Makalah Seni Keramik
-
Upload
iing-doang -
Category
Documents
-
view
5.875 -
download
56
Transcript of Makalah Seni Keramik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISTILAH “seni keramik” bukan istilah yang asing bagi kebanyakan orang
di Indonesia. Namun, mendengar istilah tersebut barangkali orang awam akan
teringat pada benda-benda keramik kerajinan tangan (handicraft) atau barang-
barang keramik dekoratif. Pengertian “seni” dalam istilah “seni keramik” memang
bisa mengacu pada pengertian seni yang luas, yaitu “keindahan” dan
“ketrampilan”. Dengan kata lain “seni keramik” yang dimaksud merujuk pada
barang-barang keramik hias dan kerajinan, atau yang kerap dikategorikan sebagai
”seni-kerajinan”. Sedangkan seni keramik dalam konteks seni rupa masa kini
(=kontemporer) lebih merujuk pada karya seni kreasi seniman—umumnya lulusan
perguruan tinggi seni rupa—menggunakan bahan keramik. Dalam kontek
penyelenggaraan Jakarta Contemporary Ceramic Biennale, maka yang
dikategorikan sebagai seni keramik adalah karya-karya bebas (non fungsional)
yang mengacu pada paradigma seni rupa modern dan/atau seni rupa kontemporer.
Judul utama Jakarta Contemporary Ceramic Biennale hendak menegaskan upaya
menempatkan perkembangan seni keramik dalam bingkai seni rupa kontemporer.
Di satu sisi, barang keramik—seperti kerajinan-tangan, hiasan, wadah,
perangkat makan-minum, ubin, saniter—sangat populer dalam keseharian
masyarakat, namun di sisi lain, hal itu seolah menuntup keberadaan seni keramik
kontemporer dalam medan seni rupa di Indonesia. Harus diakui tak mudah
mengurung ruang lingkup dan batasan seni keramik kontemporer. Istilah
kontemporer tentu saja mengandung pengertian temporal, yaitu semasa dengan
kita, atau singkatnya saat ini. Maka seni keramik kontemporer, adalah seni
keramik masa kini, yaitu seni keramik dalam perkembangannya yang paling
mutahir. Namun, apakah pengertian dan bagaimana wajah seni keramik dalam
perkembangan mutahirnya? Tak mudah menetapkan batasan dan pilihan seniman
dalam konteks seni keramik kontemporer, karena hal ini akan berkait dengan dua
hal, yaitu warisan tradisi seni keramik, dan pengaruh seni rupa kontemporer.
Masing-masing wilayah berangkat—tepatnya: dikonstruksikan—dari konteks
yang berbeda dan saat ini, khususnya di negara maju, memiliki infrastruktur dan
paradigma yang berbeda. Warisan tradisi seni keramik yang dimaksud mengacu
pada tradisi seni keramik dalam konteks ceramic art di Barat, baik itu sejarah,
pengertian dan paradigmanya, yang pengaruhnya menyebar ke penjuru dunia—
seperti juga seni rupa modern dan kontemporer Barat.
B. Tujuan
Supaya pembaca bisa memahami beberapa seni kriya nusantara khususnya
seni kriya keramik dalam pameran pentas seni di sekolah
C. Ruang Lingkup
SMA NEGERI 1 Pangkalan
D. Metode
Saya membuat makalah ini berdasarkan metode literatur, yaitu mencari
dari media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keramik
Seni kerajinan keramik , adalah kerajinan yang menggunakan bahanbaku
dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin ,
pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan
benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piringdan lain-lain.
B. Tujuan pembuatan
Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik.
Hal ini berkaitan dengan sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan
ketrampilan tertentu dalam pengolahan maupun penanganannya. Membuat
keramik berbeda dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang
lainnya. Proses membuat keramik adalah rangkaian proses yang panjang yang
didalamnya terdapat tahapan-tahapan kritis. Kritis, karena tahapan ini paling
beresiko terhadap kegagalan. Tahapan proses dalam membuat keramik saling
berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik,
akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di
tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.
Bahan-Bahan Pembuatan Seni Keramim diantaranya sebagai berikut:
- Bahan keramik “Pengikat” Contoh : kaolin, ball clay, fire clay, red clay.
- Bahan keramik “Pelebur” Contoh : felspar, kapur.
- Bahan keramik “Pengisi” Contoh : silika, grog (samot
- Bahan keramik “Tambahan” Contoh : water glass, talk, pyrophillit
- Bahan Keramik Mentah Glasir. (Bahan keramik yang membuat lapisan
gelas pada permukaan benda kerajinan keramik setelah melalui proses
pembakaran pada suhu tertentu), diantaranya adalah : bahan keramik
tersebut mengandung SiO2 – pasir kuarsa – lempung – feldspar bahan
keramik tersebut mengandung oksida basa – potas felspar – batu kapur –
soda abu bahan keramik tersebut mengandung Al2O3 – kaolin – felspar
Bahan tambahan Contoh : bahan pewarna (senyawa cobalt, senyawa besi,
senyawa nikel, senyawa chrom dan sebagainya), bahan perekat (gum), bahan
penutup (oksida sirkon, oksida seng), bahan pelebur (asam borat, borax, Na2CO3,
K2CO3, BaCO3 ,Pb3O4 dan sebagainya), bahan opacifer (SnO2, ZrO dan
sebagainya).
Contoh seni keramik
C. Seni Keramik Kontemporer dan/dalam Seni Rupa Kontemporer
Seni Rupa Kontemporer disebut-sebut adalah seni rupa yang plural dan
membolehkan apapun sebagai seni (anything goes). Sepertinya era seni rupa
kontemporer membuka peluang bagi para seniman keramik untuk masuk ke
dalamnya. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Agaknya, di negara-negara
maju, establishnya medan seni keramik sebagai entitas yang terpisah dari medan
seni rupa kontemporer justru menyulitkan upaya seniman keramik menjadi bagian
praksis seni rupa kontemporer. Lagi pula, bagi seniman-seniman keramik yang
mengutamakan perkara medium, teknik dan ketrampilan maka kredo anything
goes tentu saja menjadi paradoks. Ibaratnya, jika apapun boleh, mengapa pula ada
seniman-seniman yang masih mau bersusah payah mastering material tertentu.
Mengapa pula harus bertahan pada satu material (=keramik) terus menerus.
Paradigma seni rupa kontemporer agaknya tidak compatible dengan paradigma
contemporary craft, yang di Barat masih menjadi landasan para seniman keramik.
Namun demikian, sesungguhnya teknik dan ketrampilan tentu bukan hal yang
diharamkan dalam seni rupa kontemporer.
Banyak karya-karya seni rupa kontemporer yang membutuhkan
kecanggihan teknik dan ketrampilan untuk dapat direalisasikan. Di sisi lain
banyak pula karya-karya seni rupa kontemporer yang tampilannya sangat
seadanya, dari bahan-bahan yang tidak berharga, tak membutuhkan teknik dan
ketrampilan sama sekali. Dengan kata lain perkara teknik dalam seni rupa
kontemporer adalah perkara konsekuensi dari gagasan dan konsep seniman.
Perkara teknik dan ketrampilan adalah perkara yang tak harus dikuasai seniman
kontemporer, kendati menguasainya pun tak diharamkan. Perkara passion
seniman terhadap medium, material dan teknik bukanlah hal penting dalam seni
rupa kontemporer. Karena itu merupakan hal yang sangat umum bagi seniman
kontemporer mengalihkan esksekusi karyanya pada pihak lain, kepada para
artisan (tukang ahli). Lihat saja karya Jeff Koons berjudul Michael Jackson and
Bubbles, berupa patung life size sang raja pop musik bersama simpanse
peliharaanya yang terbuat dari bahan porselen. Kita bisa yakin tak sedikit pun Jeff
Koons akan mengotori tangannya dengan lempung dalam eksekusi karya tersebut.
Tak dapat dipungkiri karya tersebut membutuhkan kemampuan teknik dan
craftmanship keramik yang sangat tinggi, namun tak lalu karya tersebut
dipandang lebih bernilai dari karya Jeff koons lain yang tak membutuhkan
craftsmanship dalam pembuatannya, seumpama karya-karya “vacuum
cleaner”nya, yang merupakan ready mades. Di sisi lain, kita juga dapat melihat
bagaimana seorang pematung kontemporer macam Ron Moeck memiliki
penguasaan teknik dan ketrampilan yang sangat tinggi dalam menggarap karya-
karya patung realisnya dari bahan fiber glass dan silicon rubber. Banyak artisan
yang memiliki kemampuan seperti Ron Moeck, dengan kata lain Ron Moeck
mendapatkan pengakuan dalam seni rupa kontemporer bukan terutama karena
ketrampilannya.
Perbedaan antara craft dan art merupakan konstruski yang dibangun
melalui sejarah, teori dan wacana. Awalnya, (high-) art mengeklusi craft, dan
dalam perjalanannya craft membangun paradigmanya sendiri. Sehingga masing-
masing pihak memiliki cara pandangnya sendiri mengenai prioritas makna dan
nilai seni, menyangkut pula makna mengenai medium, ketrampilan, teori dan
wacana. Hal ini tentu saja berpengaruh pada cara pandang seniman dari kedua
wilayah tersebut. Dalam seni rupa modern dan kontemporer aspek konsep, teori
dan intellectual appeal menjadi utama, sedangkan contemporary craft (kria
kontemporer) lebih mendahulukan kemampuan teknik dan cratfmanship
menangani material tertentu. Bagi seniman keramik skill dan pengetahuan teknis
merupakan komponen penting dan utama. Sementara dalam seni rupa
kontemporer skill bisa dipinjam dari pihak lain. Dalam seni rupa kontemporer
skill dan craftsmanship merupakan konsekuensi dari konsep, adakalanya
dibutuhkan namun kerap pula tak diperlukan. Itu sebabnya seringkali skill absen
dalam karya-karya seni rupa kontemporer.
Seniman keramik umumnya mengandalkan ketrampilan personalnya, dan
mencurahkan waktu untuk mastering the material. Tetapi seniman keramik
kontemporer juga tidak mengecilkan konsep, bahkan cukup konsumtif terhadap
konsep. Namun genealogi yang berbeda juga memunculkan cara menyusun
konsep yang beda. Umumnya seniman keramik lebih isoterik, dan kembali pada
kemungkinan yg ada ada medium, bahkan kendati karya-karyanya
representasional, mereka tetap berpijak pada keterbatasan dan kemungkinan
material. Itu sebabnya, menampilkan tanah liat tanpa dibakar atau menggunakan
cat sintetik untuk melapisi keramik kerap diharamkan.
Kemapanan seni keramik sebagai wilayah terpisah kadang mendatangkan
dilema, di satu sisi wilayah seni keramik kontemporer harus mengakomodasi
warisan dan tradisi dan sejarah seni keramik masa lalu, di sisi lain para seniman
keramik kontemporer juga tak lepas dari pengaruh seni rupa kontemporer yang
bernuansa avant-garde. Tentu saja hal ini bisa dilihat sebagai pluralitas seni
keramik, namun di sisi lain hal itu menjadikan paradigma seni keramik ambivalen
dan paradoks. Banyak seniman keramik yang anti terhadap paradigma seni rupa
kontemporer, yang serba instans, dan dinilai dekaden, karena itu mereka tak ingin
menjadi bagian dari seni rupa kontemporer. Sebaliknya tak kurang seniman
keramik yang ingin menjadi bagian praktek produksi dan konsumsi seni rupa
kontemporer.
Pilihan untuk tetap terikat pada tradisi dan “estetika khusus” keramik,
seperti keterikatan pada bentuk wadah, karakter lempung dan glasir, passion pada
teknik dan proses menjadikan banyak seniman keramik tampak old-fashion dan
terpisah dari paradigma seni rupa kontemporer. Kendati warisan-warisan tersebut
digarap melalui pendekatan personal, non-fungsional, bahkan berkonsep, namun
tetap tak sebangun dengan tradisi neo-avant-garde dalam seni rupa kontemporer.
Pada kenyataannya, jika kita lihat pameran-pameran besar seni keramik
kontemporer seperti parade kualitas teknik dan material. Namun, tanpa kualitas
dan karakter seperti itu, barangkali eksistensi seni keramik juga menjadi tidak
relevan. “Kategori khusus” dan determinasi teknik/craftsmanship agaknya
menjadi perkara laten bagi para seniman keramik. Namun sejauh para seniman
keramik tidak terjebak pada paradigma craft yang dikonstruksikan berbeda dengan
paradigma seni rupa kontemporer, maka terbuka jalan menembus barikade seni
rupa kontemporer. Kecuali, hal itu bukan menjadi tujuan, dan sebaliknya para
seniman keramik justru senang serta merasa aman di dunianya yang spesifik:
“seni keramik”, dunia yang terpisah dari medan seni rupa kontemporer yang
berbahaya dan “liar”. Tentu saja hal tersebut berpulang pada masing-masing
seniman keramik.
D. Seni Keramik Kontemporer Indonesia: Di antara Paradigma
Contemporary Craft dan Contemporary Art
Berbeda dengan negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea, Taiwan
dan China, Indonesia tidak memiliki tradisi keramik yang canggih, karena itu
modal kultural, teknologi dan apresiasi masyarakat terhadap seni keramik rendah.
Bukan hal yang mengherankan jika perkembangan seni keramik jauh dari pesat.
Namun hal ini juga menjadi blessing in disguese. Tidak establish sebagai wilayah
khusus, menyebabkan seniman keramik kontemporer di Indonesia tidak
berhadapan secara diametrikal dengan seni rupa kontemporer. Karena itu mudah
saja bagi seniman keramik di Indonesia menjadi bagian dari seni rupa
kontemporer. Hal ini di antaranya disebabkan pula belum establishnya
infrastruktur seni rupa kontemporer di Indonesia, sehingga kebutuhan dan
kecanggihan untuk melakukan dan membenarkan eksklusi terhadap praktek seni
rupa yang tidak sejalan dengan paradigmanya (misalnya: seni keramik) boleh
dikatakan tak terjadi.
Beberapa tahun terahir ini cukup banyak seniman keramik yang bisa
meleburkan ke dalam medan seni rupa kontemporer. Agaknya dorongan untuk
mencari alternatif dari seni lukis dan media baru, membuka peluang bagi para
seniman keramik untuk masuk dalam wilayah produksi dan konsumsi seni rupa
kontemporer. Nama-nama seperti F. Widayanto, Titarubi, Nurdian Ichsan, Lie
Fhung, Albert Yonathan, Nadya savitri, Noor Sudiyati, Tisa Granicia, Endang
Lestari merupakan nama-nama yang juga tercatat dalam medan seni rupa
kontemporer Indonesia. Selain nama-nama tersebut beberapa seniman keramik
dalam bienal ini memang muncul dengan semangat studio keramik mandiri, tanpa
terlalu peduli pada fenomena seni rupa kontemporer. Nama-nama seperti Evy
Yonathan, Ivan, Ika Burhan, dan Ira Suryandari mewarisi semangat ketangguhan
seniman keramik mandiri. Dalam beberapa hal sosok mereka mengingatkan
semangat “truth to the material” ala contemporary craft. Menariknya, beberapa
dari mereka mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan keramik hanya dari
kursus keramik. Barangkali justru karena itu, sebagai under-dog, mereka memiliki
semangat militan.
Penyelenggaraan pameran besar seni keramik umumnya tak lepas dari
tegangan antara dunia contemporary craft dan contemporary art. Demikian pula,
Jakarta Contemporary Ceramic Biennale tak lepas dari nuansa tegangan tersebut.
Sebagai penyelenggaraan bienal keramik pertama di Indonesia, JCCB berupaya
menangkap fenomena seni keramik seluas mungkin, kendati tetap diupayakan
selektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni
yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur,
ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah
pola tertentu. Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa
yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna. Unsur-unsur
rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak
bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya
seni rupa tidak ditentukan oleh anyak atau sedikitnya unsur-unsur yang
membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri. Dengan kata lain kualitas
keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah bagian- bagiannya.
B. Saran
Semoga hasil dari pameran yang terselenggara, mudah-mudahan peserta
atau siswa dapat memahami arti dari seni kriya.
KATA PENGANTAR
Terimakasih kepada tuhan yang maha esa yang telah membantu penyusun
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa
pertolongan tuhan yang maha esa penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini sengaja di buat penyusun untuk menambah pengetahuan
pembaca Penyusun mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari
berbagai sumber. Tetapi yang pada dasarnya mempunyai. Penyusun juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen/guru yang telah memberikan tugas
kepada penyusun karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui
karya seni rupa.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
kepada pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya
penyusun mohon kritik dan saranya agar penyusun bisa memperbaikiya.
Terimakasih
Penyusun
MAKALAH
SENI KERAMIK
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Seni Budaya
Disusun Oleh:
Kelompok B
Saepul Anwar
N. Devi Kurniasari
Adeh
Nandang
Nita Nuju Rahayu
Aang Janurji
Angga wijaya
Rudi Handika
Rudi Saputra
Sulaeman
SMA NEGERI 1 PANGKALAN
KARAWANG
2013