Makalah Strabismus Fix

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strabismus merupakan efek penglihatan kedua mata tidak tertuju pada satu obyek, yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus satu obyek, pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir kearah dalam, luar, atas, atau bawah.seseorang dengan mata juling tidak dapat melihat suatu obyek dengan kedua mata secara serentak. Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebab strabismus/juling. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila otot itu tidak bekerja normal, maka kedua mata itu tidak berfungsi secara seimbang. Sehingga jika diantara otot atau saraf yang tidak normal, keadaan itu bisa menyebabkan seorang menjadi juling. Ada pula kasus juling akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman toksoplasma tidak dimasak dengan baik. B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari strabismus ? 2. Apa sajakah etiologi dari strabismus ? 1

description

strabismus

Transcript of Makalah Strabismus Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangStrabismus merupakan efek penglihatan kedua mata tidak tertuju pada satu obyek, yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus satu obyek, pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir kearah dalam, luar, atas, atau bawah.seseorang dengan mata juling tidak dapat melihat suatu obyek dengan kedua mata secara serentak.Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebab strabismus/juling. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila otot itu tidak bekerja normal, maka kedua mata itu tidak berfungsi secara seimbang. Sehingga jika diantara otot atau saraf yang tidak normal, keadaan itu bisa menyebabkan seorang menjadi juling. Ada pula kasus juling akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman toksoplasma tidak dimasak dengan baik.B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari strabismus ?

2. Apa sajakah etiologi dari strabismus ?3. Bagaimana patofisiologi terjadinya strabismus ?

4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien strabismus ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari strabismus.

2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya strabismus.3. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya strabismus.4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan strabismus.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISIStrabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau memandang pada dua titik yang berbeda.Dalam keadaan normal, kedua mata kita bekerja sama dalam memandang suatu obyek. Otak akan memadukan kedua gambar yang dilihat oleh kedua mata tersebut menjadi satu gambaran tiga dimensi yang memberikan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman (depth perception). Ada beberapa jenis strabismus yang bisa kita amati langsung dengan meminta pasien memandang lurus ke depan. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau ke atas (hipertropia).B. ANATOMIa.Otot dan Persyarafan Gerakan Mata dikontrol oleh enam otot ekstrim okular yaitu :1. Empat Otot rektus Muskulus Rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersyarafi oleh saraf ke III {Okulomotor} Muskulus Rektus lateral, kontaksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola mata kearah temporal & otot ini dipersyarafi oleh saraf ke IV {Abdusen} Muskulus Rektus superior,kontraksinya akan menghasilkan Elevasi, Aduksi & Intorsi bola mata dan otot ini dipersyarafi ke III Muskulus rektus Inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi dan pada abduksi, dan abduksi 23 pada depresi otot ini dipersyarafi ke III2. Dua Otot Obligus Muskulus Obligus superior,kontraksinnya akan menghasilakn depresi intorsi bila berabduksi 39 ,depresi sat abdusi 51 dan bila sedang depresi akan berabduksi .otot ini dipersyarafi saraf ke IV (troklear) Muskulus Obligus inferior ,dngn aksi primernya ekstorsi dlm abduksi sekunder oblik inferior adlah elevasi dlm abduksi.otot ini dipersyarafi saraf ke III

b. FasiaOtot rektus dan oblik diselubungi fasia.didekat titik intersi otot-otot ini, Fasia melanjutkan diri menjadi kapsul Tenon yg terdapat diantara sklera & konjungtiva, fasia yg menyatu dengan struktur tulang orbita berfungsi sebagai ligamen pengontrol otot-otot ekstraokuler dan membatasi rotasi bola mata.C. FISIOLOGIa. Aspek Motorik Fungsi masing masing otot :1. Musculus Ralateralis mempunyai fungsi tunggal untuk abduksi mata 2. Musculus Rektus medialis untk aduksi ,sedang otot yg lain mempunyai fungsi primer & sekunder tergantung posisi bola mata.OtotKevia primerKerja sekunder

Rektus lateralabduksi-

Rektus medialabduksi-

Rektus superiorelavasiAduksi,intorsi

Rektus inferior depresiAduksi,ekstorsi

Oblik superiordepresiIntorsi,abduksi

Oblik inferiorelavasiEkstorsi,abduksi

Pergerakan dua bola mata (Binokuler) :1. Hukum HeringPada setiap arah gerakan mata secara sadar ,maka otot2 yg berpasangan akan terdapat sejumlah rangsangan dalam jumlah yg sama besr sehingga menghasilkan gerakan yg tepat & lancer.2. Yoke MusclesPada setiap gerakan mata yang terkoordinir ,otot dari satu mata akan berpasaangan dengan otot mata yang lain untuk menghasilkan gerakan mata dalam 6 arah kordinalGanguan pergerakan :Bila terdapat satu atau lebih otot mata yang tidak dapat mengimbabgi gerakan otot mata lainnya maka akan terjadi gangguan keseimbangan gerakan mata sumbu penglihatan akan menyilan mata menjadi strabismus,diplopia.a. Tonus yang berlebihanb. Paretic /paraliticc. Hambatan mekanikD. ETIOLOGI1. Faktor Keturunan

Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.

2. Kelainan Anatomi Kelainan otot ekstraokuler

a. Over development

b. Under development

c. Kelainan letak insertio otot3. Gangguan pada saraf kranial III, IV Troklearis, atau VI (abdunces)

4. Kelainan dari tulang-tulang orbitala. Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.

b. Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.

c. Fovea tidak dapat menangkap bayangan.

d. Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.

e. Kelainan SensorisE. KLASIFIKASIMenurut Arah Deviasi 1. Exotropia (Strabismus Divergen)1. Frekuensi lebih sedikit daripada esotropia

2. Sering suatu exotropia dimulai dari exoforia yang kemudian mengalami progresifitas menjadi intermittent exotopia yang pada akhirnya menjadi exotropia yang konstan, bila tidak diberi pengobatan

3. Paling sering terjadi monokuler, tetapi mungkin pula alternating.

4. Pengobatan : tergantung penyebabnya, yang sering kasus ini memerlukan tindakan operasi. 2. Esotropia Non Paralytic (Comitant) Non Akomodatif Esotropia Dibagi menjadi :

Esotropia Infantil

Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat batasan, maka terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan. Penyebab belum diketahui secara pasti. Esotropia Didapat Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi. Sudut strabismusnya mula-mula lebih kecil daripada esotropia kongenital tetapi akan bertambah besar. Esotropia Miopia

Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk memandang jauh, yang lambat laun akan untuk memandang dekat.

Tanda klinik :

o Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok pada satu mata (anisometropia).

o Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua mata.

o Pengobatan :

Oklusi : tujuannya adalah menyamakan visus kedua mata yang ditutup ialah mata yang baik. Oklusi ini dapat dikombinasikan dengan Orthoptica untuk mengembagkan fungsi binokuler

Operasi

Akomodatif Esotropia

Terjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi ada divergensi fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata supaya tetap lurus.

Ada 2 mekanisme patofisiologi yang terjadi :

a. Hiperophia tinggi yang memerlukan akomodasi kuat agar bayangan menjadi jelas, sehingga timbul esotropia.

b. Rasio KA/A yang tinggi, yang mungkin disertai kelaina refraksi.Kedua mekanisme ini dapat timbul pada satu penderita Esotropia akomodatif karena hiperophia Hiperophia ini khas, timbulnya pada usia 2-3 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada bayi / usia yang lebih tua Esotropia akomodatif karena rasio KA/A yang tinggi Terjadi reaksi knvergensi abnormal sewaktu sinkinesis dekat. Kelainan refraksinya mungkin bukan hiperophia, meskipun sering ditemukan hiperophia sedang.

Karena penyebabnya hypermetropia, maka pengobatannya adalah kacamata. Bila pengobatan ditunda sampai dari 6 bulan dari onsetnya, sering terjadi amblypobia. Untuk amblypobia pengobatannya dengan oklusi terlebih dahulu.

3. Hypotropia Deviasi

Satu mata kebawah yang nyata dengan pemberian nama deviasi vertical berdasarkan kedudukan mata mana yang lebih tinggi tanpa memperhitungkan penyakit spesifik yang menyebabkan arah pandangan satu mata ke bawah (juling ke bawah).

4. Hypertropia

juling ke atas Deviasi satu mata keatas yang nyata Penyebab : Kelainan anatomi congenital. Pelekatan pita fibrosa abnormal Cidera kepala tertutup Tumor orbita, kerusakan batang otak dan penyakit sistemik seperti miastemia gravis ,sklerosis multiple dan penyakit grave.F. MANIFESTASI KLINIS1. Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata tidak lurus atau tidak terlihat memandang ke arah yang sama seperti mata sebelahnya. Kadang-kadang anak-anak akan memicingkan/menutup sebelah matanya saat terkena sinar matahari yang terang atau memiringkan kepala mereka agar dapat menggunakan kedua matanya sekaligus.

2. Anak-anak yang menderita strabismus sejak lahir atau segera sesudahnya, tidak banyak mengeluhkan adanya pandangan ganda. Tetapi anak-anak yang mengeluhkan adanya pandangan ganda harus diperiksa dokter spesialis mata anak dengan seksama. Semua anak seharusnya diperiksa oleh dokter spesialis mata anak sejak dini terutama bila dalam keluarganya ada yang menderita strabismus atau ambliopia.G. Patofisiologi

Strabismus dapat disebabkan ketika saraf kranial III (oculomotor), IV (troklearis), atau VI (abducens) memiliki lesi. Sebuah strabismus disebabkan oleh lesi di salah satu dari hasil saraf pada kurangnya persarafan ke otot mata dan menghasilkan perubahan posisi mata. Strabismus mungkin merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti CN VI sangat rentan terhadap kerusakan dari pembengkakan otak, seperti berjalan di antara clivus dan batang otak. [2] Tanda utama dari strabismus adalah misalignment terlihat dari mata, dengan satu mata balik dalam, keluar, atas, bawah atau pada sudut miring.Ketika misalignment dari mata besar dan jelas, strabismus disebut "besar-angle," mengacu pada sudut deviasi antara garis pandang dari mata lurus dan bahwa mata sejajar. Ternyata mata kurang jelas disebut kecil-sudut strabismus.Biasanya, konstan besar sudut strabismus tidak menyebabkan gejala seperti ketegangan mata dan sakit kepala karena hampir tidak ada upaya oleh otak untuk meluruskan mata. Karena itu, besar sudut strabismus biasanya menyebabkan ambliopia parah di mata berubah jika dibiarkan tidak diobati.Dalam kebanyakan kasus, satu-satunya pengobatan yang efektif untuk giliran mata konstan adalah operasi strabismus. Esotropia (mata juling) perlu dirawat sejak dini untuk mencegah ambliopia. Kasus kurang terlihat kecil-sudut strabismus lebih mungkin menyebabkan gejala visual mengganggu, terutama jika strabismus adalah intermiten atau bolak-balik. Selain sakit kepala dan ketegangan mata, gejala mungkin termasuk ketidakmampuan untuk dibaca dengan nyaman, kelelahan ketika membaca dan tidak stabil atau "gelisah" visi. Jika kecil-sudut strabismus konstan dan unilateral, dapat menyebabkan amblyopia signifikan pada mata yang berdeviasi.Kedua strabismus sudut- besar dan kecil-sudut psikologis dapat merusak dan mempengaruhi harga diri anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi, karena mengganggu kontak mata normal dengan orang lain, sering menyebabkan rasa malu, kemarahan,dan kecanggunganH. WOC

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. E-chart / Snellen Chart

Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.

2. Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara

a. Objektif dengan optal moschope

b. Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya

c. Dengan oklusi / menutup cat mata

3. Menentukan anomaly refraksiDilakukan retroskopi setelah antropinisasidengan atropin 0,5 % - 1 %

4. Retinoskopi

Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi setelah atropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti pada orang dewasa.

5. Cover Test : menentukan adanya heterotropia

6. Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria

7. Hirsberg Test

Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea.

Cara :

a. Penderita melihat lurus ke depan

b. Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua mata pederita.

c. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.8. Prisma + cover testMengubah arah optic garis pandang9. Uji Krimsky

Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakkan ditengah cahaya refleks kornea dengan prisma.10. Pemeriksaan gerakan mataa. Pemeriksaan pergerakan monokuler

Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui .kelemahan seperti ini biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic.

b. Pemeriksaan pergerakan binokuler

Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea ,kedua objek akan terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.J. PENTALAKSANAAN1. Orthoptic

a. Oklusi

b. Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliop.oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai cara.

a. Pleotic

b. Obat-obatan

c. Latihan dengan synoptophone2. Memanipulasi akomodasi

a. Lensa plus / dengan miotik

Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai

b. Lensa minus dan tetes siklopegik

Merangsang akomodasi pada anak-anak3. Penutup Mata

Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahunPrisma

4. Suntikan toksin botulin

5. Operatif

a. Recession : memindahkan insersio otot

b. Resertion : memotong otot ekstraokulerBAB III

ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian 1. Biodata : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Alamat, Pendidikan2. Keluhan utama :Merasa mata tidak lurus, sakit kepala, mata seperti melihat ganda3. Riwayat penyakit sekaranga. Penyimpangan pengihatanb. Penggunaan kacamata dengan kelainan ruang yang jauh antara mata kanan dan kiric. Adanya trauma matad. Terlihat mata ambliopia dan histagmuse. Mata hipermetropi4. Riwayat penyakit dahuluAdanya penyakit DM, stroke, hipertensi, trauma kepala, infeksi mata, pengobatan lase.5. Riwayat penyakit keluargaAdanya DM, stroke, hipertensi, strabismus.B. Pengkajian fisik penglihatansinistradextra

Kelopak matasimetrissimetris

konjugtivaWarna Pink (merahmuda)Warna Pink (merah muda)

skleraputihPutih

Bola mataNormal Abnormal

pupilisokorisokor

irisWarna CoklatWarna coklat

lensajernihjernih

1. Pengkajian Ketajaman PenglihatanDilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji hitung jari dari jarak 6 meter. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter. Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji dengan arah sinar. Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total. Penilaian Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan adalah 1/300. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adnya sinar pada jarak tidak terhingga.

2. Pemeriksaan Gerakan Mata

Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan( pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di namakan eksoforia; kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia. Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke lateral ke kedua sisi( sepanjang sumbu horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing membentuk sumbu 60 derajat dengan sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama transisi dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini bias juga terjadi bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain.3. Pengkajian Lapang Pandang, pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketia benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan kearah lirikannya.

C. Pemeriksaan Fisik Mata1) Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata2) Buku Mata, posisi dan distribusinya3) Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.4) Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.5) Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.D. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan Sensori yang berhubungan dengan kerusakan otot pengerak mata.

2. Gangguan Citra tubuh yang berhubungan dengan kelainan arah bola mata.3. Resiko Cidera yang berhubungan dengan bayangan yang datang tidak jelas/ganda.

E. Intervensi dan Rasional1. Gangguan Sensori yang berhubungan dengan kerusakan otot pengerak mata.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam gangguan persepsi sensori dapat teratasi.

Kriteria hasil :

a. Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individub. Mengenai gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.c. Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Intervensi :

a. Tentukan ketajaman dan kerusakan otot penggerak mata.Rasional : Apakah bilateral atau hanya satu mata sehingga memudahkan menentukan prosedur yang tepat untuk melakukan intervensi lanjutan.b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanyaRasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan2. Gangguan citra tubuh perubahan penampilan mata sekunder terhadap strabismus / juling.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam gangguan citra tubuh dapat teratasi.

Kriteria hasil :a.Menggunakan dan mendemontrasikan penerimaan penampilan.

b. Mendemontrasikan keinginan dan kemampuan untuk mengambil perawtan diri / tanggung jawab peran.

Intervensi :

a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.

Rasional :Untuk mengurangi antisietas dan mengidentifikasi gangguan citra tubuhnya.

b. Penjelasan berbagai kesalahan konsep individu terhadap perawatan diri atau memberi perawatan.

Rasional : Agar pasien mampu melakukan perawatan diri

c. Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional, dukung keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.

Rasional : keluarga mampu memahami kondisi pasien

d. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman sama

Rasional : memulihkan kepercayaan diri.3. Resiko cedera berhubungan dengan penglihatan ganda (diplopia)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak terjadi cedera lagi.

Kriteria hasil :

a. Tidak terjadi cedera pada mata.

b. Mampu melakukan aktivitas dengan aman di lingkungannya.

Intervensi :

a. Orientasikan pasien pada lingkungan.

Rasional :

Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.

b. Bantu pasien menata lingkungan, jangan mengubah penataan meja kursi tanpa di orientasikan pada pasien terlebih dahulu.

Rasional:

Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan cedera.

c. Anjurkan menggunakan perisai metal atau kacamata bila diperintahkan.

Rasional:

Tameng logam / kacamata melindungi mata terhadap cedera.

BAB IVPENUTUPA. KesimpulanStrabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau memandang pada dua titik yang berbeda. Etiologi dari strabismus antara lain :

1. Faktor Keturunan2. Kelainan Anatomi 3. Kelainan pada vascial structure 4. Kelainan dari tulang-tulang orbita5. Kelainan Inervasi .B. SaranBanyak di Negara kita kasus dengan gangguan mata tersebut yaitu strabismus atau diketahui yaitu mata juling dan kita anggap suatu kecacatan padahal gangguan mata yang satu ini bisa kita normalkan kembali dengan cara operasi. Kita tidak harus malu dengan gangguan mata ini karena tidak mustahil kita bisa sembuh dari gangguan mata iniDaftar PustakaNs. Anas Tamsuri, S.Kep.2010.Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Prof. Dr Sidarta Ilyas,dkk. 2002. Ilmu penyakit mata. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Strabismus (Juling)

Kelainan tulang-tulang orbital

Bentuk dan orbital abnormal

Gangguan saraf III, IV troklearis, atau VI Abdunces

MK : Gangguan sensori penglihatan

Sinyal ke otak terganggu

Bayangan yang datang tidak jelas/ganda

Susunan reseptor terganggu

Terjadi aniseikonia

MK : Ganguan Citra tubuh

Faktor Keturunan

Fovea tidak bisa mengoreksi bayangan yang datang

Penyimpangan bola mata

Panjang otot bola mata tidak sama

Arah bola mata tidak sama

Mk : Resiko cidera

Kelainan Anatomi

Lesi disalah satu syaraf

Kurangnya persyarafan ke otot

Perubahan posisi mata

20