Makalah Surveilans Epidemiologi

21
2.1 Pengertian , Tujuan Dan Je nis Surveilans Epide miologi 2.1.1 Pengertian Surveilans  Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme y ang dilakukan secara terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan) Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda. Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama. Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan unt uk menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu  bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993). Menurut WHO : Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak    pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )  b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996. Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu kep ada pihak    pihak yang perlu mengetahuiny a.

Transcript of Makalah Surveilans Epidemiologi

2.1 Pengertian,TujuanDanJenisSurveilansEpidemiologi2.1.1 PengertianSurveilansSurveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan)Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.Keduayaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).Menurut WHO :Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )b. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu mengetahuinya.Defenisi Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. (Noor,1997). Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya (Gunawan, 2000).Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and controlMenurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah : Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit tersebut.3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah.Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah : Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.Jadi, surveilans epidemiologi. Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.2.1.2TujuanSurveilansSurveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatandenganlebihefektif.Tujuankhusussurveilans:a. Memonitorkecenderungan(trends)penyakit;b. Mendeteksiperubahanmendadakinsidensipenyakit,untukmendeteksidinioutbreak;c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (diseaseburden) pada populasi;d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, danevaluasiprogramkesehatan;e. Mengevaluasicakupandanefektivitasprogramkesehatan;f. Mengidentifikasikebutuhanriset.(Last,2001;Giesecke,2002;JHU,2002)Gambardibawahinimenyajikancontohpenggunaansurveilansuntukmendeteksioutbreakdisentri.GrafikyangmenghubungkanperiodewaktupadasumbuXdenganinsidensikasuspenyakitpadasumbuYdapatdigunakanuntukmemonitordanmendeteksioutbreak.Kecurigaanoutbreakterjadipadakuartalke4tahun2008,ketikainsidensimencapai3kalirata-rataperkuartal.

Surveilansdapatjugadigunakanuntukmemantauefektivitasprogramkesehatan.Gambar5.3.menyajikancontohpenggunaansurveilansuntukmemonitorperformadanefektivitasprogrampengendalianTB.Perhatikan,denganstatistikdeskriptifsederhanasurveilansmampumemberikaninformasitentangkinerjaprogramTByangmeningkatdaritahunketahun,baikjumlahkasusTByangdideteksi,ketuntasanpengobatankasus,maupunkesembuhankasus.Perhatikanpulaperanpentingdatatime-seriesdalamanalisisdatasurveilansyangdikumpulkandariwaktukewaktudenganintervalsama.

2.1.3 JenisSurveilansDikenalbeberapajenissurveilans:1. SurveilansIndividuSurveilans individu (individualsurveillance) mendeteksi dan memonitor individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnyapes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selamaperiodemenular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadiinfeksi(Last,2001).Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmis penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentarayangditugaskanpadapostertentudicutikan,sedangdiposposlainnyatetapbekerja.Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).2. SurveilansPenyakitSurveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit,melaluipengumpulansistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi focus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukanindividu. Di banyak negara, pendekatan surveilanspenyakit biasanyadidukung melaluiprogram vertical (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistemsurveilansvertikaldapatberfungsi efektif,tetapitidak sedikityang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.3. SurveilansSindromikSyndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bias diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamatiindikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentangsuatupenyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrument untuk memonitor krisis yang tengahberlangsung.(Mandletal.,2004;Sloanetal.,2006)Suatu system yang mengandalkan laporansemuakasuspenyakittertentudarifasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. (DCP2,2008;ErmedanQuade,2010)4. SurveilansBerbasisLaboratoriumSurveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada system yang mengandalkanpelaporansindromadariklinik-klinik.(DCP2,2008)5. SurveilansTerpaduSurveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/provinsi/kabupaten/kota) sebagai sebuah pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).Karakteristikpendekatansurveilansterpadu:a. Memandangsurveilanssebagaipelayananbersama(commonservices);b. Menggunakanpendekatansolusimajemuk;c. Menggunakanpendekatanfungsional,bukanstruktural;d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memilikikebutuhansurveilansyangberbeda.(WHO,2002)

6. SurveilansKesehatanMasyarakatGlobalPerdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan Negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,baik penyakit-penyakitlamayangmunculkembali(re-emergingdiseases),maupunpenyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, fluburung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain,2006;DCP2,2008)2.2 Prinsip,Fungsi,DanLangkahSurveilansEpidemiologi2.2.1 PrinsipPrinsip Surveilans Epidemiologia. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.b. Pengelolaan dataData yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatanData yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balikSetelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.e. EvaluasiHasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.2.2.2 FungsiKegunaansurveilansepidemiologi1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan kontrolataupreventifterhadapperubahantersebut.2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan penyakit pada populasi.3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular sebagai dasar perencanaan,monitoringdanevaluasiprogram.4. Menilaikejadianpenyakitpadapopulasisepertiinsidensiatauprevalensi.5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan program kesehatan.ManfaatsurveilansepidemiologiPada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan padasetiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun pemberantasan penyakit menular. Secara garis besar,tujuansurveilansepidemiologiyaitu:1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat menimbulkan epidemic.2. Mengetahuiperioditassuatupenyakit.3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian luar biasa ataukarenaperioditaspenyakit.4. Mengetahuisituasisuatupenyakittertentu.5. Memperolehgambaranepidemiologitentangpenyakittertentu.6. Melakukanpengendalianpenyakit.7. Mengetahuiadanyapengulanganoutbreakyangpernahmenimbulkanendemic.8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru dari virus influenza.2.2.3 LangkahLangah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan hasil yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah dalam suerveilans epidemiologi, antara lainyaitu:1. PerencanaansurveilansPerencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan surveilans yaitudengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi.2. PengumpulandataPengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh darikegiatansurvey.Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (passive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnyalaporandariPustu,Posyandu,Barkesra,Poskesdes.Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB), form W2 (laporanmingguan) dan lain-lain.3. PengolahandanpenyajiandataData yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan computer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program(software).4. AnalisisdataAnalisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasiodanlain-lainuntukmengetahuisituasi,estimasidanprediksipenyakit.Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan factor resiko yang berhubungan dengan kejadianmalaria.5. PenyebarluasaninformasiPenyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informative agar mudah dipahami terutamabagiinstansidiluarbidangkesehatan.Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkanmediainternetyangsetiapsaatdapatdiaksesdenganmudah.6. UmpanbalikKegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member petunjuk tentang laporan yang diterima.Kemudian mengadakan umpan baliklaporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya.Cara pemberian umpanbalik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuansertapadasaatmelakukanpembinaan/suvervisi.Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalahtanggalpenerimaanlaporan.7. InvestigasipenyakitSetelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian LuarBiasa(KLB)malariayangperlumengambiltindakanatausebaliknya.8. TindakanpenanggulanganTindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskanrantaipenularan.9. EvaluasidatasistemsurveilansProgram surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan evaluasi manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari pernyataan berikut:a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan mengidentifikasi perubahan dalamkejadiankasus.b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian kasus di wilayah tersebut.c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas danmortalitasyangberhubungandengankejadianpenyakitdiwilayahtersebut.d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kasusataupenyakit.e. IndikatorsurveilansIndikatorsurveilansmeliputi: Kelengkapanlaporan. Jumlahdankualitaskajianepidemiologidanrekomendasiyangdapatdihasilkan. Terdistribusinyaberitaepidemiologilokaldannasional. Pemanfaataninformasiepidemiologidalammanajemenprogramkesehatan. MeningkatnyakajianSistemKewaspadaanDini(SKD)penyakit.2.3 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologiAda beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:1) Kerjasama lintas sektoral Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.2) Partisipasi masyarkat rendah Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung enutup-nutupi.3) Sumber daya Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden adlah sebagai berikut ; Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE Banyaknya tugas rangkap. Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas lain.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium sering lambat sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.5) Kebijakan Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan surveilans.6) Dana Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.7) Jarak dan Transportasi Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga mempengaruhi.

2.4RuangLingkupSurveilansEpidemiologi1. SurveilansEpidemiologiPenyakitMenularMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan factor risiko untuk mendukungupayapemberantasanpenyakitmenular.Ruanglingkupnyaantaralain: PenyakityangDapatDicegahDenganImunisasi(PD3I) AFP Penyakitpotensialwabahatauklbpenyakitmenulardankeracunan PenyakitDBD/DSS Malaria Penyakitzoonosis,antraks,rabies,leptospirosis,dsb. Penyakitfilariasis Penyakittuberkulosis Penyakitdiare,tifusperut,kecacingan,danpenyakitperutlainnya Penyakitkusta PenyakitHIV/AIDS PenyakitMenularSeksual Penyakitpneumonia,termasukpenyakitpneumoniaakutberat(termasukSARS)

2. SurveilansEpidemiologiPenyakitTidakMenularMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan factor risiko untukmendukungupayapemberantasanpenyakittidakmenular.Ruanglingkupnyaantaralain: Hipertensi,StrokedanPenyakitJantungKoroner(PJK) DiabetesMellitus Neoplasma PenyakitParuObstruksiKronis(PPOK) Gangguanmental Masalahkesehatanakibatkecelakaan

3. SurveilansEpidemiologiKesehatanLingkungandanPerilakuMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan factor risiko untuk mendukung programpenyehatanlingkungan.Ruanglingkupnyaantaralain: SaranaAirBersih Tempat-tempatumum PemukimandanLingkunganPerumahan Limbahindustri,RSdankegiatanlainnya Vektorpenyakit KesehatandanKeselamatanKerja RSdansaranayankeslain,termasukInfeksiNosokomial(INOS)

4. SurveilansEpidemiologiMasalahKesehatanMerupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor risiko untukmendukungprogram-programkesehatantertentu.Ruanglingkupnyaantaralain: Surveilansgizidansistemkewaspadaanpangandangizi(SKPG) Gizimikro(Kekuranganyodium,anemiazatBesiKVA) Gizilebih KesehatanIbudanAnak(KIA)termasukkesehatanreproduksi(Kespro) Penyalahgunaannapza Penggunaansediaanfarmasi,obat,obattradisional,bahankosmetikasertaperalatan Kualitasmakanandanbahantambahanmakanan

5. SurveilansEpidemiologiKesehatanMatraMerupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor risiko untuk upayamendukungprogramkesehatanmatra.Ruanglingkunyaantaralain: KesehatanHaji KesehatanPelabuhandanLintasBatasPerbatasan Bencanadanmasalahsosial Kesehatanmatralautdanudara KLBPenyakitdanKeracunan

SCREENINGScreening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:1. Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen)2. sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt treatment3. Banyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis4. Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut5. Penderita tanpa gjl mempunyai potensi untuk menularkan penyakitTUJUAN SCREENING :1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber penularan penyakit.SASARANSasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti : Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll. Infeksi Virus (Hepatitis Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca Prostat, Glaukoma) HIV-AIDSPROSES PENYARINGAN Proses pelaksanaan sceening adalah :Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit. Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2 Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan. Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).Pengolahan dan PelaporanKegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data menjadi bagian penting dari upaya memperoleh data yang dihimpun dari berbagai sumber data surveilans. Misalnya surveilans campak, maka tugas besar surveilans adalah merekam semua kasus campak yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit dan sumber data lainnya, kemudian menghimpun dan mengolahnya menjadi kelompok-kelompok data yang merupakan distribusi kasus-kasus campak sesuai karakteristik epidemiologi yang diperlukan.Sebelum menemukan dan mengimpun kasus-kasus dalam rangkaian kegiatan surveilans, perlu jelas :1. Apakah problem kesehatan yang mendorong perlunya surveilans suatu2. penyakit ?3. Apakah tujuan surveilans telah jelas menjawab kebutuhan informasi untuk4. manajemen program ?5. Apakah kasus-kasus yang dimaksud sesuai dengan upaya memenuhi6. informasi untuk manajemen program ? atau SKD_-KLB ?7. Apakah kasus-kasus yang dimaksud terdapat pada suatu sumber data8. tertentu ? Siapa dan bagaimana menemukan kasus-kasus tersebut ?9. Apakah kasus-kasus yang dihimpun akan memperoleh data jumlah absolut,10. rate secara total atau menurut karekateristik tertentu ?Kasus campak, dan juga kasus-kasus yang lain, adalah seseorang atau suatu obyek tertentu, yang menunjukkan ciri-ciri tertentu, berada pada tempat tertentu dan pada waktu tertentu, sehingga ia dinyatakan oleh seseorang yang mengumpulkan data surveilans sebagai kasus campak atau kasus-kasus lainnya. Kasus satu dengan kasus lain perlu ditetapkan ciri-ciri tertentu yang spesifik, sehingga dapat dipilah berbagai jenis kasus yang ada di unit sumber data. Rumusan ciri kasus tersebut disebut sebagai definisi operasional kasus.Definsi operasional kasus adalah alat pemilah antara kasus dan bukan kasus. Ketidak tepatan definisi operasional kasus A, misalnya, dapat berakibat suatu obyek dinyatakan sebagai kasus A, padahal sebenarnya bukan, sebaliknya, suatu obyek dinyatakan sebagai bukan kasus A, padahal sebenarnya adalah kasus A. Apabila terdapat 1000 obyek dinyatakan sebagai kasus A, maka bisa terdapat 900 obyek benar sebagai kasus A, tetapi terdapat 100 obyek yang sebenarnya bukan kasus A, sehingga pengukuran besarnya angka kesakitan menjadi tidak tepat (validitas).ReliabilitasDefinisi operasional kasus adalah alat untuk menentukan suatu diagnosis, baik berdasarkan gambaran klinis, dan atau dukungan pemeriksaan lainnya. Reliabilitas adalah konsistensi suatu definisi operasional kasus ketika digunakan untuk menetapkan kasus atau bukan kasus, baik oleh petugas yang sama pada waktu berbeda (konsistensi intra petugas), atau antara satu petugas dengan petugas lain (konsistensi antar petugas) Untuk menjaga reliabilitas, maka perlu ada pedoman, prosedur operasional standar, pelatihan, dan monitoring-evaluasi penerapan definisi operasional kasus.Faktor yg mempengaruhi:1. Variabilitas alat2. Variasi subyek3. Variasi pemeriksaCara mengurangi variasi:1. Standarisasi alat2. Latihan intensif para pemeriksa3. Penerangan yang jelas kepada orang yang akan diperiksaContohDefinisi operasional (DO) kasus campak adalah demam, bercak merah disertai dengan salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada DO kasus campak tersebut, pengertian demam bisa berbeda satu petugas dengan petugas lain. Pada saat ditemukan kasus oleh petugas A di Puskesmas, dengan hasil perabaan dahi menunjukkan demam, ditemukan bercak kemerahan dan batuk, maka sesuai dengan DO kasus campak tersebut dimasukkan sebagai kasus campak. Tetapi pada saat kasus yang sama tersebut datang ke petugas B, ia menyebut bukan kasus campak, karena pada perabaan dahi dinyatakan suhu normal, atau tidak demam. Pengukuran suhu oleh satu petugas bisa berbeda-beda metodenya, misalnya satu saat petugas mengukur suhu badan pada ketiak, saat lain mengukur suhu badan pada mulut, tetapi pengukuran dengan alat yang sama bisa dihasilkan simpulan yang berbeda, baik karena cara menggunakan alat, maupun interpretasinya.

Validitas (sensitivitas, spesifisitas)Validitas adalah menyatakan seberapa yakin (sahih) kasus dan bukan kasus yang ditetapkan berdasarkan definisi operasional kasus tersebut benar sebagai kasus atau bukan kasus. Validitas terdiri dari 2 jenis, sensitivitas dan spesifisitas.1. Sensitivitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan seberapa besar sejumlah kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai kasus berdasarkan definisi operasional kasus.2. Spesifisitas pada suatu definisi operasional kasus adalah menunjukkan kepekaan seberapa besar sejumlah bukan kasus yang diperiksa dinyatakan sebagai bukan kasus berdasarkan definisi operasional kasus. Secara teknis, kasus yang diperiksa atau kejadian yang diperiksa ternyata bukan kasus itu adalah kejadian-kejadian yang ditetapkan sebagai kasus dan bukan kasus dengan alat yang lebih canggih atau disebut gold standardValiditas merupakan karakter definisi operasional kasus yang sangat penting. Pembahasan lebih luas pada bahasan atribut surveilans Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka suatu definisi operasional kasus mengandung penjelasan mengenai kejadian apa, kapan dan dimana kejadian tersebut, dan disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan surveilans, dan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas. Definisi operasional kasus disusun sedemikan rupa sesuai dengan cara menemukan obyek kasus, cara merekamnya, cara pengolahan data, pelaporan dan desain analisis yang akan dilakukan. Rumusan definisi operasional kasus juga perlu memperhatikan reliabilitas dan validitas serta atribut surveilans lainnya serta kemampuan untuk memperoleh datanya.Contoh :Siatuasi kasus Campak1. Seseorang yang menderita campak, maka kemungkinan berobat, sebagian tidak berobat. Sebagian besar berobat ke Puskesmas dan sebagian yang lain ke Rumah Sakit.2. Pencarian pengobatan terkendala jarak, dimana kasus-kasus dekat Puskesmas/Rumah Sakit akan punya peluang berobat lebih besar dibanding kasus-kasus campak yang jauh dari Puskesams/Rumah Sakit.3. Program pengendalian campak dengan melaksanakan imunisasi pada anak usia 9- 11 bulan. Imunisasi juga dilakukan pada anak Sekolah Dasar kelas 1 (booster). Imunisasi khusus juga dilaksanakan pada anak 1-4 tahun yang dilaksanakan secara massal.4. Program memerlukan informasi, daerah manakah yang banyak kasus campak ? pada usia berapakah paling sering terjadi kasus campak ? Apakah program imunisasi berhasil menurunkan angka kesakitan campak ?

Berdasarkan kebutuhan program dan cara-cara penderita mencari pengobatan, maka dirumuskan definisi operasional kasus campak Definisi operasional kasus campak adalah seseorang yang berobat ke Puskesmas/Rumah Sakit dengan gejala demam, bercak merah disertai dengan salah satu gejala diare, mata merah conjunctivitis atau batuk Pada kasus juga direkam variabel yang diperlukan : nama tempat tinggal (kelurahan/desa), tanggal berobat, umur, dan status imunisasi campak. Pada definisi operasional kasus tersebut tidak memasukkan batasan waktu dan lokasi, tetapi untuk surveilans pada KLB, perlu menetapkan batasan waktu dan lokasi.Data yang diperoleh akan dianalisis dan diinformasikan pada pengelola program :1. Distribusi kasus menurut Puskesmas pertahun dengan populasi berisiko penduduk diperoleh dari BPS setempat2. Perkembangan kasus menurut umur, sehingga dapat diketahui pola kurva bulanan kejadian campak di daerah tersebut3. Perkembangan kasus menurut umur, sehingga dapat diketahui pola kurva tahunan kejadian campak dan hubungannya dengan cakupan imunisasi campak