Makalah Studi Kelayakan 2

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama  bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan  pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang- undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll. Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut di atas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya. Dan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan  pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis

description

makalah studi kelayakan

Transcript of Makalah Studi Kelayakan 2

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangStudi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut di atas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.Dan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis1.2 Tujuan1. Menjadi bahan referensi di tingkat mendatang2. Meningkatkan daya keahlian di bidang teknik industry3. Agar dapat menjadi dasar pemikiran dalam mendirikan usaha sendiri

1.3 Rumusan Masalah1. Bagaimana mendirikan usaha agar di akui di pihak pemerintah yang bewewenan2. Penanganan dan registrasi perusahaan di sebuah perusahaan3. Syarat syarat mendirikan suatu usaha atau perusahaan khusunya di Indonesia

1.4 Manfaat1. Untuk menjadikan suatu usaha yang lebih dikenal dan diakui sebagai bidang usaha resmi2. Untuk menjaga agar sebuah perusahaan agar tidak menghamburkan uang Negara3. Untuk menjaga keharmonisan dalam suatu sturktur organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi masing masing

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang luas. Artinya yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relative. Mungkin dipertimbangkn berbagai factor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan, misalnya penghematan devisa atau pun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Kalau seseorang atau suatu pihak melihat suatu kesempatan usaha, maka timbul pertanyaan, apakah kesempatn itu bisa dimanfaatkan secara ekonomis? Apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang sebenarnya mendasar dijalankannya studi kelayakan proyek. Proyek yang diteliti bisa berbentuk proyek raksasa seperti pembangunan proyek listrik tenaga nuklir, sampai dengan proyek sederhana seperti membuka usaha jasa foto copy. Tentu saja semakin besar proyek yang akan dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi. Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga yang bersifat sosial. Karena itu ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (Cost and Benefit Analysis) termasuk didalamya semua manfaat dan pengorbanan Social (Social Cost And Social Benefit). Dengan demikian, pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu : 1. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat financial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandigkan dengan risiko proyek itu. 2. Manfaat ekonomis proyek itu bagi Negara tempat proyek dilaksanakan (sering juga disebut sebgai manfat ekonomi nasional), yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara.3. Manfaat sosial proyek itu bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relative sulit dilakukan. Semakin serderhana proyek yang akan dilaksanakan semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Bahkan banyak proyek-proyek investasi yang mungkin tidak pernah dilakukan studi kelayanan secara formal, tetapi ternyata kemudian terbukti berjalan dengan baik pula. 2.2 Pentingnya Investasi Banyak Negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi pada Negara tersebut. Bahkan kalaupun diperkirakan model dalam negeri kurang mampu meningkatkan investasi, pemerintah tidak segan-segan mengundang pihak asing untuk melakukan investasi pada Negara itu. Mengapa pemerintah melakukan hal ini? Sebabnya tidak lain adalah kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomis suatu Negara. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi. Diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau penambahan devisa dan lain sebagainya. Yang jelas kalau kegiatan investasi meningkat, maka kegiatan ekonomi pun ikut terpacu pula. Tentu saja apabila kegiatan investasi ini merupakan investasi yang sehat, arti sebenarnya secara ekonomis menguntungkan. Bukan kegiatan investasi yang nampaknya menguntungkan, tetapi sebenarnya mendapatkan berbagai fasilitas, sehingga tidak sehat bagi perekonomian Negara itu. Disini kita menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa dinilai secara cukup menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa dinilai secara cukup independen. Proyek itu bisa merupakan proyek raksasa bisa juga proyek kecil. Karakteristik dasar dari suatu pengeluaran modal (atau proyek) adalah bahwa proyek itu umumnya memerlukan pengeluaran saat ini untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang. Manfaat ini bisa berwujud manfaat dalam bentuk uang, bisa juga tidak. Pengeluaran modal itu misalnya berbentuk pengeluaran untuk tanah, mesin, bangunan, penelitian dan pengembangan, serta program-program latihan. Dalam akuntansi, pengeluaran modal ini biasanya dimasukkan ke dalam unsur-unsur yang ada dalam neraca. Sejauh bisa dilakukan konsistensi dalam perlakuan, maka umumnya pengeluaran-pengeluaran ini merupakan biaya-biaya yang ditunda pembebanannya, dan dibebankan per tahun lewat proses penyusunan (kecuali untuk tanah). Dipandang dari sudut perusahaan, maka proyek atau kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital expenditure) mempunyai anti yang sangat penting karena : 1. Pengeluaran modal mempunyai konseksuensi jangka panjang. Pengeluran modal akan membentuk kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang dan sifat-sifat perusahaan dalam jangka panjang. 2. Pengeluaran modal umumnya menyangkut jumlah yang sangat besar. 3. Komitmen pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah. Pasar untuk barang-barang modal bekas, mungkin tdak ada terutama untuk barang-barang modal yang sangat khusus sifatnya. Karena itu, sulit untuk mengubah keputusan pengeluaran modal.

2.3 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan Diatas telah disebutkan bahwa proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Karena, perlu dilakukan studi yang berhati-hati agar jangan sampai proyek itu, setelah terlanjur menginvestasikan dana yang sangat besar, ternyata proyek itu tidak menguntungkan. Kalau proyek itu berasal dari pihak swasta, maka seringkali terpaksa proyek ini dihentikan atau dijual. Tetapi kalau sponsornya pihak pemerintah, maka sering terjadi pemerintah mengusahakan agar proyek itu tetap bisa berjalan meskipun dengan berbagai bantuan, proteksi, subsidi dan sebagainya yang sebenarnya tidak sehat dipandang dari segi ekonomi makro. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal). Sebab itu bisa berwujud karena kesalahan perencanaan, kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat dipakai, kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat dipakai, kesalahan dalam memperkirakan kontinuitas bahan baku, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada. Sebab lain bila berasal dari pelaksanaan proyek yang tidak terkendalikan, akibatnya biaya pembangunan proyek menjadi membengkak, penyelesaian proyek menjadi membengkak, penyelesaian proyek menjadi tertunda-tunda dan sebagainya. Disamping itu bisa juga disebabkan karena faktor lingkungan yang berubah, baik lingkungan ekonomi, sosial, bahkan politik. Bisa juga karena sebab-sebab yang benar-benar di luar dugaan, seperti bencana alam pada lokasi proyek. Untuk itulah studi tentang kelayakan (minimal) ekonomis suatu proyek menjadi sangat penting. Semakin besar skala investasi semakin penting studi ini. Bahkan untuk proyek-proyek yang besar, seringkali studi ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap keseluruhan. Apabila dari studi pendahuluan itu sudah menampakkan gejala-gejala yang tidak menguntungkan, maka studi keseluruhan mungkin tidak perlu lagi dilakukan. Dengan ringkas kita bisa mengatakan, bahwa tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu sj studi kelayanan ini akan memkan biaya, tetapi biaya itu relative kecil apabila dibandungkn dengan resiko kegiatan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Dalam studi kelayakan itu hal-hal yang perlu diketahui adalah : a. Ruang Lingkup Kegiatan proyek. Disini perlu dijelasklan/ditentukan bidang-bidang apa proyek akan beroperasi. Kalau misalnya proyek adalah pendirian usaha/pabrik tekstil, maka apakah pabrik tekstil ini merupakan tektil yang terpadu, atau hanya tahapan tertentu saja. b. Cara kegiatan proyek dilakukan Disini ditentukan apakah proyek akan ditangai sendiri atau akan diserahkan pada (beberapa) pihak lain. Siapa yang akan menangani proyek itu.c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek. Disini perlu diidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan usaha semacam ini. Teknik yang bisa dipergunakan adalah dengan mengidentifikasikan Undeplanning untuk usaha semacam ini. d. Sarana yang diperlukan oleh proyek Menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti : material, tenaga kerja dan sebagainya, tetapi termasuk juga fasilitas-fasilitas pendukung seperti : jalan raya, transportasi dan sebagainya. e. Hasil kegiatan proyek itu serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut. f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek itu. Hal ini sering disebut juga sebagai manfaat dan pengorbanan ekonomi dan sosialg. Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek beserta jadwal dari masing-masing kegiatan itu sampai dengan proyek investasi siap berjalan. 2.4 Perbedaan Intensitas Studi Kelayakan Penilaian terhadap keadaan dan prospek suatu proyek investasi dilakukan atas dasar kriteria-kriteria ini bisa hanya mempertimbangkan manfaat proyek bagi perusahaan, bisa juga dengan memperhatikan aspek yang lebih luas, yaitu manfaat proyek bagi Negara dan masyarakat luas. Tentu saja tidak setiap proyek akan diteliti dengan tingkat intensitas yang lama. Beberapa proyek mungkin diteliti dengan sangat mendasar, mencakup berbagai aspek yang terpengaruh, beberapa proyek mungkin hanya diteliti terhadap beberapa aspek saja. Bahkan sering juga kita menjumpai bahwa ada rencana-rencana investasi yang penilaiannya tidak dilakukan secara formal. Ada beberapa factor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan. Diantara yang utama adalah : 1. Besarnya dana yang ditanamkan Umumnya semakin besar jumlah dana yang ditanamkan, semakin mendalam studi yang perlu dilakukan, sebagai missal, proyek kilang minyak dilacap akan diteliti dalam aspek yang lebih luas, termasuk dampak social ekonomi, dibandingkan dengan proyek membuka usaha dealer mobil. 2. Tingkat ketidakpastian proyekSemakin sulit kita memperkirakan penghasilan penjualan, biaya, aliran kas dan lain-lain semakin berhas. Kita dalam melakukan studi kelayanan. Untuk proyek-proyek yang menghasilkan proyek baru, umumnya cukup sulit dalam memperkirakan proyek penjualan. Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi ketidakpastian ini, dengan analisa sensivitas dengan taksiran konservatif dan sebagainya. 3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek Setiap proyek dipengaruhi dan juga mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Sebagai misalnya, proyek untuk membuat mobil dengan tenaga listrik akan dipengaruhi oleh faktor, misalnya tinggi rendahnya harga bahan bakar dipengaruhi oleh faktor, misalnya tinggi rendahnya harga bahan bakar minyak. Sebaliknya proyek itu akan mempengaruhi pula usaha untuk menemukan material yang bisa dipakai untuk menyimpan tenaga listrik yang lebih tahan lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proyek mungkin menjadi sangat kompleks, sehingga pihak yang melakukan studi kelayakan terhadap proyek tersebut akan semakin berhati-hati. Secara ringkas kita bisa mengatakan bahwa intensitas studi kelayakan tersebut mungkin tidak sama. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi, seperti jumlah dana, ketidakpastian dan kompleksitas proyek itu. Semakin besar dana yang tertanam, semakin tidak pasti taksiran yang dibuat semakin kompleks factor-faktor yang mempengaruhi dan semakin mendalam studi yang perlu dilakukan. 2.5 Lembaga-lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan Kalau kita amati pembuatan studi kelayakan ternyata sering memenuhi permintaan pihak-pihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta sudut pandang yang berbeda. Lembaga-lembaga yang memerlukan studi kelayakan adalah :1. Investor Pihak yang akan menanamkan dana mereka dalam suatu proyek (sebagai pemilik perusahaan nantinya, akan memegang saham) akan lebih memperhatikan prospek usaha itu. Pengertian prospek di sini adalah tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari investasi tersebut beserta risiko investasi itu. Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan ini dengan risiko investasi. Semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diminta oleh para investor itu. 2. Kreditur / Bank Para kreditur/bank akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan mereka. Dengan demikian, mereka mengharapkan agar bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya. Karena itu, mereka sangat memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman itu. Tentu saja ini tidak berarti mereka tidak memperhatikan prospek usaha tersebut. Tetapi perhatian utama mereka adalah pada periode pengembalian pinjaman tersebut. Selama dalam priode itu perusahaan memang benar-benar bisa mengembalikan pinjamannya, setelah periode tersebut perkembangan perusahaan/proyek itu tidak begitu menjadi perhatian pihak pemberi pinjaman. 3. PemerintahPemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek itu bagi perekonomian nasional. Apakah proyek itu akan membantu, menghemat devisa,menambah devisa atau memperluas kesempatan kerja. Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh Negara tersebut, sebagai missal, apabila saat ini pemerintah sedang menggalakan ekspor non migas, maka proyek-proyek yang akan mengekspor hasil produksinya dan tidak banyak memakai komponen impor akan lebih disukai oleh pemerintah. Konsekuensinya adalah bahwa perusahaan mungkin lebih mudah mendapat berbagai fasilitas apabila sektor yang digarap memang sedang diproritaskan oleh pemerintah. Banyak laporan studi yang dibuat berdasarkan permintaan dari pihak kreditur. Nampaknya belum terlalu dirasakan kepentingan membuat studi kelayakan apabila dananya bisa diperoleh dari perusahaan sendiri.

2.6 Aspek-aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis keuangan, hukum dan ekonomi Negara tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak social. Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang : 1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen perubahan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya perlu pula diperhatikan. 3. Harga dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan kalau ya, bagaimana polanya. 4. Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan. marketing mix identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk yang akan dibuat. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan. Aspek teknis dan produksi, menyangkut berbagai pertanyaan penting tentang : 1. Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan? 2. Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal? 3. Apakah luas produksi ini akan meminimumkan biaya produksi rata-rata, ataukah akan memaksimumkan laba? Jadi mempertimbangkan secara simultan faktor permintaan.Bagaimana fasilitas untuk ekspansi nantinya? Tentang lokasi, luas tanah, pengaturan fasilitas produksi dan sebagainya. 4. Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat? Umumnya terdapat beberapa alternative proses produksi untuk menghasilkan produk yang sama. Sebagai missal, semen bisa dibuat dengan proses basah ataupun proses kering. Soda bisa dibuat dengan metode electrolysis atau metode kimia. 5. Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat? Faktor yang diperhatikan adalah tentang umur ekonomis dan fasilitas pelayanan kalau terjadi kerusakan mesin-mesin tersebut. 6. Apakah perlengkapan-perlengkapan tambahan dan pekerjaan-pekerjaan teknis tambahan telah dilakukan? Faktor-faktor seperti material handling. Supply bahan pembantu, control kualitas, dan sebagainya perlu diperhatikan pula. Apakah telah disiapkan tentang kemungkinan penanganan terhadap limbah produksi? 7. Apakah tata letak yang diusulkan dari fasilitas produksi cukup baik. 8. Bagaimana dengan pemilihan lokasi dan site produksi? 9. Apakah skedul kerja telah dibaut dengan cukup realistis? 10. Apakah teknologi yang akan dipergunakan bisa diterima dari pandangan social Dalam pemilihan teknologi yang akan dipergunakan sebaiknya tidak dipergunakanteknologi yang sudah using, atau teknologi yang masih dicoba-coba. Yang pertama akan mengakibatkan perusahaan nantinya sulit untuk bersaing, sedangkan yang keuda bisa mengakibatkan kesulitan dalam perawatan fasilitasnya. Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting seperti : 1. Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.2. Sumber-sumber pembelanjaan yang akan diperguankan. Seberapa banyak dana yang berupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek dan berapa yang jangka panjang. 3. Taksiran penghasilan, biaya dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk disini estimasi tentang break event proyek tersebut. 4. Manfaat dan biaya dalam artian financial, seperti rate of return on investment, net present value, internal rate of return profitability index dan payback period estimasi terhadap risiko proyek, risiko data artian total, atau kalau mungkin yang hanya sistematis. Disini disamping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran kas, diperlukan untuk menghitung profitabilitas financial proyek tersebut. 5. Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi sumber dan penggunaan dana. Aspek manajemen mempelajari tentang : 1. Manajemen dalam masa pembangunan proyek, siapa pelaksana proyek tersebut? Bagaiaman jadwal penyelesaian proyek tersebut? Siapa yang melakukan studi masing-masing aspek : pemasaran, teknis dan lain sebagainya? 2. Manajemen dalam operasi. Bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih. Struktur organisasi. Deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan. Anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Aspek hukum mempelajari tentang 1. Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan 2. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman. 3. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya. Aspek ekonomi dan social, meliputi penelitian tentang : 1. Pengaruh proyek tersebut terhadap peningkatan pengasilan Negara. 2. Pengaruh proyek tersebut terhadap devisa yang bisa dihemat dan bisa diperoleh 3. Penambahan kesempatan kerja. 4. Pemerataan kesempatan kerja. 5. Bagaimana pengaruh proyek tersebut terhadap industry lain? Sebagai supply bahan bagi industri lain, dan pasar bagi hasil industry lain. 6. Aspek yang bersifat sosial seperti : Menjadi semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik dan lain sebagainya. Aspek sosial ini merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama.Tetapi manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada. Sebenarnya kesemua aspek tersebut perlu dipelajari, tetapi tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam pada investasi/proyek tersebut, maka banyak sedikitnya aspek yang perlu dipelajari dan kedalaman studi tersebut mungkin berbeda. Untuk proyek-proyek besar, semua aspek tersebut perlu dipelajari secara mendalam, tetapi untuk proyek-proyek yang kecil mungkin tidak semua aspek perlu diteliti. Umumnya aspek sosial ekonomi tidak begitu diperhatikan bagi proyek-proyek kecil.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Keputusan Investasi Aspek KeuanganMengukur kelayakan suatu proyek secara finansial dimulai dari estimasi biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari proyek tersebut. Estimasi biaya akan mencakup :1. Estimasi biaya investasi awalEstimasi segala biaya yang merupakan pengeluaran yang dipergunakan untuk memperoleh aset fisik yang diharapkan memiliki umur pemakaian lama, meliputi biaya memperoleh ijin usaha, biaya peralatan, biaya instalansi, biaya engineering, biaya pelatihan, biaya pembelian tanah, dan lain-lain.2. Estimasi biaya operasiBiaya operasi umumnya diklasifikasikan atas:a. Biaya langsung (segala biaya yang terkait langsung dengan proses produksi mencakup biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung), b. Biaya tidak langsung (segala biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi mencakup biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung) dan c. Biaya komersial (mencakup biaya pemasaran, biaya administrasi)3. Estimasi pendapatanProyeksi pendapatan dapat dilakukan dengan melakukan estimasi jumlah konsumen yang mampu diraih, serta pendapatan yang diperoleh per konsumen yang terkait dengan komponen harga produk per unit.Pada akhirnya dapat dilakukan evaluasi atas kelayakan suatu proyek secara finansial berdasarkan cash flow yaitu aliran kas yang akan dihasilkan oleh suatu proyek. Perlu dicatat bahwa dasar evaluasi adalah menggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan, karena hanya kas-lah yang dapat dipergunakan oleh perusahaan kelak untuk membayar dividen atau dipergunakan untuk investasi kembali. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode meliputi:1. Aktivitas Operasi (operating activities)1. Aktivitas Investasi (investing activities)1. Aktivitas Pembiayaan (financing activities)

Jenis Cash Flow :1.Initial Cash Flow atau kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode investasi. Misal, pembelian gedung, mesin, peralatan dan modal kerja.2.Operational Cash Flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha. 3.Terminal Cash Flow merupakan uang kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir.

Komponen Penilaian Dalam Cost & Benefits Analysis (Aspek Keuangan)1. Procurement Cost atau biaya pengadaan adalah semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pengadaan hardware. Biaya ini biasanya dikeluarkan pada tahun-tahun pertama (initial cost) sebelum system dioperasikan.1. Start Up Cost atau biaya persiapan operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap untuk dioperasionalkan.1. Project Related Cost atau biaya proyek adalah biaya yang berkaitan dengan biaya mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. 1. Ongoing and Maintenance Cost atau biaya operasional adalah biaya untuk mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik.

3.2 Capital BudgetingCapital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran uang, dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Capital budgeting penting bagi manajer dan staf keuangan, karena :1. Hasil keputusan capital budgeting terus berlanjut selama beberapa tahun, sehingga perusahaan kehilangan fleksibilitas.1. Perluasan aktiva didasarkan atas penjualan yang diharapkan di-masa depan, sehingga perencanaan atas penjualan harus didasar-kan pada usia ekonomis dari aktiva tersebut.1. Keputusan capital budgeting akan menentukan arah strategis perusahaan, karena perusahaan bergerak ke arah produk, jasa atau pasar baru yang harus didahului dengan capital budgeting.

3.5 Aktivitas Dalam Capital Budgeting1. Biaya proyek harus ditentukan.1. Mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek, termasuk menaksir nilai sisa aktiva pada akhir proyek.1. Mengestimasi risiko arus kas yang diproyeksikan.1. Menentukan biaya modal dimana arus kas harus didiskontokan.1. Menghitung arus kas masuk yang diharapkan atas dasar PV untuk mendapatkan estimasi nilai aktiva perusahaan.1. Membandingkan PV dari arus kas masuk yang diharapkan dengan pengeluaran atau atau biaya yang dibutuhkan.Terdapat beberapa indikator finansial yang lazim digunakan oleh analis dalam menilai sehat atau tidaknya suatu proyek secara finansial, yaitu :1.Payback PeriodPayback Period didefinisikan sebagai periode waktu yang dibutuhkan, agar cash flow yang dihasilkan telah sama besar dengan investasi yang dikeluarkan. Investor tentunya menginginkan payback period yang sesingkat-singkatnya, terutama bila dikaitkan dengan resiko ketidakpastian berusaha yang selalu ada di masa depan. 2.Net Present Value (NPV)NPV didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV yang layak adalah NPV yang positif, dimana ini berarti cash flow yang dihasilkan melebihi jumlah yang diinvestasikan. 3.Discounted Payback PeriodPada metode Payback Period salah satu kelemahannya adalah diabaikan nilai waktu, pada metode ini mencari periode pengembalian investasi dengan mempertimbangkan nilai waktu.4.Internal Rate of Return (IRR)IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan suatu proyek, diukur dengan membandingkan cash flow yang dihasilkan proyek terhadap investasi yang dikeluarkan untuk proyek tersebut. Lalu bagaimana menentukan apakah suatu angka IRR tertentu dapat diterima oleh investor? Pada umumnya investor akan membandingkan IRR ini dengan apa yang dinamakan Minimal Attractive Rate of Return (MARR) yang merupakan suatu tingkat pengembalian tertentu yang dapat diperoleh relatif tanpa risiko misalnya dengan membandingkan tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan melalui deposito.

3.6 Contoh Studi Kelayakan Proyek Energi Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi 3.6.1 Ruang Lingkup ProyekDari data yang diperoleh, diketahui ruang lingkup proyek adalah sebagai berikut: Jenis proyek : Total proyek (proyek hulu + proyek hilir). Skala proyek : 110 MW. Kontrak panas bumi : Joint Operation Contract dan Energy Sales Contract. Masa kontrak : 33 tahun. Masa pre produksi : 3 tahun. Masa Produksi : 30 tahun Jumlah sumur panas bumi : 11 sumur

Untuk memudahkan penelitian, terdapat beberapa asumsi yang digunakan, diantaranya:1. Pelaksanaan proyek dibagi dalam tiga tahap, yang dapat dilukiskan pada gambar di bawah ini:

Time:Year 0Year 1Year 2Year 3Year 4

Stage:ResearchDevelopmentFurtherRevenueRevenue

Development

Cash Flow :-I1-I1-I1+I1+I1

Pada tahun 0, investor memutuskan untuk melaksanakan penelitian awal berupa survei analisa pasar dan harga (market/ price analysis), termasuk diantaranya konsultasi dan negosiasi dengan pemerintah mengenai pelaksanaan proyek. Pada tahap ini juga dilakukan survei eksplorasi, studi lingkungan dan studi reservoir. Pada tahun satu dilakukan pembangunan sumur eksplorasi, sumur produksi dan sumur reinjeksi, pengembangan jalan, serta pengembangan fasilitas produksi proyek hulu dan pembuatan desain engineering proyek hilir. Pada tahun dua dilakukan pembangunan jaringan pipa, serta pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)/ pembangunan proyek hilir. Pada tahun ini mulai dilakukan produksi komersial dalam kapasitas kecil. Pada tahun tiga proyek mulai beroperasi komersial penuh sesuai dengan kapasitas normal yang direncanakan.

1. Dalam perhitungan penjualan energi kepada PLN, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penjualan energi per unit, diantaranya: a) Harga dasar energi, berkisar antara US$ 0.0494 per kWh b) Besarnya unit output yang dijual dihitung berdasarkan tingkat kapasitas yang diproduksi dikurangi dengan jumlah jam dimana pembangkit tidak dapat beroperasi. c) Perubahan estimasi biaya akan memperhitungkan pengaruh Inflasi yang didasari atas perhitungan data historis dari US Consumer Price Index. d) Perubahan harga jual per tahun diasumsikan dipengaruhi oleh perubahan escalation index, dengan perhitungan harga jual dapat ditulis sebagai berikut:

Price= {(0.015+(0.0479 x Escalation Index)} x Generation Quantity Sell to PLN/ kWh

1. Struktur modal proyek terdiri dari 70% equity dan 30% debt 1. Sekitar 3.5% produksi listrik dipakai untuk memenuhi pasokan energi bagi sistem pembangkit dan fasilitas disekitarnya, sedangkan sebagian besar lainnya dikirimkan ke sistem interkoneksi PLN 1. Pada akhir proyek diasumsikan proyek tidak memiliki nilai sisa sehingga tidak ada arus uang yang dihubungkan dengan penghentian proyek karena proyek akan sepenuhnya menjadi milik pemerintah apabila tidak ada perpanjangan kontrak.

3.6.2 Analisa Kelayakan Investasi Menggunakan Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return pada Skenario Moderat, Optimis dan Pesimis

Sifat dan karakteristik dari sumur uap panas bumi berbeda beda, bergantung pada kandungan air dan tekanan gas yang dimiliki oleh setiap sumur. Sifat panas bumi yang "site specific" ini, dapat menyebabkan produksi dan kualitas produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain. Karakteristik ini juga dapat menyebabkan penurunan produksi yang cepat serta kualitas produksi yang kurang baik, yang bisa mempengaruhi kemungkinan akurasi perhitungan potensi energi awal, biaya investasi, biaya operasi dan perawatan lapangan, serta biaya pembangkit energi panas bumi.Analisis skenario dilakukan untuk memperhitungkan arus kas yang mungkin dihasilkan dari kegiatan operasional pada berbagai kondisi. Pada penelitian ini terdapat 3 skenario yang akan diperhitungkan, yaitu kondisi pesimis (worst), moderat (most likely), dan kondisi optimis (best).Most Likely Scenario (moderat) menggambarkan kondisi dasar dan dianggap memiliki peluang paling besar untuk terjadi dibandingkan dengan skenario lainnya, yaitu 60%. Asumsi yang dipergunakan dalam skenario ini didasarkan atas kondisi proyek yang telah berjalan sebelumnya atau sedang berjalan, dan diperkirakan akan berlaku pada proyek yang sedang direncanakan dengan tidak terjadi perubahan pada parameter parameter yang mendasar.Best Scenario merupakan skenario yang optimis (terbaik) yang mungkin terjadi dengan asumsi peluang untuk terjadi sebesar 20%. Pada kondisi ini diasumsikan terjadi keberhasilan dalam pengeboran, tidak ada kecelakaan, baik yang bersifat day away from working maupun major atau bahkan minor accident, serta terjadi appresiasi dollar terhadap rupiah, atau sebaliknya.Kondisi pesimistik (Worst Scenario) digunakan untuk menggambarkan seberapa buruk resiko yang harus diterima jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Penilian atas kondisi pesimistik ini biasanya mengacu pada resiko eksplorasi seperti kegagalan dalam pengeboran, kesalahan pada hasil studi geologi, terjadinya kecelakaan kerja, terjadinya ketidakpastian pada kondisi global seperti fluktuasi mata uang U.S$ terhadap perdagangan dunia termasuk rupiah, terjadinya kerusakan lingkungan, dan sebagainya, yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya atau mengurangi revenue. Worst scenario diasumsikan memiliki peluang untuk terjadi sama besar dengan best screnario yaitu 20%Adapun data awal yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan analisis kelayakan investasi pada berbagai skenario dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:

Table 3.1 Input Scenario Unit 1 & 2

ParametersUNIT 1UNIT 2

WorstMost likelyBestWorstMost likelyBest

Production

Electricity Sale to PLNMWh104,0106,5110,0104,0106,5110,0

Utilization Capacity%959799959799

Net Capacity Factor%959697959697

Start Date of Unit 2Month1264

Maintenance Overhaul

Days NeededDays402014402015

IntervalYear235235

CostUS $ M$5,0$2,5$2,0$5,0$2,5$2,0

Mid-life Overhaul Unit 1 : 2015US $ M$15,0$10,0$5,0$15,0$10,0$5,0

Mid-life Overhaul Unit 2 : 2023US $ M$0,18$0,16$0,14

Total Operating Cost

O & M

G & A

Capital Expenditues

Workover

WellsOf wells532531

TimingEvery333333

CostUS$ M$1,5$1,3$1,0$1,5$1,0$1,0

Make up well

WellsOf wells521532

TimingEvery333333

CostUS$ M$4,2$3,5$3,2$4,2$3,5$3,2

Sumber : Star Energi 2006Berdasarkan data asumsi skenario yang diberikan, biaya operasional dalam kegiatan investasi dihitung dari penjumlahan antara fixed cost dan variable cost.Biaya variabel merupakan biaya yang bertambah seiring dengan pertambahan jumlah kWh yang dihasilkan, yaitu biaya pemeliharaan dan operasional (Operational & Maintenance/ O & M). Biaya administrasi dan umum General( and Administration/ G & A) dianggap tidak mengalami penambahan yang signifikan seiring dengan bertambahnya kuantitas produksi dari proyek yang dihasilkan dari pengembangan proyek, sehingga biaya administrasi dan umum dianggap sebagai biaya tetap. Selain biaya administrasi dan umum, yang termasuk ke dalam perhitungan fixed cost adalah overhaul cost dan biaya yang dikeluarkan untuk workover well dan make up well. Sedangkan biaya investasi awal (Initial Investment) proyek dapat dilihat pada tabel di bawah ini:Tabel 3.2 Initial Investment

UNIT 2

WorstMost likelyBest

Unit 2 Development

Drilling# Wells15119

Cost per wellUS$ MM$4.0$3.3$3.0

TotalUS$ MM$60.0$36.3$27.0

Unit 2 Construction Cost

SAGSUS$ MM$60.0$50.0$35.0

TurbineUS$ MM$85.0$75.0$70.0

EngineeringUS$ MM$12.0$10.0$8.0

Spareparts (Critical)US$ MM$8.0$5.0$3.0

TotalUS$ MM$165.0$140.0$116.0

Unit 2 Disbursement Schedule

2006US$ MM50%40%30%

2007US$ MM40%50%60%

2008US$ MM10%10%10%

Sumber: Star Energy 2006

Penilaian kelayakan investasi dilakukan dengan menganalisis payback period,Net Present Value dan Internal Rate of Return yang dihasilkan arus kas pada masingmasing scenario. Penilaian kelayakan investasi dengan menggunakan metode Payback Period digunakan untuk menentukan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash flow yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Sedangkan metode Net Present Valuedilakukanuntuk menghitung nilai bersih proposal investasi pada nilai uang di saat sekarang, dan perhitungan menggunakan IRR dimaksudkan untuk mencari tingkat pengembalian proyek yang menyamakan present value arus kas proyek yang diharapkan dengan pengeluaran awal proyek (NPV = 0).Setelah dilakukan simulasi hingga tahun ke 30, maka dapat dilihat lamanya Payback Period, nilai NPV dan IRR pada berbagai kondisi skenario, mulai dari kondisi optimis, moderat, hingga pesimis. Dengan mengacu kepada peraturan perpajakan serta aggreement mengenai production allowance antara Pertamina dan perusahaan, serta setelah dikurangi semua biaya, maka diperoleh nilai perhitungan Payback Period, NPV dan IRR seperti yang tertera pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 4.5 NPV dan IRR Pada Berbagai Skenario

Cash Flows

BestMost likelyWorst

Payback PeriodTahun ke 4Tahun ke 5Tahun ke 8

NPV (in US$ 000)$146,435.64$76,762.03($25,240.74)

IRR21.827%17.807%11.521%

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa dengan memperhitungkan cash flow proyek secara incremental pada kondisi moderat initial investment proyek akan berhasil ditutup oleh cash inflow pada tahun ke 5 setelah proyek beroperasi secara komersial, pada kondisi optimis (best scenario) initial investment berhasil ditutup oleh cash inflow pada tahun ke 4 setelah proyek beroperasi secara komersial, dan pada kondisi pesimis (worst scenario) initial investment untuk proyek berhasil ditutup oleh cash inflow pada tahun ke 8.

Nilai Net Present Value proyek diperoleh dari selisih antara arus kas masuk (cash inflow) uang, yang didiskontokan pada tingkat pengembalian minimum (cost of capital) dan dikurangi dengan nilai investasi, sesuai dengan rumus:

nCFt

NPVCF0,dimana

(1 k)t

t 1

CFt =(Cash Flow) arus kas tahunan setelah pajak pada periode t (nilainya bisa

positif maupun negatif)

k = Tingkat diskonto yang tepat, yaitu tingkat pengembalian yang diisyaratkan atau biaya modal

CF0=Pengeluaran kas awal untuk investasi proyek

n=Usia proyek yang diharapkan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tiga skenario dengan menggunakan cost

of capital sebesar biaya modal rata rata tertimbang (rWACC ), dapat dilihat bahwa pembangunan proyek memberikan nilai Net Present Value yang positif pada kondisi most likely (moderat) dan pada kondisi optimis (best), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kondisi tersebut pembangunan proyek dapat memberikan hasil yang lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang diinginkan oleh perusahaan.Sementara hasil perhitungan pada worst scenario (pesimistik) memberikan hasil Net Present Value yang negatif. Penurunan pada perkiraan produksi listrik yang akan dihasilkan serta meningkatnya proyeksi biaya produksi pada kondisi pesimis dapat menghasilkan arus kas dengan tingkat pengembalian yang lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pengembalian minimum atau biaya modal yang telah ditetapkan.Perhitungan menggunakan Internal Rate of Return secara matemastis dapat didefinisikan dalam persamaan berikut:

NCF1

$0CF0

(1 IRR)t

t 1

Pada kondisi optimis dan moderat, nilai NPV yang dihasilkan positif. Hal ini secara otomatis menghasilkan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang diinginkan oleh perusahaan, sehingga arus kas yang dihasilkan dapat diinvestasikan kembali pada tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modal rata rata tertimbang (rWACC ) sepanjang usia proyek. Pada kondisi pesimistis nilai IRR lebih kecil daripada besarnya cost of capital, sehingga dalam kondisi ini pengembangan proyek menjadi tidak feasible untuk dilaksanakan.

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Semakin serderhana proyek yang akan dilaksanakan semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Studi tentang kelayakan (minimal) ekonomis suatu proyek menjadi sangat penting karena semakin besar skala investasi semakin penting studi ini. Aspek yang perlu dipelajari tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam pada investasi/proyek tersebut, maka banyak sedikitnya aspek yang perlu dipelajari dan kedalaman studi tersebut mungkin berbeda Hasil studi kelayakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan menggunakan scenario analysis pada kondisi moderat, optimis, dan pesimis menunjukkan bahwa investasi memiliki nilai NPV yang positif serta IRR yang lebih besar dari cost of capital pada kondisi optimis dan moderat. Pada kondisi pesimis investasi proyek pengembangan lapangan panas bumi memiliki nilai NPV yang negatif dan IRR yang lebih kecil dari cost of capital, yang menjadikan investasi menjadi tidak feasible untuk dilaksanakan.

4.2 SaranSetelah membaca beberapa literatur, ada baiknya semakin besar proyek dan investasi yang ditanam, maka studi kelayakan proyek harus dilakukan lebih mendalam dan terperinci.

DAFTAR PUSTAKA

http://beta.lecture.ub.ac.id/files/2014/01/MINGGU-4-ESTIMASI-KEPUTUSAN-INVESTASI.doc diakses pada 7 juni 2014beta.lecture.ub.ac. di akses pada 7 juni 2014