Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

34
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KALIGRAFI DALAM ISLAM Kelompok 2: 1.Haryani (06111010011) 2. Alhamd Hadi Putra (06111010013) 3. Harleli Rianavita (06111010014) 4. Ririn Vidiastuti (06111010015) 5. Susianah (06111010016) 6. Harisya Muchni (06111010017) 7. Feri Setiawan (06111010018) 8. Zulkandri (06111010019) Dosen Pembimbing : Nurhasan M.Ag PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Transcript of Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Page 1: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KALIGRAFI DALAM ISLAM

Kelompok 2:

1.Haryani (06111010011)

2. Alhamd Hadi Putra (06111010013)

3. Harleli Rianavita (06111010014)

4. Ririn Vidiastuti (06111010015)

5. Susianah (06111010016)

6. Harisya Muchni (06111010017)

7. Feri Setiawan (06111010018)

8. Zulkandri (06111010019)

Dosen Pembimbing : Nurhasan M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya maka

penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Mata Kuliah Pengembangna

Kepribadian Agama Islam yang berjudul “Seni Dalam Islam” dengan tepat waktu.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan agama islam.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,

khususnya kepada bapak Nurhasan,M.Ag. selaku dosen pembimbing mata kuliah agama

islam dan kepada teman –teman serta rekan-rekan sekalian yang telah terlibat dalam

penyelesaian makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang

dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan

demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca sekalian dan dapat menambah wawasan kita terhadap seni dalam islam.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini

sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Indralaya,01 Maret 2012

Penyusun

Page 3: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan dengan berbagai potensi bakat, minat, kreativitas

yang unik seta dinamis. Tentu dengan kesemua itu harus ada usaha atau

kewajiban untuk mengembangkan baik itu dari kecerdasan majemuk,

kecerdasan spiritual, maupun kecerdasan emosional. Dalam perkembangan itu

tentunya banyak mengalami hambatan atau rintangan yang dihadapi yang

dapat menghambat sehingga mengasilkan sesutu yang baik .Begitu juga

dengan Kesenian tidak mungkin langsung dihasilkan karya-karya yang

menakjubkan, melainkan ada prosesnya.

Kesenian dalam islam sangat banyak akan tetapi yang lebih menonjol

yaitu kaligrafi. kaligrafi hanya terdapat dalam agama islam karena dalam seni

kaligrafi yang di tulis huruf-huruf arab dan huruf arab biasanya di pakai oleh

orang-orang islam. Oleh karena itu kami memilih kaligrafi untuk di bahas

dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses perkembangan kaligrafi di dunia Islam?

2. Bagaimana proses perkembangan kaligrafi di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui proses perkembangan kaligrafi di dunia islam.

2. Untuk mengetahui proses perkembangan kaligrafi di Indonesia.

1.4 Manfaat

1 Mengetahui proses perkembangan kaligrafi di dunia islam.

2 Mengetahui proses perkembangan kaligrafi di Indonesia

Page 4: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kaligrafi

Kaligrafi, dari bahasa Yunani; καλλι "keindahan" + γραφος "menulis",

dalam Bahasa Jepang Nihongo 日本語) adalah seni menulis dengan indah dengan

pena sebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca

dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, karena sifatnya yang membuat mata

cepat lelah. Karena itulah sangat sulit menemukan contoh kaligrafi sebagai

tipografi buku-buku masa kini. Meskipun kaligrafi dalam tulisan arab lebih

dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin.

Kata Kaligrafi ini berasal dari bahasa Yunani yang disederhanakan dalam

bahasa Inggris yaitu Calligraphy yang berasal dari dua suku kata bahasa Yunani

yaitu Kallos dan Graph yang berarti beauty (indah) dan grapeny: to write

(menulis), jadi dapat diartikan dengan tulisan indah, atau seni tulisan indah.

Dalam bahasa Arab kaligrafi, kaligrafi ini biasa disebut dengan khath, ( ج الخط،

خط – – ) Merupakan bentuk masdar dari bahasa Arab yaitu . (خطوط خطا (يخط

yang artinya الكتبة atau السطر (tulisan atau garis), misalnya الشيئ artinya خط

كتبه غيره أو ia menulis atau memberi garis dengan pena atau dengan yang) بقلم

lain).

Manja Mohd Ludin dan Ahmad Suhaimi J. Mohd Nor mengungkapkan

pengertian kaligrafi itu suatu coretan atau tulisan yang membawa maksud tulisan

yang indah, dalam arti kata tulisan tersebut mempunyai kehalusan dan kesenian.

Dengan demikian dapat dikatakan suatu tulisan yang ditulis dengan indah atau

suatu kepandaian menulis elok dan boleh juga dikatakan seni tulisan indah. Dalam

mengungkapkan pengertian kaligrafi ini bermacam-macam ungkapan yang

dikemukakan oleh para tokoh dan pencintanya. Ungkapan tersebut sesuai dengan

pengalaman yang dirasakan oleh kaligrafer itu sendiri, sehingga masing-masing

kaligrafer itu memiliki corak tersendiri dalam memaknai kaligrafi tersebut. Syeikh

Syam al-Din al-Afghani menyatakan:

Page 5: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf

tunggal, letak-letaknya dan tata cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang

tersusun di atas garis dan bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang

tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara

bagaimana menggubahnya.

Ada lagi Yaqut al-Musta’shimi (seorang kaligrafer kenamaan pada masa

Usman) mengungkapkan bahwa kaligrafi itu sebagai seni arsitektur rohani yang

terwujud melalui pengolahan keadaan. Sedangkan Ubaidillah Ibn Abbas

mengistilahkan kaligrafi ini dengan “lisan al-Yadd” atau lidahnya tangan.

Selain itu ada pula yang menyatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa

yang ditulis ahli dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu

tersendiri tentang tata cara menulis, meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang bisa

dikomunikasikan, yang dibuat secara propesional dan harmonis yang dapat dilihat

secara kasat mata dan diakui sebagaimana susunan yang dihasilkan lewat kerja

kesenian. Di samping itu ada juga yang mengungkapkan bahwa kaligrafi itu

sebagai suatu kepandaian untuk mengatur gerakan ujung jari dengan

memanfaatkan pena atau kalam dengan metode atau tata cara tertentu.

Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qadir al-Kurdi dalam karyanya Tarikh al-

Khat al-‘Arabi wa Adabihi, pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam

pengertian kaligrafi atau khath, dan kemudian menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan

ujung jari dengan memanfaatkan pena dalam tata cara tertentu. Adapun yang

dimaksud dengan pena di sini adalah pusat gerakan-gerakan ujung jari, sementara

tata cara tertentu menunjukkan pada semua jenis kaidah penulisan.

Meskipun bermacam-macam pengertian yang dikemukakan oleh para ahli,

namun pada dasarnya tujuan ungkapan tersebut mengarah kepada arti tulisan yang

indah. Dapat juga dikatakan suatu tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika

yang bersumber pada pikiran atau ide dan diwujudkan melalui benda materi (alat

tulis) yang diikat oleh aturan dan tata cara tertentu. Jadi seni kaligrafi itu sebuah

Page 6: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

kepandaian menulis tulisan indah dengan mengikuti metode-metode tertentu

untuk mempelajarinya.

Pemakaian istilah kaligrafi ini sering juga disebut orang kepada dua

istilah. Ada yang menyebut dengan kaligrafi Arab dan ada juga yang

menyebutnya dengan kaligrafi Islam. Mengenai istilah kaligrafi Arab ini Ahmad

Munawir mengemukakan bahwa pada kata khath itu diberikan kata sifat العربي

sehingga menjadi الخط artinya tulisan Arab. Orang yang menggeluti dan ,العربي

makin dalam menulis tulisan Arab disebut الخطاط (penulis halus).

Memang apabila dilihat dari asalnya kaligrafi ini berasal dari Arab, dan

tulisan yang digunakan itu bahasa Arab. Namun tulisan Arab itu berkembangnya

setelah Islam datang pada bangsa Arab. Perbedaan pemakaian istilah ini terjadi

karena tingkat pemahaman seseorang terhadap kaligrafi itu berbeda juga. Orang

yang memakai istilah kaligrafi Arab mengatakan huruf-huruf yang digoreskan

lewat pena terdiri dari huruf-huruf Arab. Sementara yang mengatakan istilah

kaligrafi Islam mengatakan bahwa sekalipun tulisan yang ditulis tersebut terdiri

dari huruf-huruf Arab perkembangannya yang sangat pesat adalah setelah Islam

datang.

Kedua istilah tersebut sama benarnya, sebab apabila ditinjau dari sejarah,

seni kaligrafi itu memang lahir dari ide “menggambar” atau apa lukisan yang

dipahat atau dicoretkan dalam benda-benda tertentu, seperti daun-daun, kulit

kayu, tanah dan batu. Akar dari tulisan Arab itu dari Mesir (Kan’an Semit atau

Turnesia), dari tulisan Hierogrhaph. Lalu tulisan tersebut terpecah menjadi khath

Feniqi (Funisia), dengan cabang-cabang (Arami): Nabati di Hirah atau Hurun dan

Sataranjih-Suryani di Irak dan Musnad: Safawi, Samudi, Lihyani, (Utara Jazirah

Arabia) dan Humeri; selatannya. Sedangkan Kamil al-Baba mengatakan bahwa

pendapat yang paling dipercaya kaligrafi Arab itu diadopsi dari tulisan suku

Nabati, ras Arab yang menempatkan wilayah Utara jazirah Arabia, di negeri

Yordan dengan ibu kota Puetra. Hal ini berdasarkan bukti-bukti nyata arkeologi

(Dinas Purbakala) yang pernah mengadakan penelitian tentang pertumbuhan

tulisan. Dalam perkembangan tulisan ini, tulisan musnad yang disebar luaskan

oleh suku Maniyah (Minneni) di Yaman yang berpindah ke Arabia Utara.

Page 7: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Kemudian dari Musnad ini lalu pindah ke Nabati sampai kedatangan Islam.

Untung orang Nabatea meninggalkan sejumlah inskripsi yang tersebar di daerah

yang mewakili tahap peralihan yang maju menuju perkembangan huruf Arab.

Di dalam seni rupa Islam, tulisan arab seringkali dibuat kaligrafi. Biasanya

isinya disadur ayat-ayat Al-Quran. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu

pena diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit. Salah

satu bentuk penerapan kaligrafi Islam sebagai seni hias adalah di Istana Al Hamra,

Spanyol.

2.2 Kaligrafi Islam

Kaligrafi Islam, yang dalam juga sering disebut sebagai kaligrafi Arab,

merupakan suatu seni artistik tulisan tangan, atau kaligrafi, serta meliputi hal

penjilidan, yang berkembang di negera-negera yang umumnya memiliki warisan

budaya Islam. Bentuk seni ini berdasarkan pada tulisan Arab, yang dalam waktu

lama pernah digunakan oleh banyak umat Islam untuk menulis dalam bahasa

masing-masing. Kaligrafi adalah seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa

Islam, karena merupakan alat utama untuk melestarikan Al-Qur'an. Penolakan

penggambaran figuratif karena dapat mengarah pada penyembahan berhala,

menyebabkan kaligrafi dan penggambaran abstrak menjadi bentuk utama ekspresi

seni dalam berbagai budaya Islam, khususnya dalam konteks keagamaan. Sebagai

contoh, kaligrafi nama Tuhan diperkenankan sementara penggambaran figuratif

Tuhan tidak diizinkan. Karya kaligrafi banyak dijadikan koleksi dan adalah hasil

seni yang dihargai.

Kaligrafi Arab, Persia dan Turki Utsmaniyah memiliki hubungan dengan

motif arabesque abstrak yang terdapat di dinding-dinding dan langit-langit masjid

maupun di halaman buku. Para seniman kontemporer di dunia Islam menggali

warisan kaligrafi mereka dan menggunakan tulisan kaligrafi atau abstraksi dalam

berbagai karya seni mereka.

Page 8: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

2.3 Jenis – jenis Kaligrafi

Dalam kaligrafi, ada istilah khat. Khat adalah suatu ilmu yang

memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, penyusunannya dan cara

merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Khat merupakan seni tulisan

indah yang mempunyai nilai-nilai kehalusan dan kesenian. Sehingga sering

digunakan untuk menulis ayat-ayat suci dan kata-kata bijak.

Jenis-jenis kaligrafi yang paling dasar dan dianjurkan serta dikembangkan

oleh para penulis kaligrafi terutama di Indonesia ada 6 :

1. Nasakh atau Naskhi

Adalah salah satu jenis khat yang paling awal berkembang yang

diperkenalakan oleh seorang master kaligrafer bernama Imam Muqlah

pada abad ke-10 lalu dikembangkan oleh kaligrafer lainnya. Karena jenis

ini relative sangat mudah dibaca dan ditulis, maka tulisan ini paling

banyak digunakan oleh para muslim dan orang arab di belahan dunia.

2. Tsuluts atau Tsulutsy

Khat tsuluts pertama kali dibuat pada abad ke-7 pada jaman Khalifah

Ummayah akan tetapi baru dikembangkan pada akhir abad ke-9. Kata

tsuluts berarti sepertiga. Walaupun tulisan ini jarang digunakan untuk

tulisan al quran, tulisan ini berperan penting dalam tulisan hiasan/dekorasi,

judul dan kepala surat.

Page 9: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

3. Diwani (Diwani ‘aady dan Diwani Jaly)

Tulisan ini berkembang luas di akhir abad ke-15 dan dipelopori oleh

seorang kaligrafer Ibrahim Munif dari Turki. Diwani jail adalah tulisan

diwani yang bernuansa ornament/ hiasan yang pertama kali dikembangkan

oleh Hafiz Uthman.

4. Ta’liq atau Farisi

Ta’liq artinya menggantung, karena tulisan gaya ini terkesan

menggantung. Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan Al Tabrizi

mengembangkan gaya ini lebh halus dan variatif menjadi nasta’liq. Ta’liq

dan nasta’liq biasa digunakan uuntuk penulisan literature dan syair

kepahlawanan. Bukan untuk penulisan al quran.

Page 10: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

5. Riq’ah atau Riq’iy

Tulisan ini dikembangkan dari nasakh dan tsuluts namun riq’ah punya cirri

khas yang berbeda yakni lebih simple dan sederhana, memiliki bentuk

huruf tebal dengan batang huruf pendek dan huruf alif tidak pernah ditulis

dengan berkepala.

6. Kufi

Kufi termasuk tulisan paling dominan pada jaman dahulu. Ia memiliki

bentuk huruf yang proporsional, kaku danm persegi.

Kufi Al Mukhammal

Kufi Al Muzaffar

Kufi Al Handasi

2.4 Kaligrafi dan Perkembangannya

Page 11: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

2.4.1 Perkembangan Kaligrafi dalam Dunia Islam

Bangsa Arab diakui sebagai bangsa yang sangat ahli dalam bidang

sastra, dengan sederet nama-nama sastrawan beken pada masanya, namun

dalam hal tradisi tulis-menulis (baca: khat) masih tertinggal jauh bila

dibandingkan beberapa bangsa di belahan dunia lainnya yang telah

mencapai tingkat kualitas tulisan yang sangat prestisius. Sebut saja

misalnya bangsa Mesir dengan tulisan Hierogliph, bangsa India dengan

Devanagari, bangsa Jepang dengan aksara Kaminomoji, bangsa Indian

dengan Azteka, bangsa Assiria dengan Fonogram/Tulisan Paku, dan

pelbagai negeri lain sudah terlebih dahulu memiliki jenis huruf/aksara.

Keadaan ini dapat dipahami mengingat Bangsa Arab adalah bangsa yang

hidupnya nomaden (berpindah-pindah) yang tidak mementingkan

keberadaan sebuah tulisan, sehingga tradisi lisan (komuniksai dari mulut

kemulut) lebih mereka sukai, bahkan beberapa diantara mereka tampak

anti huruf. Tulisan baru dikenal pemakaiannya pada masa menjelang

kedatangan Islam dengan ditandai pemajangan al-Mu’alaqat (syair-syair

masterpiece yang ditempel di dinding Ka’bah).

Pembentukan huruf abjad Arab sehingga menjadi dikenal pada

masa-masa awal Islam memakan waktu berabad-abad. Inskripsi Arab

Utara bertarikh 250 M, 328 M dan 512 M menunjukkan kenyataan

tersebut. Dari inskripsi-inskripsi yang ada, dapat ditelusuri bahwa huruf

Arab berasal dari huruf Nabati yaitu huruf orang-orang Arab Utara yang

masih dalam rumpun Smith yang terutama hanya menampilkan huruf-

huruf mati. Dari masyarakat Arab Utara yang mendiami Hirah dan Anbar

tulisan tersebut berkembang pemakaiannya ke wilayah-wilayah selatan

Jazirah Arab.

Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Umayyah (661-750 M)

Page 12: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Beberapa ragam kaligrafi awalnya dikembangkan berdasarkan

nama kota tempat dikembangkannya tulisan. Dari berbagai karakter tulisan

hanya ada tiga gaya utama yang berhubungan dengan tulisan yang dikenal

di Makkah dan Madinah yaitu Mudawwar (bundar), Mutsallats (segitiga),

dan Ti’im (kembar yang tersusun dari segitiga dan bundar). Dari tiga

inipun hanya dua yang diutamakan yaitu gaya kursif dan mudah ditulis

yang disebut gaya Muqawwar berciri lembut, lentur dan gaya Mabsut

berciri kaku dan terdiri goresan-goresan tebal (rectilinear). Dua gaya

inipun menyebabkan timbulnya pembentukan sejumlah gaya lain lagi

diantaranya Mail (miring), Masyq (membesar) dan Naskh (inskriptif).

Gaya Masyq dan Naskh terus berkembang, sedangkan Mail lambat laun

ditinggalkan karena kalah oleh perkembangan Kufi. Perkembangan Kufi

pun melahirkan beberapa variasi baik pada garis vertikal maupun

horizontalnya, baik menyangkut huruf-huruf maupun hiasan ornamennya.

Muncullah gaya Kufi Murabba’ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi

daun), Mudhaffar (dianyam), Mutarabith Mu’aqqad (terlilit berkaitan) dan

lainnya. Demikian pula gaya kursif mengalami perkembangan luar biasa

bahkan mengalahkan gaya Kufi, baik dalam hal keragaman gaya baru

maupun penggunannya, dalam hal ini penyalinan al-Qur’an, kitab-kitab

agama, surat-menyurat dan lainnya.

Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang termasyhur

mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan

empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Keempat tulisan ini

saling melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi

lebih sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan

pena besar pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas)

yang tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para

khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana.

Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat

luas.

Page 13: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Sejarah perkembangan periode ini tidak begitu banyak terungkap

oleh karena khilafah pelanjutnya yaitu Bani Abbasiyah telah

menghancurkan sebagian besar peninggalan-peninggalannya demi

kepentingan politis. Hanya ada beberapa contoh tulisan yang tersisa seperti

prasasti pembangunan Dam yang dibangun Mu’awiyah, tulisan di Qubbah

Ash-Shakhrah, inskripsi tulisan Kufi pada sebuah kolam yang dibangun

Khalifah Hisyam dan lain-lain.

Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Abbasiyah (750-1258 M)

Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih

pada periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-

Dahhak ibn ‘Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah

(750-754 M), dan Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur

(754-775 M) dan al-Mahdi (775-786 M). Ishaq memberi kontribusi yang

besar bagi pengembangan tulisan Tsuluts dan Tsulutsain dan

mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu Yusuf

as-Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan huruf

yang lebih halus dari sebelumnya.

Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai

nama besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi

kepada Al-Ahwal al-Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi

pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler

tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga

unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu : titik,

huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat

berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang

berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok

(al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan

Tauqi’ yang merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi

Page 14: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser

dominasi khat Kufi.

Usaha Ibnu Muqlah pun dilanjutkan oleh murid-muridnya yang

terkenal diantaranya Muhammad ibn As-Simsimani dan Muhammad ibn

Asad. Dari dua muridnya ini kemudian lahir kaligrafer bernama Ibnu

Bawwab. Ibnu Bawwab mengembangkan lagi rumus yang sudah dirintis

oleh Ibnu Muqlah yang dikenal dengan Al-Mansub Al-Faiq (huruf

bersandar yang indah). Ia mempunyai perhatian besar terhadap perbaikan

khat Naskhi dan Muhaqqaq secara radikal. Namun karya-karyanya hanya

sedikit yang tersisa hingga sekarang yaitu sebuah al-Qur’an dan fragmen

duniawi saja.

Pada masa berikutnya muncul Yaqut al-Musta’simi yang

memperkenalkan metode baru dalam penulisan kaligrafi secara lebih

lembut dan halus lagi terhadap enam gaya pokok yang masyhur itu. Yaqut

adalah kaligrafer besar di masa akhir Daulah Abbasiyah hingga runtuhnya

dinasti ini pada tahun 1258 M karena serbuan tentara Mongol.

Pemakaian kaligrafi pada masa Daulah Abbasiyah menunjukkan

keberagaman yang sangat nyata, jauh bila dibandingkan dengan masa

Umayyah. Para kaligrafer Daulah Abbasiyah sangat ambisius menggali

penemuan-penemuan baru atau mendeformasi corak-corak yang tengah

berkembang. Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai

ornamen dan arsitektur oleh Bani Abbasiyah daripada Bani Umayyah yang

hanya mendominasi unsur ornamen floral dan geometrik yang mendapat

pengaruh kebudayaan Hellenisme dan Sasania.

Perkembangan Kaligrafi Periode Lanjut

Selain di kawasan negeri Islam bagian timur (al-Masyriq) yang

membentang di sebelah timur Libya termasuk Turki, dikenal juga kawasan

bagian barat dari negeri Islam (al-Maghrib) yang terdiri dari seluruh negeri

Page 15: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Arab sebelah barat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol Islam). Kawasan

ini memunculkan bentuk kaligrafi yang berbeda. Gaya kaligrafi yang

berkembang dominan adalah Kufi Maghribi yang berbeda dengan gaya di

Baghdad (Irak). Sistem penulisan yang ditemukan oleh Ibnu Muqlah juga

tidak sepenuhnya diterima, sehingga gaya tulisan kursif yang ada bersifat

konservatif.

Sementara bagi kawasan Masyriq, setelah kehancuran Daulah

Abbasiyah oleh tentara Mongol dibawah Jengis Khan dan puteranya

Hulagu Khan, perkembangan kaligrafi dapat segera bangkit kembali tidak

kurang dari setengah abad. Oleh Ghazan cucu Hulagu Khan yang telah

memeluk agama Islam, tradisi kesenian pun dibangun kembali.

Penggantinya yaitu Uljaytu juga meneruskan usaha Ghazan, ia

memberikan dorongan kepada kaum terpelajar dan seniman untuk

berkarya. Seni kaligrafi dan hiasan al-Qur’an pun mencapai puncaknya.

Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang dibimbing Yaqut seperti

Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Quran dalam gaya Muhaqqaq

tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah al-

Suyufi dan lain-lain.

Dinasti Il-Khan yang bertahan sampai akhir abad ke-14 digantikan

oleh Dinasti Timuriyah yang didirikan Timur Leng. Meskipun dikenal

sebagai pembinasa besar, namun setelah ia masuk Islam kaum terpelajar

dan seniman mendapat perhatian yang istimewa. Ia mempunyai perhatian

besar terhadap kaligrafi dan memerintahkan penyalinan al-Qur’an. Hal ini

dilanjutkan oleh puteranya Shah Rukh. Diantara ahli kaligrafi pada masa

ini adalah Muhammad al-Tughra’I yang menyalin al-Qur’an bertarih 1408

daam gaya Muhaqqaq emas. Dan putra Shah Rukh sendiri yang bernama

Ibrahim Sulthan menjadi salah seorang kaligrafer terkemuka.

Dinasti Timuriyah mengalami kemunduran menjelang abad ke-15

dan segera digantikan oleh Dinasti Safawiyah yang bertahan di Persia dan

Irak sampai tahun 1736. pendirinya Shah Ismail dan penggantinya Shah

Tahmasp mendorong perumusan dan pengembangan gaya kaligrafi baru

Page 16: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

yang disebut Ta’liq yang sekarang dikenal khat Farisi. Gaya baru yang

dikembangkan dari Ta’liq adalah Nasta’liq yang mendapat pengaruh dari

Naskhi. Tulisan Nasta’liq ahkirnya menggeser Naskhi dan menjadi tulisan

yang biasa digunakan untuk menyalin sastra Persia.

Di Kawasan India dan Afganistan berkembang kaligrafi yang lebih

bernuansa tradisional. Gaya Behari muncul di India pada abad ke-14 yang

bergaris horisontal tebal memanjang yang kontras dengan garis vertikalnya

yang ramping. Sedangkan di kawasan Cina memperlihatkan corak yang

khas lagi, dipengaruhi tarikan kuas penulisan huruf Cina yang lazim

disebut gaya Shini. Gaya ini mendapat pengaruh dari tulisan yang

berkembang di India dan Afganistan. Tulisan Shini biasa ditorehkan di

keramik dan tembikar.

Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah Arab diperintah oeh

Dinasti Utsmaniyah (Ottoman) di Turki. Perkembangan kaligrafi sejak

masa dinasti ini hingga perkembangan terakhirnya selalu terkait dengan

dinasti Utsmaniyah Turki. Perkembangan kaligrafi pada masa Utsmaniyah

ini memperlihatkan gairah yang luar biasa. Kecintaan kaligrafi tidak hanya

pada kalangan terpelajar dan seniman tetapi juga beberapa sultan bahkan

dikenal juga sebagai kaligrafer. Mereka tidak segan-segan untuk merekrut

ahli-ahli dari negeri musuh seperti Persia, maka gaya Farisi pun

dikembangkan oleh dinasti ini. Adapun kaligrafer yang dipandang sebagai

kaligrafer besar pada masa dinasti ini adalah Syaikh Hamdullah al-Amasi

yang melahirkan beberapa murid, salah satunya adalah Hafidz Usman.

Perkembangan kaligrafi Turki sejak awal pemerintahan Utsmaniyah

melahirkan sejumlah gaya baru yang luar biasa indahnya, berpatokan

dengan gaya kaligrafi yang dikembangkan di Baghdad jauh sebelumnya.

Yang paling penting adalah Syikastah, Syikastah-amiz, Diwani, dan

Diwani Jali. Syikastah (bentuk patah) adalah gaya yang dikembangkan

dari Ta’liq an Nasta’liq awal. Gaya ini biasanya dipakai untuk keperluan-

keperluan praktis. Gaya Diwani pun pada mulanya adalah penggayaan dari

Ta’liq. Tulisan ini dikembangkan pada akhir abad ke-15 oleh Ibrahim

Page 17: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Munif, yang kemudian disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah. Gaya ini

benar-benar kursif, dengan garis yang dominan melengkung dan bersusun-

susun. Diwani kemudian dikembangkan lagi dan melahirkan gaya baru

yang lebih monumental disebut Diwani Jali, yang juga dikenal sebagai

Humayuni (kerajaan). Gaya ini sepenuhnya dikembangkan oleh Hafidz

Usman dan para muridnya.

2.4.2 Perkembangan Kaligrafi Di Indonesia

Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang

pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di

Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil

penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof.

Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya Kufi telah berkembang pada

abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti

Maimun di Gresik (wafat 495 H/1082 M) dan beberapa makam lainnya

dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia

Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan

pada makam-makam, huruf Arab tersebut (baca: kaligrafi) memang juga

banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi,

undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam

mata uang logam, stempel, kepala surat, dan sebagainya. Huruf Arab yang

dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab

Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.

Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi

seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu,

kertas, logam, kaca, dan media lain. Termasuk juga untuk penulisan

mushaf-mushaf al-quran tua dengan bahan kertas deluang dan kertas

murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur’an telah banyak dirintis

oleh banyak ulama besar di pesantren-pesantren semenjak akhir abad XVI,

meskipun tidak semua ulama atau santri yang piawai menulis kalgrafi

Page 18: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang

ditokohkan di penghujung abad XIX atau awal abad XX, karena tidak ada

guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang

memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi

pertama kali baru keluar sekitar tahun 1961 karangan Muhammad Abdur

Razaq Muhili berjudul ‘Tulisan Indah’ serta karangan Drs. Abdul Karim

Husein berjudul ‘Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf

Arab’ tahun 1971.

Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih

nyata dalam kitab-kiab atau buku-buku agama hasil goresan tangan

mereka yang banyak di tanah air. Para tokoh tersebut antara lain; K.H.

Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H. Salim Bakary, H.M. Salim

Fachry dan K.H. Rofi’I Karim. Angkatan yang menyusul kemudian

sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara lain

Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K. Mahfudz dari Ponorogo,

Faih Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasi’

Abdur Razaq, H. Yahya dan Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin

dari Kuningan, M. Nur Aufa Shiddiq dari Kudus, Misbahul Munir dari

Surabaya, Chumaidi Ilyas dari Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR

selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi dan mengalihkan kreasinya

pada lukisan kaligrafi.

Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya

dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai

dikembangkan dalam konteks kesenirupaan atau visual art. Dalam konteks

ini kaligrafi menjadi jalan namun bukan pelarian bagi para seniman lukis

yang ragu untuk menggambar makhluk hidup. Dalam aspek kesenirupaan,

kaligrafi memiliki keunggulan pada faktor fisioplastisnya, pola

geometrisnya, serta lengkungan ritmisnya yang luwes sehingga mudah

divariasikan dan menginspirasi secara terus-menerus.

Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama

kali sekitar tahun 1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran

Page 19: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

Lukisan Kaligrafi Nasional pertama bersamaan dengan

diselenggarakannya MTQ Nasional XI di Semarang, menyusul pameran

pada Muktamar pertama Media Massa Islam se-Dunia than 1980 di Balai

Sidang Jakarta dan Pameran pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun

1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun 1991, Pameran Kaligrafi Islam

di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah

1405 (1984) dan pameran lainnya.

Para pelukis yang mempelpori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad

Sadali (Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung, asal Aceh), Drs.

H. Amri Yahya (Yogyakarta, asal Palembang), dan H. Amang Rahman

(Surabaya), dilanjutkan oleh angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta

Hambali, Hendra Buana dan lain-lain. Mereka hadir dengan membawa

pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan dasar-dasar anatomi yang

menjauhkannya dari kaedah-kaedah aslinya, atau menawarkan pola baru

dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari pola yang telah

dibakukan. Kehadiran seni lukis kaligrafi tidak urung mendapat berbagai

tanggapan dan reaksi, bahkan reaksi itu seringkali keras dan menjurus

pada pernyataan perang. Namun apapun hasil dari reaksi tersebut,

kehadiran seni lukis kaligrafi dianggap para khattat sendiri membawa

banyak hikmah, antara lain menimbulkan kesadaran akan kelemahan para

khattat selama ini, kurang wawasan teknik, kurang mengenal ragam-ragam

media dan terlalu lama terisolasi dari penampilan di muka khalayak.

Kekurangan mencolok para khattat, setelah melihat para pelukis mengolah

karya mereka adalah kelemahan tentang melihat bahasa rupa yang ternyata

lebih atau hanya dimiliki para pelukis.

Perkembangan lain dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkan

seni ini menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam even MTQ.

Pada awalnya dipicu oleh sayembara kaligrafi pada MTQ Nasional XII

1981 di Banda Aceh dan MTQ Nasional XIII di Padang 1983. Sayembara

tersebut pada akhirnya dipandang kurang memuaskan karena sistemnya

adalah mengirimkan hasil karya khat langsung kepada panitia MTQ,

Page 20: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

sedangkan penulisannya di tempat masing-masing peserta. MTQ Nasional

XIV di Pontianak meniadakan sayembara dan MTQ tahun selanjutnya

kaligrafi dilombakan di tempat MTQ.

2.5 Semangat Kaligrafi Dalam Islam

Kaligrafi Islam mempunyai kedudukan yang istimewa diantara cabang-

cabang seni Islam yang lain. Tidak seperti cabang seni Islam yang lain – musik,

arsitektur misalnya, yang dalam beberapa hal banyak dipengaruhi oleh gaya-gaya

lokal dan sejumah seniman non muslim – kaligrafi mencapai puncak

keindahannya di tangan-tangan piawai seniman muslim sepenuhnya, tanpa

campur tangan pihak lain. Tanpa Islam barangkali huruf Arab tidak akan berarti

apa-apa. Hal ini dapat dilihat dari perhatian umat Islam terhadap tulisan yang

berawal dari perhatian mereka terhadap al-Qur’an. Wahyu Allah yang turun

melalui Nabi Muhammad adalah kalimat suci yang merupakan bahasa Tuhan

kepada hamba-Nya. Pertalian langsung antara tulisan dengan nilai-nilai

keagamaan yang sakral menjadikan umat Islam selalu termotivasi untuk terus

mengembangkannya. Pandangan ini kemudian dipertegas lagi dengan kenyataan

bahwa bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa liturgis umat Islam. Tulisan

Arab menjadi terangkat fungsi dan statusnya, bukan sekedar sebagai alat

komunikasi antar manusia, tetapi juga merupakan tulisan religius yang sakral.

Kehadiran Islam dengan berbagai atribut yang dibawanya, telah membawa

perubahan besar dan cepat pada perkembangan tradisi Arab. Betapa tidak, ketika

orang-orang Arab tengah asyik-masyuk dengan tradisi verbal yang mereka

banggakan, wahyu pertama (al-‘Alaq:1-5) yang berisi perintah Tuhan agar

membaca, menelaah, menganalisis justru menghentakkan mereka dari tidur

panjangnya seolah menjadi “bom” yang menghempaskan idealisme bangsa Arab,

sekaligus “proklamasi” kemestian budaya tulis-menulis dalam risalah yang

dibawa Nabi Muhammad saw (baca: Islam). Wahyu pertama itu segera disusul

dengan pengertian lain seperti ‘Tuhanmu yang mengajari manusia dengan pena’.

Kemudian dalam surat al-Qalam (Pena) (Q.S: 68: 1) Allah berfirman ; ‘Nun, demi

Page 21: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

pena dan apa yang mereka tulis’. Di samping itu, pengertian-pengertian simbolis

pentingnya tulisan juga terdapat dalam banyak ayat, misalnya al-Qur’an yang

tertulis dalam Lauhul Mahfudz (Q.S. 85:21-22), dua malaikat yang mencatat

perbuatan manusia (Q.S. 82: 10, 50: 16), pemberian buku catatan perbuatan

manusia pada hari akhir kelak (Q.S. 17:73, 10:62, 34:4 dan sebagainya),

perumpamaan seluruh pohon di bumi dijadikan pena tidak akan cukup menulis

kekuasaan Allah (Q.S.31: 27), dan perumpamaan air laut sebagai tinta yang tidak

akan cukup untuk menuliskan kekuasaan Allah meskipun ditambah lagi dengan

tujuh kali air laut yang ada di bumi (Q.S. 31:27, 18: 109). Semua ayat diatas

merupakan penghargaan yang sangat tinggi terhadap pena, tinta, buku, dan

tulisan. Dari sini dapat dipahami bahwa kaligrafi atau tulis-menulis memperoleh

asal-usul yang langsung dari Allah lewat firman-firman-Nya. Dalam sejarah

perkembangan kaligrafi, nilai-nilai dalam al-Qur’an ini menjadi ruh, spirit bagi

para kaligrafer untuk terus mencipta dan berkarya.

Penghargaan yang demikian tinggi terhadap tulisan juga terdapat dalam

beberapa Hadist Nabi. Kata Qalam (pena) misalnya disinggung dalam sebuah

hadist tentang nasib manusia yang telah tertulis dan tidak dapat diubah, qad jaffa

al-qalam (pena telah kering). Hadist lain mengatakan ‘Ajarilah anakmu membaca

dan menulis’, serta penjelasan hadist nabi yang merupakan penghargaan terhadap

tulisan indah, ‘bahwa siapa yang menulis Bismillahirrahmaniirahim dan

memperindahnya, dia akan masuk surga’. Dalam sejarah Islam juga diperoleh

keterangan bahwa Nabi mengerahkan para tawanan perang- yang notabene non

muslim- untuk mengajari membaca dan menulis anak-anak Madinah. Kecintaan

kepada tulis-menulis seperti dicontohkan Nabi akhirnya menjadi tauladan bagi

para sahabatnya termasuk Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Budaya tulis-

menulis dalam Islam telah memulai sejarahnya dan terbangun kuat sejak masa-

masa awal Islam ini.

Memandang kaligrafi dari perspektif agama, hal ini juga didukung oleh

citra bahwa kaligrafi dalam Islam dipandang sebagai manifestasi semangat

religiusitas. Ini bermula dari pernyataan-pernyataan Allah sendiri dalam al-Qur’an

dan beberapa Hadist seperti yang dikemukakan di atas. Kualitas religius yang suci

Page 22: Makalah Seni Dalam Islam Kaligrafi

ini akhirnya menjadi ciri yang sangat tipikal dalam apresiasi kaligrafi sepanjang

peradaban Islam. Melihat betapa dekatnya dunia seni dengan dunia agama dalam

visi Islam dan peran besar kaum sufi – yang turut meniupkan ruh keilahian dalam

seni Islam – kaligrafi mencapai puncak keindahannya. Hal ini dikarenakan ia

tersembul dari spiritualitas (rohani) yang seimbang, serasi, dan harmonis.

Keindahannya bukan muncul dari imajinasi tak terarah atau selera egois

senimannya. Dalam kaligrafi Islam tidak ada kesan rebelli (memberontak), yang

ada hanya bebas tetapi harmonis, tenteram. Dan keindahannya, keelastisannya

adalah peta batin sang kaligrafer yang telah dinafasi oleh ruh religiusitas tertentu.

KESIMPULAN

Kaligrafi adalah suatu tulisan yang ditulis dengan indah atau suatu

kepandaian menulis elok dan boleh juga dikatakan seni tulisan indah. Di dalam

seni rupa Islam, tulisan arab seringkali dibuat kaligrafi. Biasanya isinya ayat-ayat

Al-Quran dan katta-kata bijak. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena

diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit. Kaligrafi

adalah seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa Islam, karena merupakan

alat utama untuk melestarikan Al-Qur'an. Salah satu bentuk penerapan kaligrafi

Islam sebagai seni hias adalah di Istana Al Hamra, Spanyol.