Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS...
Click here to load reader
Transcript of Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA JENIS...
Makalah Seminar Kerja Praktek
ANALISA JENIS KEGAGALAN TRANSFORMER BERDASARKAN
HASIL UJI DGA DENGAN METODE ROGER’S RATIO
PLTU TAMBAK LOROK
Muhammad Faishal A. R. (L2F 007 051)
Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Permasalahan yang umum pada operasional transformator daya adalah timbulnya kegagalan (failure), baik
kegagalan termal maupun kegagalan elektris. Kegagalan termal dan kegagalan elektris umumnya menghasilkan
gas-gas berbahaya yang biasa dikenal sebagai fault gas. Kebanyakan transformator daya biasanya menggunakan
minyak isolator yang fungsinya selain sebagai pendingin juga untuk melarutkan gas-gas berbahaya tersebut agar
tidak beredar bebas. Mengindentifikasi jenis dan jumlah konsentrasi gas yang terlarut pada minyak dapat
memberikan informasi akan adanya indikasi kegagalan yang terjadi pada transformator. Metode untuk
mengidentifikasi dan menganalisis gas-gas terlarut pada minyak disebut sebagai metode DGA (Dissolved Gas
Analysis)
Pada Laporan kerja praktek ini, penulis akan membahas tentang jenis kegagalan transformer pada PT
Indonesia Power UBP Semarang setelah dilakukan uji DGA pada sampel minyak trafo oleh pihak PT Indonesia
Power. Analisa jenis kegagalan generator transformer ini akan menggunakan metode interpretasi uji DGA yaitu
roger’s ratio. Roger’s ratio adalah metode interpretasi uji DGA dengan menggunakan magnitude rasio lima jenis
fault gas yaitu C2H2/C2H4, CH2/H2, C2H4/C2H6
Dengan diketahuinya jenis kegagalan pada transformator daya melalui uji DGA dengan menggunakan metode
roger’s maka akan dapat dilakukan tindakan lebih lanjut pada minyak trafo sebagai media insulator dan pendingin
trafo. Tindakan pemeliharaan minyak trafo ini dapat dilakukan dengan melakukan cleaning, rekondisi, maupun
reklamasi.
Kata kunci: transformator daya , fault gas, uji DGA, metode roger’s ratio
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transformator adalah peralatan
listrik yg sangat vital dalam pembangkitan
energi listrik, untuk itu keandalannya harus
tetap terjaga agar proses penyaluran energi
listrik berjalan lancar. Untuk menjaga
keandalan dari transformer perlu dilakukan
suatu pengujian untuk mengetahui keadaan
dari transformer tersebut, salah satunya
dengan melakukan uji DGA (Dissolved gas
Analysis) yaitu menganalisis kandungan-
kandungan gas yang berada pada minyak
trafo. Setelah dilakukan uji DGA maka akan
dilakukan interpretasi data untuk
mengetahui keadaan dari transformer
tersebut.
1.2 Tujuan Menganalisis jenis kegagalan
transformer dengan menggunakan metode
Roger’s ratio berdasrkan hasil uji DGA
(Dissolved Gas Analysis)
1.3 Pembatasan Masalah
1. Transformator tenaga beserta bagian-
bagiannya.
2. Analisa Jenis Kegagalan Transformator
berdasarkan hasil uji DGA dengan
menggunakan Roger’s Ratio
II. TRANSFORMATOR TENAGA
2.1 Pengertian Transformator Transformator tenaga adalah suatu
peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya
Dalam sistem PLTU terdapat tiga
macam transformator, yaitu :
1. MAT (Main Auxiliary Transformer)
MAT (Main Auxiliary Transformer)
adalah trafo utama untuk pemakaian sendiri
yang dipasang paralel dengan trafo
generator, berfungsi untuk menurunkan
tegangan pembangkitan 18 KV menjadi 4.16
KV. Pada saat sistem keadaan normal
seluruh kebutuan tenaga listrik untuk
peralatan listrik maupun penerangan disuplai
oleh trafo ini.
2. RAT (Reserve Auxiliary Transformer)
PLTU Tambak Lorok mempunyai 2 set
trafo cadangan yang diparalelkan. Bila
generator mengalami ganguan atau over
houl sehingga trafo utama tidak berfungsi
maka daya listrik untuk start-up pembangkit
disuplai dari bus 150 KV melalui trafo
cadangan ini. Jadi trafo ini menurunkan
tegangan dari 150 KV menjadi 4160 V.
3. Trafo generator (Generator Transformer)
Trafo generator (Generator
Transformer) berfungsi menaikkan tegangan
pembangkitan 18 KV menjadi 150 KV yang
dipasok pada bus A dan B 150 KV yang
berhubungan langsung dengan saluran
transmisi, pada sistem interkoneksi se Jawa.
Gambar 1.Trafo Generator
2.2 Bagian Transformator Transformator terdiri dari :
a. Bagian Utama.
1) Inti Besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan
fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan.Dibuat dari
lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai
rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy
Current.
2) Kumparan Transformator Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi
yang membentuk suatu kumparan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan
primer dan kumparan sekunder yang
diisolasi baik terhadap inti besi maupun
terhadap antar kumparan dengan isolasi
padat seperti karton, pertinak dan lain-lain.
Kumparan tersebut sebagai alat transformasi
tegangan dan arus.
3) Minyak Transformator Sebagian besar kumparan-kumparan dan
inti trafo tenaga direndam dalam minyak
trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak trafo
mempunyai sifat sebagai isolasi dan media
pemindah, sehingga minyak trafo tersebut
berfungsi sebagai media pendingin dan
isolasi.
4) Bushing Hubungan antara kumparan trafo ke
jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh
isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai
penyekat antara konduktor tersebut dengan
tangki trafo.
Gambar 2. Bushing Transformator
5) Tangki – Konservator Pada umumnya bagian-bagian dari trafo
yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk
menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator.
Gambar 3. Konservator Trafo
b. Peralatan Bantu
1) Pendingin Pada inti besi dan kumparan-kumparan
akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut
mengakibatkan kenaikan suhu yang
berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam
transformator). Maka untuk mengurangi
kenaikan suhu transformator yang
berlebihan maka perlu dilengkapi dengan
alat/ sistem pendingin untuk menyalurkan
panas keluar transformator
Pada cara alamiah (natural), pengaliran
media sebagai akibat adanya perbedaan suhu
media dan untuk mempercepat perpindahan
panas dari media tersebut ke udara luar
diperlukan bidang perpindahan panas yang
lebih luas antara media (minyak-udara/gas),
dengan cara melengkapi transformator
dengan sirip-sirip (Radiator).
Gambar 4. Radiator sebagai Pendingin
Bila diinginkan penyaluran panas yang
lebih cepat lagi, cara natural/alamiah
tersebut dapat dilengkapi dengan peralatan
untuk mempercepat sirkulasi media
pendingin dengan pompa-pompa sirkulasi
minyak, udara dan air. Cara ini disebut
pendingin paksa (Forced).
Gambar 5. kipas pendingin transformator
2) Tap Changer (Perubah Tap) Tap changer adalah alat perubah
perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder
yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan / primer yang berubah-ubah. Tap
changer yang hanya bisa beroperasi untuk
memindahkan tap transformator dalam
keadaan transformator tidak berbeban
disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya
dapat dioperasikan manual.
Transformator Generator, MAT, RAT
mempunyai pengubah tap tanpa beban.
3) Alat Pernapasan (Silicagel). Karena pengaruh naik turunnya beban
transformator maupun suhu udara luar, maka
suhu minyak pun akan berubah-ubah
mengikuti keadaan tersebut.
Bila suhu minyak tinggi, minyak akan
memuai dan mendesak udara di atas
permukaan minyak keluar dari tangki,
sebaliknya apabila suhu minyak turun,
minyak menyusut maka udara luar akan
masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas
disebut pernapasan transformator.
Akibat pernapasan transformator
tersebut maka permukaan minyak akan
selalu bersinggungan dengan udara luar.
Udara luar yang lembab akan menurunkan
nilai tegangan tembus minyak transformator,
maka untuk mencegah hal tersebut, pada
ujung pipa penghubung udara luar
dilengkapi dengan alat pernapasan, berupa
tabung kaca berisi kristal zat hygroskopis
sehingga dapat dilihat warnanya.
Gambar 6. Alat Pernafasan Trafo
4) Indikator.
Untuk mengawasi selama transformator
beroperasi, maka perlu adanya indicator pada
transformator sebagai berikut:
- Indikator suhu minyak
- Indikator permukaan minyak.
- Indikator sistem pendingin.
- Indikator kedudukan tap.
c. Peralatan proteksi
1) Rele Bucholz Rele bucholz adalah alat/rele untuk
mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan di dalam transformator yang
menimbulkan gas
2) Pengaman Tekanan Lebih (Explosive
Membrane/Pressure-Relief Vent)
Alat ini berupa membrane yang dibuat
dari kaca, plastik, tembaga atau katup
berpegas, berfungsi sebagai pengaman
tangki transformator terhadap kenaikan
tekanan gas yang timbul di dalam tangki
(yang akan pecah pada tekanan tertentu) dan
kekuatannya lebih rendah dari kekuatan
tangki transformator.
3) Rele Tekanan Lebih (Sudden Pressure
Relay) Rele ini berfungsi hampir sama seperti
rele Bucholz, yakni pengaman terhadap
gangguan di dalam transformator. Bedanya
rele ini hanya bekerja oleh kenaikan tekanan
gas yang tiba-tiba dan langsung
menjatuhkan PMT
4) Rele Differensial Berfungsi mengamankan transformator
dari gangguan di dalam transformator antara
lain, Flash Over antara kumparan dengan
kumparan atau kumparan dengan tangki atau
belitan dengan belitan di dalam kumparan
ataupun beda kumparan.
5) Rele Arus Lebih Berfungsi mengamankan transformator
dari arus yang melebihi dari arus yang telah
diperkenankan lewat dari transformator
tersebut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung
singkat.
6.)Rele Tangki Tanah Berfungsi untuk mengamankan
transformator bila ada hubung singkat antara
bagian yang bertegangan dengan bagian
yang tidak bertegangan pada transformator.
7.)Rele Hubung Tanah Berfungsi untuk mengamankan
transformator bila terjadi gangguan satu
phasa ke tanah.
8) Rele Termis Berfungsi untuk mencegah/mengamankan
transformator dari kerusakan isolasi
kumparan, akibat adanya panas lebih yang
ditimbulkan akibat arus lebih. Besarnya
yang diukur di dalam rele ini adalah
kenaikan temperatur.
d. Peralatan Tambahan untuk
Pengaman Transformator
Pemadam kebakaran (transformator -
transformator besar ) Sistem pemadam
kebakaran yang modern pada transformator
saat sekarang sudah sangat diperlukan.
Fungsi yang penting untuk mencegah
terbakarnya trafo. Penyebab trafo terbakar
adalah karena gangguan hubung singkat
pada sisi sekunder sehingga pada trafo akan
mengalir arus maksimumnya. Jika proses
tersebut berlangsung cukup lama karena rele
tidak operasi dan tidak operasinya rele juga
sebagai akibat salah menyetel waktu
pembukaan PMT, rele rusak, dan sumber
DC yang tidak ada serta kerusakan wiring.
III. Uji DGA (Dissolved gas Analysis)
3.1 Pengertian DGA
Definisi DGA : “ analisa kondisi
transformator yang dilakukan berdasarkan
jumlah gas terlarut pada minyak trafo”
Pengujian DGA adalah salah satu langkah
perawatan preventif (preventive maintenance)
yang wajib dilakukan dengan interval pengujian
paling tidak satu kali dalam satu tahun
(annually).
Dilakukan dengan mengambil sampel
minyak dari unit transformator kemudian gas-
gas terlarut ( dissolved gas) tersebut diekstrak
untuk diidentifikasikan komponen-komponen
individualnya.
Pengujian DGA akan memberikan
informasi-informasi terkait akan kesehatan dan
kualitas kerja transformator secara keseluruhan.
Keuntungan Uji DGA : Deteksi dini akan
adanya fenomena kegagalan yang ada pada
transformator yang diujikan
Kelemahan Uji DGA : Diperlukan tingkat
kemurnian yang tinggi dari sampel minyak yang
diujikan
3.2 Langkah Uji DGA
3.3 Metode Ekstraksi Gas
1. Gas Chromatograph
Teknik memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah
senyawa gabungan berdasarkan tingkat
penguapannya (volatility).
Gambar 7. Metode Gas Chromatograph
2. Photo Acoustic Spectroscopy
Dengan radiasi gelombang elektromagnetik
dalam menentukan konsentrasi gas terlarut.
Gambar 8. Metode PAS
3.4 Jenis Kegagalan Transformator
Dari berbagai kasus kegagalan (fault) yang
terjadi pada transformator dan terdeteksi melalui
uji DGA, maka kegagalan pada transformator
dapat digolongkan menjadi beberapa kelas :
PD = Discharge sebagian
D1 = Discharge energi rendah
D2 = Discharge energi tinggi
T1 = Thermal faults pada temp<300oC
T2 = Thermal Faults pada temp
300oC<T<700
oC
T3 = Thermal Faults pada tempe > 700oC
Zona DT = campuran termal dan electrical fault.
3.5 Metode Interpretasi data uji DGA
Terdapat beberapa metode untuk melakukan
interpretasi data dan analisis seperti yang
tercantum pada IEEE std.C57 – 104.1991 dan
IEC 60599, yaitu :
1. Standar IEEE (TDCG)
Analisa jumlah total gas terlarut yang mudah
terbakar / TDGC (Total Dissolved Gas
Analysis) akan menunjukkan keadaan
transformator
*) karbondioksida (CO2) saja yang tidak
termasuk kategori TDCG.
Standar IEEE akan menetapkan tindakan operasi
yang harus dilakukan pada berbagai kondisi
2. Key Gas
Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 –
104.1991 sebagai gas-gas yang tebentuk pada
transformator pendingin minyak yang secara
kualitatif dapat digunakan untuk menentukan
jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis
gas yang khas atau lebih dominan terbentuk
pada berbagai temperatur.
3. Roger’s Ratio
Magnitude rasio lima jenis fault gas digunakan
untuk menciptakan tiga digit kode. Kode-kode
tersebut akan menunjukkan indikasi dari
penyebab munculnya fault gas. Beberapa catatan
(note) mengenai interpretasi dari tabel rasio
roger :
1.Ada kecenderungan rasio C2H2/C2H4 naik dari
0,1 s.d > 3 dan rasio C2H4/C2H6 untuk naik dari
1-3 s.d > 3 karena meningkatnya intensitas
percikan (spark). Sehingga kode awalnya bukan
lagi 0 0 0 melainkan 1 0 1
2.Gas yang timbul mayoritas dihasilkan oleh
proses dekomposisi kertas, sehingga muncul
angka 0 pada kode rasio roger.
3.Kondisi kegagalan ini terindikasi dari naiknya
konsentrasi fault gas. CH4/H2 normalnya bernilai
1, namun nilai ini tergantung dari berbagai
faktor seperti kondisi konservator, selimut N2,
temperatur minyak dan kualitas minyak.
4.Naiknya nilai C2H2 (lebih dari nilai yang
terdeteksi), pada umumnya menunjukkan adanya
hot-spot dengan temperatur lebih dari 7000C,
sehingga timbul arching pada transformator. Jika
konsentrasi dan rata-rata pembentukan gas
asetilen naik, maka transformator harus segera
diperbaiki (de-energized). Jika dioperasikan
lebih lanjut kondisinya akan sangat berbahaya.
5.Transformator dengan OLTC (On-Load Tap
Changer) bisa saja menunjukkan kode 2 0 2
ataupun 1 0 2 tergantung jumlah dari pertukaran
minyak antara tangki tapchanger dan tangki
utama.
Selain rasio pada tabel 5.4, seringkali
diguanakan rasio lain seperti rasio CO2/CO.
Rasio ini digunakan untuk mendeteksi
keterlibatan isolasi kertas pada fenomena
kegagalan. Normalnya rasio CO2/CO bernilai
sekitar 7. Jika rasio < 3, ada indikasi yang kuat
akan adanya kegagalan elektrik sehingga
menimbulkan karbonisasi pada kertas (hot-spot
atau arcing dengan temperatur >2000C). Jika
rasio > 10, mengindikasikan adanya kegagalan
thermal pada isolasi kertas pada belitan.
4.Duval’s Triangle
Koordinat segitiga :
% CH4 = CH4 / (CH4+C2H4+C2H2)*100%
% C2H4= C2H4 (CH4+C2H4+C2H2)*100%
% C2H2= C2H2 / (CH4+C2H4+C2H2)*100%
Kode gangguan yang dapat dideteksi dengan
Dissolved Gas Analysis (DGA) menggunakan
metode segitiga ini:
• PD = Dischrge sebagian
• D1 = Discharge energi rendah
• D2 = Discharge energi tinggi
• T1 = Thermal faults pada temperature <
300oC
• T2 = Thermal Faults pada temperature
300oC<T<700
oC
• T3 = Thermal Faults pada temperatur >
700oC
• Zona DT = campuran termal dan
electrical fault.
IV. Analisa Jenis Kegagalan Transformer
dengan Metode Roger’s.
1. Kondisi Transformer On-Load
Analisa Karakteristik Minyak dan TDCG :
- Warna minyak telah berada di bawah ambang
standar yaitu sebesar 4,0, sedangkan dengan
mengacu pada standar ASTMD 1500 batas
standar warna adalah 3,5.
- Kadar air dalam minyak trafo yang diuji sudah
berada di bawah ambang standar yaitu sebesar
24,2300 ppm. Sedangkan menurut standar
ASTM D 1533 ambang batas kadar air pada
transformator dengan tegangan 150 KV adalah
<20 ppm.
- Uji DGA dengan metode TDCG 1425 ppm,
seharusnya normal 720 ppm. Ini menunjukkan
kondisi trafo berada pada kondisi 2 yang berarti
harus dilakukan pengujian DGA kembali setiap
6 bulan, dan direkomendasikan untuk segera
dilakukan filtering minyak.
Analisa Roger’s Ratio :
Nilai perbandingan fault gas dan digit kodenya
(Transformer On-Load)
- Dari tabel diketahui perbandingan fault gas
C2H2/C2H4 sebesar 0,0125, CH4/H2 sebesar
0,0427 dan C2H4/C2H6 sebesar 5. Dengan
mengacu pada kode range rasio tabel roger’s
didapatkan kode 0 0 2. Digit kode 0 0 2 tidak
terdapat pada tabel analisis menurut roger’s.
Munculnya kode 0 ini diakibatkan oleh gas-gas
yang timbul mayoritas dihasilkan oleh proses
dekomposisi kertas. Akan tetapi, bila dilihat dari
data fault gas, terdapat produksi gas CO dan
CO2 yang begitu besar, permasalahan ini
disebabkan karena overheating pada isolasi
konduktor dan melibatkan isolasi kertas.
Munculnya permasalahan ini bisa dijadikan
pendekatan sesuai dengan tabel analisis roger’s
dengan kode 0 0 1 yang mengindikasikan
adanya kegagalan thermal < 1500C.
- Selain Berdasarkan tabel analisis roger’s ratio,
juga digunakan rasio lain yaitu rasio CO2/CO.
Rasio ini digunakan untuk mendeteksi
keterlibatan isolasi kertas pada fenomena
kegagalan. Normalnya rasio CO2/CO adalah
bernilai 7. Berdasarkan uji DGA yang telah
dilakukan terdapat gas CO2 yang besarnya 8855
ppm dan CO sebesar 885 ppm. Sehingga rasio
CO2/CO adalah 8855/885 = 10,005. Hal ini
sekaligus menguatkan bahwa terdapat kegagalan
thermal pada isolasi kertas pada belitan trafo.
2. Kondisi Transformer No-Load
Analisa Karakteristik Minyak dan TDCG :
- Untuk warna minyak telah berada di bawah
ambang standar yaitu sebesar 4,0, sedangkan
dengan mengacu pada standar ASTMD 1500
batas standar warna adalah 3,5.
- Kadar air dalam minyak trafo yang diuji sudah
berada di bawah ambang standar yaitu sebesar
24,20 ppm. Sedangkan menurut standar ASTM
D 1533 ambang batas kadar air pada
transformator dengan tegangan 150 KV adalah
<20 ppm.
- Uji DGA dengan metode TDCG 971 ppm,
seharusnya normal 720 ppm. Ini menunjukkan
kondisi trafo berada pada kondisi 2 yang berarti
harus dilakukan pengujian DGA kembali setiap
6 bulan, dan direkomendasikan untuk segera
dilakukan filtering minyak.
Analisa Roger’s Ratio :
Nilai perbandingan fault gas dan digit kodenya
(Transformer No-Load)
- Pada nilai perbandingan fault gas C2H2 / C2H4
digunakan pernbandingan 1 / 63,76, padahal
nilai C2H2 = 0, hal ini dikarenakan menurut
aturan roger’s detection limit untuk gas C2H2
adalah 1 ppm. Sedangkan untuk nilai H2
detection limitnya adalah sebesar 5 ppm.
- Dari tabel diketahui perbandingan fault gas
C2H2/C2H4 sebesar 0,015, CH4/H2 sebesar 1,236
dan C2H4/C2H6 sebesar 37,06. Dengan mengacu
pada kode range rasio tabel roger’s didapatkan
kode 0 2 2. Digit kode 0 2 2 pada tabel analisis
roger’s menunjukkan bahwa pada transformator
telah terjadi kegagalan thermal >7000C.
- Percikan bunga api korona menyebabkan kadar
karbon pada minyak isolasi meningkat dan
menyebabkan munculnya gelembung-
gelembung gas N2 dan O2 pada minyak isolasi
tersebut.
V. Pencucian/Pemurnian Minyak
- Recondition (Memperbaharui Minyak) : Suatu
cara atau proses untuk menghilangkan
kelembaban (kandungan air) dan material yang
keras (Solid) dengan cara mekanis.
- Reklamasi (Mengembalikan Kemurnian
Minyak): Suatu cara atau proses yang
menghasilkan kandungan kimia di dalam
minyak berubah. Cara ini dengan menambah
bahan-bahan kimia (asam, basa ataulainnya).
VI. Penutup
1. Kesimpulan
- Pengujian DGA secara harfiah dapat diartikan
sebagai analisis kondisi transformator yang
dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada
minyak trafo.
- Hasil uji DGA dengan metode TDCG
menunjukkan trafo dalam kondisi 2 dan harus
dilakukan pengujian DGA setiap 6 bulan, segera
dilakukan filtering minyak.
- Pada pengujian pertama dengan metode roger’s
ratio jenis kegagalan yang terdeteksi pada
transformer adalah kegagalan thermal <1500C.
- Pada pengujian kedua dengan metode roger’s
ratio mengindikasikan jenis kegagalan thermal
>7000C.
- Perbedaan ini disebabkan adanya
kekurangakuratan dalam pengambilan sampel
minyak. Untuk itu perlu dilakukan pengujian
lanjutan dan berkala untuk mendapatkan data
sampel minyak yang valid dan akurat.
2. Saran
- Perlu dilakukan perawatan dan pengujian
transformer secara berkala, untuk tetap menjaga
keandalan dari transformer.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Manual Book Power Transformer PLTU
Tambak Lorok Unit III, Mitsubhisi Electric
[2] IEC Standar No. 60156, 60422, 60599
[3] SPLN 49_1 : 1982, Pedoman Penerapan
Spesifikasi dan Pemeliharaan Minyak Isolasi
[4] Transformer Maintenance, United States
Department of The Interior Bureau Of
Reclamation, Denver Clorado, 2000
[5] PT PLN, “Panduan Pemeliharaan Trafo
Tenaga”, Jakarta : PT PLN P3B, 2003
[6] Hardityo Rahmat.2008. “Tugas Akhir :
Deteksi dan Analisis Kegagalan Transformator
Dengan Metode Analisis Gas Terlarut”. Jakarta :
FT UI
[7] PT PLN, “ Presentasi Analisa Minyak
Trafo”, Jakarta : PT PLN P3B, Forum
Enjinering 2007
BIODATA
Muhammad Faishal A. R.
Penulis yang lahir di
Rembang, 20 Oktober 1989
mempunyai riwayat
pendidikan di MI-
Annashriyyah, SMPN 4
Semarang, SMAN 11
Semarang dan saat ini
sedang menjalankan studi
strata 1 di Teknik Elektro
Universitas Diponegoro konsentrasi teknik
tenaga listrik.
Pembimbing Penulis
Karnoto ST., MT M. Faishal A. R