Makalah Teknologi Produksi Tanaman

25
MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN “Teknologi Tanaman Perkebunan Semusim”  Disusun Oleh: Kelas F Kelompok 6 1. Fajar Yudha Pratama (1250402001111 34) 2. Evi Dwi Asih (12504020 0111159) 3. Elvrado Wega Senturi (125040201111016) 4. Erlina Eka P (12504020 1111016) 5. Fahma Sariahta Berutu (125040201111125)  Dosen Pembimbing: Nur Azizah, SP,MP Progam Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 2013

description

Teknologi Tanaman Perkebunan Semusim

Transcript of Makalah Teknologi Produksi Tanaman

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    1/25

    MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

    Teknologi Tanaman Perkebunan Semusim

    Disusun Oleh:

    Kelas F

    Kelompok 6

    1. Fajar Yudha Pratama (125040200111134)2. Evi Dwi Asih (125040200111159)3. Elvrado Wega Senturi (125040201111016)4. Erlina Eka P (125040201111016)5. Fahma Sariahta Berutu (125040201111125)

    Dosen Pembimbing:

    Nur Azizah, SP,MP

    Progam Studi Agroekoteknologi

    Fakultas Pertanian

    Universitas Brawijaya

    Malang

    2013

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    2/25

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangSalah satu vitamin yang banyak di perlukan oleh tubuh untuk dapat melakukan

    aktivitas sehari-hari adalah vitamin C. Menurut Widya Karya Pangan Nasional NAS-LIPI,

    1978, menyarankan mengkonsumsi vitamin C untuk anak-anak dan dewasa antara 20-30 mg

    per hari, sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui perlu ditambah 20 mg per hari. Vitamin C

    berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah segar. Salah satu tanaman yang

    memiliki kandungan vitamin C tinggi adalah tanaman rosella.

    Bunga rosella dalam bentuk segar memiliki kandungan gizi yang masih utuh jika

    dibandingkan dengan bunga rosella yang sudah dikeringkan. Bunga rosella yangdikeringkan kandungan gizinya akan berkurang karena tidak semua zat gizi stabil dalam

    pemanasan. Bunga rosella banyak mengandung vitamin C, vitamin A dan asam amino.

    Kandungan vitamin C yang terdapat dalam bunga rosella lebih banyak dibandingkan dengan

    buah-buahan lainnya. Dalam 100 gram bunga rosella mengandung 244,4 mg vitamin C,

    sedangkan dalam 100 gram jeruk mengandung 48 mg, belimbing 25,8 mg dan papaya

    mengandung 71 mg. Vitamin C mudah rusak karena oksidasi dan proses itu dipercepat oleh

    panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta katalis tembaga dan besi. Maka perlu dilakukan

    penelitian untuk mengetahui kandungan vitamin C pada bunga rosella

    Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) termasuk salah satu anggota famili Malvaceae

    (tanaman penghasil serat). Rosella merupakan tanaman yang sudah banyak dikenal oleh

    masyarakat, karena hampir seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kesehatan. Manfaat

    tanaman rosella diantaranya dapat digunakan sebagai obat dan perawatan tubuh. Tanaman ini

    juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan salad, saus, sup, teh, kopi, asinan, pudding, Permen,

    sirup dan jel. Tanaman rosella merupakan tanaman semusim, sehingga selesai masa

    pembungaannya tanaman akan mati dan sebahagian besar masyarakat sudah tidak dapat

    memanfaatkannya lagi.

    Tanaman rosella adalah sejenis tanaman dengan tangkai panjang menjuntai ke atas,

    daun dengan jari-jari mirip daun singkong berujung runcing ke tepi. Bunga rosella berwarna

    merah, dengan nama latin Hibiscus sabdariffa Lynn. Tinggi tanaman rosella bisa mencapai 3-

    5 meter dan akan berbunga setelah tanaman sudah dewasa (Budi Sutomo, 2007).

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    3/25

    1.2TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas yang telah diberikan

    Dosen Pembimbing, makalah ini bertujuan untuk :

    Untuk mengetahui tanaman perkebunan semusim

    Untuk mengetahui deskripsi dan karakteristik dari tanaman perkebunan yangsemusim.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    4/25

    PEMBAHASAN

    Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah sejenis semak (perdu) yang ada di

    seluruh wilayah tropis dunia. Asal rosella Florida Cranberry adalah dari Afrika Barat.

    Masyarakat pada umumnya telah mengenal kenaf atau rosella (Hibiscus cannabinus) sebagai

    tanaman penghasil serat karung dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Sedangkan

    bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Lynn), belum begitu dikenal. Bunga rosella merah

    (Hibiscus sabdariffa Lynn), dikenal di berbagai negara dengan nama yang berbeda-beda,

    diantaranya ialah, India Barat (Jamaican Sorrel ), Perancis (Oseille Rouge), Spanyol

    (Quimbombo Chino), Afrika Utara (Carcade), dan Senegal (Bisap), Indonesia (Vinagreira,

    Zuring, Carcade, atau asam Citrun). Dalam bahasa Melayu, tanaman ini dikenal dengannama asam paya, Asam kumbang atau asam susur. Tanaman rosella memiliki dua varietas

    dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu:

    a. Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosella berkelopak bunga kuning, yang bisa

    dimanfaatkan serat batangnya sebagai bahan membuat tali dan karung goni.

    b. Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosella berkelopak bunga merah yang kini mulai

    diminati petani dan dikembangkan untuk diambil bunga dan bijinya sebagai tanaman

    herbal dan bahan baku minuman kesehatan meskipun varietas ini juga mempunyai potensi

    untuk diambil seratnya. (Comojime, 2008).

    Tanaman rosella merupakan tanaman semusim, sehingga setelah selesai masa

    pembungaannya tanaman akan mati dan sebagian besar masyarakat sudah tidak dapat

    memanfaatkannya lagi. Pemanfaatan batang tanaman rosella merah yang juga memiliki

    potensi serat dapat menambah nilai ekonomi tanaman rosella. Pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman rosella merupakan peristiwa yang sangat kompleks, yang

    dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Dengan perlakuan dan pengaturan

    volume penyiramana di harapkan dapat meningkatkan serat pada batang rosella.

    a. MetodologiMetodologi yang di gunakan pada jurnal yaitu menggunakan Rancangan Acak Lengkap

    (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu:

    Faktor pertamaNaungan I0=intensitas tanpa naungan,

    I1= naungan paranet 55% dan

    I2= naungan paranet 75 %.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    5/25

    Faktor keduaVolume penyiraman P1=240 mL,

    P2=480 mL dan

    P3=720 mL.Dengan 5 kali pengulangan. Penentuan volume air perlakuan dilakukan berdasarkan kapasitas

    lapang tanah yang akan digunakan untuk menanam. Setelah tanaman berumur 3 minggu,

    perlakuan diberikan selama 95 hari. Setelah panen, dibuat preparat penampang lintang dan

    penampang bujur batang dengan metode tanpa embedding dan preparat maserasi dan

    diamati menggunakan fotomigrograf.

    Pengukuran dimensi serat menggunakan mikroskop Olympus BH-2 dengan

    pembesaran 40 X, 100 X dan 400 X. Pemilihan dimensi serat untuk pengukuran yaitu

    panjang serat dan diameter serat yang utuh atau tidak patah, rusak, terlipat, pecah, terpotong

    dan kerusakan lainnya.

    Variabel yang diukur yaitu :

    Jumlah sel serat sklerenkim batang tiap berkas Diameter serat batang dan Panjang serat batang serta Intensitas cahaya, namun variabel tersebut hanya variabel pendukung. Karena

    pengukurannya dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.

    b.PembahasanBerikut tabel jumlah sel serat sklerenkim tiap berkas yang dipengaruhi oleh naungan

    dan volume penyiraman yang berbeda.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    6/25

    Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa, perlakuan naungan, volume

    penyiraman dan interaksi kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda

    nyata terhadap jumlah sel serat sklerenkim batang rosella. Perlakuan tanpa naungan

    menghasilkan jumlah sel serat sklerenkim yang sama dengan perlakuan naungan paranet

    55% tetapi lebih banyak dibandingkan perlakuan naungan paranet 75%. Perlakuan volume

    penyiraman 480 mL dan 720 mL menghasilkan jumlah sel serat sklerenkim yang sama dan

    lebih banyak dibandingkan volume penyiraman 240 mL. Interaksi kedua faktor

    menunjukkan tanaman pada volume penyiraman 480 mL dan 720 mL menghasilkan jumlah

    sel serat terbanyak baik pada perlakuan tanpa naungan ataupun naungan paranet 55%.

    Sehingga jumlah sel terbanyak dihasilkan oleh tanaman dengan perlakuan tanpa naungan dan

    pada naungan 55% hal tersebut di sebabkan karena pengaruh cahaya terhadap pembelahan

    sel melalui mekanisasi penyediaan cadangan makanan untuk proses pembelahan. Intensitas

    cahaya yang tinggi pada tempat tanpa naungan akan meningkatkan proses fotosintesis

    tanaman sehingga karbohidrat yang dihasilkan untuk proses pembelahan sel juga meningkat.

    Hasil pengamatan perbedaan jumlah sel pada perlakuan penyiraman yang berbeda

    dapat dilihat pada gambar:

    Penampang lintang batang rosella pada perbesaran 400 X

    dengan perbedaan volume penyiraman: A. 240 mL, B. 480 mL, C. 720 mL.

    Tanaman pada perlakuan volume penyiraman 240 mL menghasilkan jumlah sel serat

    sklerenkim yang lebih sedikit dibandingkan pada volume 480 mL dan 720 mL. Hal ini

    dikarenakan volume penyiraman 240 mL kurang dari kapasitas lapang media, sehingga

    tanaman mengalami kekurangan air. Kekurangan air pada tanaman akan menyebabkan

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    7/25

    proses-proses metabolisme terganggu sehingga mengakibatkan proses pembelahan sel

    tumbuh menjadi terhambat dibandingkan tanaman dengan penyiraman yang sesuai dengan

    kapasitas lapang media tanam.

    pada kombinasi volume penyiraman 480 mL dan 720 mL dengan intensitas cahaya

    tanpa naungan dan naungan paranet 55% sel tanaman akan lebih banyak membelah. Hal

    ini disebabkan adanya cadangan makanan untuk proses pembelahan yang lebih banyak

    dari perlakuan intensitas cahaya yang tinggi juga dengan penyediaan air yang memenuhi

    kapasitas media lapang dibandingkan perlakuan naungan paranet 75% dan volume

    penyiraman 240 mL.

    Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan naungan paranet 55% menghasilkan ukuran

    diameter sel serat sklerenkim paling besar diikuti perlakuan naungan paranet 75% sedangkan

    perlakuan tanpa naungan menghasilkan diameter sel serat sklerenkim terkecil. Perlakuan

    volume penyiraman 720 mL menghasilkan ukuran diameter sel serat sklerenkim paling besar

    sedangkan volume penyiraman 480 mL dan 240 mL menghasilkan diameter sel serat

    sklerenkim yang sama. Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa tanaman pada perlakuan

    naungan paranet 55% pada volume penyiraman yang berbeda menghasilkan diameter sel

    terbesar. Hal ini disebabkan intensitas cahaya yang tinggi pada tempat tanpa naungan akan

    mengakibatkan perusakan auksin tanaman yang berperan dalam proses perluasan sel.

    Tanaman pada volume penyiraman 720 mL menghasilkan diameter sel terbesar

    dibandingkan volume 240 mL dan 480 mL. Hal ini disebabkan penyediaan air yang berlebih

    akan menyebabkan kondisi di dalam tanaman menjadi lebih pekat, sehingga terjadi perbedaan

    gradien potensial air. Hal ini akan menyebabkan sel mengalami peningkatan pengambilan

    air sehingga volume vakuola bertambah dan terjadi perluasan sel.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    8/25

    Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan naungan paranet 55% menghasilkan ukuran

    panjang sel serat sklerenkim paling panjang diikuti perlakuan naungan paranet 75%

    sedangkan perlakuan tanpa naungan menghasilkan panjang sel serat sklerenkim terpendek.

    Perlakuan volume penyiraman 720 mL menghasilkan ukuran panjang sel serat sklerenkim

    paling panjang sedangkan volume penyiraman 480 mL dan 240 mL menghasilkan panjang

    sel serat sklerenkim yang sama. Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa panjang sel

    terpanjang dihasilkan oleh tanaman dengan kombinasi perlakuan naungan paranet 55%

    dan volume penyiraman 720 mL. Perbedaan intensitas cahaya memberikan pengaruh yang

    berbeda nyata terhadap ukuran sel-sel serat sklerenkim pada pertumbuhan batang rosella,

    baik terhadap ukuran diameter sel maupun panjang sel. Hal ini disebabkan oleh

    meningkatnya jumlah auksin pada tanaman yang terletak pada intensitas cahaya rendah.

    Perusakan auksin karena cahaya lebih sedikit pada tanaman yang ternaungi paranet

    75%.

    Tanaman pada perlakuan volume penyiraman 720 mL memberikan hasil panjang

    sel serat sklerenkim terpanjang. Hal ini disebabkan ketersediaan air mempunyai peranan

    penting dalam proses pertumbuhan sel. Proses pemanjangan membutuhkan pemberian air

    yang banyak, adanya hormon tertentu yang memungkinkan dinding-dinding sel merentang

    dan adanya gula.

    Interaksi kedua faktor menunjukkan bahwa panjang sel terpanjang dihasilkan oleh

    tanaman dengan kombinasi perlakuan naungan 75% dan volume penyiraman 720 mL . Hal

    ini disebabkan adanya kombinasi faktor pemanjangan sel antara peran auksin yang lebih

    tinggi pada perlakuan naungan 75% dan potensial air yang lebih tinggi pada perlakuan

    volume penyiraman 720 mL sehingga menghasilkan sel yang lebih panjang dibandingkan

    kombinasi perlakuan lainnya.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    9/25

    KESIMPULAN

    Terdapat interaksi pengaruh naungan dan penyiraman terhadap perkembangan serat

    batang rosela. Perlakuan naungan pada semua volume penyiraman berpengaruh

    meningkatkan diameter dan panjang sel serat rossela, sedang perlakuan tanpa naungan

    dengan penyiraman pada kapasitas lapang berpangaruh meningkatkan jumlah sel serat

    rosella.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    10/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Astuti, Tri dan Sri Darmanti.2010. Perkembangan Serat Batang Rosella (Hibiscus sabdariffa

    var.Sabdariffa) dengan Perlakuan Naungan dan Volume Penyiraman yang Berbeda

    dalam Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVIII, Nomor 2, (hlm. 47-55).

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    11/25

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia.

    Tembakau memiliki peranan penting dalam roda perekonomian Indonesia, karena tembakau

    merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Tembakau merupakan

    bukan hanya sumber pendapatan bagi para petani tetapi juga memberikan pendapatan

    bagi Negara. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai kegunaan yang

    sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok. Tembakau dan rokok

    merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia

    tembakau berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber

    devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan

    lapangan kerja penduduk di perdesaan. Di dalam daun tembakau terdapat kandungan

    alkaloid nikotin yang dapat digunakan sebagai insektisida, sebagai obat luka dan

    sebagai zat pewarna alami contohnya zat pewarna baju. Selain itu tembakau Juga

    dimanfaatkan sebagai kunyahan (Jawa : susur), terutama di kalangan ibuibu di pedesaan.

    Tanaman Tembakau termasuk dalam famili Solanaceae yang banyak dibudidayakan

    di Indonesia. Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika yang

    digunakan pertama kali di Amerika Utara dan masuk ke Eropa melalui Spanyol. Setelah

    masuk ke Eropa, tembakau menjadi semakin popular sebagai barang dagangan dan menyebar

    dengan sangat cepat di seluruh Eropa, Afrika, Asia dan Australia. Terdapat banyak jenis

    tembakau yang ada di Indonesia. Namun, kebanyakan dari jenis tembakau tersebut hanya bisa

    diusahakan pada saat musim kemarau saja, sedangkan kebutuhan air harus terpenuhi secara

    cukup sehingga pemberian air harus dilakukan secara intensif.

    Tujuan

    Tujuan dari jurnal yaitu untuk mengetahui kelayakan penerapan metode microsprayer

    secara finansial dan mengetahui nilai tambahnya bagi petani.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    12/25

    PEMBAHASAN

    Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum Linn) termasuk dalam famili Solanaceae dan

    genus Nicotianae. Tanaman ini dikenal kira-kira lima abad yang lalu, sejak ditemukan oleh

    colombus (1492). Beberapa nama daerah dari Nicotiana tobacum Linn yaitu; Bengkulu dan

    lampung namanya tembakau, di jawa dengan nama bako, di Aceh bakong, di Tapanuli

    timbako, di Nias Fanisa. Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim dan tingginya

    dapat mencapai 2,5 m, memiliki batang berkayu yang tegak dan berwarna hijau.

    Klasifikasi Tanaman Tembakau

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Tracheophyta

    Klas : Angiospermae

    Ordo : Dicotyledoneae

    Famili : Solanaceae

    Genus : Nicotiana

    Spesies : Nicotiana tobacum Linn

    Alat dan bahan yang digunakan :

    Pompa sentrifugal klep pengatur tekanan, filter, pipa PVC (1), pipa LDPE (13 mm x 300 m) dan nozel microsprayer. tembakau varietas Jepun kenek ex Prancak, pupuk TSP, pupuk kandang, dan pestisida.

    Langkah Kerja :

    1. Pengolahan Tanah : bajak dua kali, bedengan (lebar bawah 1.1 m, atas 0.7 m, tinggi0.4 m, lebar drainase 0.3 m dan panjang 20 m), dan saluran

    drainase keliling (lebar dasar 0.5 m, atas 1 m).

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    13/25

    2. Tanam: pada awal, pertengahan dan akhir Juni, secara double rows, jarak dalambaris 40 cm dan antar baris 50 cm, bibit dua tanaman perlubang diambil

    yang baik.

    3. Pupuk: pupuk kandang 0.5 l/lubang (7 hari sebelum tanam),pupuk N (150 kg/hapada 10 dan 25 hst), TSP pada saat tanam (150 kg/ha).

    4. Pemeliharaan: dangir (10 hst), bumbun (30 hst), penyiraman dan pengendalian HPT.5. Pemberian air: microsprayer (frek. 0-7 hst tiap hari, 8-50 hst tiap 4 hari selama

    satu jam), petani (gembor 0-30 hst tiap hari dan tiap dua hari pada 30-

    56 hst).

    6. Panen: 20 Agustus, 4 September dan 18 September 1997.7. Pengolahan hasil: pemeraman (3-4 hari), penggulungan, perajangan, penjemuran.

    Parameter pengamatan yang dilakukan yaitu :

    produksi tembakau: dalam bentuk rajangan kering yang siap dipasarkan.Mutu: kadar gula dan kadar nikotin. harga x produksi mutu Indeks =Biaya usahatani: sewa tanah, sarana produksi, tenaga kerja dan peralatan. Biaya pemberian air: metode petani (iuran air, biaya tenaga siram, pembuatan

    sumuran), microsprayer (iuran air, biaya penyusutan, bunga modal, pemeliharaan dan

    tenaga kerja.

    Hasil

    a. Produksi TembakauPenerapan metode pemberian air antara metode microsprayer (M) dan petani (P),

    tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada uji BNT 5% terhadap produksi rata-rata

    tembakau dan nisbah BK/BB.

    Meskipun antara kedua metode tidak berbeda nyata, metode microsprayer cenderung

    mampu meningkatkan produksi tembakau di daerah penelitian. Hal ini karena pemberian

    airnya telah diatur sesuai kebutuhan optimum tanaman sehingga pertumbuhannya optimum

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    14/25

    pula. Penerapan metode microsprayer ternyata mampu menurunkan nisbah gula/nikotin,

    berarti ada peningkatan mutu daun tembakau. Nisbah gula/nikotin yang rendah, menunjukkan

    aroma yang semakin keras dan kuat.

    Metode microsprayer mempengaruhi sistem perakaran tanaman. Dimana berdasarkan

    pola pancaran microsprayer yang berbentuk kabut dan bentuk pembasahan di tanah berupa

    lingkaran (Karmeli and Stephen, 1977), air akan lebih banyak membasahi zone perakaran di

    permukaan tanah sehingga perkembangan akar tanaman cenderung menyebar ke arah

    horisontal. Hal ini menyebabkan akar tanaman bisa dengan mudah menyerap air.

    Biaya upah pengairan per hektar metode microsprayer lebih murah daripada metode

    petani dan biaya tahunan relatif tidak jauh berbeda. Penerimaan metode microsprayer relatif

    lebih baik daripada metode petani.

    b. Harga Tembakau

    Harga tembakau kedua perlakuan sama, karena keduanya ditanam di lokasi yang

    sama. Perbedaan harga dalam pengamatan, karena tembakau tersebut dijual tidak dalam

    waktu yang bersamaan. Pada panen awal harganya masih tinggi tetapi pada panen akhir

    harga menjadi rendah karena gudang mulai menutup pembeliannya.

    c. Mutu dan Indeks Mutu

    Rerata nisbah gula/nikotin, sebagai rasio perbandingan kadar gula dan kadar nikotin

    dari metode microsprayer lebih rendah daripada metode petani. Mutu tembakau dipengaruhi

    oleh kadar gula dan kadar nikotin pada daun tembakau. Kadar gula merupakan penyusun

    mutu tembakau karena asap makin halus dan sebagai tembakau tipe aromatis, faktor aroma

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    15/25

    pada tembakau madura sangat penting. Sedangkan nikotin sangat berpengaruh terhadap berat

    ringannya rasa isap tembakau.

    Penerapan metode microsprayer ternyata mampu menurunkan nisbah gula/nikotin,

    berarti ada peningkatan mutu daun tembakau. Nisbah gula/nikotin yang rendah, menunjukkan

    aroma yang semakin keras dan kuat. Penerapan metode tidak berpengaruh nyata, tetapi

    indeks mutu metode microsprayer cenderung lebih tinggi daripada metode petani. Hal ini

    karena produksinya lebih tinggi sedangkan harga tidak berpengaruh.

    Nilai tambah yang diperoleh petani dengan penerapan metode microsprayer yaitu

    petani memiliki lebih banyak waktu luang. Jadi jika selama ini petani menghabiskan

    banyak waktu untuk menyirami tanamannya, maka dengan metode ini petani hanya

    membutuhkan sedikit waktu saja dan waktu luang yang ada bisa dipergunakan untuk

    melakukan kegiatan lain seperti misalnya berdagang atau melakukan pekerjaan lain yang

    bisa memberikan penghasilan tambahan.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    16/25

    KESIMPULAN

    Metode pemberian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, indeks mutu

    dan pendapatan tetapi berpengaruh nyata terhadap nisbah gula/nikotin sehingga tembakau

    yang dihasilkan dengan metode microsprayer adalah tembakau dengan rasa dan aroma

    yang lebih kuat. Biaya upah pengairan per hektar metode microsprayer lebih murah

    daripada metode petani dan biaya tahunan relatif tidak jauh berbeda. Penerimaan metode

    microsprayer relatif lebih baik daripada metode petani.

    Secara umum baik penerapan metode microsprayer maupun metode petani

    adalah tidak layak karena nilai NPV masing-masingnya lebih kecil dari 0 dan B/C rationya

    labih kecil dari 1. Kalaupun petani lebih menyukai berusahatani tembakau, itu karena

    mereka tidak memperhitungkan tenaga yang mereka keluarkan sehingga menganggapnya

    sebagai keuntungan yang mereka peroleh setelah tembakau mereka terjual.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    17/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Kurniati, Evi.2001. Analisis Finansial Penerapan Metode Pemberian Air Irigasi dengan

    Microsprayer pada Tanaman Tembakau Sawah (Nicotiana tabacum) di Madura

    dalam Jurnal Tekonologi Pertanian, Vol. 2, Nomor 2, Agustus, (hlm. 1-13).

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    18/25

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangTanaman tebu (Saccharum officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama

    dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja

    dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau

    penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

    dan penyediaan lapangan kerja. Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula

    dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos.

    Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya

    dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas.

    Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang

    mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Di pedesaan dadhok sering dipakai sebagai bahan

    bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar

    ini juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas

    batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses

    produksi dan pembangkit listrik.

    Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga kebutuhannya terus meningkat seiring

    dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat

    diimbangi oleh produksi gula dalam negeri.

    1.2TujuanBertujuan untuk mendapatkan kombinasi akibat perlakuan komposisi media tanam

    dan varietas serta mendapatkan komposisi media tanam yang tepat untuk pertumbuhan bibit

    dengan teknik bud chip dari tiga varietas tebu (Saccharum officinarum L.).

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    19/25

    PEMBAHASAN

    Komoditas tebu (Saccharum L.) adalah tanaman industri yang tergolong musiman

    dan termasuk keluarga rumputan (Graminae). Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan

    semusim dimana di dalam batangnya terdapat suatu cairan yang memiliki rasa manis yang

    disebut nira. Nira inilah yang kemudian akan diolah menjadi gula. Saccharum officinarum

    adalah spesies tebu yang banyak digunakan untuk produksi gula, kelebihannya adalah

    mengandung banyak sukrosa, kandungan sabut rendah, daunnya lebih lebar, dan berbatang

    besar. Selain itu, Saccharum officinarum berdaya tunas tinggi pada keadaan tanah dan iklim

    yang cocok, dan umumnya beradaptasi dengan baik di daerah tropis.

    Kebutuhan akan tanaman tebu terus meningkat. Namun peningkatan konsumsi gula

    belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Penyebab rendahnya produksi

    gula dalam negeri salah satunya dapat dilihat dari sisi on farm, diantaranya penyiapan

    bibit dan kualitas bibit tebu. Selain permasalah dari sisi bibit, semakin sedikitnya

    ketersediaan lahan menyebabkan kebutuhan lahan untuk pembibitan juga semakin sulit

    sehingga di butuhkan teknologi penyiapan bibit yang sigkat.

    Teknik pembibitan Bud chip adalah teknik pembibitan tebu secara vegetatif yang

    menggunakan bibit satu mata. Bibit ini berasal dari kultur jaringan yang kemudian ditanam

    di Kebun Bibit Pokok (KBP). Bibit yang di gunakan berumur 5 - 6 bulan, murni (tidak

    tercampur dengan varietas lain), bebas dari hama penyakit dan tidak mengalami kerusakan

    fisik. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil pembibitan dengan teknik bud

    chip adalah media tanam. Komposisi media tanam yang digunakan pada teknik ini terdiri

    dari tanah, kompos dan pasir.

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, chisel mortisier (alat

    pemotong batang tebu), hot water treatment (HWT), alat steam media tanam, tray,

    penggaris, oven, alat tulis, kamera, leaf area meter (LAM) dan jangka sorong. Bahan yang

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    20/25

    digunakan antara lain tanaman tebu varietas PS 92-750, VMC 76-16 dan PS 862, tanah,

    pasir, kompos blotong N10, fungisida, insektisida dan ZPT.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan Faktorial yang

    disusun secara acak kelompok. Percobaan ini terdapat 2 faktor,

    Faktor 1 ialah varietas (V) yang terdiri dari 3 macam, yaitu: (V1) Varietas PSJK 922,(V2) Varietas PS 862, (V3) Varietas VMC 76-16.

    faktor 2 ialah media tanam (M) dengan komposisi tanah : kompos : pasir yangterdiri dari 3 macam, yaitu : (M1) (10% : 70% : 20%, (M2) (70% : 20% : 10%) , (M3)

    (20% : 10% : 70%).

    Pengamatan dilakukan pada tiap tray perlakuan dengan 4 sampel non destruktif

    dan 18 tanaman destruktif. Parameter pengamatan non destruktif meliputi diameter batang,

    tinggi tanaman, jumlah ruas batang dan jumlah daun. Parameter pengamatan destruktif

    meliputi luas daun, bobot segar total tanaman dan bobot kering total tanaman. Data

    pengamatan yang diperoleh dianalis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%.

    Apabila terdapat beda nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dilanjutkan dengan uji BNT

    pada taraf 5%.

    a. Tinggi Tanaman

    kombinasi perlakuan V1 dan M1 menghasilkan rerata tinggi tanaman lebih tinggi. Hal

    tersebut diduga karena pada komposisi media M1 dengan prosentase tanah : kompos : pasir

    (10% :70% : 20%) mengandung aplikasi kompos blotong yang lebih banyak sehingga

    kebutuhan nutrisi dan vitamin untuk tanaman terpenuhi. Menurut Brady (1990) bahwa

    bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman

    yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino,

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    21/25

    auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik. Kompos blotong

    adalah bahan organik yang mengandung unsur N tinggi.

    b. Jumlah DaunHasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan

    komposisi media tanam dan tiga varietas tebu terhadap jumlah daun.

    Meningkatnya jumlah daun tidak terlepas dari adanya aktifitas pemanjangan sel

    yang merangsang terbentuknya daun sebagai organ fotosintesis terutama pada tanaman

    tingkat tinggi (Gardner et al,1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan

    umur 70,80 dan 90 hst. terdapat interaksi antara perlakuan V1 dan M1. Kombinasi perlakuan

    V1 dan M1 menghasilkan rerata jumlah daun lebih tinggi. komposisi media M1 dengan

    perbandingan tanah : kompos : pasir (10% : 70% : 20%) baik digunakan sebagai media

    tanam karena mampu menyediakan unsur nitrogen yang dapat membantu tanaman untuk

    menghasilkan fotosintat yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman.

    c. Diameter BatangPerlakuan komposisi media tanam tidak terjadi interaksi terhadap diameter batang

    pada beberapa umur.

    d. Jumlah Ruas BatangHasil analisis ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara komposisi media

    tanam dan varietas terhadap jumlah ruas batang

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    22/25

    e. Luas DaunHasil analisis ragam menunjukkan

    bahwa terjadi interaksi antara komposisi media tanam dan varietas terhadap luas daun

    menunjukkan bahwa pada umur 80 hst,

    f. Bobot Segar Total TanamanTidak terjadi interaksi terhadap rerata bobot segar total tanaman pada berbagai umur

    pengamatan.

    Selain bobot basah total tanaman, parameter pertumbuhan tanaman juga dapat

    diamati melalui bobot kering total tanaman. Terdapat interaksi pada parameter bobot kering

    total tanaman terhadap varietas dan komposisi media tanam pada umur pengamatan 70 hst.

    g. Bobot Kering Total TanamanHasil analisis ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara komposisi media

    tanam dan varietas terhadap bobot kering total menunjukkan bahwa terdapat interaksi antar

    perlakuan pada umur 70 hst.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    23/25

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara komposisi

    media tanam dan varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah ruas batang, luas

    daun dan bobot kering total tanaman. Hal tersebut dikarenakan sifat dan fungsi dari

    komposisi media tanam berbeda. Kombinasi perlakuan V1 dan M1 nyata memiliki rerata

    nilai bobot kering total tanaman lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

    dari kedua faktor, baik dari faktor internal dan eksternal. Media tanam M1 memiliki

    komposisi tanah : kompos : pasir (10% : 70% : 20%) yang mampu meningkatkan bobot

    kering total tanaman secara nyata, karena komposisi media tanam yang tepat mengandung

    komposisi tanah : pasir dan kompos yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

    pemberian blotong berpengaruh baik pada peningkatan bobot tebu. Varietas juga

    memberikan pengaruh yang nyata dalam peningkatan bobot kering tanaman. Sebaiknya

    pembibitan tebu (Saccharum officinarum L.) dengan teknik bud chip ditanam pada media

    dengan komposisi media tanah : pasir : kompos (10% : 20% :70%) menggunakan varietas

    PSJK 922.

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    24/25

    KESIMPULAN

    Terdapat interaksi antara komposisi media tanam dengan varietas terhadap tinggi

    tanaman, jumlah daun, jumlah ruas batang, luas daun dan berat kering total tanaman.

    Pembibitan tanaman tebu pada media dengan komposisi tanah : pasir : kompos (10% :

    20% : 70%) menghasilkan nilai rerata diameter batang, jumlah ruas batang, luas daun,

    bobot segar total tanaman dan bobot kering total tanaman lebih tinggi dibandingkan

    dengan komposisi tanah : kompos : pasir (70% : 20% : 10%) dan (20% : 10% : 70%).

    Varietas PSJK 922 cocok ditanam pada media dengan komposisi tanah : kompos : pasir

    (10% : 20% : 70%).

  • 5/24/2018 Makalah Teknologi Produksi Tanaman

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Putri, A. Dezjona , Sudiarso, dan Titik Islami.2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam

    pada Teknik Budidaya Chip Tiga Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.) dalam

    Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 1, Nomor 1, Maret, (hlm. 16-23).