Makalah Struma atau Gondok

download Makalah Struma atau Gondok

of 25

description

Tugas KMB III

Transcript of Makalah Struma atau Gondok

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Tujuan dalam pengembangan kesehatan yang tercantum dalam fungsi kesehatan nasional (SKN) adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan nasional (Sumarmo,1998).Struma koloid, difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16 % perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu komunitas di Michigan. Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul komplikasi-komplikasi. Struma mungkin membesar secara difus dan atau bernodula.Struma endemic merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebab utamanya adalah efisiensi yodium, disamping factor-faktor lain misalnya bertambahnya kebutuhan yodiujm pada masa pertumbuhan, kehamilan dan laktasi atau pengaruh-pengaruh zat-zat goitrogenik.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian hipertrofi kelenjar tiroid ?2. Apa penyebab / etiologi hipertrofi kelenjar tiroid ?3. Bagaimana patofisiologi, manifestasi, komplikasi dan penanganan pada pasien dengan hipertrofi kelenjar tiroid ?

C. Tujuan 1. Tujuan umum Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam membandingkan antara teori dan praktek dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan hipertrofi kelenjar tiroid, serta untuk mengetahui informasi-informasi mengenai hipertrofi kelenjar tiroid lebih dalam.2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengertian hipertrofi kelenjar tiroid ?b. Mengetahui penyebab / etiologi hipertrofi kelenjar tiroid ?c. Mengetahui patofisiologi, manifestasi, komplikasi dan penanganan pada pasien hipertrofi kelenjar tiroid ?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar TiroidKelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3).Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus). Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang tipis dan pretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui di sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid.Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2.T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan produksi T3 dan T4.Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel-selnya mengeluarkan sera. Adapun fungsi kelenjar tiroid adalah:1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi2. Mengatur pengguanaan oksidasi3. Mengatur pengeluaran karbondioksida4. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

B. Definisi Hipertrofi Kelenjar Tiroid (Struma)Hipertrofi Kelenjar Tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran sel/jaringan tanpa di sertai peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tiroid. Disebut juga sebagai goiter nontoksik atau simple goiter atau struma Endemik. Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunan atau peningkatan sekresi hormon-hormonnya maka dampak yang di timbulkannya hanya bersifat lokal yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pengaruhnya pada trakhea dan esophagus.Penyakit Gondok adalah istilah umum untuk pembesaran kelenjar tiroid pada tenggorokan.Kelenjar tiroid yang membesar bisa berupa benjolan biasa yang bersifat setempat hingga terjadi pembengkakan pada kedua sisi kelenjar tiroid.Berat kelenjar tiroid adalah sekitar 30 gram, berbentuk dasi kupu-kupu. Kelenjar ini berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan anak kelenjarnya (paratiroid) berfungsi dalam mengontrol kadar kalsium dalam darah. Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, diare, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves disease).Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.

C. Etiologi Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:1. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

D. Klasifikasi Struma Secara klinis pemeriksaan klinis struma dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :1. Struma ToksikStruma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif. Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasil pengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.2. Struma Non ToksikStruma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul. Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.

D. Patofisiologi Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2005) Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005)Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin (Mulinda, 2005)

Pathway Struma

Defisiensi Yodium , Hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik

Hypothalamus

TRH

Hipofise anterior

TSH

Kelenjar tiroid

Sekresi hormon tiroksin

Mekanisme umpan balik negatif

Aktifitas kelenjar Tiroid

Hipertrofi kelenjar tiroid (goiter non toksik)

Goiter tumbuh ke luar

Goiter tumbuh ke dalam

Pembesaran pada leher

menekan trakeaMenekan esofagusMenekan pita suara

Disfagia Kesulitan bernafasSuara serak/ parauGangguan citra tubuh

Ansietas b.d proses penyakitNutrisi tdk adekuat

Gangguan komunikasi verbalSesak nafas

Pola nafas inefektif

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

E. Manifestasi KlinisGejala utama :1. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adams apple.2. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.3. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).4. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).5. Suara serak.6. Distensi vena leher.7. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala.8. Kelainan fisik (asimetris leher).Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :1. Tingkat peningkatan denyut nadi2. Detak jantung cepat3. Diare, mual, muntah4. Berkeringat tanpa latihan

F. Pemeriksaan diagnostik1. Pemeriksaan sidik tiroid.Berfungsi untuk melihat teraan ukuran, bentuk lokal dan yang bermasalah. Fungsi bagian-bagian tiroid.2. Pemeriksaan Ultrasonografi.Berfungsi untuk melihat beberapa bentuk kelainan dan konsistensinya.3. Biopsi Aspirasi Jarum halus.4. Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat.5. Penanda tumor berfungsi untuk mengukur peninggian tiroglobulin kadar tg serum normal antara 1,5-30 nymle.6. X Ray (foto leher)G. KomplikasiKomplikasi yang mungkin muncul :1. Obstruksi jalan nafas2. Infeksi luka3. Hipokalsemia 4. Ketidakseimbangan hormone tiroid

H. Penatalaksanaan1. Obat antitiroid:a. Inon tiosianat mengurangi penjeratan iodideb. Propiltiourasil (PTU) menurunkan pembentukan hormon tiroidc. Iodida pada konsentrasi tinggi menurunkan aktivitas tiroid dan ukuran kelenjar tiroid.2. Tindakan Bedah:a. Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebgaian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan yang mengalami perbesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masihtersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon.b. Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktivitas.I. Pencegahan primer, sekunder dan tertier.1. Pencegahan PrimerPencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan.d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.2. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu :a. InspeksiInspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.b. Palpasi Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.c. Tes Fungsi Hormon Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.d. Foto Rontgen leherPemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).e. Ultrasonografi (USG) Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.f. Sidikan (Scan) tiroid Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.3. Pencegahan TertierPencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatanc. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTROFI KELENJAR TIROID (STRUMA)

A. Pengkajian1. Kaji Riwayat Penyakit.a. Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien.b. Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.2. Tempat tinggal sekarang dan masa balita3. Usia dan Jenis kelamin.4. Kebiasaan makan.5. Penggunaan obat obatan : a. Kaji jenis obat-obat yang sedang digunakan dalam 3 bulanterakhir.b. Sudah berapa lama digunakan.c. Tujuan pemberian obat.6. Keluhan klien :a. Sesak napas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.b. Sulit menelan.c. Leher bertambah besar.d. Suara serak/parau.e. Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris.7. Pemeriksaan fisik :a. Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri padasaat di palpasi.b. Inspeksi bentuk leher, simetris tidaknya.c. Auskultasi bruit pada arteri tyroidea.d. Nilai kualitas suara.e. Palpasi apakah terjadi deviasi trachea.f. Pemeriksaan diagnostic.g. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum.h. Pemeriksaan RAI.i. Test TSH serum.8. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :a. Status pernapasan.b. Warna kulit.c. Suhu kulit (daerah akral).d. Keadaan / kesadaran umum.e. Berat badan dan tinggi badan.f. Kadar hemoglobin.g. Kelembaban kulit dan teksturnya.h. Porsi makan yang dihabiskan.i. Turgor.j. Jumlah dan jenis cairan per oral yang dikonsumsi.k. Kondisi mukosa mulut.l. Kualitas suara.m. Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi klien dengan orang di sekitarnya.n. Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan1. Diagnosa kepeawatan pada pre operasia. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.b. Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Anjurkan klien untuk makanan lunak.3. Menganjurkan klien supaya makan sedikit-sedikit tapi sering.4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.1.Mengetahui tingkat nyeri klien dan sebagai dasar untuk menentu-kan rencana tindakan selanjutnya.2.Mengurangi resiko nyeri saatmenelan.3.Dengan makan sedikit-sedikit tidak akan memperberat rasa sakit saat menelan.4.Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga impuls nyeri tidak diteruskan ke otak

Tujuan : mengatasi nyeri klien.

b. Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.Tujuan:Klien mengerti tentang adanya perubahan bentuk tubuh dan mau menerima keadaannya serta mengembangkan mekanisme pemecahan masalah dan beradaptasi dengan baik.INTERVENSIRASIONAL

1. Diskusi dengan klien bagaimana proses penyakitnya pengaruhnya.2. Kaji kesulitan yang dialami klien

3. Berikan suport pada klien dalam melakukan pengobatan dan beri pengertian.1. Sebagai informasi tambahan untuk memulai proses metode pemecahan masalah.2. Perasaan klien terhadap kondisi fisiknya merupakan hal yang nyata dimana perawat harus bisa meyakinkan klien bahwa dengan kemajuan teknologi masalah klien bisa diatasi.3. Klien tidak menganggap peruba-han yang dialaminya sebagai suatu masalah yang cukup berat.

c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.Tujuan:Pasien mengatakan berat badannya stabil dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi.INTERVENSIRASIONAL

1. Monitor intake tiap hari

2. Anjuran klien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan kaya akan gizi.

3. Kontrol faktor lingkungan seperti bau yang tidak sedap dan hindari makanan yang pedas dan berminyak.1.Nutrisi merupakan kebutuhanyang harus tetap terpenuhi setiap hari untuk mencegah terjadinya malnut-risi.2.Suplemen makanan tersebut akan mempertahankan jumlah kalori dan protein dalam tubuh tetap dalam keadaan stabil.3.Lingkungan yang buruk akan memperburuk keadaan mual dan menyebabkan muntah, efektifitas diet merupakan hal yang individual untuk dapat mengatasi adanya mual.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.Tujuan:Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuannya dan dapat mendemonstrasikan teknik perawatan diri.INTERVENSIRASIONAL

1. Bantuan klien dalam melaku-kan perawatan diri.2. Anjuran keluarga klien untk berpartisipasi dalam perawa-tan diri klien.3. Anjuran klien untuk melaku-kan perawatan diri secara bertahap.4. Bantu klien untuk melaku-kan perawatan diri secara bertahap.5. HE kepada klien dan keluarganya tentang penting-nya kebersihan.1.Membantu dalam mempertahankan personal hygiene klien.2.Klien tidak merasa terbebani dalam melakukan perawatan diri.

3.Mempersiapkan diri klien untuk tidak tergantung pada orang lain karena adnya kelemahan fisik.4.Mempermudah klien dalam melakukan perawatan diri.

5.Klien dan keluarganya bisa termotifasi untuk tetap menjaga personal hygiene klien.

e. Anxietas berhubungan dengan interpretasi yang salah dan prosedur pembedahanTujuan:Klien dapapt mengungkapkan bahwa kecemasannya sudah berkurang atau sudah tidak cemas lagi.INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan klien.2. Berikan dorongan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya.

3. Berikan penjelasan singkat tentang penyakitnya dan prosedur pembedahannya.4. Beri support positif kepada klien.

5. Anjurkan kepada klien untuk selalu melakukan pendekatan spritual.1. Sebagai dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya.2. Dukungan perawat akan membawa klien untuk mengenal sedini mungkin perasaannya dan membagi kepada orang lain untuk mengurangi gangguan perasaannya.3. Penyelesaian singkat dan benar akan menghilangkan persepsi yang salah tentang penyakitnya.4. Suport positif dapat membantu klien untuk melakukan koping untuk mengatasi masalah.5. Pendekatan spritual membantu klien untuk tetap tabah dalam menghadapi penyakitnya.

2. Diagnosa keperawatan post operasi (Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan, 2001).a. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.c. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

a. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngealTujuan:Mempertahankan jalan napas paten dengan mencegah aspirasi.INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan

2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi

3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala dengan bantal5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi

6. Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan trakea sesuai indikasi, catat warna dan karakteristik sputum7. Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama pada bagian posterior

8. Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral

9. Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien

10. Pembedahan tulang1. Pernafasan secara normal ka-dang-kadang cepat, tetapi ber-kembangnya distres pada perna-fasan merupakan indikasi kom-presi trakea karena edema atau perdarahan2. Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme lari-ngeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat3. Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera4. Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan

5. Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas6. Edema atau nyeri dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengeluarkan dan membersihkan jalan nafas sendiri7. Jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin akan tampak kering karena darah tertampung/terkumpul pada daerah yang tergantung8. Merupakan indikasi edema/per-darahan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi9. Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat10. Mungkin sangat diperlukan untuk penyambungan/perbaikan pem-buluh darah yang mengalami perdarahan yang terus menerus

b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.Tujuan:Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahamiINTERVENSIRASIONAL

1. Kaji fungsi bicara secara periodik

2. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak3. Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur5. Beritahu pasien untuk terus menerus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan segera6. Pertahankan lingkungan yang tenang1. Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada saraf laringeal yang berakhir dalam beberapa hari kerusakan saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan pita suara atau penekanan pada trakea2. Menurunkan kebutuhan beres-pon, mengurangi bicara

3. Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan

4. Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi5. Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui/me-merlukan bantuan6. Meningkatkan kemampuan men-dengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan

c. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.Tujuan:Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi terpenuhi/terkontrol.INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 200/menit), disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan paru)2. Evaluasi refleksi secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya gerakan tersentak, adanya kejang, prestesia

3. Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada posisi yang rendah4. Memantau kadar kalsium dalam serum

5. (Kolaborasi) Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat)1. Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat mengakibat-kan peningkatan pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tyroid

2. Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat ter-jadi 1 7 hari pasca operasi dan merupakan indikasi hypopara-tiroid yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan3. Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang

4. Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti5. Memperbaiki kekurangan kal-sium yang biasanya sementara tetapi mungkin juga menjadi permanen

d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.Tujuan:Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 10) dan lamanya2. Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/ leher dengan bantal pasir/bantal kecil3. Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk menyokong leher selama pergerakan dan untuk menghindari hiperekstensi lehe4. Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah5. Berikan minuman yang sejuk/ makanan yang lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif7. (Kolaborasi) Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya8. Berikan es jika ada indikasi1. Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan in-tervensi, menentukan efektivitas terapi

2. Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan

3. Mencegah stress pada garis jahitan dan menurunkan tegangan otot

4. Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi

5. Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan6. Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif

7. Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya

8. Menurunnya edema jaringan dan menurunkan persepsi terhadap nyeri

C. Implementasi KeperawatanYaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.Komponen tahap Implementasi:1. Tindakan keperawatan mandiri 2. Tindakan keperawatan kolaboratif3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.( Carol vestal Allen, 1998 : 105 )

D. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi disesuaikan dengan diagnosa dan intervensi yang telah ditentukan

BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Definisi lain, GAKY merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Penggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium, seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk penggunaan garam beryodium dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah masakan matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan yang mengandung goitrogenik glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, dan kubis.B. SaranSehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

DAFTAR PUSTAKAAdiningsih, yuditha. 2011. Asuhan Keperawatan Goiter. http://yudithaadiningsih.blogspot.com/2011/07/askep-goiter.htmlhttp://malakastellorios.blogspot.com/2011/11/askep-hipertrofi-kelenjar-tiroid.html diakses tanggal 5 maret 2012 . jam 10.23Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 1994. Pathofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4. Penerbit EGCSusanne, Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddart. EGC. Jakarta.Yuliana, yulan. 2011. Asuhan klien dengan gangguan kelenjar.http://yulanyuliana2c09120.blogspot.com/2011/07/askep-klien-dengan-gangguan-kelenjar.html

LEMBAR KONSULTASINo.TanggalNama MahasiswaMateriDosen / TTD

29