Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

25
MAKALAH STUDI ISLAM “MACAM MACAM HADIST DAN TINGKATANNYA”

description

Makalah ini berisi macam macam tingkatan hadits

Transcript of Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

Page 1: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

MAKALAH STUDI ISLAM

“MACAM MACAM HADIST DAN TINGKATANNYA”

Page 2: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memperkenankan kami

untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk mempelajari macam macam

hadist dan tingkatannya.

Atas terselesaikannya makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang berharga. Penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis telah berusaha untuk

memberikan yang terbaik bagi terselesainya makalah ini. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan

bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 23 Mei 2015

Penulis

Page 3: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hadits merupakan salah satu sumber pengetahuan Islam. Hadits (الحديث) secara harfiah

berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah

perkataan dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami perluasan

makna sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga berarti segala perkataan (sabda),

perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan

ketetapan ataupun hukum dalam agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam

memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al Qur'an. Karena

banyaknya hadits yang tersebar dan kekhawatiran para ulama Islam akan dilupakannya

hadits-hadits tersebut maka mereka membukukan hadits-hadits tersebut. Beberapa para

ulama itu adalah: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Al-Turmudzi Buku

yang mereka tulispun sudah sangat popular di kalangan masyarakat diantaranya

adalah: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Al-Turmudzi dll. Buku-buku inilah yang

menyebabkan sampai saat ini hadits-hadits nabi sampai pada kita. Penyebaran hadits pun

semakin dipermudah karena adanya internet yang menyebabkan pengguna internet lebih

mudah mencari hadits yang mereka inginkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian hadist dalam islam.

2. Bagaimana macam-macam hadist dan tingkatannya dalam islam.

3. Bagaimana kriteria hadist maqbul dan mardud dalam islam.

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Makalah ini untuk mendeskripsikan pengertian hadist dalam islam.

2. Makalah ini untuk mengetahui jenis jenis hadist dalam islam.

3. Makalah ini untuk mengetahui kriteria hadist yang maqbul dan mardud.

Page 4: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Makalah ini hanya memberikan penjelasan tentang pengertian hadist dalam islam.

2. Makalah ini hanya memberikan penjelasan macam macam jenis hadist dalam islam.

3. Makalah ini mendeskripsikan kriteria hadist maqbul dan mardud dalam islam.

1.5. Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah:

1. Internet Searching

Pada penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan mencari langsung dengan

bantuan Internet. Dengan bantuan Internet dapat terhubung langsung dengan informasi

yang terdapat pada situs akses internet. Dengan demikian dapat memudahkan dalam

pengumpulan informasi mengenai makalah.

2. Pustaka Buku

Pada penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan dari referensi dan pustaka

buku.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan

masalah, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.

2. BAB II Pembahasan

Bab ini mendeskripsikan pengertian hadist ,serta macam-macam hadist dan tingkatan

hadist, dan kriteria hadis.

3. BAB III Penutup

Bab ini berisi uraian yang menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

Page 5: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Hadits

Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam

terminologi Islam 1istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah

laku dari Nabi Muhammad SAW2.

Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah,

maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan, perbuatan, ketetapan maupun persetujuan

dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum.

Dalam memahami bagaimana Hadits itu ada, Hadits di bentuk dari 2 elemen yaitu

Sanad dan Matan:

Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh

penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga

mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.

Contoh Hadist

Sedangkan Matan ialah redaksi dari hadits atau bisa di bilang isi hadits, dari contoh

sebelumnya maka matan hadits tersebut terletak setelah perkataan yang disebut pada akhir

sanad, yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya .

12 https://www.academia.edu/4956966/Fungsi_dan_Pengertian_Hadits

Page 6: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

 Kemudian rawi, kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang

memberitakan hadis. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang

merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits.

Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama.

Akan tetapi yang membedakan kedua istilah diatas ialah, jika dilihat dari dalam dua hal yaitu:

pertama, dalam hal pembukuan hadits. Orang-orang yang menerima hadits kemudian

megumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Dengan demikian perawi

dapat disebutkan dengan mudawwin, kemudian orang-orang yang menerima hadits dan hanya

meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad.

II.2 Macam Macam Hadist

Berdasarkan pada kuat lemahnya hadits tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu

hadits maqbul (diterima) dan mardud (tertolak). Hadits yang diterima terbagi menjadi dua,

yaitu hadits yang shahih dan hasan. Sedangkan yang tertolak disebut juga dengan dhaif.3

II.2.1 Hadits Yang Diterima (Maqbul)

Hadits yang diterima dibagi menjadi 2 (dua):

1. Hadits Shahih

2. Hadist Hasan

II.2.2 Hadist Shahih

Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Nukhbatul Fikar, yang dimaksud dengan

hadits shahih adalah adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna

ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak ber’illat dan tidak janggal.

Dalam kitab Muqaddimah At-Thariqah Al-Muhammadiyah disebutkan bahwa

definisi hadits shahih itu adalah hadits yang lafadznya selamat dari keburukan susunan dan

maknanya selamat dari menyalahi ayat Quran.

II.2.3  Syarat-Syarat Hadits Shahih

3https://www.academia.edu/8970024/

Hadits_dari_Segi_Kuantitas_Perawi_dan_Kualitas_Sanad_dan_Matan_

Page 7: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

Untuk bisa dikatakan sebagai hadits shahih, maka sebuah hadits haruslah

memenuhi kriteria berikut ini:

Rawinya bersifat adil, artinya seorang rawi selalu memelihara ketaatan dan

menjauhi perbuatan maksiat, menjauhi dosa-dosa kecil, tidak melakukan perkara mubah

yang dapat menggugurkan iman, dan tidak mengikuti pendapat salah satu mazhab yang

bertentangan dengan dasar syara’

Sempurna ingatan (dhabith), artinya ingatan seorang rawi harus lebih banyak

daripada lupanya dan kebenarannya harus lebih banyak daripada kesalahannya, menguasai

apa yang diriwayatkan, memahami maksudnya dan maknanya

Sanadnya tiada putus (bersambung-sambung) artinya sanad yang selamat dari

keguguran atau dengan kata lain; tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan menerima

langsung dari yang memberi hadits.

Hadits itu tidak ber’illat (penyakit yang samar-samar yang dapat menodai

keshahihan suatu hadits)

Tidak janggal, artinya tidak ada pertentangan antara suatu hadits yang diriwayatkan

oleh rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajin

daripadanya.

II.2.4 Hadits Hasan

Secara bahasa, Hasan adalah sifat yang bermakna indah. Sedangkan secara istilah,

para ulama mempunyai pendapat tersendiri seperti yang disebutkan berikut ini:

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Nukhbatul Fikar menuliskan tentang definisi hadits

Hasan:

Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang

muttashil (bersambung-sambung sanadnya), yang musnad jalan datangnya sampai kepada

nabi SAW dan yang tidak cacat dan tidak punya keganjilan. At-Tirmizy dalam Al-Ilal

menyebutkan tentang pengertian hadits hasan:

Hadits yang selamat dari syuadzudz dan dari orang yang tertuduh dusta dan

diriwayatkan seperti itu dalam banyak jalan.

Page 8: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

Al-Khattabi menyebutkan tentang pengertian hadits hasan:

Hadits yang orang-orangnya dikenal, terkenal makhrajnya dan dikenal para perawinya.

Yang dimaksud dengan makhraj adalah dikenal tempat di mana dia meriwayatkan

hadits itu. Seperti Qatadah buat penduduk Bashrah, Abu Ishaq as-Suba’i dalam kalangan

ulama Kufah dan Atha’ bagi penduduk kalangan Makkah.

Jumhur ulama: Hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil (tapi) tidak begitu

kuat ingatannya, bersambung-sambung sanadnya dan tidak terdapat ‘illat serta

kejanggalan matannya.

Maka bisa disimpulkan bahwa hadits hasan adalah hadits yang pada sanadnya tiada

terdapat orang yang tertuduh dusta, tiada terdapat kejanggalan pada matannya dan hadits

itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan

maknanya.

II.2.5 Klasifikasi Hadits Hasan

Hasan Li Dzatihi

Yaitu hadits hasan yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Atau hadits yang

bersambung-sambung sanadnya dengan orang yang adil yang kurang kuat hafalannya dan

tidak terdapat padanya sydzudz dan illat.

Di antara contoh hadits ini adalah:

صالة كل عند بالسواك ألمرتهم أمتي على أشق أن لوال

Artinya : Seandainya aku tidak memberatkan umatku, maka pasti aku perintahkan untuk

menggosok gigi(bersiwak) setiap waktu shalat

Hasan Li Ghairihi

Yaitu hadits hasan yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur (tak nyata

keahliannya), bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya sebab yang

menjadikan fasik dan matan haditsnya adalah baik berdasarkan periwayatan yang semisal

dan semakna dari sesuatu segi yang lain.

Page 9: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

Ringkasnya, hadits hasan li ghairihi ini asalnya adalah hadits dhaif (lemah), namun karena

ada ada mu’adhdhid, maka derajatnya naik sedikit menjadi hasan li ghairihi. Andai kata

tidak ada ‘Adhid, maka kedudukannya dhaif.

Di antara contoh hadits ini adalah hadits tentang Nabi SAW membolehkan wanita

menerima mahar berupa sepasang sandal:

فأجاز نعم،: قالت بنعلين؟ ومالك نفسك من أرضيت

“Apakah kamu rela menyerahkan diri dan hartamu dengan hanya sepasang sandal ini?”

Perempuan itu menjawab, “Ya.” Maka nabi SAW pun membolehkannya.

Hadits ini asalnya dhaif (lemah), karena diriwayatkan oleh Tirmizy dari ‘Ashim

bin Ubaidillah dari Abdullah bin Amr. As-Suyuti mengatakan bahwa ‘Ashim ini dhaif

lantaran lemah hafalannya. Namun karena ada jalur lain yang lebih kuat, maka posisi

hadits ini menjadi hasan li ghairihi.

Kedudukan Hadits Hasan adalah berdasarkan tinggi rendahnya ketsiqahan dan

keadilan para rawinya, yang paling tinggi kedudukannya ialah yang bersanad ahsanu’l-

asanid.

Hadits Shahih dan Hadits Hasan ini diterima oleh para ulama untuk menetapkan

hukum (Hadits Makbul).

Hadits Hasan Naik Derajat Menjadi Shahih

Bila sebuah hadits hasan li dzatihi diriwayatkan lagi dari jalan yang lain yang kuat

keadaannya, naiklah dia dari derajat hasan li dzatihi kepada derajat shahih. Karena

kekurangan yang terdapat pada sanad pertama, yaitu kurang kuat hafalan perawinya telah

hilang dengan ada sanad yang lain yang lebih kuat, atau dengan ada beberapa sanad lain.

II.2.6 Hadits Mardud (Tertolak)

Setelah kita bicara hadits maqbul(diterima) yang di dalamnya ada hadits shahih dan

hasan, sekarang kita bicara tentang kelompok yang kedua, yaitu hadits yang tertolak.

Hadits yang tertolak adalah hadits yang dhaif dan juga hadits palsu. Sebenarnya

hadits palsu bukan termasuk hadits, hanya sebagian orang yang bodoh dan awam yang

memasukkannya ke dalam hadits. Sedangkan hadits dhaif memang benar sebuah hadits,

Page 10: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

hanya saja karena satu sebab tertentu, hadis dhaif menjadi tertolak untuk dijadikan

landasan aqidah dan syariah.

Hadits Dhaif yaitu hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat

hadits Shahih atau hadits Hasan. Hadits Dhaif merupakan hadits Mardud yaitu hadits yang

tidak diterima oleh para ulama hadits untuk dijadikan dasar hukum.

Penyebab Tertolak

Ada beberapa alasan yang menyebabkan tertolaknya Hadits Dhaif, yaitu:

1. Kekurangan pada rawi

Adanya Kekurangan pada perawinya baik tentang keadilan maupun hafalannya,

misalnya karena:

Dusta (hadits maudlu)

Tertuduh dusta (hadits matruk)

Fasik, yaitu banyak salah atau lengah dalam menghafal

Banyak waham (prasangka) disebut hadits mu’allal

Menyalahi riwayat orang kepercayaan

Tidak diketahui identitasnya (hadits Mubham)

Penganut Bid’ah (hadits mardud)

Tidak baik hafalannya (hadits syadz dan mukhtalith)

2. Sanadnya Tidak Bersambung

3. Matan (Isi Teks) Yang Bermasalah

Selain karena dua hal di atas, kedhaifan suatu hadits bisa juga terjadi karena

kelemahan pada matan. Hadits Dhaif yang disebabkan suatu sifat pada matan ialah hadits

Mauquf dan Maqthu’

Oleh karenanya para ulama melarang menyampaikan hadits dhaif tanpa

menjelaskan sanadnya. Adapun kalau dengan sanadnya, mereka tidak mengingkarinya

Page 11: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

Hukum Mengamalkan Hadits Dhaif

Segenap ulama sepakat bahwa hadits yang lemah sanadnya (dhaif) untuk masalah

aqidah dan hukum halal dan haram adalah terlarang. Demikian juga dengan hukum jual

beli, hukum akad nikah, hukum thalaq dan lain-lain.

Tetapi mereka berselisih faham tentang mempergunakan hadits dha’if untuk

menerangkan keutamaan amal, yang sering diistilahkan dengan fadhailul a’mal, yaitu

untuk targhib atau memberi semangat menggembirakan pelakunya atau tarhib (menakuti

pelanggarnya).

Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim menetapkan bahwa bila hadits dha’if tidak

bisa digunakan meski hanya untuk masalah keutamaan amal. Demikian juga para pengikut

Daud Azh-Zhahiri serta Abu Bakar Ibnul Arabi Al-Maliki. Tidak boleh siapapun dengan

tujuan apapun menyandarkan suatu hal kepada Rasulullah SAW, sementara derajat

periwayatannya lemah.

Senjata utama mereka yang paling sering dinampakkan adalah hadits dari Rasulullah

SAW:

“Siapa yang menceritakan sesuatu hal dari padaku padahal dia tahu bahwa hadits itu bukan

haditsku, maka orang itu salah seorang pendusta.” (HR Bukhari Muslim)

Sedangkan Al-Imam An-Nawawi di dalam kitab Al-Adzkar mengatakan bahwa

para ulama hadits dan para fuqaha membolehkan kita mempergunakan hadits yang dhaif

untuk memberikan targhib atau tarhib dalam beramal, selama hadits itu belum sampai

kepada derajat maudhu’ (palsu).

Namun pernyataan beliau ini seringkali dipahami secara salah kaprah. Banyak

yang menyangka bahwa maksud pernyataan Imam An-Nawawi itu membolehkan kita

memakai hadits dhaif untuk menetapkan suatu amal yang hukumnya sunnah.

Padahal yang benar adalah masalah keutamaan suatu amal ibadah. Jadi kita tetap

tidak boleh menetapkan sebuah ibadah yang bersifat sunnah hanya dengan menggunakan

hadits yang dhaif, melainkan kita boleh menggunakan hadits dha’if untuk menggambarkan

Page 12: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

bahwa suatu amal itu berpahala besar.Sedangkan setiap amal sunnah, tetap harus didasari

dengan hadits yang kuat.

II.2.7 Pembagian Hadits dari segi Kuantitas (Perawinya)

Hadis dari segi kuantitasnya terbagi menjadi dua yaitu :

Hadist Mutawatir

Hadist ahad4

II.2.8 Hadits Mutawatir

Secara etimologi, kata mutawatir berarti Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak). Dalam

terminologi ilmu hadits, ia merupakan hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan

berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta.5

Syarat Hadist Mutawatir

1. Hadits Mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi dan dapat

diyakini bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Ulama berbeda

pendapat tentang jumlah minimal perawi. Al-Qadhi Al-Baqilani menetapkan

bahwa jumlah perawi hadits mutawatir sekurang-kurangnya 5 orang, alasannya

karena jumlah Nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi sejumlah 5 orang.

2. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dan thabaqat

berikutnya. Keseimbangan jumlah perawi pada setiap thabaqat merupakan salah

satu persyaratan.

3. Berdasarkan tanggapan pancaindra,maksudnya berita yang disampaikan para

perawi harus berdasarkan panca indera. Artinya, harus benar-benar dari hasil

pendengaran atau penglihatan sendiri.

Macam Macam Hadist Mutawatir

1. Hadits Mutawatir Lafzhi, yaitu hadits yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna

yang sama, serta kandungan hukum yang sama.

2. Hadits Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits mutawatir yang berasal dari berbagai

hadits yang diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda-beda, tetapi jika disimpulkan

mempunyai makna yang sama tetapi lafaznya tidak. Misalnya hadits tentang

4 http://www.kibar-uk.org/2011/11/14/tingkatan-dan-jenis-hadits/

5 http://www.kibar-uk.org/2011/11/14/tingkatan-dan-jenis-hadits/

Page 13: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

mengangkat kedua tangan dalam berdoa. Dalam penelitian As-Suyuthi terdapat

100 periwayatan yang menjelaskan bahwa Nabi mengangkat kedua tangannya

ketika berdoa dalam beberapa kondisi yang berbeda, seperti dalam shalat istisqo’,

pada saat ada hujan angin ribut, dalam suatu pertempuran, dan lain-lain. Maka

disimpulkan bahwa mengangkat kedua tangan dalam berdoa mutawatir melihat

keseluruhan periwayatan dalam kondisi yang berbeda tersebut.

3. Mutawatir ‘Amali, yaitu amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi

Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para shahabat, kemudian diikuti lagi oleh

Tabi’in, dan seterusnya, diikuti oleh generasi sampai sekarang. Misalnya, berita-

berita yang menjelaskan tentang shalat baik waktu dan raka’atnya, shalat jenazah,

zakat, haji, dan lain-lain yang telah menjadi ijma’ para ulama.

II.2.9 Hadits Ahad

Kata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid. Kata  wahid berarti “satu”

jadi, karena ahad berarti satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai sembilan. Menurut

istilah hadits ahad berarti hadits yang diriwayatkan oleh orang perorangan, atau dua orang

atau lebih akan tetapi belum cukup syarat untuk dimasukkan kedalam kategori hadits

mutawatir. Artinya, hadits ahad adalah hadits yang jumlah perawinya tidak sampai pada

tingkatan mutawatir.6

Pembagian hadits ahad ada 3 macam, yaitu hadits, masyhur, ‘aziz, dan gharib.

a. Hadits Masyhur

Secara bahasa, masyhur diartikan tenar, terkenal, dan menampakkan. Dalam

istilah hadits masyhur terbagi dua macam, yaitu:

1. Masyhur Ishthilahi, hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang lebih pada setiap

tingkatan (thabaqah) pada beberapa tingkatan sanad tetapi tidak mencapai

kriteria mutawatir.

2. Masyhur Ghayr Ishthilahi, hadits yang populer pada ungkapan lisan (para

ulama) tanpa ada persyaratan yang definitif. Artinya hadits yang populer atau

terkenal dikalangan golongan atau kelompok orang tertentu, sekalipun jumlah

periwayat dalam sanad tidak mencapai 3 orang atau lebih.

Contoh hadits yang populer (masyhur) dikalangan ulama fikih saja:

6 http://www.kibar-uk.org/2011/11/14/tingkatan-dan-jenis-hadits/

Page 14: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

ال�ل ألى� الل�ه الط�ال�ق� �ب�غ�ض� ال�ح� أArtinya: “Halal yang dimurka Allah adalah talak.” (HR. Al-Hakim)

b. Hadits ‘Aziz

Secara bahasa, ‘aziz diartikan langka, sedikit, dan kuat. Karena sedikit atau

langkanya atau terkadang posisinya menjadi kuat ketika di datangkan sanad lain.

Hadits ‘aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi pada seluruh

tingkatan (thabaqat) sanad atau walaupun dalam satu tingkatan sanad saja. Misalnya

dikalangan shahabat hanya terdapat dua orang yang meriwayatkannya, atau hanya

dikalangan tabi’in saja yang terdapat dua orang perawi sementara dikalangan shahabat

hanya terdapat satu orang saja. Jadi, pada salah satu tingkatan sanad hadits tersebut

didapatkan tidak kurang dari dua orang perawi atau satu tingkatan sanad yang terdiri

dari dua orang.

c. Hadits Gharib

Secara bahasa, berarti sendirian, terisolir, jauh dari kerabat, perantau asing, dan

sulit dipahami. Dari segi istilah yaitu: “hadits yang bersendiri seorang perawi dimana

saja tingkatan (thabaqah) daripada beberapa tingkatan sanad.”

Hadits gharib terbagi dua, yaitu:

1. Gharib Mutlak, yaitu:

ن�ده ل س� ص�اب�ة� في أ� اك�ان�ت ال�غ�ر� و� م� ه�

ي�ه ه ال�ذي ف ف� ن�د ه�و� ط�ر� ل الس� و�أص�

ابي ح� الص�Hadits yang gharabah-nya (perawi satu orang) terletak pada pokok sanad.

Pokok sanad adalah ujung sanad yaitu seorang shahabat.

2. Gharib Nisbi (Relatif), yaitu:

ن�ده �ث�ن�اء س� اب�ة� في أ اكا�ن�ت ال�غ�ر� م�Hadits yang terjadi gharabah (perawinya satu orang) di tengah sanad.

Kata nisbi memberikan makna bahwa gharabah terjadi secara relatif atau

dinisbatkan pada sesuatu tertentu tidak secara mutlak. Ada 3 macam gharabah

nisbi, yaitu:

Page 15: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

a. Muqayyad bi ats-tsiqah, yaitu ke-gharib-an perawi hadits dibatasi pada

sifat ke-tsiqah-an seorang atau beberapa orang perawi saja.

b. Muqayyad bi al-balad, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh suatu

penduduk tertentu sedang penduduk yang lain tidak meriwayatkannya.

BAB III

PENUTUP

Page 16: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

III.1 Kesimpulan

Hadits merupakan salah satu sumber pengetahuan Islam.  Hadist terbagi menjadi dua

macam tingkatan yang pertama dilihat dari segi kualitas(Shahih, Hasan dan Dhaif) dan

kuantitas(Mutawatir dan Ahad). Jika dalam tingkatannya sanad, matan,dan rawi merupakan

unsur pokok yang harus ada dari tiap tiap hadist. Karena dari ketiga unsur

tersebut(sanad,matan,dan rawi) dalam menganalisa hadist sangat diperlukan untuk

mengetahui status dari hadist tersebut apakah dapat diterima dan diterapkan atau justru

dilarang.

1.1. Saran

1. Diharapkan setiap muslim untuk mengetahui macam macam hadis beseta tingkatannya.

2. Setiap muslim disarankan membaca hadis minimal sedikit saja untuk menambah

pengetahuan tentang keislaman.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist

1. http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-hadits/allsub/94/sanad-dan-

matan-hadist.html

2. https://www.academia.edu/4956966/Fungsi_dan_Pengertian_Hadits

3. http://adamtets.blogspot.com/2011/01/pengertian-sanad-matan-dan-rawi.html

4. http://www.kibar-uk.org/2011/11/14/tingkatan-dan-jenis-hadits/

5. http://sumber-ilmu-islam.blogspot.com/2014/01/pembagian-hadits-secara-umum-

hadits.html

6. https://www.academia.edu/8970024/

Hadits_dari_Segi_Kuantitas_Perawi_dan_Kualitas_Sanad_dan_Matan_

7. http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/01/pembagian-hadits-menurut-

kuantitasnya.html

Page 18: Makalah Studi Islam Macam Macam Hadist