MAKALAH Tab Effer Fix Print

download MAKALAH Tab Effer Fix Print

of 25

Transcript of MAKALAH Tab Effer Fix Print

Teknologi Sediaan Bahan Alam

Formulasi Sediaan Tablet EffervescentEkstrak Temulawak

Disusun Oleh:

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

YAYASAN PHARMASI

SEMARANG

PROGRAM S1 FARMASI2013BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tanaman ObatObat tradisional bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Sebelum obat-obat kimia berkembang secara modern, nenek moyang bangsa Indonesia umumnya menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Salah satu tanaman yang digunakan untuk obat tradisional adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), yang berdasarkan penelitian dan pengalaman, telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Sebagai contoh, untuk gangguan hati, temulawak bekerja sebagai kolagoga, yaitu meningkatkan produksi dan sekresi empedu. Selain itu, temulawak juga dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi, penambah nafsu makan, batuk, asma, sariawan, dan diare. Temulawak telah terbukti memiliki banyak manfaat dalam hal memelihara kesehatan. Selain itu, temulawak juga memiliki potensi yang cukup besar dan memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai obat bahan alam yang memiliki berbagai khasiat dan sebagai makanan kesehatan (food supplement). Meskipun demikian, penggunaan temulawak oleh masyarakat masih sangat terbatas, salah satu diantara penyebabnya adalah penyiapannya yang masih bersifat tradisional dan cenderung dirasa merepotkan, seperti misalnya rimpang harus direbus atau diseduh terlebih dahulu baru kemudian diminum.1.2 Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

1.2.1Klasifikasi Tanaman Temulawak

TEMULAWAKKingdom:PlantaeDivisi

:SpermatophytaSubDivisi:AngiospermaeKelas

:MonocotyledonaeOrdo

:ZingiberalesFamili

:ZingiberaceaeGenus

:CurcumaSpecies:Curcuma xanthorrhiza Roxb1.2.2Pengenalan spesifikasi tumbuhanTemulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah yang gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut.

Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya terbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak sejak lama telah dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Species lain dari kerabat dekat temulawak adalah tanaman temu ireng (C. aeruginosa Roxb), temu putih (C. zeodaria Rosc.), dan temu kunyit (C. domestica Val.).1.2.3Nama DaerahTemulawak, Temuputih (Indonesia), Temulawak (Jawa), Koneng gede (Sunda) Temolabak (Madura).

1.2.4Ekologi dan PenyebaranTumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di bawah naungan di hutan jati, di tanah yang kering dan di padang alangalang, ditanam atau tumbuh liar di tegalan, tumbuh pada ketinggian tempat 5 m sampai 1500 m di atas permukaan laut.1.2.5 Morfologi Tanamana. BatangBatang temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun.b. DaunDaun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis-garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3-9 anak.

c. BungaBunga tanaman temulawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.d. RimpangRimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau orange tua, dengan cita rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman 16 cm. Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda.Tanaman temulawak mempunyai nama latin Curcuma xanthorrhiza Roxb. Tanaman ini termasuk keluarga Zingeberaceae. Dalam penggunaannya, bagian dari tanaman temulawak yang digunakan kebanyakan adalah bentuk rimpangnya. Bentuk rimpang ini dapat digunakan dalam bentuk rimpang segar, rimpang kering, atau rimpang yang sudah diserbukkan. Rimpang ini juga dapat diolah terlebih dahulu menjadi bentuk sediaan galenik seperti ekstrak, infus, dekok, bentuk teh, tingtur maupun bentuk sediaan farmasi yang sudah siap saji seperti serbuk effervescent, tablet, kaplet, kapsul atau kapsul lunak. Simplisia rimpang temulawak adalah simplisia yang berasal dari rimpang temulawak yang mempunyai bau aromatik khas dengan rasa tajam dan pahit serta mempunyai tanda-tanda makroskopik maupun mikroskopik yang khas. Simplisia rimpang temulawak yang banyak beredar di pasaran mempunyai karakteristik warna kuning kejinggan sampai coklat kejinggaan, dengan rasa agak pahit. Secara makroskopik, simplisia rimpang ini telah diiris dan dikeringkan berbentuk kepingan tipis, bundar, atau lonjong dengan diameter hingga 7 cm dan ketebalannya 0,2 sampai 0,5 cm, permukaan luarnya berkerut, ringan, keras, dan rapuh.e. AkarSistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.

1.2.6Kandungan TanamanRimpang temulawak mengandung kurkuminoid, mineral minyak atsiri serta minyak lemak. Tepung merupakan kandungan utama, jumlahnya bervariasi antara 48-54% tergantung dari ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya makin rendah kadar tepungnya. Selain tepung, temulawak juga mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta serat kasar mineral seperti kalium (K), natrium (Na), magnesium (Mg), zat besi (Fe), mangan (Mn) dan Kadmium (Cd).

Fraksi kurkuminoid terdiri dari kurkumin, desmetoksi kurkumin, dan bisdesmetoksikurkumin. Komponen utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut kurkumin dan juga protein, pati, serta zat-zat minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal. Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6%-2,22% dihitung berdasarkan berat kering. Berkat kandungan dan zat-zat minyak atsiri tadi, diduga penyebab berkhasiatnya temulawak.1.2.7Kandungan Zat Aktif TemulawakKurkumin, kurkuminoid, P-toluilmetilkarbinol, seskuiterpen d-kamper, mineral, minyak atsiri serta minyak lemak, karbohidrat, protein, mineral seperti Kalium (K), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd).1.2.8Khasiat dan Manfaat Tanaman Temulawak

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa di dalam temulawak terkandung suatu zat yang disebut kurkuminoid. Zat ini memberikan warna kuning pada temulawak dan mempunyai khasiat medis. Hasil penelitian tersebut umumnya mendukung kearifan nenek moyang dalam penggunaan temulawak sejak zaman dahulu, khususnya sebagai obat penyakit kuning (penyakit hati) dan pegal linu (Soeseno, 1986). Menurut Liang, et al. (1985) kurkuminoid rimpang temulawak berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, menghilangkan sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah terjadinya pembekuan lemak dalam sel hati serta sebagai antioksidan.Temulawak sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit serta pada masa pemulihan. Berdasarkan sifat-sifat zat aktif yang terkandung dalam temulawak sampai saat ini sudah diketahui tujuh manfaatnya yaitu memperbaiki nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, sebagai antioksidan yang dapat membantu memelihara kesehatan dan membantu menghambat penggumpalan darah.

Hasil olahan temulawak biasanya diasosiasikan sebagai jamu yang mempunyai rasa pahit dan bau yang tidak sedap, padahal jika dikonsumsi secara rutin dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, harus ada paradigma baru bahwa mengkonsumsi hasil pengolahan temulawak itu tidak selalu identik dengan rasa pahit, bau, tidak praktis (merepotkan) atau seperti jamu saja. Akan tetapi dapat pula dibuat dalam bentuk tablet yang dapat langsung larut dalam air misalnya tablet effervescent dari ekstrak temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb). BAB II

ISI

2.1 Tablet EffervescentRimpang temulawak mengandung dua senyawa kurkuminoid yang dominan yaitu kurkumin dan demetoksi kurkumin. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui metode yang tepat dalam memperoleh ekstrak temulawak dengan kandungan kurkumin yang tinggi. Sediaan tablet effervescent fraksi kurkuminoid merupakan salah satu sediaan alternatif yang dimaksudkan untuk memberikan suatu dispersi dalam air yang homogen sehingga untuk orang yang sukar menelan dapat dengan mudah menggunakan sediaan ini.

Effervescent merupakan bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Bentuk sediaan ini mempunyai banyak keuntungan diantaranya, memudahkan untuk dikonsumsi, memudahkan penyimpanan, penyajiannya cepat serta dapat meningkatkan daya tarik konsumen. Tablet effervescent mengandung asam dan karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan cepat pada penambahan air dengan melepaskan gas karbondioksida (Lindberg et al., 1992).Menurut Ansel (1989) menyatakan bahwa beberapa keuntungan sediaan effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis yang tepat, penggunaannya lebih mudah, dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul, selain itu larutan dengan karbonat yang dihasilkan dapat memberikan efek segar. Sedangkan, kerugian sediaan effervescent diantarannya adalah Kesukaran menghasilkan produk yang stabil secara kimia, butuh metode khusus (RH rendah), air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis dan harganya relatif lebih mahal.Pada pembuatan tablet effervescent suhu dan RH (relative humidity) merupakan salah satu faktor yang sangat penting. RH yang rendah dan suhu yang rendah (cool) sangat penting untuk mencegah penyerapan uap air selama proses granulasi dan pembentukan tablet, yang menyebabkan ketidakstabilan tablet. Ruangan ber-RH maksimal 25% dan bersuhu 25oC, merupakan kondisi yang baik untuk proses pembuatan tablet effervescent.Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan tambahan untuk tablet effervescent yang akan membedakan dengan tablet biasa adalah sifat menyerap air (higroskopis) bahan tambahan. Bentuk bahan tambahan dengan sedikit atau tidak menyerap air dianjurkan dapat lebih stabil untuk dipakai pada effervescent. Akan tetapi sedikit air juga dibutuhkan dalam proses granulasi.Asambasa tablet effervescent terdiri dari asam sitrat, asam fumarat dan natrium karbonat. Reaksi antara asam sitrat dan natrium karbonat (1) serta asam fumarat dan natrium karbonat (2) dapat dilihat sebagai berikut:

2H3C6H5O7.H2O + 3Na2CO3 2Na3C6H5O7 + 5H2O + 3CO2H2C4H4O4 + Na2CO3 Na2C4H4O4 + H2O + CO2Reaksi diatas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan, oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah penguraian dan ketidakstabilan produk. Pengendalian akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet effervescent. Jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992).Keunggulan tablet effervescent dibanding tablet biasa/konvensional adalah kemampuan untuk menghasilkan gas karbondiksida (CO2) yang memberikan rasa segar seperti pada air soda. Kartika (2000), adanya gas tersebut akan menutupi rasa pahit serta mempermudah proses pelarutannya tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat semua komponennya bersifat sangat mudah larut dalam air. Kerugian tablet effervescent adalah kesukaran menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Kelembaban udara selama pembuatan produk sudah dapat untuk memulai reaksi effervescent. Selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalis. Tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat didalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994). Setelah dikemas, penyimpanan produk effervescent dapat dilakukan pada ruangan bersuhu dan ber-RH normal.Bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan tablet effervescent adalah dari kombinasi asam daripada hanya satu macam asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran (Ansel et al, 2005). Asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam sitrat dan asam fumarat. Keunggulan asam sitrat dibanding asam yang lain diantaranya free flowing dan memberikan rasa jeruk pada tablet effervescent (Anonim, 2009). Kekurangan asam sitrat sebagai sumber asam adalah sangat higroskopik, sehingga perlu berhati-hati dalam proses produksinya. Sumber asam yang lain adalah asam fumarat yang mempunyai rasa seperti buah-buahan, nonhigroskopik (Anonim, 2009). Biasanya digunakan sebagai pengganti asam tartrat. Kelemahan asam fumarat adalah kelarutan dalam air kecil. Sumber basa yang digunakan adalah natrium karbonat. Selain sebagai sumber karbondioksida yang dapat memberikan rasa segar, natrium karbonat dalam formulasi effervescent juga berfungsi sebagai penstabil karena kemampuannya mengadsorpsi lembab yang dapat menginisiasi reaksi effervescent (Lachman et al, 1986). Kombinasi asam dan basa akan menghasilkan tablet effervescent yang mempunyai kekerasan yang baik sehingga kerapuhan tablet kecil dengan waktu larut yang cepat dan memberikan respon rasa yang enak karena adanya pemanis serta rasa asam dan segar dari gas CO2.

Penelitian Gatiningsih (2008) menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi asam sitrat pada tablet effervescent menyebabkan semakin cepat waktu alir granul, semakin kecil sudut diam granul, semakin kecil pengetapan, semakin rendah kekerasan tablet, semakin kecil kerapuhan tablet dan semakin lama waktu larut tablet.Penelitian yang dilakukan Aditya (2005) menunjukkan bahwa kombinasi asam sitrat dan asam tartrat menghasilkan tablet effervescent dengan kekerasan yang semakin tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap kerapuhan tablet. Semakin tinggi kekerasan suatu tablet, maka kerapuhannya akan semakin kecil.

Penelitian Budi (2007) menunjukkan bahwa penggunaan natrium sitrat dan asam fumarat dapat meningkatkan kecepatan alir serbuk, sehingga semakin baik sifat alirnya akan menghasilkan keseragaman bobot tablet yang baik pula.Pembuatan tablet effervescent ini bertujuan untuk menutupi rasa pahit dari zat aktif temulawak yaitu kurkumin.2.1.1 Komponen Pembentuka. Bahan ObatJika bahan obat berupa cairan encer atau liat seperti minyak atsiri, vitamin, dan ekstrak akan dicetak menjadi tablet, pertama-tama bahan ini harus diserapkan pada bahan pembantu penghisap yang sesuai seperti laktosa, jenis-jenis pati, bentonit, dan aerosil. Pada sebagian formulasi tablet, penggunaan adsorben mungkin sangat diperlukan untuk hal-hal tertentu antara lain melindungi zat berkhasiat dari pengaruh lembab, menghomogenkan distribusi zat berkhasiat, dan menghindari kebasahan akibat sifat dan kombinasi zat berkhasiat.b. Bahan PengisiTablet effervescent biasanya hanya memerlukan sedikit pengisi, karena komponen pembentuk gas sendiri terdapat dalam jumlah yang besar. Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat massa curah (bulk).

Pengisi yang biasa digunakan diantaranya : sakarum album, sorbitol instant, manitol FG, lactose fast flo, emdex, dextrose dan sukrosa.

c. Bahan PengikatPengikat merupakan bahan yang membantu menyatukan satu bahan dengan bahan lainnya. Pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan ditambahkan pada proses granulasi basah. Makin banyak pengikat yang ditambahkan biasanya akan memperlambat waktu hancur tablet effervescent dalam air.

Asam sitrat yang dapat larut sebagian dalam etanol dan isopropanol dapat berfungsi sebagai pengikat pada saat pelarutnya diuapkan. Selain itu PVP sangat baik bila digunakan sebagai pengikat setelah dilarutkan dalam etanol atau isopropanol.

d. Bahan PelincirDitambahkan ke dalam formula untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dengan mesin cetak tablet berlangsung dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Pelincir seperti talk, magnesium stearat tidak tepat bila digunakan pada pembuatan tablet effervescent karena sukar larut dalam air. NaCl, natrium asetat, dan d-l-leusin merupakan pelincir yang larut dalam air dan disarankan sebagai pelincir pada tablet effervescent. NaCl walaupun bersifat higroskopik, mempunyai kelebihan yang dapat mempertegas rasa dalam formula effervescent dan dapat menurunkan pH apabila zat aktif yang digunakan bersifat asam.

e. Corrigen SaporisPenggunaan pemanis dibatasi dengan adanya peraturan kesehatan sehingga perlu dilakukan pemilihan pemanis dan penggunaannya dalam konsentrasi yang diperbolehkan agar aman bagi kesehatan. Pemanis yang biasa digunakan yaitu sorbitol, aspartam dan sukrosa.

f. Corrigen OdorisPemilihan aroma merupakan aspek penting dalam pembuatan tablet effervescent. Aroma yang digunakan dalam tablet effervescent sebaiknya berbentuk serbuk kering dan larut dalam air.

g. Corrigen Coloris:

Pewarna digunakan untuk memperbaiki penampilan tablet baik pada permukaan tablet maupun setelah dilarutkan dalam air. Pewarna yang digunakan juga harus larut dalam air dan memenuhi syarat untuk pemakaian oral.2.1.2 Definisi Bahan TambahanNatrium Bikarbonat

Senyawa karbonat yang banyak digunakan dalam formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan karbondioksida. Garam karbonat tersebut antara lain Na-bikarbonat, Na-karbonat, K-bikarbonat, Na-seskuikarbonat dan lain-lain. Na-bikarbonat (NaHCO3) dipilih sebagai senyawa karbondioksida dalam sistem effervescent karena harganya murah dan bersifat larut sempurna dalam air. Ansel (1989), menambahkan bahwa Na-bikarbonat bersifat non higroskopis dan tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai bentuk granular dan mampu menghasilkan 52% karbondioksida.

Na-Bikarbonat (NaHCO3) merupakan serbuk kristal berwarna putih yang mampu menghasilkan karbondioksida. Na-bikarbonat memiliki berat molekul 84,01 (tiap gramnya mengandung 11,9 mmol natrium), Na-bikarbonat anhidrat terkonversi pada suhu 250-300oC, pada RH di atas 85% akan cepat menyerap air dari lingkungannya dan menyebabkan dikomposisi dengan hilangnya karbondioksida dapat mengalami dekomposisi karena adanya panas yaitu pada suhu diatas 120oC (Reynolds 1982)

Na-Bikarbonat sering disebut sebagai soda kue, terdapat dua macam soda kue yaitu soda kue dengan aktifitas cepat (aktifitas tinggi) dan soda kue dengan aktifitas lambat (aktifitas ganda). Perbedaan antara keduanya adalah pada mudah tidaknya komponen asam larut dalam air dingin. Untuk produk-produk effervescent digunkan soda kue dengan aktifitas cepat karena memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dingin, sehingga pelepasan karbondioksidanya juga cepat (Winarno, 1997). Sedangkan soda kue dengan aktifitas lambat banyak digunakan sebagai bahan pengembang dalam adonan roti atau biskuit.Natrium bikabonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular dan NaHCO3 dapat menguapkan air dari bahan dan juga dapat menstabilkan asam yang bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air (Wikipedia3, 2004). Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :NaHCO3 Na+ + HCO3-

HCO3- + H2O H2CO3 + OH-

HCO3- CO3 - + H- Perbadingan antara asam dan NaHCO3 harus diperhatikan agar tidak menimbulkan rasa seperti sabun atau rasa asam yang pahit. Soda kue aktivitas cepat terbuat dari dua masam asam, yaitu asam tartarat dan garam asam K-tartrat yang mudah larut dalam air. Karena itu pelepasan CO2 lebih cepat (Winarno, 2002).Pada pembuatan effervescent temulawak yang dilakukan oleh Zuhroh (2001), penggunaan Na-bikarbonat 505 merupakan hasil yang terbaik. Wardiningrum (2001) menggunakan Na-bikarbonat 32% pada pembuatan effervescent mengkudu. Asam Sitrat Asam dapat menurunkan pH makanan sehingga menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri pembusuk. Asam dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: (1) asam alami yang umumnya asam organik yang berasal dari buah-buahan misalnya asam tartarat, asam sitrat dan asam malat; (2) asam yang dihasilkan melalui proses fermentasi, misalnya asam asetat dan asam laktat; (3) asam-asam sintetik, misalnya asam malat dan asam fosfat (Winarno dan Jenie, 1983). Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi, mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular, anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk. Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992). Asam sitrat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai pengaruh terhadap aroma dan dapat mengikat logam. Asam sitrat biasanya ditambahkan pada sirup, jam, jelli yang bertujuan untuk mengurangi rasa manis, memperbaiki tekstur dan sebagai pengawet. Asam sitrat juga digunakan untuk menurunkan pH dalam pengolahan bahan makanan dan memberi rasa asam (Purba dan Rusmarilin, 1989). Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan pemicu rasa. Bahan pemicu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan karateristik produk pangan yang dihasilkan. Biasanya, bahan pemicu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil. Asam sitrat sebagai bahan pemicu rasa, banyak digunakan dalam industri, terutama industri makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak dan tidak bersifat racun (Alhafidz, 2010). Asam sitrat mempunyai efek yang baik terhadap aroma dan dapat mengkelat logam. Sebagai pengkelat logam, asam sitrat dapat mengikat atau mencekram logam-logam bivalen seperti Mn, Mg, Fe yang sangat dibutuhkan sabagai katalis reaksi biologis (Buckle, at al., 1987).Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, et al., 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+ (Winarno, 2002).Asam fumarat

Asam fumarat merupakan senyawa kristal dan merupakan isomer asam dikarboksilat tak jenuh asam maleat. Rasa asam fumarat seperti buah-buahan. Biasanya digunakan sebagai pengganti asam tartrat dan kadang-kadang asam sitrat dalam pembuatan tablet effervescent. Asam fumarat nonhigroskopik dan merupakan sumber asam yang paling murah diantara yang lainnya (Anonim, 2009). Asam fumarat biasa digunakan dalam sediaan cairan farmasetika sebagai sumber asam dan pemberi rasa. Selain sebagai sumber asam, asam fumarat juga dapat berguna sebagai lubricant untuk tablet effervescent (Cable, 2006).

Aspartam

Aspartam adalah dieptil metil ester yang terdiri dari dua asam amino, yaitu fenil alanin dan asam aspartat. Senyawa ini mudah larut dalam air dan sedikit terlarut dalam alkohol dan tidak larut dalam lemak atau minyak (Reynolds, 1982).

Aspartam memiliki rasa manis 160 sampai 200 kali sukrosa, tidak ada rasa pahit atau after teste yang serinng terdapat pada pemanis buatan. Satu gram aspartam setara dengan 200 gram gula. Aspartam paling stabil pada suasana asam lemah yaitu antara pH 3-5 pada suhu 25oC (Anonymous 2002).

Aspartam terdekomposisi jika mendapat perlakuan panas sehingga intensitas rasa manisnya berkurang. Aspartam dapat digunakan untuk semua jenis gula rendah kalori misalnya untuk kegemukan dan diabetes karena kandungan kalorinya yang rendah dan tidak menyebabkan kelainan gigi seperti karies. Penelitian toksikologi aspartam oleh Joint Expert Committee for Food Additives dan WHO menetapkan nilai Acceptable Daily Intake (AID) untuk aspartam sebesar 40 mg/hari (Susilo.2005).2.2 Alat dan Bahan

2.1.1 Alata. Alat gelasb. Alat maserasi

c. Pengayak

d. Mesin pencetak tablet

e. Hardness tester

f. Friability tester

g. Alat uji waktu hancur tableth. Mixer

i. Alat uji kelembaban

j. Alat uji waktu alir2.1.2 Bahan

a. Ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)b. Etanol 70%c. Natrium bikarbonat

d. Asam sitrat

e. Asam fumarat

f. Laktosa

g. Polivinilpirolidon (PVP)

h. Aspartami. Mg stearat

j. Talcum2.3 FormulaR/ Ekstrak temulawak100 mg

Natrium bikarbonat

575 mg

Asam Sitrat

200 mg

Asam Fumarat

200 mg

PVP

20 mg

Aspartam

10 mg

Mg Stearat

0,25%

Talkum

1%

Laktosa

ad 1,2 g

(Pharmacy Education Semuanya Tentang Temulawak.htm)2.4 Perhitungan BahanUntuk 1000 tablet effervescentNoBahanPerhitunganJumlah

1Ekstrak temulawak100 mg x 1000100000 mg= 100 g

2Natrium bikarbonat575 mg x 1000575000 mg= 575 g

3Asam sitrat200 mg x 1000200000 mg= 200 g

4Asam fumarat200 mg x 1000200000 mg= 200 g

5PVP20 mg x 100020000 mg= 20 g

6Aspartam10 mg x 100010000 mg= 10 g

7Mg stearat0,25 % dari granul kering yang di dapatkan-

8Talcum1 % dari granul kering yang di dapatkan-

9LaktosaAd 1,2 g x 1000Ad 1200 g

2.5 Perhitungan Dosis2.5.1Dari Penelitiana. Antiinflamasi

Curcumin mempunyai aktivitas antiinflamasi pada dosis 9,6 mg/100 g BB pada tikus yang diinduksi karagenin 1% sebanyak 0,05 ml secara sub plantar, didapatkan % pengurangan edema sebesar 2,8%, sedangkan piroksikam sebesar 0,7%. Dapat disimpulkan bahwa kurkumin mempunyai daya antiinflamasi 4 kali lebih kuat daripada piroksikam. (Permanasari, Adesti, nt).Dosis

= 9,6 mg / 100 g bb tikus

= 19,2 mg / 200 g bb tikus

Konversi dosis tikus ke manusia = 19,2 mg x 56

= 1075,2 mg / 70 kg manusia

= 768 mg / 50 kg manusia

Catatan :Menurut MMI rendemen ekstrak temulawak = 3,5 %

Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%

Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat

3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekstrak

Dalam 1 gram temulawak terdapat

1,55% x 35 mg = 0,54 mg kurkumin

Kesimpulan 1 g temulawak mengandung 0,54 mg kurkumin.

Temulawak yang dibutuhkan (768 mg / 0.54 mg) x 1g = 1422 g temulawak

1000 g temulawak menghasilkan 35 g ekstrak.

Sehingga ekstrak yang diperlukan = (35 g x 1422 g )/1000 g = 49,77 g

Pemakaian dengan tablet effervescent = (49,77 g x 1 tab) / 100 g = 0,497 ~ 0,5 tab per hari

Karena tidak dapat dibagi jadi 2 maka pemakaian tablet effervescent temulawak untuk anti inflamasi menjadi 1 tablet untuk 2 harib. Antihepatotoksik

Pemberian temulawak 800 mg/kg pada mencit selama 14 hari, mampu menurunkan aktivitas GPT-serum dosis hepatotoksik parasetamol maupun mempersempit luas daerah nekrosis parasetamol secara nyata. Daya antihepatotoksik tergantung pada besarnya dosis maupun jangka waktu pemberiannya (Donatus dan Suzana 1987).

Dosis

= 800 mg / kg bb mencit

= 16 mg / 20 g bb mencit

Konversi dosis tikus ke manusia = 16 mg x 387,9

= 6206,4 mg/ 70 kg manusia

= 4433 mg/ 50 kg manusia

Catatan : Menurut MMI rendemen ekstrak temulawak = 3,5 %

Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%

Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat

3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekstrak

Dalam 1 gram temulawak terdapat

1,55% x 35 mg = 0,54 mg kurkumin

Kesimpulan 1 g temulawak mengandung 0,54 mg kurkumin.

Temulawak yang dibutuhkan 4433 g temulawak

1000 g temulawak menghasilkan 35 g ekstrak.

Sehingga ekstrak yang diperlukan = (35 g x 4433 g )/1000 g = 155,2 g

Pemakaian dengan tablet effervescent = (155,2 g x 1 tab) / 100 g = 1,55 ~ 2 tab per hari

Kesimpulan : pemakaian tablet effervescent temulawak untuk anti hepatotoksik adalah 2 kali sehari 1 tablet

2.5.2 Dosis Berdasarkan Manfaata. Memperbaiki nafsu makanMasyarakat Indonesia secara turun temurun telah menggunakan temulawak untuk memperbaiki nafsu makan. Secara pra kilinik dan klinik ditemukan bahwa rimpang temulawak dapat meningkatkan/memperbaiki nafsu makan. Manfaat ini berkaitan dengan efek minyak atsirinya yang bersifat karminativum.Pemakaian dan dosis : rata-rata sehari 2 gram rimpang kering. Panasi rimpang dengan air suhu 900 C selama 15 menit. Disaring, minum 2-3 kali sehari di antara waktu makan.b. Memperbaiki fungsi pencernaanSecara pra klinik ditemukan bahwa serbuk rimpang dapat meningkatkan aktivitas dalam cairan lambung sehingga membantu metabolisme dan mengurangi kontraksi usus halus.Pemakaian seperti di atas : 2 gram rimpang kering atau 8 gram temulawak segar, yang dibuat dengan cara di atas.c. Memelihara kesehatan fungsi hatiAktivitas temulawak yang berkaitan dengan fungsi hati berkaitan dengan aktivitas kolagoganya, yaitu meningkatkan produksi empedu dalam hati dan merangsang pengosongan kandung empedu. Temulawak juga dapat mengurangi aktivitas enzim glutamate oksaloasetat transaminase (GOT) serta menurunkan aktivitas enzim glutamate piruvat transaminase (GPT) baik, secara pra klinik in vitro dan in vivo maupun secara klinik.Hasil uji klinik menunjukkan bahwa dosis yang digunakan untuk memperoleh manfaat menurunkan kadar SGOT dan SGPT adalah 15-30 mg kurkumin.d. Mengurangi nyeri dan radang sendiKurkumin yang terkandung dalam temulawak mempunyai aktivitas antiradang yang setara dengan 100 mg fenilbutazon yang dapat mengurangi nyeri dan radang sendi. Dicapai melalui penghambatan migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang atau melalui penghambatan pembentukan serta transportasi mediator radang yaitu prostagladin. Dari hasil uji klinik menunjukkan adanya perbaikan pada penderita radang sendi.Dosis yang digunakan uji klinik adalah 400-1200 mg per hari.e. Menurunkan lemak darahHasil uji praklinik dan klinik menunjukkan bahwa ekstrak temulawak dan fraksi kurkuminoidnya dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan meningkatkan kadar HDL kolesterol. Komponen yang diduga berperan dalam menurunkan lemak darah adalah kurkuminoid.Jika tidak dinyatakan lain, dosis yang dianjurkan adalah 25-50 gramsimplisia kering yang dididihkan pada 200 ml air, hingga tersisa 100 ml. Air rebusan disaring dan diminum pagi dan sore.f. Sebagai antioksidan dan membantu pemeliharaan kesehatanKurkumin bekerja sebagai antioksidan karena mampu menangkap radikal-radikal bebas oksigen seperti anion superoksid, dan radikal hidroksil sehingga membantu memelihara kesehatan.

Gunakan ekstrak kering temulawak , minum 3 kali sehari, tiap kali lebih kurang 250-500 mg.g. Membantu menghambat penggumpalan darahKurkumin dari temulawak dapat membantu menghambat penggumpalan darah dengan cara menghambat pembentukan tromboksan B-2, suatu senyawa yang berperan dalam proses penggumpalan darah.Dosis : ekstrak kering temulawak, minum 3x sehari. Setiap minum 250-600 mg.Perhatian :Walaupun secara umum temulawak aman dikonsumsi, ada beberapa kondisi yang memerlukan pertimbangan dokter/ahli medis saat hendak mengonsumsi temulawak, yaitu :- Misalnya adanya penyumbatan saluran enpedu atau batu empedu., karena temulawak bekerja merangsang fungsi saluran empedu.- Perhatian bila mengonsumsi temulawak bersama obat pengencer darah yang dapat menyebabkan perdarahan, atau bersama tanaman lain yang mengandung kurkuminoid, misalnya kunyit, karena dapat terjadi kelebihan dosis.2.6 Cara Kerja1. Pembuatan simplisiaRimpang temulawak dicuci bersih, dipotong melintang dan dikeringkan (dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam) . Simplisia dinyatakan kering bila mudah dipatahkan. Simplisia yang telah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk (blander) dengan derajat kehalusan yang sesuai untuk maserasi.2. Pembuatan ekstrak temulawakSerbuk rimpang temulawak sebanyak 1.kg dimaserasi dengan etanol 70.% dengan perbandingan 1:7 di dalam erlenmeyer tertutup kemudian didiamkan selama 5 hari (Voigt, 1984). Rendaman diperas dan ampasnya diperas lagi. Cairan maserasi dan hasil perasan ampas disatukan, selanjutnya diukur volume yang diperoleh. Hasil ekstraksi didiamkan selama satu hari lalu disaring dan dipekatkan di atas waterbath dengan suhu kurang dari 50C sampai volume konstan.3. Pembuatan tablet effervescentDitimbang masing-masing bahan. Dilakukan pembuatan granul effervescent secara terpisah antara granul asam dan granul basa untuk menghindari reaksi effervescent dini. Pembuatan granul effervescent dilakukan di tempat dengan kelembaban sekitar 50.%. Sebagai larutan pengikat dilarutkan PVP dalam etanol 70.% dengan konsentrasi 3.%. Bahan ekstrak temulawak, PVP dan aspartame dibagi menjadi dua bagian, dimana bagian pertama digunakan untuk pembuatan granul asam yaitu dengan mencampur ekstrak temulawak yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam larutan PVP agar distribusi ekstrak temulawak dapat merata di dalam massa granul, kemudian ditambahkan dengan asam sitrat, asam fumarat dan aspartame. Kemudian, untuk bagian yang ke dua digunakan untuk pembuatan granul basa yaitu dengan mencamampur ekstrak temulawak dengan PVP, kemudian ditambahkan natrium bikarbonat dan aspartame.

Tahap yang selanjutnya, granul asam dan granul basa dicampur dengan menggunakan cube mixer, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40C selama 45 menit. Campuran diayak dengan ukuran mesh 40, selanjutnya ditambahkan talcum dan mg stearat sebagai pelicin, campuran diaduk sampai homogeny. Selanjutnya dilakukan evaluasi sifat alir dan kemudian dicetak menggunakan mesin cetak tablet.2.7 Evaluasi2.6.1 Uji Kualitas Tablet EffervescentUji sifat fisik granul. Sebelum granul dicetak, terlebih dahulu dilakukan uji sifat fisik granul yang meliputi kecepatan alir, kelembaban, sudut diam, dan densitas massa.

Kecepatan alir. Granul seberat 100 gram dituang perlahan-lahan kedalam corong yang tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong. Buka tutup corong secara perlahan-lahan biarkan granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang diperlukan (detik) dengan stopwatch sampai semua granul melewati corong. Kecepatan alir granul yang baik adalah lebih dari 10 gram/detik.Kandungan lembab. Dengan alat moisture balance, dimasukkan 5 gram granul dalam aluminium foil. Pengeringan pada suhu 105C selama 5 menit, akan didapat persen kadar air. Syarat kadar air granul effervescent antara 0,4 %-0,7 % (Fausett dkk, 2000).Sudut diam. Granul seberat 100 gram dituang secara perlahan melalui dinding corong. Buka penutup corong dan biarkan granul mengalir. Ukur tinggi kerucut dan jari-jari kerucut yang terbentuk. Kriteria sudut diam :

Densitas massa. Gelas ukur 100 ml ditimbang, granul dimasukkan kedalam gelas ukur hingga volumenya mencapai 100 ml lewat tepi gelas ukur. Gelas ukur yang sudah diisi granul tersebut kemudian ditimbang.2.6.2 Uji Sifat Fisik TabletUntuk mengetahui kualitas tablet yang telah dicetak, maka dilakukan uji sifat fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot, keseragaman ukuran tablet, kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut.

Keseragaman bobot. Dua puluh tablet effervescent ditimbang satu persatu dengan neraca elektrik. Kemudian dihitung harga rata-rata, Standar Deviasi (SD) dan persen penyimpangan bobot. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Farmakope Indonesia.Untuk tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yangditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam %

AB

25 mg atau kurang 26 mg sampai dengan 150 mg 151 mg sampai dengan 300 mg

lebih dari 300 mg15%10%7,5%

5%30%20%15%

10%

Keseragaman ukuran tablet. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.Kekerasan. Sebuah tablet diletakkan pada alat hardness tester (Vanguard typeYD-2). Alat ini secara otomatis akan menentukan kekerasan tablet yang kemudian hasilnya dapat dilihat dari angka yang muncul pada alat tersebut. Dilakukan terhadap 10 tablet. Tablet yang baik sebaiknya memiliki kekerasan antara 4-8 kg.Kerapuhan. Dua puluh tablet dibebas debukan dengan aspirator kemudian ditimbang lalu dimasukkan ke friability tester (Erweka typeT-200). Alat dihidupkan dan diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Setelah selesai tablet dikeluarkan dari alat dibebas debukan dan ditimbang lagi. Dihitung persentase bobot tablet yang berkurang dari bobot tablet mula-mula. Tablet yang baik sebaiknya memiliki kerapuhan antara 0,5%-1%; sedang berdasarkan USP antara 0,8%-1%.Waktu larut. Sebuah tablet dimasukkan kedalam air dengan volume 200 ml pada suhu sekitar 25C. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai tablet hancur dan larut semua. Formula tablet effervescent yang baik memiliki waktu hancur dan kelarutan tidak lebih dari 1-2 menit untuk bentuk larutan jernih.2.6.3 Uji Tanggapan RasaUji tanggapan rasa dilakukan dengan memberikan angket pada 20 orang responden yang telah meminum tablet tersebut untuk menilai rasa dari tablet effervescent yang dibuat. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan responden terhadap rasa tablet effervescent ekstrak temulawak.BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan1. Kandungan zat aktif temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) antara lain Kurkumin, kurkuminoid, P-toluilmetilkarbinol, seskuiterpen d-kamper, mineral, minyak atsiri serta minyak lemak, karbohidrat, protein, mineral seperti Kalium (K), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd).2. Tujuh manfaat temulawak yaitu memperbaiki nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, sebagai antioksidan yang dapat membantu memelihara kesehatan dan membantu menghambat penggumpalan darah.3. Bentuk sediaan tablet effervescent dapat meningkatkan kepraktisan dan minat masyarakat dalam mengkonsumsi ekstrak temulawak.4. Tablet effervescent adalah salah satu bentuk sediaan tablet yang dibuat dengan pengempaan bahan aktif dengan campuran asam-asam organik seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat.5. Formula :

R/ Ekstrak temulawak100 mg

Natrium bikarbonat575 mg

Asam Sitrat

200 mg

Asam Fumarat

200 mg

PVP

20 mg

Aspartam

10 mg

Mg Stearat

0,25%

Talkum

1%Laktosa

ad 1,2 g6. Dosis tablet effervescent temulawak untuk mengobati anti inflamasi adalah 1 tablet untuk 2 hari, sedangkan untuk mengobati anti hepatotoksik adalah 2 kali sehari 1 tablet.7. Pembuatan tablet effervescent meliputi penyiapan simplisia rimpang temulawak, pembuatan ekstrak temulawak, dan pembuatan tablet effervescent.8. Evaluasi meliputi uji sifat fisik granul, uji sifat fisik tablet, dan uji tanggapan rasa.DAFTAR PUSTAKABadan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak, Vol. 6, No. 6, hlm. 1-4Dikca. 2012. Tujuh Manfaat TEMULAWAK, (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/2267698-tujuh-manfaat-temulawak/#ixzz2V8189S8d, diakses tanggal 3 Juni 2013 pukul 15.15)

Lestari, Agatha. 2007. Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Lestari, Agatha dan Lisa Natalia. 2007. Optimasi natrium sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dalam pembuatan granul effervescent ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) secara granulasi basah. Majalah Farmasi Indonesia, 18(1) : 21-28Pharmacy Education With Entertainment and Technology. 2010. Semuanya Tentang Temulawak, (http://farmasiblogku.blogspot.com/2010/12/semuanya-tentang-temulawak.html, diakses tanggal 26 Mei 2013 pukul 09.21)Soehardi, Drs. 2008. Tanaman Obat : Khasiat / Manfaat Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza), (http://kiathidupsehat.com/tag/khasiat-temulawak/, diakses tanggal 3 Juni 2013 pukul 14.25)PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apakah pemakaian tablet effervescent tidak bisa diminum untuk 1 hari 1 tablet mengingat nantinya konsentrasi zat aktif dalam plasma akan berbeda karena obat diminum 1 tablet untuk 2 hari ? apakah formula tersebut tidak dapat dibuat setengahnya sehingga pasien dapat minum 1 kali sehari?

Jawab : Dalam penelitian tersebut disebutkan dosis untuk kurkumin. Sementara untuk formulasi tablet tidak berisi kurkumin melainkan masih dalam bentuk ekstrak sehingga kita perlu menghitung jumlah kurkumin yang terkandung dalam ekstrak temulawak.Berikut acuan dari Materia Medika Indonesia :

rendemen ekstrak temulawak = 3,5 %Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%

Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat 3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekstrak

Dalam 1 gram temulawak terdapat 1,55% x 35 mg = 0,54 mg kurkuminDosis yang telah dikonversi ke manusia sebesar 768 mg.

Sehingga ekstrak yang diperlukan = (35 g x 1422 g )/1000 g = 49,77 gPemakaian dengan tablet effervescent = (49,77 g x 1 tab) / 100 g = 0,497 ~ 0,5 tab per hari. Karena tidak dapat dibagi jadi 2 maka pemakaian tablet effervescent temulawak untuk anti inflamasi menjadi 1 tablet untuk 2 hari.Sementara untuk pertanyaan apakah formula dapat diubah setengahnya?, tentunya formula tidak dapat diubah setengahnya karena ada persyaratan untuk jumlah asam maupun basanya. Tetapi dosis ekstrak temulawak nya dapat dirubah setengahnya sehingga penggunaan obat effervescent ini dapat digunakan sekali sehari.Formula

R/ Ekstrak temulawak 50 mg

Natrium bikarbonat575 mg

Asam Sitrat

200 mg

Asam Fumarat

200 mg

PVP

20 mg

Aspartam

10 mg

Mg Stearat

0,25%

Talkum

1%

Laktosaad 1,2 g2. Apa yang dimaksud dengan dekokta?

Jawab : Dekokta sama seperti infus, hanya saja yang membedakan waktunya. Infus adalah penyarian dengan cara dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit sedangkan dekokta adalah penyarian dengan cara dipanaskan pada suhu 900C selama 30 menit.

3. Apakah perlu digunakan essens/pengaroma?

Jawab : Dapat ditambahkan dapat juga tidak perlu ditambahkan corrigen odoris, karena aroma ekstrak temulawak tidak terlalu menyengat dan pada formulasi digunakan dalam jumlah yang kecil.4. Berapa % mg stearat dan talkum yang dibutuhkan? Mengapa digunakan aspartam sebagai pamanis?Jawab : Menurut FI IV hal 115, excipients ed V hal 432 bahwa Konsentrasi mg stearat adalah 0,25 5,0 %, tetapi yang sering dipakai 1 %. Sedangkan untuk Talk menurut Excipient edisi II hal 519, FI IV hal 771 mempunyai konsentrasi 1 10 % dan yang sering dipakai 2 %.Digunakan aspartam sebagai pemanis karena aspartam memiliki rasa manis 160 sampai 200 kali sukrosa, tidak ada rasa pahit atau after teste yang serinng terdapat pada pemanis buatan. Satu gram aspartam setara dengan 200 gram gula.KELOMPOK 5

Rahma Putri Larasati(1041011120)

Rahmanur Surya Zulfa(1041011121)

Tary Nuryana(1041011147)

Vika Emilia(1041011156)

Yeni Adhaningrum(1041011197)

Pemakaian dengan tablet effervescent

= (49,77 x 1 tab) / 50

= 0,99 ~ 1 tab per hari