Makalah TB Paru.docx

54
MAKALAH TUBERKULOSIS PARU OLEH IRDA ASTUTI, S.Ked 09171068 PEMBIMBING Dr. ROSNIAR NASUTION Sp.P BAGIAN SMF ILMU PENYAKIT PARU

Transcript of Makalah TB Paru.docx

MAKALAHTUBERKULOSIS PARUOLEHIRDA ASTUTI, S.Ked09171068

PEMBIMBINGDr. ROSNIAR NASUTION Sp.P

BAGIAN SMF ILMU PENYAKIT PARU RSUD ACEH TAMIANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2013

KATA PENGANTARPuji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya Saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul. TUBERCULOSIS PARUTidak lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada pembimbing Sayadr. ROSNIAR NASUTION sp,P dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini sejak awal hingga selesainya tugas ini.Tujuan penulisan referat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Paru RSUD ACEH TAMIANG.Saya menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu Saya sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi teman sejawat untuk memberikan masukan dan saran guna menyempurnakan referat ini di masa mendatang. Akhir kata Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya atas perhatian dan dukungannya, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Aceh Tamiang,30 september 2013

Penulis

iDAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN10. Latar Belakang10. Tujuan2BAB II. PEMBAHASAN30. Definisi 30. Epidemiologi dan Penularan Tuberkulosis Paru30. Morfologi dan Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis60. Patogenesis70. Klasifikasi Tuberkulosis100. Diagnosis130. Pengobatan Tuberkulosis19BAB 3. PENUTUP24DAFTAR PUSTAKA39

iiBAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu pula penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di mesir kuno pada tahun 2000 - 4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi phthisis yang diangkat dari bahasa yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini.1Literatur arab: Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M) menyatakan adanya kavitas pada paru-paru dan hubungannya dengan lesi dikulit. Baru pada tahun 1882 Robert Koch menemukan kuman penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis secara mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat.1 Penyakit ini kemudian dinamakan tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya tetapi yang paling banyak adalah organ paru.1Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).2Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. 2Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.2

1.2 TujuanBerdasarkan standar kompetensi dokter umum, penyakit Tuberkulosis paru tanpa komplikasi termasuk dalam tingkat kemampuan 4 yang artinya dokter umum harus mampu menentukan diagnosis klinik TB paru berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan serta dapat memutuskan dan mampu menangani problem TB paru tanpa komplikasi secara mandiri hingga tuntas. Maka dari itu makalah ini dibuat selain sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik pada stase paru, juga untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan dokter muda khususnya penulis tentang TB paru dan pengobatannya.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya.2Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal pada manusia. Ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya. Tuberculosis paru (TB) disebabkan olehbakteri Mikobakterium Tuberkulosis, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). 3

2.2 Epidemiologi dan Penularan Tuberkulosis2.2.1 EpidemiologiWalaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagaiglobal health emergency. TB dianggap sebagai masalah penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.1Sebagian besar dari kasus TB ini (95 %) dan kematiannya (98 %) terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65 % dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul di Asia.1Alasan utama yang muncul atau meningkatnya penyakit TB global ini disebabkan :a.Kemiskinan pada berbagai pendudukb.Meningkatnya penduduk duniac.Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupid.Tidak memadainya pendidikan mengenai penyakit TBe.Terlantar dan kurangnya biaya pendidikan.1Jumlah pasien TB paru di Indonesia diperkirakan sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB di dunia dan termasuk penyebab kematian utama. Hasil survey Prevalensi TB paru di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional adalah sebesar 110 per 100.000 penduduk.3Secara regional prevalensi TB BTA positip di Indonesia di kelompokan dalam 3 wilayah yaitu wilayah Sumatra dengan angka prevalensi TB sebesar 160 per 100.000 penduduk, wilayah Jawa dan Bali dengan angka prevalensi TB sebesar 110 per 100.000 penduduk, dan wilayah Indonesia Timur dengan angka prevalensi TB sebesar 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah sebesar 68 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).3

Gambar 1. Prevalensi Kasus TB di Indonesia Tahun 2006 dan 20072.2.2 Penularan Tuberkulosis1. Cara penularan TuberkulosisSumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) . Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.2 Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.2 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. 2Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 22. Risiko penularan Tuberkulosis Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.2 Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.23. Risiko menjadi sakit Tuberkulosis. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. 2Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).2 HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.2

2.3 Morfologi dan Karakteristik Mycobacterium TuberculosisTB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.3Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama.3Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Pathogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru .3Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi congenital yang jarang terjadi.3

Gambar 2. Morfologi Bakteri Mycobacterium Tuberculosis

Kuman tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 x 0,2-0,5m, dengan bentuk uniform, tidak berspora dan tidak bersimpai. Dinding sel mengandung lipid sehingga memerlukan pewarnaan khusus agar dapat terjadi penetrasi zat warna. 4Yang lazim digunakan adalah pengecatan Ziehl-Nielsen. Kandungan lipid pada dinding sel menyebabkan kuman TB sangat tahan terhadap asam basa dan tahan terhadap kerja bakterisidal antibiotika.4 M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen dan determinan antigenin yang dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat menimbulkan reaksi silang. Sebagian besar antigen kuman terdapat pada dinding sel yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Kuman TB tumbuh secara obligat aerob. Pengurangan oksigen dapat menurunkan metabolisme kuman.4Energi diperoleh dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan. Dapat tumbuh dengan suhu 30-40C dan suhu optimum 37-380 C. Kuman akan mati pada suhu 600 C selama 15-20 menit. 4

2.4 Patogenesis2.4.1 Tuberkulosis PrimerKuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). 5Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)3. Menyebar dengan cara5 :a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.5b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.5 c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan5 : Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.5

2.4.2. Tuberkulosis PostprimerTuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.5Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat 2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.53. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi: Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).5

Gambar 3. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan perjalanan penyembuhannya

2.5 Klasifikasi Tuberkulosis2.5.1 Tuberkulosis ParuTuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.51. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) , TB paru dibagi atas: a. Tuberkulosis paru BTA (+).5 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.5

b. Tuberkulosis paru BTA (-).5 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. Tuberculosis.5 2. Berdasarkan tipe pasienTipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu : a. Kasus baruAdalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. 5b. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.5Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan : Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll) TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis.5 c. Kasus defaulted atau drop outAdalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.5d. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.5

e. Kasus kronikAdalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.5 f. Kasus Bekas TB: Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.5 Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.52.5.2 Tuberkulosis Ekstra ParuTuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.5Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.5Gambar 4. Skema klasifikasi tuberkulosis

2.6 DiagnosisDiagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.5 2.6.1 Gejala klinik Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).51. Gejala respiratorik : Batuk > 2 minggu Batuk darah Sesak napas Nyeri dadaGejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.5 2. Gejala sistemik Demam Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.3. Gejala tuberkulosis ekstraparuGejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.5

2.6.2 Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.5Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.5Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess.5

Gambar 5. Paru : Apeks Lobus Superior dan Apeks Lobus Inferior

2.6.3 Pemeriksaan Bakteriologik1. Bahan pemeriksasan Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).52. Cara pengumpulan dan pengiriman bahanCara pengambilan dahak 3 kali (SPS): Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan), Pagi ( keesokan harinya ), Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi), atau setiap pagi 3 hari berturut-turut. 5Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.5Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.5Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.5Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring: Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas saring sebanyak + 1 ml Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang tidak mengandung bahan dahak Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di dalam dus. Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium. 3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain. Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara mikroskopik dan biakan.5a. Pemeriksaan mikroskopik: Mikroskopik biasa: pewarnaan Ziehl-Nielsen Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin ( untuk screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila 3 kali hasilnya positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif berarti maknanya BTA positif. 5Bila1 kali hasilnya positif, 2 kali negatif maka ulang BTA 3 kali, kemudian bila hasilnya 1 kali positif, 2 kali negatif berarti BTA positif. Bila 3 kali negatif berarti BTA negatif.5Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)b. Pemeriksaan biakan kumanPemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh dan Agar base media : Middle brook.5Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.52.6.4 Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).5Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif antara lain; Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah, Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular, Bayangan bercak milier, Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).5 Gambar 6. Gambaran Foto Rontgen TB Paru Sedangkan gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif antara lain; Fibrotik , Kalsifikasi, Schwarte atau penebalan pleura5Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit.5Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) ; Lesi minimal bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti. Sedangkan dikatakan Lesi luasBila proses lebih luas dari lesi minimal.5Gambar 7. Skema Alur Diagnosis TB Paru2.7 Pengobatan TuberkulosisPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan terdiri dari paduan obat utama (lini 1) dan tambahan (lini 2). Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan antara lain INH, Rifampisin, Pirazinamid , Streptomisin, Etambutol. Sedangkan Obat tambahan (lini 2) antara lain Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon.2,5Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah dari pada OAT lapis pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.2,5

Tabel 1. Jenis, Sifat dan Dosis OAT

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut; OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. 2,5Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.2,5 Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 2,5Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.2,5

2.7.1 Paduan OAT dan Peruntukannyaa. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paru.2,5

Tabel 2. Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 1

b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).2,5

Tabel 3. Dosis untuk Paduan OAT KDT Kategori 2c. OAT Sisipan (HRZE) Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).2,5Tabel 4. Dosis KDT Sisipan

2.7.2 Efek Samping OATSebagaimana obat-obatan lainnya, tablet tablet TBC kadangkala dapat menimbulkan efek sampingan, namun kebanyakan orang tidak mengalami masalah. Pasien harus memberieri tahu dokter atau petugas kesehatan dengan segera jika muncul penyakit yang tidak diduga atau salah satu gejala efek samping antara lain; Mual dan/atau muntah, Sakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning, kencing berwarna gelap), Demam yang tidak biasanya atau rasa lelah, Kesemutan pada tangan atau kaki , sakit pada persendian, Gatal-gatal pada kulit, lebam, Penglihatan menjadi kabur atau buta warna merah/hijau dll.6

Tabel 5. Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya

BAB IIIPENUTUPTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya.Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei)Gejala TB Paru antara lain Batuk > 2 minggu , Batuk darah, Sesak napas, Nyeri dada, Demam dan Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pemeriksaan Penunjang yang membantu diagnosis antara lain pemeriksaan bakteriologik dan pemeriksaan radiologiPaduan Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan terdiri dari paduan obat utama (lini 1) dan tambahan (lini 2). Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan antara lain INH, Rifampisin, Pirazinamid , Streptomisin, Etambutol. Sedangkan Obat tambahan (lini 2) antara lain Kanamisin,

STATUS PASIEN PARU1.Anamnese PribadiNama: Mr. X Umur: 52 TahunJenis kelamin : laki - lakiAlamat : Dsn. Metro jaya Ds. durianStatus perkawinan: KawinAgama: IslamPekerjaan: WiraswastaTanggal Masuk RS: 16 September 2013

II.Anamnese PenyakitKeluhan Utama: Batuk Berdarah Keluhan Tambahan: Sesak, Nyeri dada, demamTelaah: Os datang ke Rumah Sakit Umum dengan keluhan batuk berdarah sudah 2 hari yang lalu, os mengatakan banyaknya volume darah yang dibatukkan dalam 1 hari mencapai 4 sendok makan dan os mengatakan warna darah yang keluar bewarna merah segar, os juga mengeluh sesak disaat batuk dan dada terasa panas, keluhan juga disertai dengan demam dan os juga mengeluhkan sering berkeringat malam.RPD: -RPK: -RPO: mengkonsumsi obat batuk yang dibeli di warung

III.Status Present Keadaan umum: Baik Sensorium: Compos mentis Vital Sign Tek.darah: 110/80mmhgHeart rate: 80 x/iResp.Rate: 28 x/iTemperature: 38,4CIV.Pemeriksaan Fisik1. Kepala Mata: Refleks cahaya (+), Pupil: bulat, isokor (+), Konjungtiva palpebra pucat (-), Sklera ikterik (-) Telinga: Sekret (-), Pendarahan (-), Radang (-) Hidung : Sekret (-), Pendarahan (-), Nafas Cuping Hidung (-) Lidah : Beslaq (-), Tremor (-) Tenggorokan : Tonsil (T1/T1), Faring hiperemis (-)

2. Leher Trakhea : Media Pembesaran KGB (-) JVP : R-2 cm h2O

3. Thorak depan Inspeksi : simetris (+), Retraksi (-) Palpasi Stem FremitusParu kananParu Kirikesan

Lap. Paru Atas Ka > ki Ki < kaKanan meningkat

Lap. Paru TengahKa > kiKi < ka Kanan meningkat

Lap. Paru BawahKa = kiKa = kiNormal

PerkusiParu kananParu Kiri

Lap. Paru AtasSonor memendekSonor

Lap. Paru TengahSonor memendekSonor

Lap. Paru Bawah SonorSonor

AuskultasiSuara Nafas PokokParu kananParu kiri

Lap. Paru AtasVesikuler meningkat(+)Vesikuler (+)

Lap. Paru TengahVesikuler meningkat(+)Vesikuler (+)

Lap. Paru BawahVesikuler (+)Vesikuler (+)

Suara nafas tambahanParu kananParu kiri

Lap. Paru AtasRh (+), Wh (-)Rh (-), Wh (-)

Lap. Paru Tengah Rh (+), Wh (-)Rh (-), Wh (-)

Lap. Paru BawahRh (-), Wh (-)Rh (-), Wh (-)

4. Thoraks Belakang Inspeksi : simetris (+), Retraksi (-) Palpasi Stem FremitusParu kananParu Kiri

Lap. Paru AtasKa > KiKi < Ka

Lap. Paru TengahKa > KiKi < Ka

Lap. Paru BawahKa = KiKi =Ka

PerkusiParu kananParu Kiri

Lap. Paru AtasSonor memendekSonor

Lap. Paru TengahSonor memendekSonor

Lap. Paru BawahSonorSonor

AuskultasiSuara Nafas PokokParu kananParu kiri

Lap. Paru AtasVesikuler meningkat(+)Vesikuler (+)

Lap. Paru TengahVesikuler meningkat(+)Vesikuler (+)

Lap. Paru BawahVesikuler (+)Vesikuler (+)

Suara nafas tambahanParu kananParu kiri

Lap. Paru AtasRh (+), Wh (-)Rh (-), Wh (-)

Lap. Paru Tengah Rh (+), Wh (-)Rh (-), Wh (-)

Lap. Paru BawahRh (-), Wh (-)Rh (-), Wh (-)

5. Jantung Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat Palpasi : iktus cordis teraba sela iga IV garis midklavikula kiri Perkusi : batas atas sela iga II garis parasternal kiri Batas kanan sela iga IV garis parasternal kanan Batas bawah sela iga V parasternal sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I II normal, regular, murmur (+)

6. Abdomen Inspeksi : Datar, simetris Palpasi : nyeri tekan (-), Lien tidak teraba, Hepar tidak teraba Perkusi: Timpani Auskultasi : Bising usus (+) normal

7. Genitalia eksterna Kelamin : Laki-laki, tidak dilakukan pemeriksaan.

8. Ekstremitas Superior : sianosis (-), udem (-), Akral hangat (+) Inferior : sianosis (-), udem (-), Akral hangat (+)

V. Pemeriksaan Penunjang LaboratoriumHasil pemeriksaan tanggal 17 september 2013Jenis pemeriksaanHasil

Eritrosit3,94

Haemoglobin10,2

Leukosit10.700

Trombosit360.000

Albumin4,0

Hasil pemeriksaan tanggal 18 september 2013Jenis PemeriksaanHasil

Pewarnaan ZNP Zn++ (positif)

Hasil pemeriksaan tanggal 19 september 2013Jenis PemeriksaanHasil

Pewarnaan ZNP Zn++ (positif)

Hasil pemeriksaan tanggal 20 september 2013Jenis PemeriksaanHasil

Glukosa110mg/dL

Pewarnaan ZNP Zn- (negatif)

1. Identitas FotoNama : Mr. XUmur: 52Tanggal Pembuatan : 17-09-2013

2. Pembacaan Foto KV: Cukup Trakea: Simetris Klavikula: Simetris, fraktur (-) Scapula : superposisi scapula kiri Soft tissue: DBN (+), massa (-), emfisema subkutan (-) Diafragma : Dum konveks Sudut costoprenicus: sudut kanan dan kiri tajam Sudut cardiophrenicus: sudut kanan dan kiri tumpul Jantung: CTR = 42 % (DBN) Paru: Terdapatnya konsolidasi pada paru kanan bagian atas. Mediastinum Para trakea: Tampak normal Para hillus: Hipervascularisasi paru kanan dan kiri Para cardial:Hipervascularisasi paru kanan Kesan foto : Terdapatnya hipervascularisasi para hillus pada paru kanan dan kiri, hipervascularisasi para cardial paru kanan dan terdapatnya konsolidasi pada paru kanan atas sampai tengah.

RESUMEMr. X 52 tahun, dengan keluhan batuk darah sejak 2 hari yang lalu, nyeri dada (+), sesak (+), demam (+).Pemeriksaan fisik paru dijumpai bentuk dada simetris. Palpasi gerakan dinding dada sebelah kanan meningkat. Stem premitus paru kanan > kiri (kesan kanan meningkat). Perkusi dijumpai suara sonor memendek pada lapangan paru kanan atas sampai tengah. Auskultasi paru kanan vesikuler dan terdengar suara tambahan ronkhi.Foto thorak memberikan gambaran hipervaskularisasi pada paru kanan atas sampai bawah dan pada paru kiri gambaran hipervaskularisasi pada paru tengah sampai bawah. Dan terdapatnya konsolidasi pada paru kanan atas sampai tengah.

VI. DIAGNOSA BANDING TB paru Pneumonia Mikosis paruVII. DIAGNOSA KERJA TB Paru

FOLLOW UP

Follow up tanggal 17 september 2013Keluhan : batuk darah (+), PD : vesikuler (+), St : Ronkhi (+), BTA (++)TD: 140/90 mmHgHR:74 x/iRR:20x/iT: 36,8CTerapi: IVFD Rl 20 gtt/i Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam Codein 3x10 mg OAT: R/H/Z/E (450/300/1000/1000) Lesipar 300 1x1 Pct 3x1 (k/p)

Follow up tanggal 18 september 2013Keluhan : batuk darah berkurang, BTA (++)TD : 120/80 mmHgHR : 74x/iRR : 24x/iT : 36CTerapi : IVFD Rl 20gtt/i Inj. Ranitidin 1 amp/12jam Codein 3x10 mg OAT: R/H/Z/E (450/300/1000/1000) Lesipar 300 mg 1x1

Follow up tanggal 19 september 2013Keluhan : batuk darah berkurang, BTA (++)TD : 120/90 mmHgHR : 80x/iRR : 24x/i T : 36,4CTerapi : OAT : R/H/Z/E (450/300/1000/1000) Levo 500mg 1x1 Codein 3x10mg Lesipar 300mg 1x1 Ranitidin 2x1

Tanggal 20 september 2013 Pasien PBJ

DISKUSI Os datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu. Berdasarkan teori gejala klinik Tb paru salah satunya adalah batuk darah. Batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas. Oleh karena itu, proses tuberkulosis harus cukup lanjut untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspetorasi. Batuk darah masif terjadi bila ada robekan dari aneurisma Rasmussen pada dinding kavitas atau ada perdarahan yang berasal dari bronkiektasis atau ulserasi trakeo-bronkial. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian karena penyumbatan saluran pernapasan oleh bekuan darah. Batuk darah jarang berhenti mendadak, karena itu penderita msih terus menerus mengeluarakan gumpalan gumpalan darah yang bewarna coklat selama beberapa hari.Batuk darah dapat juga terjadi pada tuberkulosis yang sudah sembuh, hal ini disebabkan oleh robekan jaringan paru atau darah berasal dari bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosis paru.

Os juga mengeluhksan nyeri dada yang merupakan salah satu gejala klinik dari Tb paru.Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis yang luas.

Os juga mengeluhkan sesak nafas. Sesak nafas merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya retraksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed/vascular thrombosis yang dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.

Os juga mengeluhkan demam, karena demam merupakan gejala yang paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat.

Pada pemeriksaan perkusi dada didapatkan bunyi hipersonor dan pada auskultasi didapatkan suara pernapasan tambahan ronkhi. Merupakan tanda dan gejala yang khas pada psasien Tb, dan pada pengobatan diberikan obat anti tuberkulosis (OAT) selama 6 bulan.

KESIMPULAN

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikobaktrium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang yang bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah cina dan india. Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Gejala klinis berupa demam, batuk dengan atau tampa darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun. Obat obat anti tuberculosis terdiri dari Rifamfisin, INH, Pirazinamid, Etambutol, Streptomicin.

DAFTAR PUSTAKA1. Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4. Jakarta : FKUI. 2007. Hal 988 9952. Aditama, Chandra Yoga dr, et all. Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006.3. Epidemiologi unsri.blogspot.com/2011/Tuberkulosis-paru.html4. Chandra, budiman dr, Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: EGC.2000.5. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.PDPI:2006.6. Pengobatan tuberkulosis, Departemenofhealth and community ,http://www.health.nt.gov.au