Makalah Struma

66
MAKALA SISTEM ENDOKRIN STRUMA Disusun Oleh Kelompok 1A : 1. Khristina Damayanti (201111065) 2. Maria Valenzya (201111073) 3. Marieta (201111075) 4. Monica Sukmaningtyas (201111080) 5. Petrus Ganggu (201111085) 6. Tiyastutik (201111108) 7. Yolanda Dias (201111118) S1 ILMU KEPERAWATAN

description

pengertian patofis struma serta penatalaksanaan medis struma.. anatomi fisiologi sistem endokrin

Transcript of Makalah Struma

Page 1: Makalah Struma

MAKALA SISTEM ENDOKRIN

STRUMA

Disusun Oleh Kelompok 1A :

1. Khristina Damayanti (201111065)

2. Maria Valenzya (201111073)

3. Marieta (201111075)

4. Monica Sukmaningtyas (201111080)

5. Petrus Ganggu (201111085)

6. Tiyastutik (201111108)

7. Yolanda Dias (201111118)

S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETH

SEMARANG

2012/2013

Page 2: Makalah Struma

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya

atas berkat dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan

makalahsistem endokrin “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit struma “

ini dengan baik. Semoga apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam makalah ini

dapat dimengerti dan di pahami dengan baik oleh pembaca sehingga dapat

bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan meningkatkan status kesehatan dalam

kehidupan sehari – hari.

Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 4 Mei 2013

Penyusun

Page 3: Makalah Struma

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Tujuan

BAB II PENYAKIT STRUMA

2.1 Anatomi dan fisiologi tiroid

2.2 Mekanisme umpan balik hormone dari kelenjar tiroid

2.3 Metabolisme basal

2.4 Biosintesis dan metabolisme hormon-hormon tiroid

2.5 Pengaruh hormone tiroid terhadap metabolisme

2.6 Patofisiologi/Pathway Struma

2.7 Diit untuk pasien struma

2.8 Farmakologi untuk pasien struma : PTU, anti tiroid, tiroksin, garam yodium

dan implikasi keperawatannya

2.9 Pemeriksaan diagnostic (tes fungsi tiroid) dan penatalaksanaan struma :

tiroidectomi, strumektomi, RAI

2.10 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Struma

2.11 Keterampilan pemeriksaan fisik tiroid

2.12 Keterampilan persiapan pre operasistrumektomi, tiroidektomi

2.13 Perawatan post operasistrumektomi, tiroidektomi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Struma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu kesehatan sangatlah fleksibel dengan mengikuti perkembangan zaman.

Hal itu dapat dilihat dengan perkembangan penyakit dan cara mengatasinya.

Penyakit sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia, apalagi yang dapat

mengganggu jiwa manusia. Karena itu ketika penyakit dapat membahayakan

maka secepat mungkin harus dicari cara mengatasinya atau pengobatan terhadap

penyakit yang diderita, demikian pula penyakit struma yang menyebabkan

pembengkakan pada leher.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencatat sekitar 20 persen

pasien endokrin menderita gangguan fungsi tiroid. "Gangguan tiroid menempati

urutan kedua daftar penyakit endokrin setelah diabetes," kata Ketua Perkeni Prof

Dr Achmad Rudijanto di sela-sela Asia And Ocenia Thyroid Association

Congress (AOTA) di Kuta, Bali, Minggu (21/10).

Tingginya jumlah penderita gangguan hormon yang mengatur metabolisme

tubuh disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat akan gejala dan kelainan

tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua yaitu kekurangan hormon tiroid

(hipotiroid) dan kelebihan (hipertiroid). Gejala umum dari keduanya secara umum

adalah pembesaran kelenjarnya atau dikenal gondok atau struma. Kelainan

hipotiroid pada perempuan risikonya lebih besar dibandingkan dengan pria.

Diperkirakan sekitar 2,5 persen ibu hamil mengalami gangguan hormon tersebut.

Maka dari itu pada kesempatan ini penulis akan memaparkan sebuahmakalah

mengenai struma nodosa serta hal-hal yang menyangkut penyakit ini.

1.2 Manfaaat

1.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui Anatomi dan fisiologi tiroid

1.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme umpan balik hormone dari kelenjar

tiroid dan Metabolisme basal

1.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui Biosintesis dan metabolisme hormon-hormon

tiroid; Pengaruh hormone tiroid terhadap metabolism

1.2.4 Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi/Pathway Struma dan Diit untuk

pasien struma

1.2.5 Mahasiswa dapat mengetahui Farmakologi untuk pasien struma : PTU, anti

tiroid, tiroksin, garam yodium dan implikasi keperawatannya dan

Page 5: Makalah Struma

Pemeriksaan diagnostic (tes fungsi tiroid) dan penatalaksanaan struma :

tiroidectomi, strumektomi, RAI

1.2.6 Mahasiswa dapat menganalisa Asuhan keperawatan pada pasien dengan

Struma

1.2.7 Mahasiswa mengetahui Keterampilan pemeriksaan fisik tiroid, Keterampilan

persiapan pre operasistrumektomi, tiroidektomi, Perawatan post

operasistrumektomi, tiroidektomi

1.3 Tujuan

1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui Anatomi dan fisiologi tiroid

1.3.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme umpan balik hormone dari

kelenjar tiroid dan Metabolisme basal

1.3.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui Biosintesis dan metabolisme hormon-

hormon tiroid; Pengaruh hormone tiroid terhadap metabolism

1.3.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi/Pathway Struma dan Diit

untuk pasien struma

1.3.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui Farmakologi untuk pasien struma : PTU,

anti tiroid, tiroksin, garam yodium dan implikasi keperawatannya dan

Pemeriksaan diagnostic (tes fungsi tiroid) dan penatalaksanaan struma :

tiroidectomi, strumektomi, RAI

1.3.6 Agar mahasiswa dapat menganalisa Asuhan keperawatan pada pasien dengan

Struma

1.3.7 Agar mahasiswa mengetahui Keterampilan pemeriksaan fisik tiroid,

Keterampilan persiapan pre operasistrumektomi, tiroidektomi, Perawatan post

operasistrumektomi, tiroidekto

Page 6: Makalah Struma

BAB II

ISI

2.1 Anatomi dan fisiologi tiroid

Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulcus

pharyngeus pertama dan kedua pada garis tengah atau lekukan faring antara

branchial pouch pertama dan kedua. Mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4-4

cm pada akhir bulan pertama kehamilan. Dari bagian tersebut timbul divertikulum

yang kemudian membesar, jaringan endodermal ini turun ke leher sampai setinggi

cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk 2 lobus, yang akhirnya

melepaskan diri dari faring. Penurunan ini terjadi pada garis tengah. Sebelum

lepas, ia berbentuk sebagai duktus tiroglossus, yang berawal dari foramen sekum

di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang pada usia dewasa. Sisa

ujung kaudal duktus tiroglossus lebih sering mengalami obliterasi menjadi lobus

piramidalis kelenjar tiroid. Tetapi ada beberapa keadaan yang masih menetap,

sehingga dapat terjadi kelenjar di sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago

tiroid dengan basis lidah. Dengan demikian, kegagalan menutupnya duktus akan

mengakibatkan terbentuknya kelenjar tiroid yang letakya abnormal, dinamakan

persisten duktus tiroglossus, dapat berupa kista duktus tiroglossus, tiroid lingual

atau tiroid servikal. Sedangkan desensus yang terlalu jauh akan menghasilkan

tiroid substernal. Branchial pouch keempatpun akan ikut membentuk bagian

kelenjar tiroid, dan merupakan asal mula sel-sel parafolikular atau sel C yang

memproduksi kalsitonin. Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri

pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin.

Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri dari 2 lobus yang

dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Setiap lobus

tiroid berukuran panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm dan tebal 1-1,5 cm. Berat

kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan asupan yodium. Pada orang

dewasa berat normalnya antara 10-20 gram.

Pada sisi posterior melekat erat pada fasia pratrakea dan laring melalui kapsul

fibrosa, sehingga akan ikut bergerak kea rah cranial sewaktu menelan.

Pada sebelah anterior kelenjar tiroid menempel otot pretrakealis (m.

sternotiroid dan m. sternohioid) kanan dan kiri yang bertemu pada midline.

Pada sebelah yang lebih superficial dan sedikit lateral ditutupi oleh fasia kolli

profunda dan superfisialis yang membungkus m. sternokleidomastoideus dan

vena jugularis eksterna. Sisi lateral berbatasan dengan a. karotis komunis, v.

jugularis interna, trunkus simpatikus dan arteri tiroidea inferior. Posterior dari

Page 7: Makalah Struma

sisi medialnya terdapat kelenjar paratiroid, n. laringeus rekuren dan

esophagus. Esofagus terletak di belakang trakea dan laring, sedangkan

n.laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagikus.

Vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. A.tiroidea superior berasal

dari a.karotis kommunis atau a.karotis eksterna, a.tiroidea inferior dari

a.subklavia, dan a.tiroidea ima berasala dari a.brakhiosefalik salah sau cabang

arkus aorta

Aliran darah dalam kelenjar tiroid berkisar 4-6 ml/gram/menit, kira-kira 50

kali lebih banyak dibanding aliran darah di bagian tubuh lainnya. Pada

keadaan hipertiroidisme, aliran darah ini akan meningkat sehingga dengan

stetoskop terdengar bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah kelenjar.

Setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan limfatik, sedangkan

system venanya berasal dari pleksus parafolikuler yang menyatu di

permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.

Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang kelenjar

paratiroid menempel di belakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi di

lobus medius.

Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan

pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini ke arah nodus pralaring yang

tepat berada di atas ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan

sebagian ada yang langsung ke duktus torasikus. Hubungan getah bening ini

penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar

tiroid.

Gambar 1. Anatomi Tiroid

Page 8: Makalah Struma

Gambar 2. Anatomi Tiroid Potongan Melintang

Histologi Kelenjar Tiroid

Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:

1. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi suatu

massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner

katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus dilatih).

2. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang

berjauhan.

Gambar 3. Histologi Kelenjar Tiroid

Page 9: Makalah Struma

Fisiologi Hormon Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama, yaitu tiroksin (T4). Bentuk

aktif ini adalah triyodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon

T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Yodida

anorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat

ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali yang afinitasnya sangat tinggi di jaringan

tiroid. Yodida anorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya

menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai monoyodotirosin

(MIT) atau diyodotirosin (DIT). Senyawa atau konjugasi DIT dengan MIT atau

dengan DIT yang lain akan menghasilkan T3 atau T4, yang disimpan dalam koloid

kelenjar tiroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap di

dalam kelenjar yang kemudian mengalami deyodinasi untuk selanjutnya menjalani

daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tiroid terikat pada protein, yaitu globulin

pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin

(thyroxine binding prealbumine, TBPA).

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh suatu hormon stimulator tiroid

(thyroid stimulating hormone, TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar

hipofisis. Kelenjar hipofisis secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh

kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai negative feedback

terhadap lobus anterior hipofisis, dan terhadap sekresi thyrotropine releasing hormone

(TRH) dari hipotalamus.

Pada kelenjar tiroid juga didapatkan sel parafolikuler, yang menghasilkan kalsitonin.

Kalsitonin adalah suatu polipeptida yang turut mengatur metabolisme kalsium, yaitu

menurunkan kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya terhadap tulang.

Jadi, kesimpulan pembentukan hormon tiroksin melalui beberapa langkah,

yaitu:

1. Iodide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh pompa Na+/K+ ATPase.

2. Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami oksidasi. Kelenjar tiroid

merupakan satu-satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I hingga mencapai

status valensi yang lebih tinggi. Tahap ini melibatkan enzim peroksidase.

3. Iodinasi tirosin, dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu

tirosil dalam tiroglobulin di dalam reaksi yang mungkin pula melibatkan

enzim tiroperoksidase (tipe enzim peroksidase).

4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT (diiodotirosin)

menjadi T4 (tiroksin, tetraiodotirosin) atau perangkaian MIT

(monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3 (triiodotirosin). reaksi ini diperkirakan

juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.

Page 10: Makalah Struma

5. Hidrolisis yang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi

dihambat oleh I, sehingga senyawa inaktif (MIT dan DIT) akan tetap berada

dalam sel folikel.

6. Tiroksin dan triiodotirosin keluar dari sel folikel dan masuk ke dalam darah.

Proses ini dibantu oleh TSH.

7. MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami deiodinasi,

dimana tirosin akan dipisahkan lagi dari I. Enzim deiodinase sangat berperan

dalam proses ini.

8. Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum endoplasma dan

kompleks golgi.

Gambar 4. Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

Page 11: Makalah Struma

Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan

Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat

berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1%

T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa

mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki

akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.

Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:

1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4

dan 65% T3 yang ada di dalam darah.

2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik,

termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.

3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.

Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki

aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun, sebagian besar

T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau diaktifkan, melalui proses

pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari

sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran yodium di jaringan perifer. Dengan

demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.

Fungsi hormon tiroid

a. Mengatur metabolisme protein,lemak,karbohidrat dalam sel.

b. Meningkatkan konsumsi oksigen di semua jaringan.

c. Meningkatkan frekuensi dan kontraksi denyut jantung.

d. Mempertahankan tonus otot.

e. Merangsang pemecahan lemakdan sintesa kolesterol.

Page 12: Makalah Struma

2.2 Mekanisme umpan balik hormone dari kelenjar tiroid

Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH

(Thyrotropin-Releasing Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf di

dalam eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana tersebut, TRH kemudian

diangkut ke hipofisis anterior lewat darah porta hipotalamus-hipofisis. TRH

langsung mempengaruhi hifofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH.

TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang mempunyai efek

spesifik terhadap kelenjar tiroid:

1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel, dengan

hasil akhirnya adalah terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi

darah dan berkurangnya subtansi folikel tersebut.

2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan kecepatan proses

iodide trapping di dalam sel-sel kelenjar, kadangakala meningkatkan rasio

konsentrasi iodida intrasel terhadap konsentrasi iodida ekstrasel sebanyak

delapan kali normal.

3. Meningkatkan iodinasi tirosin untuk membentuk hormon tiroid.

4. Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid.

5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan perubahan sel

kuboid menjadi sel kolumner dan menimbulkan banyak lipatan epitel tiroid ke

dalam folikel.

2.3 Metabolisme basal

Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas

jaringan tubuh sewaktu istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut

Page 13: Makalah Struma

dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh berupa metabolisme

makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut jantung,

bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh.

Metabolisme basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan

mental yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam

ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12 sampai 14 jam (keadaan

postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-benar

basal. Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada

taraf metabolisme basal, oleh karena selama tidur otot-otot terelaksasi lebih

sempurna. Apa yang dimaksud basal disini ialah suatu kumpulan syarat

standar yang telah diterima dan diketahui secara luas.

Metabolisme basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin,

usia, ukuran dan komposisi tubuh, faktor pertumbuhan. Metabolisme basal

juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan

keadaan emosi atau stres.

Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit

mempunyai Metabolisme basal lebih besar dibanding dengan orang yang

mempunyai berat badan yang besar tapi proporsi lemak yang besar.

Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak

yang sedikit mempunyai Metabolisme basal yang lebih besar dibanding

dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit.

Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan

wanita. Umur juga mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang lebih

muda mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding yang lebih tua.

Rasa gelisah dan ketegangan, misalnya saat bertanding

menghasilkanmetabolisme basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi

karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot

meningkat.

Laju Metabolik Basal (Basal Metabolic Rate/BMR) ialah energi yang

dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat

istirahat.

BMR = kcal/ m2/jam (kilokalori energi yang digunakan per meter persegi

permukaan tubuh per jam)

BMR

Fungsi fisiologis normal tersebut meliputi :

Page 14: Makalah Struma

Lingkungan kimia internal tubuh, yaitu

gradient konsentrasi ion antara intrasel

dan ekstrasel

Aktivitas elektrokimia sistem saraf

Aktivitas elektromekanik sistem

sirkulasi

Pengaturan suhu

Faktor-faktor yang mempengaruhi BMR

Makanan

Makanan kaya protein akan lebih meningkatkan BMR daripada

makanan kaya lipid atau kaya karbohidrat. Hal ini mungkin terjadi

karena deaminasi asam amino terjadi relatif cepat.

Status hormon tiroid

Hormon tiroid meningkatkan konsumsi oksigen, sintesis protein, dan

degradasi yang merupakan aktivitas termogenesis. Peningkatan BMR

merupakan hal yang klasik pada hipertiroid, dan menurun pada

penurunan kadar tiroid

Aktivitas saraf simpatis.

Pemberian agonis simpatis b juga meningkatkan BMR. Sistem saraf

simpatis secara langsung melalui nervus vagus ke hati mengaktivasi

pembentukan glukosa dari glikogen. Sehingga aktivitas saraf simpatis

meningkatkan BMR.

Latihan

Latihan membutuhkan kalori ekstra dari makanan. Jika s/ makanan lebih

banyak mengandung energi, maka berat badan akan meningkat. Jika

penggunaan energi lebih banyak dari yg tersedia dlm makanan, maka

tubuh akan memakai simpanan lemak yang ada dan mungkin akan

menurunkan berat badan.

Umur & faktor lain

BMR seorang anak umumnya lebih tinggi daripada orang dewasa, krn

anak memerlukan lebih banyak energi selama masa pertumbuhan.

Wanita hamil & menyusui juga memiliki BMR yang lebih tunggu.

Demam meningkatkan BMR. Orang yg berotot memiliki BMR lebih

tinggi daripada orang yg gemuk .

2.4 Biosintesis dan metabolisme hormon-hormon tiroid

Page 15: Makalah Struma

Biosintesis hormone tyroid merupakan suatu urutan langkah” proses yang

diatur oleh enzim” tertentu. Langkah” tersebut adalah:

1. Penangkapan yodida

2. Oksidasi yodida menjadi yodium

3. Organifikasi yodium menjadi monoyodotirosin dan diyodotirosin

4. Proses penggabungan precursor yang teryodinasi

5. Penyimpanan hormone

6. Pelepasan Hormon

Penangkapan yodida oleh sel” folikel tyroid merupakan suatu proses

aktif dan membutuhkan energi. Energy yang didapat dari metabolisme

oksidatif dalam kelenjar. Yodida yang tersedia untuk tyroid berasal dari

yodida dalam makanan atau air, atau yang dilepaskan pada deyodinasi

hormone tyroid atau bahan” yang mengalami yodinasi. Tyroid mengambil dan

mengkonsentrasikan yodida 20 hingga 30 kali kadarnya dalam plasma.

Yodida dirubah menjadi yodium, dikatalis oleh enzim yodida peroksidase.

Yodium kemudian digabungkan dengan molekul tirosin, yaitu proses yang

dijelaskan sebagai organifikasi yodium. Proses ini terjadi pada interfase sel

koloid. Senyawa yang terbentuk, monoyodotirosin dan diyodo-tirosin

kemudian digabungkan sebagai berikut: dua molekul diyodotirosin

membentuk tirosin (T4) dan satu molekul diyodotirosin dan satu molekul

monoyodotirosin membentuk triyodotirosin (T3). Penggabungan senyawa-

senyawa ini dan penyimpanan hormone yang dihasilkan berlangsung dalam

tiroglobulin. Pelepasan hormone dari tempat penyimpanan terjadi dengan

masuknya testes-tetes koloid ke dalam sel” folikel dengan proses yang disebut

pinositosis. Di dalam sel” ini tiroglobulin dihidrolisis dan hormone dilepaskan

ke dalam sirkulasi. Berbagai langkah yang dilakukan tersebut dirangsang oleh

tirotropin (TSH)

2.5 Pengaruh hormone tiroid terhadap metabolisme

Hormon tiroid mempunyai 2 efek utama pada tubuh:1. Meningkatkan

kecepatan metabolism secara keseluruhan dan 2. Pada anak-anak,merangsang

pertumbuhan

Peningkatan umum kecepatan metabolisme

Hormone tiroid meningkatkan aktifitas metabolism hamper semua

jaringan tubuh.kecepatan metabolism basal dapat meningkat sebanyak 60-100

persen diatas normal bila disekrsi hormone dalam jumlah besar. Keceptan

penggunaan makanan untuk energy sangat dipercepat.kecepatan sintesis

Page 16: Makalah Struma

protein kadang-kadang meningkat, semnetara pada saat yang sama kecepatan

katabolisme protein juga meningkat. Keceptan pertumbuhan orang muda

sangat dipercepat. Proses mental terangsang, dan aktifitas banyak kelenjar

endokrin lain sering meningkat. Beberapa mekanisme kerja yang mungkin ada

dari hormone teroid dijelaskan dalam bagian berikut

1. Efek hormone tiroid menyebabakan sintesis protein

Hormone tiroid digabung dengan protein”reseptor”didalam nucleus sel

gabungan ini atau produk darinya kemudian mengaktifasi sebagaian besar gen

sel untuk menyebabakan pembentukan RNA dn kemudian pembentukan

protein

2. Efek hormone tiroid pada system enzim sel

Dalam 1 minggu atau lebih setelah pemberian hormon tiroid,paling sedikit

100 dan mungkin lebih banyak lagi enzim intra sel meningkat jumlahnya

3. Efek hormone tiroid pada metokondria

Fungsi utama tiroksin mingkin hanya meningkatkan jumlah dan aktifitas

mitokondria, serta peningkatan ini selanjutrnya meningkatkan kecepatan

pembentukan ATP untuk member energy fungsional sel.

4. Efek hormone tiroid dalam meningkatkan transport aktif ion melalui

membrane sel

Salah satu enzim yang meningkat sebgai respon terhadap hormon tiropid

adalah Na-K ATPse yang meningkatkan kecepatan transport natrium dan

kalium melalui membrane sel beberapa jaringan

2.6 Patofisiologi/Pathway Struma

Pengertian Struma

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh

karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa

gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid

yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian

posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat

mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara

sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak

terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila

pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat

asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.

Page 17: Makalah Struma

Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan

faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:

a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering

terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang

mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.

b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,

lobak, kacang kedelai).

d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya:

thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk

pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,

masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar

tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang

distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi

molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.

Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk

tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan

pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan

bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3)

merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat

mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus

menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik

negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini

menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.

Klasifikasi

a. Berdasarkan Fisiologisnya

1) Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang

disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal

sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang

meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya tidak

menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi

secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

2) Hipotiroidisme

Page 18: Makalah Struma

Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar

tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang.

Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang

cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai

kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid

akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh

antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme

adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin,

dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,

rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan

penurunan kemampuan bicara.

3) Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat

didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap

pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat

timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang

merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon

yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala

hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat,

keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas.

Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada

tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak

teratur, rambut rontok, dan atrofi otot.

b. Berdasarkan Klinisnya

1) Struma Toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik

dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah

kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan

menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis

sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik

teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik).

Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan

hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon

tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah

penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophthalmic goiter), bentuk

tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme

lainnya.

Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah

diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH

Page 19: Makalah Struma

beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan

menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.

Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan

peningkatan pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi

hormon tersebut sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk

menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah pembentuknya.

Apabila gejala-gejala hipertiroidisme bertambah berat dan

mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala

klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin,

pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.

2) Struma Non Toksik

Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi

menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik.

Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik.

Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter

koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang

sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa

hormon oleh zat kimia.

Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul,

maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa

disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma

nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia

muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.

Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada

hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena

keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian

pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada

esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai

rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.

Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat

ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium

urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam

tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah

endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan

prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 %

dan endemik berat di atas 30 %.

Tanda dan Gejala

Page 20: Makalah Struma

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan, maka tanda dan gejala

pasien struma adalah :

a. Status Generalis (umum)

1) Tekanan darah meningkat (systole)

2) Nadi meningkat

3) Mata : Exophtalamus

a) Stellwag sign : jarang berkedip

b) Von Graefe sign : palpebra mengikuti bulbus okuli waktu melihat

ke bawah.

c) Morbius sign : sukar konvergensi

d) Jeffroy sign : tak dapat mengerutkan dahi.

e) Rossenbach sign : tremor palpebra jika mata ditutup.

4) Hipertoni simpatis : kulit basah dan dingin, tremor

5) Jantung : takikardi

b. Status Lokalis : Regio Colli Anterior

1) Inspeksi : benjolan, warna, permukaan, bergerak waktu menelan

2) Palpasi : permukaan, suhu

a) Batas atas—– kartilago tiroid

b) Batas bawah — incisura jugularis

c) Batas medial — garis tengah leher

d) Batas lateral — m.sternokleidomastoid

c. Gejala Khusus

1) Struma kistik

a) Mengenai 1 lobus

b) Bulat, batas tegas, permukaan licin, sebesar kepalan

c) Kadang multilobularis

d) Fluktuasi (+)

2) Struma Nodusa

a) Batas jelas

b) Konsistensi : kenyal sampai keras

c) Bila keras curiga neoplasma, umumnya berupa adenocarsinoma

tiroidea

3) Struma Difusa

a) Batas tidak jelas

b) Konsistensi biasanya kenyal, lebih kearah lembek.

4) Struma vaskulosa

a) Tampak pembuluh darah (biasanya arteri), berdenyut

b) Auskultasi : Bruit pada neoplasma dan struma vaskulosa

c) Kelenjar getah bening : Paratracheal Jugular Vein.

Page 21: Makalah Struma

Komplikasi Struma

a. Penyakit jantung hipertiroid

Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada

jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung

meningkat dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika

menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50 tahun, akan lebih

cenderung mendapat komplikasi payah jantung.

b. Oftalmopati Graves

Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan

diplopia, aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat

mengganggu kualitas hidup pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien

terganggu.

c. Dermopati Graves

Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas

tibia bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan

glikosaminoglikans. Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit.

2.7 Diit untuk pasien struma

Makanan yang mengandung yodium : garam meja , seafood ,

supplemen yang mengandung yodium

Makanan yang mengandung rendah gula ,karena dapat mengontrol

produksi insulin dalam tubuh . Makan makanan seperti ice cream ,

permen adalah makanan yang mengandung kadar gula tinggi , tapi

tdak hanya itu , masih ada makanan lain yang mengandung kadar gula

tinggi seperti : wortel , jagung , roti , beras putih , kentang .

Makanan yang rendah protein : seafood , daging yang berwarna putih ,

telur

Makanan yang banyak mengandung serat : gandum , lentil ,apel ,

kacang merah , sayuran berdaun hijau

Vitamin dan Mineral : Zink dan Selenium

Hindari makan kacang , karena kacang merupakan makanan yang bersifat

goitrogenik , tapi efek tersebut berkurang apabila kacang tersebut sudah

dimasak / diolah .

2.8 Farmakologi untuk pasien struma : PTU, anti tiroid, tiroksin, garam

yodium dan implikasi keperawatannya

Page 22: Makalah Struma

Obat jenis asetaminopen

Pemberian beta-bloker

Propanolol secara intravena dosis yang diberikan adalah 1mg/mnt

sampai bberapa mg hingga efek yang diinginkan tercapai atau 2-4mg/4jam

secara intravena atau 60-80mg/4mg secara oral atau melalui NGT

Pemberian tionamide seperti methimazole 30mg/6jam atau PTU

200mg/4jam secara oral atau NGT untuk memblok sintesishormon

Larutan lugol 10tts/8jam secara oral

Glucocorticoid 100mg/8jam secara intravena

I. Obat-obatan

1. Obat Antitiroid : Golongan Tionamid

Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol.

Tiourasil dipasarkan dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol

dipasarkan dengan nama metimazol dan karbimazol.(4) Obat golongan

tionamid lain yang baru beredar ialah tiamazol yang isinya sama dengan

metimazol..

Mekanisme Kerja

Obat golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid.

Mekanisme aksi intratiroid yang utama ialah mencegah/mengurangi

biosintesis hormon tiroid T-3 dan T-4, dengan cara menghambat oksidasi dan

organifikasi iodium, menghambat coupling iodotirosin, mengubah struktur

molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin. Sedangkan

mekanisme aksi ekstratiroid yang utama ialah menghambat konversi T-4

menjadi T-3 di jaringan perifer (hanya PTU, tidak pada metimazol). Atas

dasar kemampuan menghambat konversi T-4 ke T-3 ini, PTU lebih dipilih

dalam pengobatan krisis tiroid yang memerlukan penurunan segera hormon

tiroid di perifer. Sedangkan kelebihan metimazol adalah efek penghambatan

biosintesis hormon lebih panjang dibanding PTU, sehingga dapat diberikan

sebagai dosis tunggal.

Dosis

Page 23: Makalah Struma

Besarnya dosis tergantung pada beratnya tampilan klinis, tetapi

umumnya dosis PTU dimulai dengan 3×100-200 mg/hari dan

metimazol/tiamazol dimulai dengan 20-40 mg/hari dosis terbagi untuk 3-6

minggu pertama. Setelah periode ini, dosis dapat diturunkan atau dinaikkan

sesuai respons klinis dan biokimia. Apabila respons pengobatan baik, dosis

dapat diturunkan sampai dosis terkecil PTU 50mg/hari dan metimazol/

tiamazol 5-10 mg/hari yang masih dapat mempertahankan keadaan klinis

eutiroid dan kadar T-4 bebas dalam batas normal.4 Bila dengan dosis awal

belum memberikan efek perbaikan klinis dan biokimia, dosis dapat dinaikkan

bertahap sampai dosis maksimal, tentu dengan memperhatikan faktor-faktor

penyebab lainnya seperti ketaatan pasien minum obat, aktivitas fisis dan

psikis.

Efek Samping

Meskipun jarang terjadi, harus diwaspadai kemungkinan timbulnya

efek samping, yaitu agranulositosis (metimazol mempunyai efek samping

agranulositosis yang lebih kecil), gangguan fungsi hati, lupus like syndrome,

yang dapat terjadi dalam beberapa bulan pertama pengobatan.3 Untuk

mengantisipasi timbulnya efek samping tersebut, sebelum memulai terapi

perlu pemeriksaan laboratorium dasar termasuk leukosit darah dan tes fungsi

hati, dan diulang kembali pada bulan-bulan pertama setelah terapi. Bila

ditemukan efek samping, penghentian penggunaan obat tersebut akan

memperbaiki kembali fungsi yang terganggu, dan selanjutnya dipilih

modalitas pengobatan yang lain seperti 131I atau operasi. Bila timbul efek

samping yang lebih ringan seperti pruritus, dapat dicoba ganti dengan obat

jenis yang lain, misalnya dari PTU ke metimazol atau sebaliknya.

Evaluasi

Evaluasi pengobatan perlu dilakukan secara teratur mengingat penyakit

Graves adalah penyakit autoimun yang tidak bisa dipastikan kapan akan

terjadi remisi. Evaluasi pengobatan paling tidak dilakukan sekali/bulan untuk

menilai perkembangan klinis dan bikokimia guna menentukan dosis obat

selanjutnya. Dosis dinaikkan dan diturunkan sesuai respons hingga dosis

tertentu yang dapat mencapai keadaan eutiroid. Kemudian dosis diturunkan

perlahan hingga dosis terkecil yang masih mampu mempertahankan keadaan

eutiroid, dan kemudian evaluasi dilakukan tiap 3 bulan hingga tercapai remisi.

Parameter biokimia yang digunakan adalah FT-4 (atau FT-3 bila terdapat T-3

toksikosis), karena hormon-hormon itulah yang memberikan efek klinis,

Page 24: Makalah Struma

sementara kadar TSH akan tetap rendah, kadang tetap tak terdeteksi, sampai

beberapa bulan setelah keadaan eutiroid tercapai. Sedangkan parameter klinis

yang dievaluasi ialah berat badan, nadi, tekanan darah, kelenjar tiroid, dan

mata.

2. Obat Golongan Penyekat Beta

Obat golongan penyekat beta, seperti propranolol hidroklorida, sangat

bermanfaat untuk mengendalikan manifestasi klinis tirotoksikosis

(hyperadrenergic state) seperti palpitasi, tremor, cemas, dan intoleransi panas

melalui blokadenya pada reseptor adrenergik. Di samping efek antiadrenergik,

obat penyekat beta ini juga dapat -meskipun sedikit- menurunkan kadar T-3

melalui penghambatannya terhadap konversi T-4 ke T-3. Dosis awal

propranolol umumnya berkisar 80 mg/hari.3,4

Di samping propranolol, terdapat obat baru golongan penyekat beta dengan

durasi kerja lebih panjang, yaitu atenolol, metoprolol dan nadolol. Dosis awal

atenolol dan metoprolol 50 mg/hari dan nadolol 40 mg/hari mempunyai efek

serupa dengan propranolol.

Pada umumnya obat penyekat beta ditoleransi dengan baik. Beberapa

efek samping yang dapat terjadi antara lain nausea, sakit kepala, insomnia,

fatigue, dan depresi, dan yang lebih jarang terjadi ialah kemerahan, demam,

agranulositosis, dan trombositopenia. Obat golongan penyekat beta ini

dikontraindikasikan pada pasien asma dan gagal jantung, kecuali gagal

jantung yang jelas disebabkan oleh fibrilasi atrium. Obat ini juga

dikontraindikasikan pada keadaan bradiaritmia, fenomena Raynaud dan pada

pasien yang sedang dalam terapi penghambat monoamin oksidase.

2.9 Pemeriksaan diagnostic (tes fungsi tiroid) dan penatalaksanaan struma :

tiroidectomi, strumektomi, RAI

1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengukur fungsi tiroid: Pemerikasaan hormon

tiroid dan TSH paling sering menggunakan radioimmuno-assay (RIA) dan cara

enzyme-linked immuno-assay (ELISA) dalam serum atau plasma darah.

Pemeriksaan T4 total dikerjakan pada semua penderita penyakit tiroid, kadar

normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L atau 50-120 ng/dL; T3 sangat

membantu untuk hipertiroidisme, kadar normal pada orang dewasa antara 1,0-2,6

nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat membantu untuk mengetahui

hipotiroidisme primer di mana basal TSH meningkat 6 mU/L. Kadang-kadang

Page 25: Makalah Struma

meningkat sampai 3 kali normal.

2. Pemeriksaan laboratorium untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid:

Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid ditemukan pada serum penderita

dengan penyakit tiroid autoimun.

- antibodi tiroglobulin

- antibodi mikrosomal

- antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)

- antibodi permukaan sel (cell surface antibody)

- thyroid stimulating hormone antibody (TSA)

3. Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi

trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun

sudah bisa diduga. Foto rontgen leher posisi AP dan Lateral diperlukan untuk

evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan intubasi anastesinya. Bahkan

tidak jarang untuk konfirmasi diagnostik tersebut sampai memerlukan CT-scan

leher.

4. USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:

menentukan jumlah nodul

membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik,

mengukur volume dari nodul tiroid

mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak

Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan

dilakukan biopsi terarah

Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.

5. Pemeriksaan dengan sidik tiroid sama dengan uji tangkap tiroid, yaitu dengan

prinsip daerah dengan fungsi yang lebih aktif akan menangkap radioaktivitas

yang lebih tinggi. Metabolisme hormon tiroid sangat erat hubungannya dengan

yodium, sehingga dengan yodium yang dimuati bahan radioaktif kita bisa

mengamati aktivitas kelenjar tiroid maupun bentuk lesinya.

6. Pemeriksaan histopatologis dengan biopsi jarum halus (fine needle aspiration

biopsy FNAB) akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar jangan sampai

menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.

7. Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi tiroidektomi

diperlukan untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi tersebut suatu

keganasan atau bukan. Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan VC dilakukan

pemeriksaan patologi anatomis untuk memastikan proses ganas atau jinak serta

mengetahui jenis kelainan histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.

2.10 Asuhan keperawatan pada pasien dengan Struma

Page 26: Makalah Struma

KASUS STRUMA

Ny. H (30 tahun) dirawat di RS dengan Diagnosa medis struma derajat

II. Dari hasil pengkajian didapatkan data klien tinggal di daerah

pegunungan,mengeluh nyeri saat menelan, sesak nafas, telapak tangan sering

berkeringat, terdapat exophthalmus, belum ada kardiomegali, tidak malu

dengan keadaannya, TD 100/70 mmHg, nadi 110 x/menit, RR 21 x/menit,

suhu 37,40C, hasil laboratorium sebelum operasi T3 dan T4 menurun, TSH

meningkat, pemeriksaan kepadatan tulang masih dalam batas normal. Klien

mendapat terapi propanolol 3x5mg. Sebelum operasi klien merasa cemas akan

kehilangan suaranya jika di operasi, saat ini klien selesai lobectomy hari ke

3,terpasang drain dengan isi 2cc, kondisi luka kering, tidak berbau, terdapat 3

jahitan.

PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN

PENGKAJIAN 11 POLA GORDON

Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan tinggal di daerah pegunungan.

Pola nutrisi metabolik

Pasien mengatakan nyeri saat menelan, karena pembesaran tiroid, sehinga

susah menelan.

Pola eliminasi

Tidak terkaji

Pola aktivitas dan latihan

Tidak terkaji

Pola tidur dan istirahat

Tidak terkaji

Pola persepsi dan konsep diri

Pasien mengatakan tidak malu dengan keadaannya sekarang.

Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Pasien mengatakan stres sebelum operasi merasa cemas akan kehilangan

suaranya jika di operasi.

Pola kognitif dan persepsi sensori.

Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan sesak nafas

Pola peran dan hubungan dengan sesama

Tidak terkaji

Page 27: Makalah Struma

Pola reproduksi dan seksualitas

Tidak terkaji

Pola sistem kepercayaan

Tidak terkaji

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI

DS :

-Pasien mengatakan sesak

nafas

-Klienmengeluh nyeri saat

menelan

- Pasien mengatakan

merasa cemas akan

kehilangan suaranya jika

dioperasi

DO :

-Nadi 110 x/menit

-Hasil lab sebelum operasi

T3 dan T4 menurun, TSH

meningkat

Pola nafas tidak efektif Nyeri, Ansietas

Page 28: Makalah Struma

DS :

DO :

pasien selesai

lobektomy hari ke

3

Terpasang drain

dengan isi 2cc

terdapat 3 jahitan

kondisi luka kering

tidak bau

Resiko infeksi Prosedur invasif

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri, ansietas ditandai dengan,

Klien mengatakan sesak nafas, Klien mengeluh nyeri saat menelan,pasien

mengatakan merasa cemas akan kehilangan suaranya jika dioperasi , nadi 110

x/menit, Hasil lab sebelum operasi T3 dan T4 menurun, TSH meningkat

2. Resiko infeksi ditandai dengan Klien selesai lobektomy hari ke 3Terpasang

drain dengan isi 2cc, terdapat 3 jahitan, kondisi luka kering tidak bau

INTERVENSI

NO

DP

Tgl/

jam

Tujuan dan kriteria hasil INTERVENSI Rasional TTD

1. Pola nafas kembali efektif

setelahdilakukantindakank

eperawatan selama 7 x 24

jam dengan kriteria hasil:

1. Pasien mengatakan

tidak sesak nafas

1. monitor TTV

(RR,NADI)

7. Adanya perubahan

tanda-tanda vital

seperti respirasi

menunjukkan kurang

ventilasi yg masuk.

Page 29: Makalah Struma

2. pasien tidak mengeluh

nyeri saat menelan

3. RR (16-20 x/menit)

4. Nadi (60-100x/menit)

5. Hasil lab normal

T3 : 80-160ng/100M

T4 : 11 mikro gram/

100 ml

TSH : 0,5 – 5,0 mikro

U

infeksi tidak terjadi

2. Monitor skala

nyeri

3. ajarkan teknik

relaksasi tiap

2jam

4. Kolaborasi

pemberian

analgetik

5. Lanjutkan

pemberian obat

propanolol

3x5mg

6. Kolaborasi

pemberian

oksigen

7. anjurkan

keluarga untuk

memberikan

support dan

dukungan kepada

keluarga

8.

2.Mengetahui

perkembangan skala

nyeri pasien.

3. mengurangi nyeri yang

di rasakan pasien.

4.Mengurangi rasa nyeri

5.adanya pemberian obat

propanolol(antityroid)

untuk mengurangi

pembesaran kelenjar

tyroid

6.Adanya pemberian

oksigen dapat memenuhi

kebutuhan oksigen klien

7. dukungan dari orang-

orang terdekat membuat

klien semangat

1. adanya

Page 30: Makalah Struma

2. setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 7x24jam dengan

kriteria hasil:

1. disekitar pemasangan

drain tidak ada tanda-

tanda infeksi

2. jahitan mengering,

tidak ada pendarahan

disekitar jahitan

3. kondisi luka kering

tidak bau

1. Monitor

sekitar jahitan

tiap 4jam

2. Perawatan

luka dan drain

setelah 3hari

3. Pantau daerah

luka

4. Anjurkan

pengunjung

untuk mencuci

tangan

sebelum dan

setelah

meninggalkan

ruangan

pasien

5. Kolaborasi

pemberian

obat antibiotik

6. Kolaborasi

perdarahan

dapat

mengakibat

kan terjadinya

infeksi

2. adanya

perawatan

luka untuk

mencegah

infeksi dan

luka bisa cepat

kering

3. resiko infeksi

biasanya

ditandai

dengan adanya

pus

4. kuman dan

bakteri dapat

jga dibawa

oleh

pengunjung

dari

lingkungan

luar

5. adanya

pemberian

antibiotik

mengurahi

terjadinya

infeksi

6. memantau

hasil lab.

Page 31: Makalah Struma

pemeriksaan

lab

darah(leukosit

)

Khususnya

leukosit

karena salah

satu tanda

peradangan

leukosit

meningkat.

2.11 Keterampilan pemeriksaan fisik tiroid

Page 32: Makalah Struma

Pemeriksaan fisik kelenjer tiroid merupakan bagian dari pemeriksaan

umum seorang penderita. Dalam memeriksa leher seseorang, struktur leher

lainnya pun harus diperhatikan. Ada beberapa alasan untuk hal ini, pertama

sering struktur ini tertutup atau berubah oleh keadaan kelenjar tiroid, kedua

metastasis tiroid sering terjadi ke kelenjar limfe leher dan ketiga banyak juga

kelainan leher yang sama sekali tidak berhubungan dengan gangguan kelenjer

gondok. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sistematik juga diperlukan,

sebab dampak yang ditimbulkan oleh gangguan fungsi kelenjer tiroid

melibatkan hampir seluruh oragan tubuh, sehingga pengungkapan detail

kelainan organ lainnya sangat membantu menegakkan maupun mengevaluasi

gangguan kelainan penyakit kelenjar tiroid. Pemeriksaan kelenjar tiroid

meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi.

A. Inspeksi

Waktu memeriksa kelenjar tiroid hendaknya dipastikan arah sinar

yang tepat, sehingga masih memberi gambaran jelas pada kontur, relief,

tekstur kulit maupun benjolan. Demikian pula harus diperhatikan apakah ada

bekas luka operasi. Dengan dagu agak diangkat, perhatikan struktur dibagian

bawah-depan leher. Kelenjar tiroid normal biasanya tidak dapat dilihat dengan

cara inspeksi, kecuali pada orang yang amat kurus, namun apabila dalam

keadaan tertentu ditemukan deviasi trachea atau dilatasi vena maka harus

curiga kemungkinan adanya gondok substernal. Biasanya dengan inspeksi saja

kita dapat menduga adanya pembesaran kelenjar tiroid yang lazim disebut

gondok. Gondok yang agak besar dapat dilihat, namun untuk memastikan

serta melihat

gambaran lebih jelas maka pasien diminta untuk membuat gerakan menelan

(oleh karena tiroid melekat pada trachea ia akan tertarik keatas bersama

gerakan menelan). Manuver ini cukup diagnostik untuk memisahkan apakah

satu struktur leher tertentu berhubungan atau tidak dengan tiroid. Sebaliknya

apabila struktur kelenjar tiroid tidak ikut gerakan menelan sering disebabkan

perlengkapan dengan jaringan sekitarnya. Untuk ini dipikirkan kemungkinan

radang kronik atau keganasan tiroid.

B. Palpasi

Dalam menentukan besar, bentuk konsistensi dan nyeri tekan kelenjar

tiroid maka palpasi merupakan jalan terbaik dan terpenting. Ada beberapa

cara, tergantung dari kebiasaan pemeriksa. Syarat untuk palpasi tiroid yang

baik adalah menundukkan leher sedikit serta menoleh kearah tiroid yang akan

diperiksa (menoleh kekanan untuk memeriksa tiroid kanan, maksudnya untuk

Page 33: Makalah Struma

memberi relaksasi otot sternokleidomastoideus kanan). Pemeriksa berdiri

didepan pasien atau duduk setinggi pasien. Sebagian pemeriksa lebih senang

memeriksa tiroid dari belakang pasien. Apapun yang dipilih langkah pertama

ialah meraba daerah tiroid dengan jari telunjuk (dan atau 3 jari) guna

memastikan ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan dan simetri. Untuk

mempermudah meraba tiroid, kita dapat menggeser laring dan tiroid ke satu

sisi dengan menggunakan ibu jari atau jari tangan lain pada kartilago tiroid.

Kedua tiroid diperiksa dengan cara yang sama sambil pasien melakukan

gerakan menelan.

Gambar 1. Pemeriksaan palpasi Kelenjar tiroid

Palpasi lebih mudah dilakukan pada orang kurus, meskipun pada orang

gemuk tiroid yang membesar juga dapat diraba dengan mudah. Ukuran tiroid

dapat dinyatakan dalam bermacam-macam cara :

Misalnya dapat diterjemahkan dalam ukuran volume (cc) dibandingkan

dengan ukuran volume ibu jari pemeriksa

Ukuran lebar dan panjang (cm x cm) atau ukuran berat (gram jaringan dengan

perbandingan ibu jari pemeriksa yang sudah ditera sendiri berdasarkan

volume air yang tergeser oleh ibu jari dan volume dikaitkan dengan berat

daging dalam gram)

Mengukur luas permukaan kelenjar dapat digunakan sebagai ukuran besarnya

tiroid

Gradasi pembesaran kelenjar tiroid untuk keperluan epidemiologi (untuk

menentukan prevalensi gondok endemik) menggunakan klasifikasi perez atau

modifikasinya. Umumnya wanita mempunayi gondok lebih besar sehingga

lebih mudah diraba. Tujuan menggunakan metoda ini ialah mendapat angka

statistik dalam mengendalikan masalah gondok endemik dan kurang yodium,

dengan cara yang reploducible. Klasifikasi awal (Perez 1960) adalah sebagai

berikut :

Page 34: Makalah Struma

Derajat 0 : Subjek tanpa gondok

Derajat 1 : Subjek dengan gondok yang dapat diraba (palpable)

Derajat 2 : Subjek dengan gondok terlihat (visible)

Derajat 3 : Subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa cm.

Dalam praktek masih banyak dijumpai kasus dengan gondok yang teraba

membesartetapi tidak terlihat. Untuk ini dibuat subklas baru yaitu derajat IA

dan derajat IB.

Derajat IA : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat

meskipun leher sudah ditengadahkan maksimal.

Derajat IB : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan

sikap kepala biasa, artinya leher tidak ditengadahkan.

Adapun kriteria untuk menyatakan bahwa gondok membesar ialah

apabila lobus leteral tiroid sama atau lebih besar dari falang akhir ibu jari

tangan pasien (bukan jari pemeriksa). Dalam sistem klasifikasi ini setiap

nodul perlu dilaporkan khusus (pada survey GAKI dapatan ini mempunyai

arti tersendiri).

Apabila dalam pemeriksaan survei populasi ditemukan nodularitas

artinya ditemukan

nodul pada lobus kelenjar tiroid, maka temuan ini perlu dilaporkan secara

khusus. Kista kita duga apabila pada rabaan berbentuk hemisferik,

berkonsistensi kenyal, dengan permukaan halus. Gondok keras sering

ditemukan pada tiroiditis kronik atau keganasan pada gondok, kenyal atau

lembek pada struma colloides dan pada defisiensi yodium. Nyeri tekan atau

nyeri spontan dapat dijumpai pada radang atau infeksi (tiroiditis autoimun,

virus atau bakteri) tetapi dapat juga karena peregangan mendadak kapsul

tiroid oleh hemoragi ke kista, keganasan atau malahan dapat ditemukan pada

hipertiroidisme.

Pita ukuran seperti gambar diatas kadang digunakan untuk menilai

secara kasar perubahan ukuran kelenjar, membesar, tetap atau mengecil

selama pengobatan atau observasi. Dalam pengobatan penyakit Graves

pengecilan kelenjar diawal pengobatan memberikan indikasi respon baik

sedangkan pembesaran menandakan adanya overtreatment Obat Anti Tiroid

(terjadi hipotiroidisme → TSH naik → stimulasi dan lingkar leher membesar).

Namun ini biasanya terlambat 2 minggu sesudah perubahan biokimia. Palpasi

juga berguna dalam menentukan pergeseran trachea (bisa karena trachea

terdesak atau tertarik sesuatu). Cari massa yang menyebabkan pergeseran

dengan cara palpasi. Rabalah pembesaran limfonodi yang dapat merupakan

Page 35: Makalah Struma

petunjuk penyebaran karsinoma kelenjar tiroid ke kelenjar limfe regional.

Khusus perhatikan limfonodi sepanjang daerah trachea yang menutupi

trachea, kartilago krikoid, kartilago tiroid di linea mediana (disebut upper

pretracheal node atau delphian group) dan limfonodi mastoid yang terdapat di

sudut radang bawah, raba pula kalau ada pembesaran vena.

C. Auskultasi

Tidak banyak informasi yang dapat disumbangkan oleh auskultasi

tiroid, kecuali untuk mendengarkan bruit, bising pembuluh di daerah gondok

yang paling banyak ditemukan pada gondok toksik (utamanya ditemukan di

lobus kanan tiroid-ingat vaskularisasinya).

2.12 Keterampilan persiapan pre operasistrumektomi, tiroidektomi

Perawatan yang tepat dapat dilakukan pada pasian pre-oprerasi pada

tiroidektomi adalah :

1. Kadar hormon tiroid harus diupayakan dalam keadaan normal

2. Pemberian obat antitiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan

kadar hormon darah

3. Masalah jantung juga sudah harus teratasi

4. Kondisi nutrisi harus optimal, diet tinggi protein dan karbohidrat

5. Beri tahu pasien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi jelaskan

bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti semula

6. Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi

yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan

persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan

operasi. (Informed consent)

7. Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi,

persiapan ruang ICU untuk monitoring setelah operasi.

8. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi

9. Tanpa antibiotika profilaksis

2.13 Perawatan post operasistrumektomi, tiroidektomi

Page 36: Makalah Struma

Perawatan yang dapat dilakukan pada pasien pasca operasi pada tiroidektomi adalah :

1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian

lanjutkan setiap 30 menit selama 6 jam

2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap

ekstensi sampai klien sadar penuh

Bila sadar, berikan posisi semi fowler, apabila memindahkan klien hindarkan

penekanan pada daerah insisi.

Berikan obat analgesic sesuai program terapi

Bantu klien batuk dan napas dalam setiap 30 menit

Gunakan penghisap oral atau trachea sesuai kebutuhan

Monitor komplikasi yang terjadi pada pasca operasi tiroidektomi, seperti:

Perdarahan, Distress pernapasan¸Hipokalsemia akibat pengangkatan paratiroid

yang ditandai dengan tetani, Kerusakan saraf laryngeal.

2.12 keterampilan persiapan pre operasi strumektomi,tiroidektomi

2.12.1 Prosedur Tindakan Strumektomi

I.          Persiapan alat dasar strumektomi:

a.         Alat Tenun Steril:

•           Doek besar 2 buah

•           Doek kecil 5 buah

•           Jas oprasi 5 buah

 

b.         Instrumen (standar alat strumektomi)

Nama Alat

1          Langenbeck besar       2

2          Langenbeck sedang    2

3          Dissecting / raigth engle          3

4          Allis klem        2

5          Tumor klem     2

Page 37: Makalah Struma

6          Needle holder 2

7          Yoderen klem 1

8          Duk klem        6

9          Pean bengkok panjang            6

10        Pean bengkok sedang 6

11        Pean bengkok kecil     12

12        Pean lurus kecil           2

13        Kocher lurus sedang   10

14        Kocher lurus panjang  6

15        Tangkai pisau no 4      1

16        Tangkai pisau no 3      1

17        Pincet tissue chirurgy  1

18        Pincet tissue anatomi  1

19        Pincet chirurgy            2

20        Pincet anatomi            2

21        Gunting jaringan kecil 1

22        Gunting jaringan besar            1

23        Gunting benang          1

24        Bengkok steril 1

25        Mangkok stenlis          2

26        Mangkok cina 2

27        Jarum jahit 1 set

 

Page 38: Makalah Struma

Persiapan Diluar Kontener Set

1          Kasa    2 ikat

2          Darem gas       3 lbr

3          Suction            1

4          ESU dan cucuknya     1

5          Mess no 15      1

6          Benang side no 2/0, no 3/0, dexon 4/0 & 2/0

7          Waskom besar steril    2

8          Betadine          Secukupnya

9          Aquabidest steril         Secukupnya

10        Tinta dan tusuk gigi    1

 

II.        Prosedur Persiapan alat-alat sebelum tindakan operasi:

A.        Prosedur menyiapkan meja linen steril dan instrumen steril sebelum

operasi:

Prosedur

1          Cuci tangan biasa

2          Bersihkan meja instrumen dengan chlorin 0,2%

3          Pasang perlak steril dengan teknil tanpa sentuh

4          Buka doek /drape sesuai dengan kebutuhan dan sarung tangan

menggunakan korentang.

5          Cuci tangan steril

6          Keringkan tangan dengan handuk/lap steril

7          Gunakan gaun oprasi steril

Page 39: Makalah Struma

8          Atur duk / drape / instrumen dan sarung tangan steril

9          Tutup meja dengan doek steril

 

B.        Prosedur cuci tangan prosedural:

Prosedur

1          Lepaskan semua perhiasan, cincin dan jam tangan

2          Basahi tangan dengan air mengalir dari ujung jari sampai 2 cm di atas siku

3          Gunakan cairan hebiscrup, dan cuci tangan mulai dari telapak tangan dan

jari-jari serta lengan bawah secara menyeluruh sampai 2 cm atas siku,

kemudian bilas merata selama 1 menit.

4          Ambil sikat dan beri cairan Hebiscrup

5          Bersihkan kuku secara menyeluruh dengan sikat

6          Kemudian bersihkan jari-jari, telapak tangan dan punggung tangan, cuci

setiap jari seakan mempunyai empat sisi

7          Scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan

8          Kemudian scrub lengan bawah sampai 2 cm diatas siku (selama satu

setengah menit)

9          Ulangi pada lengan satunya, dengan waktu yang sama

10        Bilas tangan dan lengan secara merata, pastikan tangan ditahan lebih

tinggi dari siku, ulangi pemakaian Hebiscrup dengan merata tanpa dibilas

dengan air. (1 menit untuk kedua tangan)

11        Pastikan posisi tangan di atas dan biarkan air menetes melalui siku

12        Cuci tangan slesai, keringkan tangan dengan handuk steril

 

C.        Menggunakan Gaun Steril Untuk Operasi

Prosedur

Page 40: Makalah Struma

1          Ambil gaun bedah steril, dengan cara memegang bagian leher angkat

dengan kedudukan tangan setinggi bahu

2          Pegang bagian leher dengan tangan setinggi bahu dengan menjaga bagian

dalam tetap menghadap pemakai

3          Kibaskan gaun dan bersamaan dengan itu masukan tangan kedalam lengan

gaun dengan tetap menjaga ketinggian setinggi bahu

4          Petugas yang tidak steril mengambil bagian dalam dari gaun dan menarik

kebelakang untuk merapikan dan harus menutup seluruh bagian belakang

pemakai, serta mengikatkan tali gaun dengan rapi.

5          Pemakaian gaun selesai

 

D.        Menggunakan Sarung Tangan steril:

Prosedur

1          Tangan berada di dalam gaun bedah saat menjemput sarung tangan yang

terlipat keluar

2          Dengan dibantu tangan sebelah yang masih berada di dalam lengan gaun

pakai sarung tangan yang satu

3          Dengan tangan yang sudah bersarung pakai sarung tangan yang satunya

lagi

4          Pemakaian sarung tangan selesai

 

 

 

III.       Prosedur Tindakan Operasi Strumektomi

Page 41: Makalah Struma

Prosedur operasi dibagi menjadi tiga yaitu: pre operasi, intra operasi dan pos

operasi.

A. Pre Operasi

•           Persiapan brankar untuk menerima pasien dengan mempersiapkan:

-           Sprai

-           Plastik/kain kedap air ditaruh dibagian atas (daerah kepala sampai leher)

-           Slimut

-           Baju oprasi dan topi.

•           Menerima pasien / timbang terima di ruang timbang terima:

-           Mencocokan nama pasien antara lest dengan gelang pasien

-           Memindahkan pasien ke brankar

-           Mengganti baju pasien dan memakaikan topi

-           Mengecek perlengkapan / persiapan oprasi sesuai dengan chek list

-           Mendorong pasien ke ruang oprasi (Ok 6)

 

B. Intra Operasi

Pelaksanaan tindakan pembedahan intra operatif dimulai dari pasien dipasang

monitor dan dilakukan tindakan pembiusan oleh dokter anastesi, urutan

pembedahan meliputi:

•           Pasien telah dipasang monitor dan dilakukan pembedahan kemudian

pasien dipasang arde dengan benar.

•           Operator, asisten dan instrumen melakukan cuci tangan prosedural,

pemakaian jas oprasi dan sarung tangan steril, (sesuai dengan cara diatas)

•           Memberikan preparasi set kepada operator:

-           Mangkok cina berisi betadine

Page 42: Makalah Struma

-           Kom steril berisi dan 3 lembar kasa

-           Yoderem klem

•           Bersama-sama oprator melakukan draping:

-           Dua duk kecil dibentuk segi tiga dan segi empat digabung dimasukan di

bawah kepala pasien, duk segi tiga untuk menutup kepala pasien.

-           Pasang duk besar untuk menutup badan pasien

-           Pasang duk kecil disebelah kanan dan kiri kepala pasien

-           Pasang duk besar untuk lapisan badan yang kedua

-           Semua duk dipiksasi dengan duk klem

 

•           Mendekatkan meja instrumen kedekat pasien dan mempersiapkan alat-

alat:

-           Memasang ESU

-           Memasang section

-           Kabel dan selang dipiksasi didaerah perut dan dengan aman serta

terjangkau.

•           Langkah-langkah pembedahan:

Langkah Pembedahan (Alat / Bahan yang Digunakan)

1          Incici kulit leher          (Bisturi no 15 beserta tangkainya, pincet cirurgy.

2          Buka sub kutis            (Pincet cirurgy, kasa dan pean bengkok dan ESU

3          Membuka fasia            (Pincet cirurgy, kasa, darem gas, pean bengkok,

ESU, kokher dan gunting jaringan

4          Membuka otot (Pean bengkok, pincet.

5          Exsplorasi tumor         (Elis klem, pean bengkok, ESU, pincet cirurgy,

gunting jaringan, suktion, kasa/darem gas.

Page 43: Makalah Struma

Pembuluh darah kecil dikoter sedangkan pembuluh darah besar dilakukan ligasi

dengan ikat benang side 2/0.

6          Massa terangkat          (Pemeriksaan PA

7          Pencucian luka            (Nacl 0,9%, suction

8          Memasang drain          (Ngt no 16, pean bengkok, mes no 15.

9          Mengikat drain            (Nedle holder, benag side 2/0, pincet cirurgy, jarum

cating dan gunting benang

10        Jahit otot         (Nedle holder, pincet cirurgy, gunting benang, plain 2/0,

jarum otot.

11        Jahit Fasia       (Nedle holder, pincet cirurgy, gunting benang, dexson 2/0

12        Jahit subkutis  (Nedle holder, pincet cirurgy, gunting benang, dexson 2/0

13        Jahit kulit secara subkutikuler Nedle holder, pincet cirurgy, gunting

benang, dexson 4/0

14        Membersihkan luka dan sekitarnya     Kasa basah

15        Tutup luka       Sofratule, kasa steril, plester/hypapik.

16        Memasang penampung drain  Botol plabot kosong

17        Oprasi selesai  Pasien dibereskan

 

C.        Post Operasi:

1.         Cek alat dan bahan habis pakai:

a.            Linen kotor dimasukan ketempatnya.

b.         Cek alat,kasa dan darem gas, dan jarum eating

c.            Jarum dan bisturi dimasukan kedalam tempat khusus

d.         Lakukan pencucian alat/instrumen

e.         Instrumen dikembalikan ke ruang seting alat

Page 44: Makalah Struma

2.             Melepas gaun oprasi:

a.            Minta bantuan orang lain untuk melepsas ikatan tali gaun

b.         Melepas gaun oprasi dengan cara menarik kearah depan

c.         Melepas kedua tangan dan gulung gaun oprasi dari daerah tali ke daerah

yang tidak menempel pada tubuh kita, sehingga akan terjadi posisi

dimana gaun yang menempel pada tubuh kita berada diluar gulungan

d.         Menggulung gaun oprasi dari daerah leher gaun kebawah

e.            Meletakkan gaun oprasi ketempat yang disediakan

3.         Pasien mulai sadar dilakukan exstubasi dan penghisapan lendir kemudian

pasien dibawa ke ruang RR untuk observasi.

4.         Ruangan dibersihkan dengan dipel satu arah mulai dari pinggir ketengah

dengan menggunakan cairan presept (0,2%).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 45: Makalah Struma

Pembesaran (struma) thyroidea sedang lazim ditemukan, tampil dalam sekitar

10 persen dari semua wanita daam area geografi yang tidak kekurangan yodium.

Kebanyakan struma seluruh dunia akibat defisiensi yodium, langsung atau akibat

makan goitrogen dalam hal diet aneh pada area dunia tertentu. Keadaan klinik ini

tampil tanpa kesulitan dalam diagnosis atau penatalaksanaan. Banyak bentuk lain

pembesaran thyroidea yang menampilkan kesulitan dalam diagnosis dan

penatalaksanaan serta alogoritma klinik telah dibentuk untuk membantu pemeriksaan

dan terapi.

Apabila pada pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul maka

pembesaran ini disebut struma nodosa. Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda

hipertiroidisme disebut struma nodosa non toksik. Kelainan ini sangat sering

dijumpai bahkan dapat dikatakan bahwa dari semua kelainan tiroid, struma nodosa

non toksik merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. Gondok endemik

paling sering di daerah-daerah dengan defisiensi yodium. Penurunan produksi

hormon tiroid mengahasilkan penongkatan TSH  kompensatoar dengan akibat

hiperplasia dan hipertropi kelenjar, serta keadaan eutiroid. Terutama pada wanita,

umumnya timbul sekitar pubertas

3.2 Saran

Diharapkan bagi mahasiswa keperawatan dapat menerapkan asuhan

keperawatan kepada pasien struma serta impilkasi keperawatannya sehingga masalah

dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Daucgh, patricik , at glance.2002. ilmu penyakit dalam. Jakarta : erlanga

medicine

Page 46: Makalah Struma

Sjamsuhidayat, R, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1998, hal 926-935.

Kaplan, Edwin. L, Thyroid and Parathyroid, in Principles of Surgery, New

York, 1994, page : 1611-1621.

Johan, S. M. 2006. Nodul tiroid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,

Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI

Djokomoeljanto, R. 2006. Kelenjar tiroid, hipotiroidisme, dan

hipertiroidisme. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III, Edisi IV. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI

Wijayahadi, Y., Marwowinoto, M., Reksaprawira., Murtedjo, U. 2000.

Kelenjar Tiroid: Kelainan, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Seksi Bedah

Kepala & Leher, Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga. Surabaya: Jawi Aji Surabaya