Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

31
Makalah : Ilmu Penyakit Dalam Dosen : dr. Lelly Marlina Mahmud SISTEM MUSKULOSKELETAL Oleh : Kelompok 3 NURDIN KOWA LD. IFAN RUFI FACHTOR RAHMAN LM. ACAL MANSIRI SECTYA NENDYA S FITRIA WULANDARI YULHIRDA ESTI WD. SITI NARNI LILI ASMIN NURNI AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2012

Transcript of Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Page 1: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Makalah : Ilmu Penyakit Dalam

Dosen : dr. Lelly Marlina Mahmud

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Oleh :

Kelompok 3

NURDIN KOWA

LD. IFAN RUFI

FACHTOR RAHMAN

LM. ACAL MANSIRI

SECTYA NENDYA S

FITRIA WULANDARI

YULHIRDA

ESTI

WD. SITI NARNI

LILI ASMIN

NURNI

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2012

Page 2: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi Fisisologi

Sistem Muskuloskeletal”.

Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah membaca

makalah ini yaitu dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam kehidurpan sehari-hari

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang

disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami

mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan memberikan kritik dan saran agar

makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.

Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik &

saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Sekian & terima kasih.

Raha, April 2012

Penyusun

Page 3: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………. 1

A. LatarBelakang………………………………………………………… 1

B. Tujuan………………………………………………………………… 1

C. RumusanMasalah…………………………………………………….. 1

D. Metode Penulisan……………………………………………………... 1

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………… 2

A. Pengertian Sistem Muskuloskeletal…………………………………... 2

B. Anatomi Fisiologi …………………………………………………….. 2

C. Penyakit – penyakit pada Sistem

Muskoloskeletal………………………………………….......……….. 14

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………… 25

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 25

B. Saran……………………………………………………….................. 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang banyaknya kira-kira

206 buah tulang yang satu sama lainnya saling berhubunga yang terdiri dari tulang kepala yang

berbentuk tengkorak ( 8 buah), tulang wajah (14 buah), tulang telinga dalam (6 buah), tulang

lidah (1 buah), tulang kerangka dada (25 buah), tulang belakang dan panggul (26 buah), tulang

anggota gerak atas (64 buah), tulang anggota gerak bawah (62 buah).

Fungsi utama Sistem Muskuloskeletal adalah menegakkan posture dan untuk pergerakan

Sedangkan fungsi otot adalah kontraksi dan menghasilkan gerakan-gerakan

bagian tubuh/Semua komponen bekerjasama untuk melakukan fungsi gangguan salah

satu komponen → mengganggu fungsi. Otot terdiri dari otot rangka, otot polos, dan otot

jantung.

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan

baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya,

sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang

diperantarainya.

B. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan dalam makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui devenisi musculoskeletal

2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi musculoskeletal

3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit pada system musculoskeletal

C. Rumusan Masalah

Berdasarka, tujuan makalah diatas, maka rumusan makalah dalam makalah ini adalah

1. Apakah devenisi sistem musculoskeletal?

2. Bagaimana anatomi fisiologi musculoskeletal?

3. Penyakit-penyakit apa saja pada system musculoskeletal?

D. Manfaat

Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat menambah

wawasan pengetahuan bagi penbaca, layaknya penyusun makalah ini dan dapat digunakan

sebagai referensi untuk perbaikan makalah ini kedepannya.

Page 5: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Muskuloskeletal

Sistem Muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan pengurus pergerakan.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Muskuloskeletal terdiri atas :

Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligament

Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi

1. Muskuler/Otot

1.1. Otot

Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung

Jenis-jenis otot

a. Otot Rangka

Merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang,

sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100

mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.

Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka

Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut

berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.

Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyaibanyak

nukleus ditepinya.

Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh denganbermacam-macam

organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjangdisebut dengan myofibril.

Page 6: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya.

Yang kasar terdiri dari protein myosin dan yang halus terdiri dari protein

aktin/actin.

b. Otot Polos

Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada

dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti

pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,urinarius, dan sistem sirkulasi darah.

Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.Serabut ini berukuran kecil,

berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluhdarah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita

hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.

Struktur Mikroskopis Otot Polos

Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen.

Jenis otot polos

Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi

untuk berkontraksi.

1. Otot polos unit ganda

Ditemukan pada dinding pembuluh darah besar,pada jalan udara besar traktus

respiratorik, pada otot mata yangmemfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran

pupil dan pada otot erektorpili rambut.

2. Otot polos unit tunggal (viseral)

Ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua

serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini

dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf

eksternal untuk hasildari aktivitas listrik spontan.

c. Otot Jantung

Merupakan otot lurik. Disebut juga otot seran lintang involunter. Otot ini hanya terdapat

pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung

jugamempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.

Struktur Mikroskopis Otot Jantung

Mirip dengan otot skelet

Page 7: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

1.2. Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous

protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau tot dgn otot.

1.3 Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung

yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkustulang dengan tulang yang diikat oleh

sendi.

Beberapa tipe ligamen :

a. Ligamen Tipis

Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di

siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.

b. Ligamen jaringan elastik kuning

Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat

sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

Fungsi sistem muskuler:

Pergerakan

Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak

dalam bagian organ internal tubuh.

Penopang tubuh dan mempertahankan postur.

Otot menopang rangka danmempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat

duduk terhadap gaya gravitasi.

Produksi panas.

Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panasuntuk mepertahankan

suhu tubuh normal.

2. Skeletal/Rangka

2.1. Tulang

Susunan tulang

Tulang kepala/tengkorak

Kerangka dada 25 buah

Tulang belakang dan pinggul 26 buah

Tulang anggota gerak atas 64 buah

Page 8: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Tulang anggota gerak bawah 62 buah

1. Tulang Tengkorak

Tengkorak otak

1. Kubah tengkorak, terdiri dari tulang-tulang:

Os frontal/ tulang dahi, terletak dibagian depan kepala

Os parietal/ tulang ubun-ubun, terletak ditengah kepala

Os oksipetal/ tulang belakang kepala

2. Dasar tengkorak, terdiri dari tulang-tulang:

Os sfenoidal/ tulang baji, terdapat ditengahasar tengkorak, bentuknya seperti kupu-

kupu yang memiliki 3 pasang sayap. Dibagian depan terdapat sebuah rongga yang

disebut kavum sfeinodalis yang berhubungan dengan rongga hidung. Dibagian

atasnya agak meninggi dan berbentuk seperti pelana (sela tursika).

Os etmoidal/ tulang tapis, terletak disebelah depan dari os sfeinodalis, diantara lekuk

mata, terdiri dari tulang tipis yang tegak dan mendatar. Bagian yang mendatar

mempunyai lubang-lubang kecilyaitu te,pat lalunya saraf pencium kehidung

sedangkan bagian yang tegak disebelah depannya membentuk sekat rongga hidung.

3. Samping tengkorak dibentuk oleh tulang pelipis (os temporal) dan sebagian dari tulang

dahi, tulang ubun-ubun, dan tulang baji. Tulang pelipis dibagian kiri dan kanan, terbagi

atas 3 bagian:

Bagian tulang karang (skuamosa), yang membentuk rongga-rongga yaitu rongga

telinga tengah dan dalam.

Bagian tulang keras (os petrosum) yang menonjol kebagian tulang pipi dan

mempunyai taju yang disebut prosesus stiloid

Page 9: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Bagian mastoid, terdiri dari tulang-tulang yang mempunyai lubang-lubang halus

berisi udara dan mempunyai taju, bentuknya seperti putting susu yang disebut

prosesus mastoid.

2 . Tengkorak wajah

Bagian hidung

Os lakrimal/ tulang air mata, terletek disebelah kiri/kanan pangkal hidung disudut mata

Os nasal/ tulang hidung, yang membentuk batang hidung sebelah atas

Os konka nasal/ tulang karang hidung , letaknya didalam rongga hidung, bentuknya

berlipat-lipat

Septum nasi/ tulang sekat ronggo hidung adalah sanbunga tulang tapis yang tegak

Bagian rahang

Os maksilaris (tulang rahang atas), terdiri dari tulang bagian kiri dan kanan menjadi stu

didalamnya terdapat lubang-lubang besar yang berisi udara yang disebut sinus

maksilaris yang berhubungan dengan rongga hidung.

Dibawah os maksilaris terdapat suatu taju tempat melekatnya urat gigi (prosesus

alveolaris)

Os zigomatikum/ tulang pipi, terdiri dari 2 tulang kiri dan kanan

Os palatum/ tulang langit-langit, terdiri dari 2 tulang kiri dan kanan, dibagian tulang

muka ini yang keras disebut palatum mole

Os mandibularis/ tulang rahang bawah, 2 buah kiri/ kanan dan menjadi 1 dipertengahan

dagu.

Os hyoid tulang lidah, letaknya agak terpisah dari tulang0tulang wajah yang lain yaitu

terdapat dipangkal leher diantara otot-otot leher.

2. Kerangka Dada

Kerangka dada dibentuk oleh susunan tulang yang melindungi rongga dada yang

terdiri dari tulang dada (sternum) : 1 buah, tulang iga (kosta) : 12 pasang, vertebra torakalis

: 12 ruas.

1. Tulang dada (sternum)

Tulang dada menjadi tonggak dinding depan dari toraks, bentuknya gepeng, dan sedikit

melebar, terdiri 3 bagian:

a. Manubrium sterni, bagian tulang dada sebelah atas yang membentuk persendian

dengan tulang selangka (klavikula) dan tulang iga.

b. Korpus sterni, bagian yang terbesar dari tulang dada dan membentuk persendian

dengan tulang-tulang iga.

Page 10: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

c. Prosesus xifoid, bagian ujung dari tulang dada.

2. Tulang Iga

Banyaknya 12 pasang kiri dan kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada

dengan perantaraan tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas

vertebra torakalis dengan perantaraan persendian. Tulang iga terdiri dari 3 macam:

a. Iga sejati (os kosta vera), 7 pasang, berhubungan langsung dengan tulang dada

dengan perantaraan persendian.

b. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), 3 pasang, berhubungan dengan tulang dada

dengan perantaraan tulang rawan dari tulang iga sejati ke7.

c. Tulang iga melayang ( os kosta fluitantes), 2 pasang, tidak mempunyai hubungan

dengan tulang dada.

3. Kerangka Tulang Belakang dan Gelang Panggul

3.1. Kerangka Tulang Belakang

Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh 33 buah

tulang dengan bentuk tidak beraturan. ke 33 buah tulang tersebut terbagai atas 5 bagian

yaitu:

1. Tujuh ruas pertama disebut tulang leher/vertebra servikalis. Ruas pertama dari

tulang leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros.

bentuk dari tulang atlas memungkinkan kepala untuk melakukan gerakan atau

goyangan “ya” atau goyangan “tidak”

2. Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung/vertebra torakalis. Ruas-

ruas tulang punggung pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat

melekatnya tulang rusuk

Page 11: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

3. Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang/vertebra lumbalis. Ukuran

tulang pinggang lebih besar dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang

pinggang menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak melekat otot-otot

4. Lima ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga

terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.

5. Bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor (coccyx),

tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu.

Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga

keseimbangan. menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot, rusuk

dan beberapa organ.

3.2. Gelang Panggul

Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada anak

anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian

atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang pubis (di bagian tengah).

Dibagian belakang dari gelang panggul terdapat tulang sakrum yang merupakan

bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan terdapat simfisis pubis

merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua tulang pubis.

Fungsi gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama

Page 12: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung organ-organ bawah,

seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh

kembangnya janin.

4. Tulang Anggota Gerak Atas

Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:

1. Tulang gelang bahu (klavikula dan scapula / belikat dan selangka)

Tulang gelang bahu disebut juga tulang pectoral bahu tersusun atas 4 buah tulang yaitu

2 tulang belikat (skapula) dan 2 tulang selangka ( klavikula).

Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan tulang lengan atas

(humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung

yang satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan

dengan tulang belikat.

Page 13: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada

bagian belakang dari tulang rusuk.

Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang

memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.

2. Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya

besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. Pada bagian bawah memiliki dua

lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna

3. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar

dibandingkan radius dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki

kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.

4. Karpal / pergelangan tangan, tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh

ligament

5. Metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas

berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan

dengan tulang-tulang jari (palanges)

6. Falanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga

buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

5. Tulang Anggota Gerak Bawah

Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:

1. Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari

gelang panggul sampai ke lutut.

Page 14: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

2. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan

dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang

kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan

beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot

3. Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela

berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang

membentuk lutut

4. Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8

tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.

5. Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersusun

mendatar.

6. Palanges / tulang jari-jari kaki. Tersusunetiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali

tulang ibu jari atas 14 tualng.

Fungsi Tulang

Fungsi tulang secara umum:

1. Formasi kerangka

2. Formasi sendi

3. Perlengketan otot

4. Sebagai pengungkit

5. Menyokong berat badan

6. Proteksi

7. Hemopoiesis

8. Fungsi imunologi

9. Penyimpanan kalsium

Fungsi tulang secara khusus:

1. Sinus-sinus paranasalis dapat menimbulkan nada khusus pada suara.

2. Email gigi dikhususkan untuk memotong, menggigit, dan menggilas

makanan . email merupakan struktur terkuat dalam tubuh.

3. Tulang-tulang kecil telinga dalam mengonduksi gelombang suara untuk

fungsi pendengaran.

4. Panggul wanita dikhususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi.

2.2. Persambungan Tulang (Sendi)

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak

dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas

Page 15: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis

persendian yang diperantarainya.

Persendian Menurut tempat

Sendi anggota gerak atas

a. Sendi pergelangan bahu

Art Sternoklavikular. Sendi ini adalah antara gelang bahu batang badan, antar pars

sternalis klavikula manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas berhubungan dengan

klavikula dan sebelah bawah dengan sternum.

Art. Akromioklavikular. Sendi ini merupakan hubungan antara ekstermitas akromialis

dan klavikula.

Ar. Humeri. Persendian ini merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan

sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang scapula dengan kaput humeris.

b. Sendi siku ( art. Cubiti )

Bagian merupakan artikulasiokomposita, pada sumbuh ini bertemu humerus, ulna dan

radius. Sedangkan menurut faalnya sendi merupakan sutau sendi engsel yang terdiri

dari tiga bagian.

Art. Humeroulnaris. Sendi antara trokhlea humeris dan insissura semilunaris ulnae.

Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertemuan yang terlebar pada sikap

lengan yang sedikit dikentulkan sehingga merupakan sikap terbaik bagi lengan untuk

menerima tumpuan.

Art. Humeroradialis. Sendi antara capitula humeri fovea capitulum radii.

Art. Radio ulnaris proksimal. Sendi antara sirkumferensia artikularis radii dan insisura

radialis ulna.

c. Sendi lengan bawah dan tangan

Art. Radiokarpal, merupakan sebuah sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal

radialis yang merupakan lekuk sendi dan os navikulare,lunatum dan triquintrum

merupakan kepala sendi yang terletak di sebelah distal.

Art karpometacarpae, terdiri :

a. Art carpometacarpae ( policcis ), hubungan antara os metacarpal I dan os

multangulum manus merupakan sendi pelana simpai sendi sangat longgar

sehingga pergerakan lebih luas

Page 16: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

b. Articulationes carpometacarpae II-V, sendi antara ossa carpalia dan ossa

matacarpalia II-V

Articulationes intermetacarpae, basis ossis metacarpalia II-V bersendi satu sama

lainnya dengan satu permukaan sendi yang kecil.

Articulations metacarpophalangeal, merupakan ossis metakarpalia, kepala sendi

dengan bassis ossis phalanx I merupakan lekuk sendi.

Articulations dugitorum manus, sendi antara phalanx I, II, III merupakan sendi-sendi

engsel

d. Persendian gelang panggul

Sendi pinggul adalah sendi sinovial dari varietas sendi putar.

a. Articulation sakroilliaka

Persendian antara os sarkum dan os ileum melalui fascies artikularis ossis illi dan

fasies artikularis ossis sacrum. Sendi ini merupakan hubungan antara gelang

panggul dan rangka badan yang identik dengan artikulasio sternoklavikularis

b. Art. Simfisis pubis

Hubungan antara os pubis. Di dalamnya ada suatu kavum yang disebut

pseudokruris berupa kartilago interpubis.

c. Artikulatio koxae

Persendian ini merupakan enarthrosis spheroidea, diperkuat oleh ligamentum illeo

femorales sehingga caput femoris bias keluar dari lekuknya dan berada di bawah

os ileum.

e. Persendian tungkai atas dan lutut

Articulation genu menghubungkan permukaan ujung tulang distal os femur

dengan permukaan ujung proksimal tibia yaitu antara condilus medialis dan

lateralis ossis femur dengan fascies articularis superior ossis tibia.

Sendi lutut adalah sendi engsel yang dibentuk oleh kondilus femoralis yang

bersendi dengan prmukaan dari kondilus tibia.patela terletak diatas permukaan

yang halus pada femur tetapi tidak termasuk dalam sendi lutut.

f. Persendian tungkai bawah

Persendian ini merupakan persendian antara tibia dan fibula

a. artikulatio tibia-fibula proximal

Sendi yang terdapat antara fasies artikularis kapitulum fibula ossis pada

kondilus dengan fascies artikularis fibularis ossis pada kodilus tibia,ikat sendi

ligamentum tibio fibularis proximal.

Page 17: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

b. Sindesmosis tibio fibularis

Persendian antara fasies artikularis tibialis ossis fibulae dengan insisuri

fibularis ossis tibialis.

g. Pesendian kaki

Art. Talo tibia fibulris. Art. Talo tibia fibularis (pergelangan kaki), antara

fascies articularis tali os tibia dan os fibula dengan trochlea tali bagian medial

dan lateral.

Art. Talo tarsalia. Art. Talo tarsalia (sendi loncat), karena pada gerakan

meloncat ada dua bagian.

Art. Talo calcaneo (sendi loncat atas), antara fascies articularis calcanei

posterior assis talus dan fascies articularis tali posterior ossis calcaneus

Art. Talo calcaneo navicularis (sendi loncat bagian bawah) antara fasies

articular naviculare klkanei mediaanterio dan fasies artikularis naviculare

ossis talus dengan fascies tali media anterior ossis calcaneus dan fasies

artikularis tali ossis navikularf pedis.

Art. Tarso transversa. Art. Tarso transversa merupakan linea amputasiones

choparti ada dua bagian yaitu art. Talo navikularis pedis dan art. Kalkanea

kuboidea.

Art. Tarso metatarsea. Sendi ini ada di antara permukaan distal ossa kunaiformi

renon I, II, III dengan permukaan distal ossa metatarsalia I, II, III. Permukaan

sendi distal os kaboideum dengan permukaan proksimal ossa metatarsalia IV, V.

antara permukan distal ossa metatarsalia dengan permukaan proximal ossa

falangea I, digiti I, II, III, IV, V.

Art. Interfalangeal. Ada diantara ruas jari I, II, III, masing-masing jari (digiti) I,

II, III, IV, V untuk gerakan flexio dan ekstensio (sendi engsel).

h. Sendi kolumna vertebralis

Kecuali vertebra servikalis I, semua vertebrae lainnya saling berartikulasi dengan

perantaraan artikulasio kartilaginea dan artikulasio sinovial.

a. Sendi antara korpus vertebrae

Permukaan atas dan bawah korpus vertebrae yang berdekatan di lapisi oleh tulang

rawan hialin tipis. Di antara lempeng tersebut terdapat diskus intervertebralis yang

tersusun oleh jaringan vibrokartilago.

Page 18: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

b. Sendu diantara arkus vertebrae

Terdiri dari dua sendi sinovial di antara prosessus artikularis superior dan inferior

vertebrae. Fasies artikularis tertutup oleh tulang rawan hialin dan sendi dikelilingi

oleh ligamentum kapsularis.

c. Artikulatio atiantio oksipitalis

Sendi ini merupakan sendi sinovial antara kondilus oksipitalis kiri-kanan, foramen

magnum, di atas fascies artikularis superior massa lateral, atlas bagian bawah.

d. Artikulatio atianto aksilaris

Sendi ini terdiri dari 3 sendi sinovial antara dens aksis dengan arkus anterior atlas

yang lain di antara massa lateralis kedua tulang.

Lig. Apisis dentis, terletak di tengah, mwnghubungkan apeks dentis

dengan tepi anterior foramen magnum

Lig. Alaria, terletak di kiri-kanan ligamentum apicis dentis

menghubungkan dens aksis dengan sisi medial condilus oksipitalis

Lig. Cruciform atiantis terdiri dari lig transfersum antiatis yang kuat dan

fasculi longitudinalis yang lemah, ujung transfersum melekat pada bagian

dalam massa lateralis atlas dan mengikat aksis.

C. Penyakit-Penyakit pada Sistem Muskuloskeletal

DISLOKASI

1. Pengertian

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner&Suddarth).

2. Etiologi

Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi, diantaranya

a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir

b. Trauma akibat kecelakaan

c. Trauma akibat pembedahan ortopedi

d. Terjadi infeksi di sekitar sendi

4. Patofisiologi

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital

yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas

sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari

Page 19: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3

hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma

jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas

sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari

dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

5. Manifestasi Klinis

Nyeri

Perubahan kontur sendi

Perubahan panjang ekstremitas

Kehilangan mobilitas normal

Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

Deformitas

Kekakuan

6. Komplikasi

Dini

1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3). Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan

sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan

rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.

2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas

dari bagian depan leher glenoid

3. Kelemahan otot

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto X-ray

Untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur

2. Foto rontgen

Page 20: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi

3. Pemeriksaan radiologi

Tampak tulang lepas dari sendi

4. Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap dapat dilihat adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan leukosit

8. Penatalaksanaan

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika

dislokasi berat.

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga

sendi.

3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar

tetap dalam posisi stabil.

4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari

yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan

SKOLIOSIS

1. Defenisi

Skoliosis mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang

abnormal ke arah samping.

2. Etiologi

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:

Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam

pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.

Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan

akibat penyakit berikut:

1) Cerebral palsy

2) Polio

Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

3. Tanda dan Gejala

Gejalanya berupa:

a.Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping

b. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya

Page 21: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

c. Nyeri punggung

d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama

e. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 )

f. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan

pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu

kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul

kiri.

4. Patofisiologi

Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang, Skoliosis di turunkan, serta

umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Penyebabnya tidak diketahui dan sama

sekali tidak ada kaitannya dengan postur tubuh, diet, olahraga, dan pemakaian backpack.

Dan ternyata, anak perempuan lebih sering terkena ketimbang anak laki-laki. Penyebab

lain dari skoliosis yaitu infeksi kuman TB daerah korpus vertebra ( spondiliatis ) dan

terjadi perlunakan korpus.

Perubahan postural berupa lengkungan berbentuk S dan C terjadi pada tulang spinal atau

termasuk rongga tulang spinal. Derajat lengkungan penting untuk di ketahui apakah terjadi

penekanan pada paru-paru dan jantung. Umumnya sih, skoliosis tidak akan memburuk,

dan yang terpenting adalah lakukan check up secara teratur (setiap 3 sampai 6 bulan).

Catatan: Pada kondisi yang berat, bisa terjadi nyeri punggung, kesulitan bernapas, atau

kelainan bentuk tubuh. Bisa jadi, anak perlu „brace‟ (alat khusus) atau harus dioperasi.

Tidak ada patokan baku untuk membantu membuat keputusan penanganan skoliosis,

karena sangat dipengaruhi usia anak, derajat pembengkokan tulang punggung, serta

prediksi tingkat keparahan sejalan dengan pertumbuhannya.

5. Komplikasi

a. Kerusakan paru-paru dan jantung.

Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 700. Tulang rusuk akan

menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat

capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam

keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.

b. Sakit tulang belakang.

Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah

sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap

masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila

penderita berumur 50 atau 60 tahun.

Page 22: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.

Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi

membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah

tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan

membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal.

Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan,

kemudian baca angka derajat kurva.Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila

hasil yang diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat

kurvatura > 200 pada pengukuran cobb‟s angle pada radiologi sehingga memerlukan

evaluasi yang lanjut

b. Rontgen tulang belakang X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan

posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi

tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal

dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada

proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus

menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu

tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.Cobb Angle diukur dengan menggambar

garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan

garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis

ini membentuk suatu sudut yang diukur. Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa

cara, hal ini penting karena kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan

pematangan kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera

setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai,

pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda

Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior

superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan

ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.

7. Penatalaksanaan

a. Orthosis

Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan

nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :

Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 250

Page 23: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 250

Jenis dari alat orthosis ini antara lain :

Milwaukee, Boston, Charleston bending brace.

Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan

secara teratur 23 jam dalam sehari hingga masa pertumbuhan anak

berhenti.

b. Operasi

Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada

skoliosi adalah

Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 pada

anak yang sedang tumbu

Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis

Terdapat derajat pembengkokan >50 pada orang dewasa

AMPUTASI

1. Pengertian

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan memotong / membuang bagian

tubuh.

2. Etiologi

1) Fraktur multople organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki

2) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki

3) Gangguan vaskuler / sirkulasi pada ekstremitas yang benar

4) Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif

3. Metode – Metode Amputasi

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan 2

metode :

1) Metode terbuka (Guillotine Amputasi)

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang

mengembang.Bentuknya benar – benar terbuka dan dipasang drainase agar

luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2) Metode Tertutup (Flap Amputasi)

Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada

daerah yang diamputasi.

Page 24: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

4. Jenis Amputasi

Berdasarrkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1. Amputasi slektif / terencana

2. Amputasi akibat trauma

3. Amputasi darurat

Jenis – jenis yang dikenal adalah :

1. Amputasi terbuka

Amputasi terbuka dilakaukan pada kondisi infeksi yang berat dimana

pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

2. Amputasi tertutup

Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan

dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka dibuat dengan memotong

kurang lebih 5 cm dibawah potongan otot dan tulang.

5. Tingkatan Amputasi

1. Ekstremitas atas

Amputasi pada eksremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri.Hal

ini berkaitan dengan aktivitas sehari – hari seperti makan, minum, mandi,

berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2. Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas in dapat mengenai semua atau sebagian dan

jari – jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

6. Penatalaksanaan

Amputasi dianggap selesai dipasang prostetis yang baik dan berfungsi.

Ada 2 cara perawatan post amputasi, yaitu :

1. Rigid dressing

Yaitu dengan menggunak plester of paring yang dipasang waktu

dikamar operasi.Pada waktu memasang harus direncanakan

apakah penderita harus direncanakan apakah penderita harus

Page 25: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

immobilidsasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan

segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan

kontruksi stump dana memamsang bulatan pada ujung stump serta

tempat – tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa

mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi

berdiri.Setelah pemasangan rigid dressing bisa dianjutkan dengan

mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7-10 post operasi setelah

luka sembuh, setelah 2-3 minggu, setelah stump sembuh dan

mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini

dipertimbangan juga factor usia, kekuatan, kecerdasan penderita,

tersedianya perawata yang terampil, therapist dan prosthetist serta

keleraan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervise

program perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7-10 post

operasi untuk tanda – tanda infeksi likal atau sistemik.

2. Soft dressing

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvesional, maka

digunakan pembalut steril dan rapid an semua tulang yang

menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan

penggunaan elastic verban jangan sampai menyebabkan kontriksi

pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki

tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada

stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur.

Biasanyya luka diganti balutan dan draindicabut setelah 48 jam.

Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien

diizinkan secspat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya

memungkinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10-14 post

operasi.Pada ampuutasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk

tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan

untuk mencegah terjadinya kontraktur.

Page 26: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

OSTEOMIELITIS

1. Pengertian

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus

influensae (Depkes RI, 1995).

Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

2. Etiologi

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus

infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran

nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di

mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma

subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis.

Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang

(mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka,

cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.

3. Patofisiologi

Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.

Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,

Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin,

nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan

pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan

hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4

sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya

akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

4. . Manifestasi Klinik

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi

dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat

dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara

lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai

Page 27: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak

dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin

memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah; sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai laju endap

darah;pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus;pemeriksaan kultur darah untuk

menentukan bakterinya(50% POSITIF)dan di ikuti uji sensetivitas.selain itu,harus

diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit yang merupakan jenis osteomeilitisyang

jarang terjadi.Pemerisaan feces ;pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila trdapat

kecurigaaninfeksi oleh bakteri.Pemeriksaan biopsy;pemeriksaan di lakukan pada tempat

yang di curigai.Pemeriksaan ultra sound;pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi

pada sendi.

Pemeriksaan radiologi;Pada pemeriksaan foto polos sepuluh hari pertama,tidak

di temukan kelainan radiologis yang berarti,dan mungkin hanya di temukan

pembengkakan jaringan lunak.Gambaran destruksi tulang dapat dilihat setelah sepuluh

hari(2 minggu).Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop pada

daerah lesi

6. Penatalaksanaan Medis

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan

mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit

beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur

darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan

memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu

patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika

intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap

penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum

aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis

antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika

Page 28: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap

organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila

infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan

sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama.

ARTRITIS REUMATOID

1. Pengertian

Penyakit reumatoid adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat

sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi

secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )

2. Etiologi

Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,

mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis

reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

3. Patofisiologi

Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium

merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang

menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan

jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus

privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan

menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa. Pada penyakit

4. Manifestasi Klinis

Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan

berupa:

1. Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.

2. Nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.

3. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.

Page 29: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid

ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisa sel yang terdapat

di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di

jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.

5. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan

ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi

nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying

antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar

dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan

dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik

akibat vaskulitis.

6. Penatalaksanaan Medis

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk

mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,

pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan

imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting

untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan

pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi

progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan

gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan

relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres

dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet

yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap

Page 30: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,

arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem Muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan pengurus pergerakan.

Muskuloskeletal terdiri atas :

Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligament

Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi

Otot terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Otot rangka

2. Otot polos

3. Otot jantung

Susunan tulang

Tulang kepala/tengkorak

Kerangka dada 25 buah

Tulang belakang dan pinggul 26 buah

Tulang anggota gerak atas 64 buah

Tulang anggota gerak bawah 62 buah

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik,

juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya,

sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang

diperantarainya.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari

pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini

kedepannya.

Page 31: Makalah sistem muskuloskeletal AKPER PEMKAB MUNA

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

C.Pearce, Evelyn. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Penerbit: EGC.

Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062002/war-2.htm

http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2002/093/kes1.htm

http://www.amsar.com/smu-indo/bahasa/images/5-2.jpg

http://web.indstate.edu/ehcme/psp/elabs/radiology/chf-xtray.jpg

http://yogapoint.com/iamges/brain4.jpg

http://www.medused.com/iamges/inventory-picture/41619-02.jpg

http://www.web-books.com/elibrary/medicine/Physiology/skeletal/divisions

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses

Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Robbins & Kumar. 1995. Patofisiologi II Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, Sizanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta :

Buku Kedokteran EGC.

Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :

EGC.

Syaifudin, Drs. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Watson, Roger. 2002. Anatomi & Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC.