumah tangga, status perkawinan, status pekerjaan dan kehadiran

anak, mempengaruhi kepemilikan aset keuangan keluarga.

Selama siklus kehidupan, sebuah keluarga akan menghadapi berbagai macam tugas,

masalah dan tantangan dalam bidang keuangan. Keluarga menggunakan beberapa jenis aset

keuangan untuk beberapa tujuan. Aset keuangan dan tabungan adalah dua konsep yang

berbeda. Tabungan adalah sebagian pendapatan yang disimpan atau disisihkan untuk

kepentingan masa mendatang atau kepentingan sekarang, sedangkan aset keuangan adalah

aset berharga yang tidak berwujud. Nilai dari aset ini tergantung dari nilai arus kas/uang yang

akan kita terima dimasa yang akan datang, semakin besar nilai arus kas yang akan kita terima

di masa yang akan datang maka semakin tinggi nilai dari aset keuangan tersebut.

PENDAHULUAN

Beberapa studi telah meneliti beberapa faktor yang berhubungan dengan kepemilikan

beberapa aset keuangan, ditemukan bahwa pendapatan, pendidikan, dan variabel siklus hidup,

mempengaruhi beberapa kepemilikan aset keuangan. Studi lain menunjukkan bahwa faktor

pemasukan adalah faktor utama, kemudian usia, pendidikan, status pekerjaan, ukuran

keluarga, status perkawinan, dan beberapa variabel lain turut mempengaruhi kepemilikan aset

keuangan.

Siklus hidup keluarga di artikel ini dispesifikasi ke dalam empat variabel, yaitu usia

kepala rumah tangga, status perkawinan, status pekerjaan, dan kehadiran anak. Usia kepala

keluarga dibagi menjadi 3(tiga) grup yaitu (1)< 35 tahun, young, (2) 35-64 tahun, mature, (3)

>64 tahun, older adult. Status perkawinan dibagi menjadi dua tahap yaitu, (1) menikah, (2)

tidak menikah. Status pekerjaan dibagi menjadi dua kategori yaitu, (1) bekerja, (2) tidak

bekerja. Terakhir, variabel kehadiran anak dibagi menjadi 5( lima ) variabel yaitu, (1) tidak

ada anak di rumah (termasuk tidak memiliki anak atau tidak ada anak dibawah usia 18 tahun

10

Page 11: makalah teori perkembangan keluarga

di rumah), (2) dengan anak usia 0-2 tahun, (3) dengan anak usia 3-5 tahun, (4) dengan anak

usia 6-11 tahun, (5) dengan anak usia 12-17 tahun.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola yang paling umum dari pengaruh usia,

adalah terdapat hubungan yang positif antara usia dan kesempatan untuk memiliki aset

keuangan. Pada kelompok middle age group, keluarga yang lebih muda kurang memiliki aset

keuangan yang bersifat investasi. Sementara keluarga yang lebih tua, lebih mungkin untuk

memiliki beberapa aset keuangan yang bersifat investasi. Perkawinan secara signifikan

meningkatkan kesempatan untuk memiliki delapan dari sebelas aset keuangan.

Efek dari status pekerjaan beragam. Keluarga dengan status ayah dan ibu bekerja,

lebih mungkin memiliki beberapa aset, sementara keluarga dengan status ayah atau ibu tidak

bekerja, maka berkurang kesempatan untuk memiliki aset keuangan. Jumlah dan usia anak

turut mempengaruhi kemungkinan kepemilikan aset keuangan tersebut.

ANALISA (KAITAN DENGAN TEORI PERKEMBANGAN)

Siklus hidup keluarga memiliki pola tertentu yang dapat diramalkan, meski tentu

perbedaan situasi dan kondisi dari masing-masing keluarga mungkin akan melahirkan tahap

siklus kehidupan keluarga yang berbeda pula. Siklus hidup membantu seseorang dalam hal

ini keluarga, pasangan suami istri untuk membuat perencanaan keuangan, sehingga ritme

ekonomi dalam keluarga dapat berjalan stabil.

Perencanaan keuangan keluarga berdasarkan siklus hidup. Perencanaan keuangan

keluarga haruslah dimulai sejak awal pernikahan bahkan alangkah baiknya jika dilakukan

sebelum pernikahan sehingga ketika sudah menghadapi masa pensiun, sumber keuangan

tetap terjamin. Dengan demikian, perencanaan keuangan dapat dirancang sebagai berikut

(Surbakti, 2008):

1. Usia 18-23 tahun

Tahap awal pengembangan diri

Tahap akhir pendidikan perguruan tinggi

Mungkin baru atau sudah lama bekerja

Merencanakan tabungan

2. Usia 24-35 tahun

Sudah menikah dan meniti karir

Merencanakan pemilikan rumah sendiri

Mempunyai beberapa orang anak

11

Page 12: makalah teori perkembangan keluarga

Menyekolahkan anak-anak

Mengikuti program asuransi

Meningkatkan sumber-sumber keuangan

Sedang menuju pemantapan karir

3. Usia 36-45 tahun

Sedang berada pada puncak karir

Memiliki tabungan

Melakukan investasi untuk hari tua

Meningkatkan penghasilan dengan usaha sampingan

Meningkatkan ketrampilan diri dengan mengikuti beberapa pelatihan atau pendidikan

tambahan

4. Usia 46-55 tahun

Mempersiapkan diri untuk menghadapi masa pensiun

Memaksimalkan investasi

Memikirkan keuangan setelah pensiun

Mengevaluasi kebutuhan keuangan setelah pension

Menganalisa beban keuangan setelah pensiun

5. Usia 56-65 tahun

Konsolidasi kekuatan keuangan

Bekerja secara purna-waktu

Bekerja sebagai volunteer

Merencanakan tinggal di luar kota

Memulai profesi baru sebagai pekerja sosial

6. Usia 66-ke atas

Menyesuaikan diri dengan kemampuan keuangan yang ada

Menikmati masa pension

Tinggal di panti wreda

Mempersiapkan diri menghadapi kematian

Artikel diatas mengaitkan antara siklus hidup keluarga dengan kesempatan memiliki

aset keuangan bernilai investasi. Beberapa variabel digunakan untuk mengaitkan siklus

kehidupan dengan kepemilikan aset keuangan. Jika dicermati berdasarkan perencanaan

keuangan dalam keluarga berdasarkan siklus kehidupan, dengan variabel usia, maka tampak

pada level usia 24-35 tahun (dalam artikel dikategorikan sebagai keluarga muda), belum

12

Page 13: makalah teori perkembangan keluarga

tampak kemampuan untuk berivestasi, namun ada anjuran untuk mengikuti program asuransi.

Belum adanya kemampuan untuk berinvestasi karena pada usia ini adalah masa dimana

masih meniti karir, sehingga pemasukan mungkin belum terlalu besar. Sementara di sisi lain,

anak-anak butuh untuk dipenuhi kebutuhan ekonomi, seperti makanan yang layak, pakaian,

sekolah dan termasuk tempat tinggal atau rumah yang mulai direncakanan kepemilikannya.

Banyaknya kebutuhan dana untuk rumah tangga, meminimalisir kesempatan dan kemampuan

untuk berinvestasi.

Lebih lanjut pada level 36-45 tahun adalah masa dimana keluarga dapat mulai

melakukan investasi dengan pembelian beberapa aset berharga. Pada usia 36-45 tahun

diasumsikan anak-anak telah memasuki masa remaja, dimana orangtua memiliki waktu yang

lebih luang sehingga memungkinkan untuk melalukan usaha sampingan atau pekerjaan

tambahan. Hasil dari pekerjaan tambahan tersebut dapat dialokasikan untuk investasi sebagai

persiapan memasuki tahap level usia yang berikutnya.

Pada usia 46-55 tahun, dijelaskan bahwa ada baiknya untuk memaksimalkan investasi

sebagai persiapan menuju masa pensiun. Masa pensiun berarti masa dimana produktivitas dan

vitalitas fisik mulai berkurang, sehingga harus ada pengurangan beban dan beban kerja. Hal

ini tentu berimbas pada menurunnya jumlah pendapatan keluarga dari upah/gaji bulanan.

Berangkat dari pemikiran inilah, maka perlu usaha untuk memaksimalkan investasi, agar

ketika pemasukan yang bersumber dari upah/gaji bulanan berkurang, masih ada sumber

pemasukan lain dari investasi aset berharga tersebut.

Saat memasuki masa pensiun, terjadilah proses konsolidasi kekuatan keuangan, jika

pada level usia sebelumnya telah tercapai kebutuhan untuk investasi, maka di usia ini perlu

dilakukan pengecekan kembali atas kepemilikan aset berharga yang telah diinvestasikan

sebelumnya.

Dengan adanya penyesuaian antara siklus hidup keluarga, maka diharapkan dapat

membantu keluarga untuk menyusun program keuangan, lebih khususnya lagi perencanaan

untuk investasi pembelian aset berharga sebagai jaminan keuangan di masa tua/pensiun.

Sehingga walaupun pada usia pensiun, orangtua sudah tidak atau kurang produktif, mereka

bisa tetap mendapat pemasukan rutin dari investasi aset yang telah mereka lakukan sebelum

pensiun.

Untuk dapat memiliki investasi yang bijak, harus diawali dengan strategi pengaturan

keuangan rumah tangga. Pola membelanjakan uang antara individu yang berusia 20 tahun

dengan yang berusia 50 tahun, tentu berbeda. Faktor-faktor pribadi seperti umur, besar

13

Page 14: makalah teori perkembangan keluarga

pendapatan, jumlah tanggungan dalam keluarga, dan gaya hidup mempengaruhi cara

seseorang menghabiskan uang atau berinvestasi.

Nilai hidup yang diterapkan dalam setiap keluarga berbeda-beda, hal ini berpengaruh

terhadap cara merencanakan keuangan. Dengan kata lain, prinsip dalam hidup dapat

dijadikan pegangan dalam berinvestasi. Rencana-rencana keuangan akan berubah tergantung

umur dan kondisi. Beberapa taraf atau tingkatan dalam siklus hidup untuk membantu

perencanaan keuangan pribadi, adalah sebagai berikut (Manurung, 2010):

1. Dewasa belum menikah, perencanaan terfokus pada memiliki asuransi yang sesuai,

akumulasi tabungan dan kekayaan, pendidikan untuk pengembangan karir

2. Pasangan muda yang baru menikah, perencanaannya meliputi perhitungan mengenai

apabila pasangan ingin mempunyai anak. Untuk keluarga yang lebih besar, lebih

membutuhkan rumah tentu yang tentu saja memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa

mendapatkan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Kebutuhan untuk asuransi kesehatan dan

asuransi jiwa akan meningkat. Sebuah surat wasiat dan perencanaan warisan menjadi

penting dan harus dimiliki

3. Orangtua baru, perencanaannya akan lebih cenderung untuk mempersiapkan kebutuhan

anak dan menyediakan dana pendidikan anak

4. Orangtua yang baru bercerai, salah satu dari mantan pasangan ini (biasanya ayah)

memiliki kewajiban membayar tunjangan hidup kepada mantan istri (alimony) dan

anaknya (child support). Kebutuhan keuangan akan meningkat karena (di sisi sang ayah)

harus mencukupi kebutuhan dua keluarga (keluarga baru bila ada dan kewajiban kepada

yang diceraikan). Meskipun suami dan istri di keluarga baru keduanya bekerja, biaya-

biaya hidup akan tetap meningkat

5. Orangtua dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa, perencanaan warisan akan

mendapatkan perhatian yang lebih penting. Program asuransi yang lebih baik dan cukup

mungkin dibutuhkan. Kelebihan dana lebih baik diinvestasikan. Taraf awal perencanaan

pensiun akan dimulai

6. Anak telah pindah keluar dari rumah, orangtua biasanya mempertimbangkan untuk

pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil atau tempat yang lebih dekat dengan anak.

Perencanaan pensiunan harus direncanakan menjadi lebih serius

7. Memasuki masa pensiunan, sangat penting untuk meninjau ulang (review) asuransi dan

program tunjangan hidup. Pensiunan akan membutuhkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan kebutuhan pribadi lainnya semasa pensiun, seperti bepergian atau

jalan-jalan

14

Page 15: makalah teori perkembangan keluarga

Perencanaan keuangan adalah salah satu strategi untuk mengatur pola keuangan

seorang individu. Perencanaan yang efektif harus disesuaikan dengan beberapa hal terkait,

seperti besaran penghasilan, siklus hidup keluarga dan disesuaikan dengan usia, gambarannya

sebagai berikut:

1. Usia 20 tahun

a. Cobalah menabung 5 sampai 10 persen dari pendapatan kotor

b. Miliki sebuah dana darurat (emergency fund) sebesar enam bulan dari biaya bulanan

c. Memulai track record atau sejarah kredit/ pinjaman, bisa dimulai dari kartu kredit.

Sejarah kredit sangat penting dilakukan terutama di Negara-negara maju seperti

Amerika Serikat

d. Membeli atau memperbaiki rumah. Melakukan investasi untuk pertumbuhan jangka

panjang

e. Membuat dana pensiun

f. Miliki asuransi yang cukup

g. Membuat surat wasiat

2. Usia 30 tahun

a. Anggaran belanja dan biaya-biaya harus diteliti dengan lebih hati-hati

b. Mengikutsertakan perencanaan pajak yang lebih luas

c. Menambah dana untuk tabungan/investasi pensiun

d. Menabung untuk dana pendidikan anak

e. Memulai perencanaan pensiun

f. Mengevaluasi kembali kebutuhan asuransi

g. Mengubah wasiat sesuai dengan perubahan status keluarga

3. Usia 40 tahun

a. Melanjutkan penyediaan dana untuk pendidikan anak, bisa jadi sampai selesai kuliah

b. Menambah tabungan pribadi

c. Melanjutkan menambah dana investasi untuk pensiun

d. Memonitor konsekuensi-konsekuensi pajak atas investasi

e. Investasi untuk jangka panjang

f. Mengkaji kembali kebutuhan asuransi, karena anak-anak sudah keluar dari rumah

g. Meninjau kembali asuransi kepemilikan rumah

15

Page 16: makalah teori perkembangan keluarga

h. Melakukan perencanaan warisan lebih serius dengan menggunakan wasiat,

memindahkan kepemilikan harta dengan cara pemberian hadiah, hibah atau malah

mulai membuat trust

Siklus hidup dikaitkan dengan perencanaan keuangan, disebut sebagai siklus hidup

finansial. Siklus hidup finansial secara sederhana menyatakan dimana sebaiknya posisi

seseorang berada secara finansial berdasarkan fase-fase tahap hidupnya mulai dari masa

anak-anak, remaja, dewasa, menikah, paruh baya sampai masa pensiunnya. Dengan

mengetahui siklus finansial, seseorang akan lebih mudah dalam mengambil keputusan

finansial. Dia akan paham, apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak

dilakukan, terkait kebijakan keuangan pribadinya. Pendekatan perencanaan keuangan

berdasarkan siklus hidup hidup finansial dapat memberi panduan kemana sebuah keluarga

harus melangkah (Rini, 2010).

ARTIKEL KE-2

The Relationship Between Physical Inactivity

and Family Life Course Stage

Margo J. Hilbrecht, Suzy L. Wong, Judith D. Toms, Mary E. Thompson

16

Page 17: makalah teori perkembangan keluarga

ABSTRAKSI

Kemalasan dalam beraktivitas fisik selama ini ditengarai menjadi salah satu penyebab

timbulnya beberapa penyakit kronis dan salah satu masalah kesehatan terbesar di Kanada.

Teori ekologi sosial telah menunjukkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh

lingkungan sosial dan kondisi fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi

hubungan antara kemalasan beraktivitas fisik, status perkawinan dan tahap siklus keluarga

pada pria dan wanita di Kanada

PENDAHULUAN

Kemalasan beraktivitas fisik adalah masalah kesehatan yang utama di Kanada. Hal ini

menjadi faktor pemicu timbulnya penyakit-penyakit berbahaya pada individu tersebut.

Konsep ekologi sosial memandang perilaku ini dipengaruhi oleh masing-masing individu,

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Perspektif ini lebih menyoroti faktor eksternal yang

mempengaruhi kemalasan seseorang dalam melakukan aktivitas fisik. Pendekatan konsep

ekologi sosial adalah untuk meneliti faktor pengaruh lingkungan sekitar dan memperkirakan

intervensi eksternal pada level tersebut.

Kemalasan beraktivitas fisik adalah salah satu masalah yang dapat dipahami lebih

baik melalui teori pendekatan ekologi-sosial. Ada anggapan bahwa keaktifan fisik dan

kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk usia, gender, struktur

rumah tangga, dukungan jaringan sosial, status sosial ekonomi dan personal leisure

preferences. Pemasukan, sebagaimana struktur keluarga, diidentifikasi sebagai salah satu alat

ukur dari partisipasi aktivitas fisik.

Struktur rumah tangga termasuk kondisi rumah tangga, apakah individu tinggal

bersama seorang partner atau single, dan apakah ada anak dalam rumah tangga tersebut.

Untuk orangtua yang memiliki anak di dalam rumah, salah satu alasan yang sering muncul

terkait kemalasan dalam beraktivitas fisik, adalahnya kurang atau terbatasnya waktu, akibat

kesibukan anak di sekolah, serta kesibukan orangtua bekerja dalam rangka memenuhi

kebutuhan rumah tangga.

Para pakar menyebutkan bahwa siklus hidup keluarga dapat dibedakan menjadi

beberapa tahapan, sesuai dengan permintaan dan kebutuhan dari masing-masing anggota

keluarga. Setiap tahap dari karir keluarga menghasilkan tantangan-tantangan yang berbeda

bagi orangtua terkait dengan jumlah dan usia anak di rumah. Teori ini berguna untuk

17

Page 18: makalah teori perkembangan keluarga

mengenali bahwa jumlah dan usia anak dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi aturan dan

perilaku orangtua.

Memiliki anak adalah salah satu tahap dari siklus hidup keluarga yang merubah

prioritas dan perilaku orang dewasa/orang tua sebagaimana mereka berubah status menjadi

orangtua. Telah disadari bahwa orang dewasa yang tidak memiliki anak lebih sering

beraktivitas fisik dibandingkan dengan mereka yang sudah memiliki anak. Bagi orangtua,

usia anak dapat menjadi salah satu pengaruh utama dari aktivitas mereka.

HASIL PENELITIAN

Karena implikasi kesehatan dari kemalasan beraktivitas fisik, fokus dari penelitian ini

adalah untuk mengukur apakah ada hubungan antara struktur rumah tangga, gender dan

kemalasan beraktivitas fisik pada kalangan dewasa di Kanada.

Hasil penelitian mengindikasian bahwa faktor gender tidaklah penting dalam

mempengaruhi partisipasi dalam aktivitas fisik. Konsep siklus hidup keluarga menawarkan

pemahaman yang lebih baik mengenai kemalasan beraktivitas fisik pada orangtua daripada

konsep gender. Orangtua yang memiliki anak dengan usia dibawah 6 tahun memiliki aktivitas

fisik yang tinggi dan orangtua dengan anak berusia diatas 6 tahun (6-11) tahun mengalami

penurunan aktivitas fisik. Dengan adanya anak , maka kesempatan orangtua untuk

beraktivitas fisik akan semakin berkurang, karena mereka terfokus pada pekerjaan dan usaha

untuk menambah pemasukan keluarga.

Efek dari level pemasukan terhadap tingkat aktivitas fisik adalah bahwa individu

dengan pemasukan yang tinggi, memiliki tingkat kemalasan beraktivitas yang lebih tinggi

pula jika dibandingkan dengan individu yang memiliki pemasukan rendah. Asumsinya adalah

bahwa individu dengan pemasukan yang tinggi, memiliki ritme pekerjaan yang lebih pada

dan sibuk, sehingga waktu untuk memiliki aktivitas fisik semakin terbatas. Mereka juga

cenderung merasa lelah jika harus menambah lagi aktivitas fisik di waktu luang mereka dan

lebih memanfaatkannya untuk beristirahat atau relaksasi.

ANALISA (KAITAN DENGAN TEORI PERKEMBANGAN)

Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif

dan produktif. Pemeliharaan diri sendiri secara umum adalah dasar untuk berfungsi secara

18

Page 19: makalah teori perkembangan keluarga

optimal. Kesehatan adalah keadaan yang dinamis dalam siklus hidup dan memperoleh

adapatasi terus menerus terhadap stres.

Hendric L. Blum (dalam Effendy, 1997) mengatakan bahwa ada 4(empat) faktor

utama yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

keturunan. Lingkungan merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhi kesehatan,

karena di lingkunganlah manusia mengadakan interaksi dan interelasi dalam proses

kehidupannya, baik dalam lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya, ekonomi dimana

kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku individu, keluarga, kelompok maupun

masyarakat, yang erat kaitannya dengan kebiasaan, norma,adat istiadat yang berlaku di

masyarakat. Kemudian baru ditunjang oleh tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau

oleh masyarakat, dan yang terakhir adalah faktor keturunan yang dibawa dari sejak lahir yang

erat kaitannya dengan gen yang diturunkan oleh orangtua

Jurnal ini membahas tentang urgensi aktivitas fisik terkait tahapan dalam siklus hidup.

Aktivitas fisik lebih merupakan bentuk multidimensional yang kompleks dari perilaku

manusia ketimbang kelas perilaku dan secara teoritis, meliputi semua gerak tubuh mulai dari

gerakan kecil hingga turut serta dalam lari marathon. Meskipun bersifat perilaku, aktivitas

fisik mempunyai konsekuensi biologis. Biasanya aktivitas fisik mengacu kepada gerakan

beberapa oto besar, seperti terjadi ketika menggerakkan lengan dan tungkai. Aktivitas fisik

umumnya diartikan sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan

mengakibatkan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluran tenaga dan

energi (pembakaran kalori). Manfaat aktivitas fisik salah satunya untuk fisik/tubuh antara

lain: menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang dan otot, meningkatkan

kelenturan tubuh, meningkatkan kebugaran tubuh. (Pratiwi et al, 2012).

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat berdampak positif bagi kesehatan.

Keteraturan beraktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat

badan, meningkatkan fungsi jantung, paru-paru dan otot, serta menunda penuaan. Orang yang

sehat dapat melakukan aktivitas fisik setiap hari tanpa kelelahan yang berarti. Aktivitas fisik

dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu sangat ringan, ringan, sedang dan berat. Aktifitas

fisik, terdiri dari aktivitas sehari-hari yang kita kerjakan dan olahraga (Almatsier, 2004).

Karakterisasi aktivitas fisik yang merupakan kebiasaan (habitual physical activity)

seringkali menjadi pokok pembahasan karena hal ini mencerminkan pola aktivitas fisik

jangka panjang, sebagian besar manfaat kesehatan yang berasal dari aktivitas fisik merupakan

19

Page 20: makalah teori perkembangan keluarga

hasil aktivitas fisik yang teratur dan dilaksanakan dalam waktu yang lama (beberapa bulan

dan tahun).

Kesehatan keluarga mempunyai banyak dimensi yang berbeda dan dapat didefinisikan

dalam berbagai konteks baik dari teori keluarga maupun dari model-model teoritis

keperawatan. Ada beberapa definisi tentang kesehatan keluarga dalam cara berikut: kesehatan

keluarga ditandai oleh stabilitas, fungsi yang adaptif ketimbang maladaptif, dan penguasaan

tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada diferensiasi dan transformasi progresif untuk

memenuhi kebutuhan yang terus berubah demi kelangsungan sistem.

Kemalasan dalam beraktivitas fisik dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan,

seperti yang disebutkan dalam jurnal ini. Keluarga, dalam hal ini orangtua, memiliki

kewajiban untuk memelihara kesehatan setiap anggota keluarga. Terkait siklus hidup

keluarga, ada beberapa masalah kesehatan yang mungkin dihadapi oleh setiap keluarga dalam

setiap tahap siklus hidup keluarga (Ali, 2006):

1. Tahap 1, keluarga pemula. Masalah kesehatan pada tahap ini adalah: (1) penyesuaian

seksual dan peran pernikahan, (2) penyuluhan dan konseling Keluarga Berencana, (3)

penyuluan dan konseling prenatal, (4) komunikasi dan informasi. Kurangnya informasi

dapat mengakibatkan masalah seksual, emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan

yang tidak direncanakan, penyakit kelamin (sebelum dan sesudah pernikahan).

2. Tahap 2, keluarga yang sedang mengasuh anak. Tahap ini dimulai dengan kelahiran

anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Masalah kesehatan utama keluarga pada

tahap ini adalah: (1) pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga, (2) perawatan

bayi yang baik, (3) pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, (4)

imunisasi, (4) konseling perkembangan anak, (5) keluarga berencana, (6) interaksi

keluarga, (7) peningkatan kesehatan(gaya hidup). Masalah utama tersebut dipengaruhi

oleh ketidakmampuan dan ketidakuatan fasilitas perawatan anak untuk ibu yang bekerja;

hubungan antar orangtua, masalah pengasuhan anak, termasuk penyalahgunaan dan

kelalaian terhadap anak, masalah transisi peran orangtua.

3. Tahap 3, keluarga dengan anak usia prasekolah. Masalah kesehatan fisik utama pada

tahap ini adalah penyakit menular yang lazim pada anak-anak, anak jatuh, terluka, luka

bakar, keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain.

4. Tahap 4, keluarga dengan anak usia sekolah. Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

(1) orangtua akan mulai berpisah dengan anak, karena anak sudah mulai memiliki banyak

teman sebaya; hati-hati dengan pengaruh lingkungan anak, (2) orangtua mengalami

banyak tekanan dari luar, misalnya dari sekolah dan komunitas, untuk menyesuaikan anak

20

Page 21: makalah teori perkembangan keluarga

dengan sekolah dan komunitas, (3) kecacatan/ kelemahan anak akan tampak pada periode

ini, misal gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan bicara, kesulitan

belajar, gangguan tingkah laku, dll.

5. Tahap 5, keluarga dengan anak remaja. Masalah kesehatan pada tahap ini adalah: (1)

pada orangtua yang berusia 35 tahun, risiko penyakit jantung koroner meningkat di

kalangan pria, dan perubahan perkembangan dari biasanya mulai tampak, (2)

penyalahgunaan obat dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak

dikehendaki, (3) hubungan keluarga (suami-istri dan hubungan orangtua dengan anak)

perlu mendapat perhatian lebih serius karena periode ini adalah periode rawan.

6. Tahap 6, keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda. Masalah kesehatan pada

tahap ini adalah: (1) komunikasi kaum dewasa muda dengan orangtua mereka perlu

ditingkatkan, (2) masalah dalam hal transisi peran bagi suami-istri, (3) masalah perawatan

orangtua lanjut usia, (4) munculnya masalah kesehatan yang bersifat kronis dan

perubahan situasi fisik (kolesterol tinggi, obesitas/ kegemukan, tekanan darah tinggi, (5)

masalah gaya hidup perlu mendapat perhatian antara lain, kebiasaan minum alkohol,

merokok, makan junk food dan lain-lain.

7. Tahap 7, orangtua usia pertengahan. Masalah kesehatan pada tahap ini adalah: (1)

masalah yang berhubungan dengan pemahaman mengenai kebutuhan, misalnya promosi

kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan pada waktu luang, tidur, nutrisi yang baik,

program olahraga yang teratur, pengurangan berat badan optimal, berhenti merokok,

berhenti/pengurangan minum alkohol, pemeriksaan kesehatan, pencegahan penyakit, (2)

masalah yang berhubungan dengan keharmonisan pernikahan, (3) masalah yang berkaitan

dengan keharmonisan hubungan dengan anggota keluarga (anak, cucu, kakek-nenek), (4)

masalah yang berhubungan dengan perawatan keluarga, antara lain perawatan orangtua

lanjut usia yang tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

8. Tahap 8, keluarga dalam masa pensiun dan lanjut usia (lansia). Masalah kesehatan

pada tahap ini adalah: (1) masalah kesehatan lanjut usia karena menurunnya kekuatan

fisik, sumber finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak

kehilangan lain yang mengakibatkan lansia rentan secara psikologis, (2) isolasi sosial,

depresi, gangguan kongitif, masalah psikologis merupakan masalah kesehatan yang

serius, (3) kemampuan saling menolong suami-istri lansia dalam merawat pasangannya

perlu ditingkatkan, (4) defiensi nutrisi yang dapat mengganggu kesehatan, misalnya

lemah, bingung dan depresi, (5) masalah yang berkaitan dengan perumahan, penghasilan

21

Page 22: makalah teori perkembangan keluarga

yang kurang cocok, kurang rekreasi dan fasilitas perawatan yang kurang memadai banyak

merugikan kesehatan lansia.

Kesehatan keluarga mempunyai banyak dimensi yang berbeda dan dapat didefinisikan

dalam berbagai konteks baik dari teori keluarga maupun dari model-model teoritis

keperawatan. Ada beberapa definisi tentang kesehatan keluarga dalam cara berikut: kesehatan

keluarga ditandai oleh stabilitas, fungsi yang adaptif ketimbang maladaptif, dan penguasaan

tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada diferensiasi dan transformasi progresif untuk

memenuhi kebutuhan yang terus berubah demi kelangsungan sistem.

Pencegahan masalah kesehatan pada anggota keluarga, salah satunya adalah dengan

rutin melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Olahraga pada dasarnya adalah aktivitas fisik

yang menggerakkan anggota tubuh. Kemampuan gerak, kekuatan otot, serta kelenturan tubuh

yang didapat dari latihan olahraga yang teratur terbukti membawa manfaat yang besar bagi

kesehatan dan ketahanan fisik. Dengan rajin berolahraga, otot-otot badan akan terlatih dan

tidak kaku dalam bergerak.

Olahraga yang cukup akan meningkatkan stamina dan membantu pertumbuhan anak.

Orangtua berperan penting dalam menumbuhkan kecintaan berolahraga pada anak. Agar anak

senang berolahraga, sebaiknya ajaklah anak untuk berolahraga bersama orangtua, jangan

memaksanya. Kebiasaan orangtua melakukan olahraga secara teratur akan merangsang anak

untuk meniru kebiasaan orangtuanya. Dengan berolahraga secara teratur, orangtua dapat

menunjukkan kepada anak bahwa olahraga adalah kegiatan yang menyenangkan dan

bermanfaat bagi tubuh dan menjaga kesehatan (Graha, 2007).

Berpartisipasi dalam olahraga penting untuk perkembangan normal karena

berolahraga memelihara kebugaran fisik dan kesehatan menyeluruh, memberikan kesempatan

untuk perkembangan psikososial (kerja tim, hubungan dengan teman sebaya), memperbaiki

kemampuan membuat keputusan dan meningkatkan rasa percaya diri. Aktivitas olahraga juga

memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak, juga kesempatan belajar beberapa

kemampuan yang dapat dilanjutkan seumur hidup (Arvin, 1996).

BAB III

PENUTUP

22

Page 23: makalah teori perkembangan keluarga

KESIMPULAN

Teori perkembangan adalah salah satu teori keluarga yang menjelaskan bagaimana

dinamika perubahan dalam keluarga. Ada tahapan-tahapan terkait karakteristik

perkembangan keluarga tersebut yang harus dilalui umumnya pada sebuah keluarga, dimana

pada setiap tahapannya terdapat tugas-tugas perkembangan yang diharapkan dapat dilakukn

atau dilalui oleh keluarga.

Ada 2 (dua) artikel yang dibahas dalam makalah ini terkait dengan teori

perkembangan. Artikel pertama berjudul “Effects of Family Income and Life Cycle Stages

On Financial Asset Ownership oleh Jiang J. Xiao. Artikel ini membahas tentang pengaruh

pemasukan keluarga dan tahap siklus kehidupan terhadap kepemilikan aset-aset keuangan.

Dikaji bahwa terdapat hubungan antara siklus hidup keluarga dengan kesempatan mereka

untuk memiliki beberapa aset keuangan. Disimpulkan bahwa perencanaan keuangan dapat

diatur sedemikian rupa dengan menggunakan tahap-tahap siklus hidup keluarga, sehingga

perencanaan keuangan dapat berjalan maksimal.

Artikel kedua dalam makalah ini berjudul The Relationship Between Physical

Inactivity and Family Life Course Stage oleh Margo J. Hilbrecht, Suzy L. Wong, Judith D.

Toms, Mary E. Thompson. Isi artikel ini adalah mengenai hubungan antara kemalasan dalam

beraktivitas fisik kaitannya dengan tahap siklus hidup suatu keluarga. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, salah satu indikator siklus hidup keluarga yakni jumlah dan usia anak,

mempengaruhi kemalasan orangtua dalam melakukan aktivitas fisik. Terkait dengan

kurangnya waktu sebagai dampak dari kesibukan dalam bekerja dan mengasuh anak usia bayi

(bagi keluarga dengan anak usia bayi). Disarankan bahwa keluarga harus memahami bahwa

setiap keluarga pada setiap tahap memiliki masalah kesehatan tertentu, sehingga menjadi

tugas dan peran orangtua untuk menjaga kesehatan setiap anggota keluarga, termasuk

kesehatan ayah dan ibu sebagai penanggung jawab utama sebuah keluarga.

SARAN

Setiap keluarga selayaknya memahami siklus tahap hidup keluarga, bagaimana

karakteristik pada setiap tahap, tugas perkembangan apa yang harus dilewati, dan bagaimana

23

Page 24: makalah teori perkembangan keluarga

peran orangtua dalam melewati setiap tahap tersebut. Pemahaman mengenai hal ini akan

menjadi bekal yang bermanfaat bagi orangtua dalam menganalisa dan merencanakan

perjalanan hidup keluarga.

Setiap aspek dalam kehidupan suatu keluarga, dapat direncakan dan disesuaikan

dengan tahap siklus hidup keluarga. Aspek keuangan dan aspek kesehatan merupakan

beberapa aspek yang dapat direncakan sedemikian rupa dengan menggunakan acuan tahap

siklus hidup keluarga. perencanaan keuangan dapat dilakukan dengan lebih efektif, jika

menggunakan acuan siklus tahap hidup keluarga, sehingga hasil maksimal dapat diraih.

Kesehatan suatu keluarga juga dapat dijaga, jika keluarga dalam hal ini orangtua memahami

dengan baik urgensi menjaga kesehatan dan apa saja masalah kesehatan yang mungkin

dihadapi suatu keluarga dalam setiap tahap siklus hidup keluarga, dan bagaiman cara

menanggulanginya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2007. Ilmu dan Apilkasi Pendidikan. Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama

24

Page 25: makalah teori perkembangan keluarga

Ali, Zaidin. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Arvin, Behrman, Kliegman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Christensen, Paula J. 1996. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Effendy, Nasrul. 1997. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gibney, Michael J (et al). 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Graha, Chairinniza. 2007. Keberhasilan Anak di Tangan Orangtua. Panduan bagi Orangtua untuk Memahami Perannya dalam Membantu Keberhasilan Pendidikan Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Kartakusumah, Berliana. 2006. Pemimpin Adiluhung, Genealogi Kepemimpinan Kontemporer. Jakarta: PT Mizan Publika

Kertajaya, Hermawan. 1996. Marketing Plus 2000. Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press

Manurung, Adler H. 2010. Successful Financial Planner. A Complete Guide. Jakarta: PT Grasindo

Pratiwi, Septina Dwi Ayu. Dharminto. Purnami, Cahya Tri. 2012. Hubungan Aktiivitas Fisik dan Upaya Pengobatan dengan Tingkat Keluhan Klimakterium pada Wanita Usia 40-65 tahun di Kelurahan Toyosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 1 Nomor 2, Tahun 2012. Halaman 196-205

Rini, Mike. 2010. Smart Money Game, 35 Tips Menjadi Keluarga Sejahtera-Bahagia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Supartini, Yupi. 2002. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suprajitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

25

Page 26: makalah teori perkembangan keluarga

Wong, Donna L. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Edisi 6. Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

26