MAKALAH SPAI

download MAKALAH SPAI

of 14

Transcript of MAKALAH SPAI

FENOMENA KEPALA DAERAH DAN ANGGOTA LEGISLATIF WANITA DI INDONESIA DALAM PANDANGAN ISLAMMAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama IslamDosen Pengampu : Dr. Syahidin, M.Pd

Oleh :Iman Firmansyah1102823Dimas Sukma Batara 1105734Sri Rahayu 1103178

PROGRAM STUDI FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN FISIKAFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2014KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Fenomena Kepala Daerah dan Anggota Legislatif Wanita di Indonesia dalam Pandangan Islam ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI).Kini banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi kepala daerah atupun menjadi anggota legislatif di berbagai daerah di Indonesia. Termasuk juga kaum hawa. Telah terbukti di beberapa daerah di Indonesia bahwa wanita pun bisa terpilih untuk menjadi kepala daerah ataupun anggota legislatif. Namun fenomena ini menimbulkan kontroversi dalam pandangan Islam karena dalam Islam, laki-laki lah yang seharusnya menjadi pemimpin. Oleh karena itu makalah ini berisi pembahasan mengenai fenomena tersebut, dimulai dari pandangan pemimpin dalam Islam hingga pandangan ormas Islam mengenai kepemimpinan oleh wanita. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :1. Ayah dan Ibu tercinta atas doa dan dukungannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini2. Dr. Syahidin dan. Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI) karena atas bimbingannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.3. Rekan-rekan Fisika C 2011 yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaiakan makalah ini.Penulis pun sadar bahwa tentu saja masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, Januari 2014

PenulisBAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTelah disebutkan dalam Al-Quran bahwasanya manusia diturunkan ke muka bumi untuk menjadi khalifah. Secara jelas dikemukakan pula dalam Al-Quran bahwa Allah menciptakan laki-laki sebagai pemimpin untuk perempuan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S An-Nisa ayat 34 yang terjemahannya sebagai berikut : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan mereka (laki-laki) atas sebahagiaan yang lain (wanita), dank arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Oleh karena Allah telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Dari ayat tersebut jelas terlihat bahwa dalam hal apapun, laki-laki lah yang harus menjadi pemimpin.Namun fenomena yang terjadi saat ini di Indonesia, banyak wanita yang terpilih menjadi kepala daerah, baik itu walikota, bupati, ataupun gubernur dan juga sebagai anggota legislatif. Sebut saja walikota Surabaya yaitu Tri Rismaharani yang terpilih pada pilkada walikota Surabaya tahun 2009. Tentu apabila bercermin pada ayat di atas, hal ini tidaklah sesuai.Atas dasar hal tersebut, penulis ingin mengkaji bagaimana pandangan Islam terhadap wanita yang menjadi kepala daerah dan caleg. 1.2 JudulJudul dari makalah ini adalah Fenomena Kepala Daerah dan Anggota Legislatif Wanita di Indonesia dalam Pandangan Islam .

1.3 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :A. Bagaimana pandangan Islam terhadap wanita yang menjadi pemimpin.?B. Bolehkan dalam Islam wanita yang menjadi kepala daerah.?

1.4 Tujuan PenulisanSejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui pandangan Islam terhadap wanita yang menjadi pemimpin dan boleh atau tidaknya dalam Islam apabila wanita menjadi kepala daerah ataupun anggota legislatif.

1.5 Manfaat PenulisanMakalah ini disusun dengan harapan dapat menambah wawasan pembaca mengenai kepemimpinan wanita dan hukumnya dalam pandangan Islam.

1.6 Metode PenulisanMetode pengkajian makalah ini adalah dengan melakukan kajian pustaka untuk mendapatkan landasan teori mengenai kepemimpinan dalam Islam. Kemudian dilakukan wawancara terhadap beberapa ormas Islam di Indonesia (Cabang Kota Bandung) untuk meminta pendapat ormas tersebut mengenai fenomena kepala daerah dan anggota legislatif wanita di Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASANA. PENGERTIAN PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINDalam Islam pemimpin disebut dengan Khalifah. Khalifah (Ar.: Khaliifah adalah wakil, pengganti atau duta). Sedangkan secara itilah Khaliifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT , memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinanRasulullahSAW . Dari pengertian diatas jelas bahwa pemimpin menurut pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan begitu saja namun seorang pemimpin harus mewajibkan kepada rakyatnya untuk melaksanakan apa saja yang terdapat dalam syariat Islam walaupun bukan beragama Islam. Serta mempengaruhi rakyatnya untuk selalu mengikuti apa yang menjadi arahan dari seorang pemempin. Sedangkan kepemempinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga apa yang menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang lain guna mencapai tujuan yang menjadi kesepakan antara pemimpin dengan rakyatnya.B. SYARAT-SYARAT PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAMPemimpin yang sukses mengurusi umat menurut pandangan Islam, bukan hanya manusia yang memiliki ilmu ketatanegaraan dan punya pengalaman, tetapi diperlukan beberapa syarat yang banyak. Diantaranya, muslim, baligh, berakal, merdeka, berilmu, pria dan sebagainya. Berikut keterangannya secara ringkas:1. MuslimSeorang pemimpin disyaratkan harus seorang muslim, karena merekalah pemegang amanat dan keadilan. Allah berfirman:.(ayat )Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yangberiman di antara kamu dan mengerjakan amal-amalyang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akanmenjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimanaDia telah menjadikan orang-orang yang sebelummereka berkuasa.(QS. An-Nur: 55).Dan orang non muslim tidak boleh mengemban kepemimpinan, Allah berfirman:.ayatJanganlah orang-orang mumin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mumin.(QS. Ali-Imron: 28).(Baca surat Al-Maidah: 51, At-Taubah: 23 dan Al-Mumtahanah: 1).2. BerilmuSeorang pemimpin harus memiliki ilmu tentang hukum-hukum syariat Islam dan juga ilmu politik dalam mengatur urusan manusia. Allah berfirman:. ayatNabi (mereka) berkata: Sesungguhnya Allah telahmemilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luasdan tubuh yang perkasa.(QS. Al-Baqarah: 247).Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalamTafsirrnya (1/264): Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki ilmu dan kekuatan badan.Imam Syaukani berkata: Apa yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin ketika mendapati problematika rakyat apabila dia seorang yang jahil? Minimal dia akan diam dan bertanya kepada orang alim padahal dia tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak demikian, Allah memeritahkan pada seorang pemimpin, tetapi hendaknya dia memutuskan masalah dengan kebenaran dan keadilan. . .. (Nailul Authar8/618). 3.Laki-LakiAllah berfirman:.ayatKaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).(QS. An-Nisa:34).Dan Imam Bukhari meriwayatkan dalamShahihnya (no. 4073) dari Abu Bakrah ssgi berkata: Tatkala ada berita sampai kepada Rasulullahshallallahu alaihi wa sallambahwa penduduk Persia menyerahkan kepemimpinan kepada putri Qaisar, maka Nabishallallahu alaihi wa sallambersabda:.ayatTidak akan beruntung suatu kaum, bila merekamenyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.Imam Al-Baghawi dalamSyarh Sunnah(10/77): Para ulama bersepakat bahwa seorang wanita tidak boleh menjadi pemimpin, karena seorang pemimpin dia perlu keluar menegakkan perintah jihad serta urusan kaum muslimin dan menyelesaikan pertikaian manusia, sedangkan wanita adalah aurat, tidak boleh menampakka diri, dia juga lemah untuk mengurus segala kepentingan. Dengan demikian, maka tidak layak mengemban kepempinan kecuali kaum laki-laki.4.Sehat fisikDalam halaman yang sama Imam Baghawi juga mengatakan: Demikian pula seorang pemimpin tidak boleh buta matanya sebab dia tidak dapat membedakan orang yang sengketa. Adapun riwayat Nabi mengangkat Ibnu Ummu Maktum di Madinah dua kali, itu hanyalah kepemimpinan shalat, bukan masalah memutuskan dan menghakimi.

C. Hadits-hadits tentang Larangan Kepemimpinan Wanita

1.Dari Utsman bin Haitsam dari Auf dari Hasan dari Abi Bakrah berkata: Allah memberikan manfaat kepadaku dengan sebuah kalimat yang aku dengar dari Rasulullah SAW pada hari perang jamal, setelah aku hampir membenarkan mereka (Ashabul Jamal) dan berperang bersama mereka, ketika sampai kabar kepada Rasulullah SAW bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisra sebagai pemimpin, beliau bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada seorang wanita.

2.Dari Muhammad bin Mutsanna dari Khalid bin Harits dari Humaid dari Hasan dari Abi Bakrah berkata: Allah menjagaku dengan sesuatu yang kudengar dari Rasulullah SAW ketika kehancuran Kisra, beliau bersabda: Siapa yang menggantikannya? Mereka menjawab: Anak perempuannya. Nabi SAW bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannnya kepada seorang wanita.

Menurut Suyuthi dalam kitabnya Jamul Jawami hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Tirmidzi dan Nasai dari Abu Bakrah.

3.

Hancurlah laki-laki ketika mereka tunduk pada wanita. (Dikeluarkan oleh Thabrani, Ahmad dan Hakim dari Abi Bakrah)

C. Pandangan Ulama Terhadap Hadits Larangan Kepemimpinan Wanita

Jumhur ulama memahami hadis kepemimpinan politik perempuan secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk hadis tersebut pengangkatan perempuan menjadi kepala negara, hakim pengadilan dan berbagai jabatan politis lainnya, dilarang. Selanjutnya, mereka menyatakan bahwa perempuan menurut syara hanya diberi tanggung jawabuntuk menjaga harta suaminya. Oleh karenanya, al-Khattabi misalnya, mengatakan hawa seorang perempuan tidak sah menjadi khalifah.Demikian pula al-Syaukani dalam menafsirkan hadis tersebut berpendapat bahwa perempuan itu tidak termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, sehingga tidak boleh menjadi kepala negara. Sementara itu, para ulama lainnya seperti Ibn Hazm, al-Ghazali, Kamal ibn Abi Syarif dan Kamal ibn Abi Hammam, meskipun dengan alasan yang berbeda juga mensyaratkan laki-laki sebagai kepala negara. Bahkan Sayyid Sabiq mensinyalir kesepakatanulama (fuqaha) mengenai syarat laki-laki ini bagi kepala negara sebagai mana syarat bagi seorang qadi, karena didasarkan pada hadis seperti tersebut sebelumnya.Ada dua pandangan tentang kepemimpinan wanita dalam Fiqh Islam. Pendapat pertama melihat wanita tidak mempunyai hak sama sekali dalam berpolitik. Di antara dalil yang dipakai untuk menguatkan pendapat mereka adalah adanya ketentuan laki-laki adalah pemimpin (Al-Nisa 32 dan 34, Al-Baqarah : 228), larangan wanita untuk keluar rumah (Al-Ahzab : 33 dan 53), Nash Hadis yang mengatakan wanita kurang akal dan agama (HR Bukhari Muslim), Hadis Abu Bakrah, ketika Rasulullah mengetahui Kaum Parsi dipimpin oleh seorang wanita, Rasulullah Bersabda : Tidak akan bahagia suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada wanita (HR Bukhari Muslim).

Pendapat kedua dari sebagian besar ulama klasik dan kontemporer, memandang wanita memiliki hak berpolitik yang sama seperti laki-laki kecuali memegang pucuk pemerintahan (presiden), dengan beralasan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam Islam (Al-Baqarah:228, Al-Hujurat:13, Al-Taubah: 71 dan Al-Nur: 30-31). Alasan pendapat yang kedua bahwasanya wanita kapabel untuk berpartisipasi dalam wilayah politik, seperti bukti sejarah tentang suksesnya Ratu Bilqis yang memerintahkan Saba (Al-Naml : 32-34). Rasulullah juga mengakui suaka politik dari kaum wanita, seperti Ummu Hani dalam peristiwa Fath Mekkah, Rasulullah juga menerima baiat kaum wanita. Juga penyebaran dakwah Islam dengan periwayatan hadis yang dilakukan juga oleh kaum Muslimah seperti Aisyah ra...

D. Beberapa wanita yang pernah atau masih menjabat sebagai kepala daerah di Indonesiaa. Megawati Soekarnoputri (lahir diYogyakarta,23 Januari1947)Megawati Soekarnoputri adalahPresiden Indonesiayang kelima yang menjabat sejak23 Juli200120 Oktober2004. Ia merupakan presidenwanitaIndonesia pertama. Beliau juga merupakan ketua umum dari partai PDI-P.

b. Tri Risma Harini(lahir diKediri,Jawa Timur,20 November1961)

adalahWali Kota Surabayayang menjabat sejak 28 September 2010. Ia adalah wanita pertama yang terpilih sebagaiWali Kota Surabayasepanjang sejarahnya. Beliau diusung oleh partai PDI-P. Sebelum menjadi wali kota, Risma pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko) hingga tahun 2010. Risma merupakan seorang birokrat tulen, yang meniti karier sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kota Surabaya sejak dekade 1990-an.

c. Christiany Eugenia Paruntu (lahir di Minahasa, 25 September 1967 )Christiany Eugenia Paruntuyang akrab disapa Tetty Paruntu, terpilih jadi Bupati Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 yang lalu diusung Oleh Partai Golkar

d. Airin Rachmi Diany (lahir di Banjar, Jawa barat, 28 Agustus 1976)Airin Rachmi Diany menjabat walikota Tangsel Provinsi Banten sejak 20 April 2011 yang lalu. Airin sebelum terjun kedunia Politik berprofesi sebagai Notaris dan PPAT di Kabupaten Tangeran Provinsi Banten.

e. Ratu Atut Chosiyah(lahir di Serang Banten, 16 mei 1962)Ratu Atut Chosiyahadalah Gubernur Wanita Pertama di Indonesia, terpilih sebagai Gubernur Banten pada tahun 2007 - 2012, pada pilkada 2012 yang baru lalu berpasangan dengan Rano Karno Ratu Atut berhasil terpilih untuk kedua kalinya sebagai Gubernur Banten 2012-2017. Partai politiknya adalah Golkar.

f. Rina Iriani Sri Ratnaningsih ( lahir di karanganyar, jawa tengah, 3 juni 1962)Rina Iriani Sri Ratnaningsih adalah Bupati Karanganyar Jawa Tengah, menjadi Bupati Karanganyara 2 priode yaitu sejak terpilih pada priode 2003-200 dan terpilih untuk kedua kalinya priode 2008-2013.

g. Rita Widyasari(lahir diTenggarong,11 November1973)menjabat sebagai Bupati Kutai Kartanegra sejak 2010 hingga 2015, Rita adalah Putri kedua Mantan Bupati Kutai Kartanegara Syaukani Hasan Rais, sebelum menjabat Bupati Kukar Rita adalah Ketua DPRD Kukar hasil Pemilu 2009.h. dr. Hj. Widya Kandi Susanti, MM, CD ( lahir di Semarang, 26 Mei 1964)merupakan Bupati Kendal Jawa Tengah priode 2010 - 2015, Beliau merupakan satu-satunya kepala daerah yang menerima penghargaan ISAMBEA 2012 yang diterima beberapa pada bulan Maret 2012 dari Kementerian Koperasi yang diselenggarakan Majalah Wirausaha dan Keuangan bekerja sama dengan Bank BRI dan Pegadaian.( Bahan dan Data : www.kendalkab.go.id )

D. PembahasanPendapat ormas PERSIS dengan Bapak Drs.H. Dody S. Taruna, M.A, Ketua Bidang JamiyyahPada dasarnya PERSIS tidak setuju dengan pencalonan wanita sebagai kepala daerah dan kepala Negara. PERSIS tidak memilih wanita sebagai kepala daerah atau kepala Negara, namun jika akhirnya wanita terpilih menjadi kepala daerah atau kepala Negara PERSIS akan tetap mematuhi pemerintah. Terkait dengan adanya pencalonan wanita sebagai calon Legeslatif, PERSIS tidak masalah. Karena PERSIS beranggapan caleg ( yang akan menjadi anggota dewan perwakilan daerah) bukanlah pemimpin, jika kelak mereka terpilih, mereka akan menjadi penyampai suara rakyat ke pemimpin/ penentu kebijakan.PENDAPAT DARI ORMAS MUHAMMADIYAHMenurut Muhammadiyah, selama masih ada laki-laki, laki-laki sangat diutamakan untuk menjadi pemimpin, karena secara fisik danemosional lelaki cenderung lebih kuat. Di Muhammadiyah sendiri terdapat perbedaan pendapat mengenai wanita yang menjadi pemimpin seperti kepala daerah dan anggota legislatif, ada yang membolehkan karena adanya alasan tertentu dan ada yang tidak memperbolehkannya selama masih ada laki-laki. Sehingga di Muhammadiyah sendiri tidak ada kesepakatan ataupun fatwa yang jelas mengenai hal tersebut. Namun di Muhammadiyah sendiri pernah ada himbauan yang sifatnya tidak formal (bukan fatwa) yang berisi tentang himbauan untuk lebih memilih pemimpin ataupun anggota legislatif laki-laki daripada perempuan.