Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

67
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengingat pendidikan yang baik itu merupakan pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan melainkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Dan salah satu persoalan yang akan timbul dalam sebuah proses pendidikan adalah dalam hal model pembelajaran yang digunakan oleh para guru dimana guru lebih cenderung menerapkan model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun juga individual. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini 1

description

,alkajdf

Transcript of Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Page 1: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengingat pendidikan yang baik itu merupakan pendidikan yang tidak

hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan melainkan

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-

hari. Dan salah satu persoalan yang akan timbul dalam sebuah proses pendidikan

adalah dalam hal model pembelajaran yang digunakan oleh para guru dimana guru

lebih cenderung menerapkan model pembelajaran langsung (model pembelajaran

konvensional).

Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran,

berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak

perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena

arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini

bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun

juga individual.

Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar

mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini

sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya

bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan

awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi,

keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar

diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan

belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi

dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran

1

Page 2: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran

yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran

di kelas berlangsung efektif dan optimal.

Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para guru

khususnya dalam hal memahami karakteristik materi, peserta didik, dan

metodologi pembelajaran proses pembelajaran terutama berkaitan dengan

pemilihan model-model pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran

akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan

pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan

kreatifitas peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1.2.1. Apa pengertian dari teori belajar konstruktivisme ?

1.2.2. Siapa tokoh pelopor teori belajar konstruktivisme ?

1.2.3. Apa saja ciri dan prinsip dari teori konstruktivisme ?

1.2.4. Apa saja konsep dasar dari teori konstruktivisme tentang pendidikan ?

1.2.5. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari teori konstruktivisme ?

1.2.6. Apa saja kendala dalam penerapan teori konstruktivisme dan

solusinya ?

1.2.7. Apa saja implikasi dari teori konstruktivisme pada pembelajaran ?

1.2.8. Bagaimana hubungan teori konstruktivisme dengan teori belajar lain ?

1.2.9. Apa saja model pembelajaran dari teori konstruktivisme ?

1.2.10. Apa saja aplikasi/contoh dari teori pembelajaran kontruktivisme ?

2

Page 3: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

1.3.1. Mengetahui pengertian dari teori belajar konstruktivisme.

1.3.2. Mengetahui siapa tokoh pelopor teori belajar konstruktivisme.

1.3.3. Mengetahui ciri dan prinsip dari teori konstruktivisme.

1.3.4. Mengetahui konsep dasar dari teori konstruktivisme tentang

pendidikan.

1.3.5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori konstruktivisme.

1.3.6. Mengetahui kendala dalam penerapan teori konstruktivisme dan

solusinya.

1.3.7. Mengetahui implikasi dari teori konstruktivisme pada pembelajaran.

1.3.8. Mengetahui hubungan teori konstruktivisme dengan teori belajar lain.

1.3.9. Mengetahui model pembelajaran dari teori konstruktivisme.

1.3.10. Mengetahui aplikassi teori pembelajaran konstruktivisme.

3

Page 4: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan itu

terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu

sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya. Menurut

konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi

dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis akan tetapi

bersifat dinamis. Tergantung individu yang melihat dan mengkontruksinya.

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai  pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda

dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang

bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami

belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan

dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang

dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan

pengalaman demi pengalaman. Demikian ini menyebabkan seseorang mempunyai

pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Menurut teori ini, satu prinsip yang

mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun

siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam

memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini,

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru dapat memberikan siswa anak tangga

yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan

siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri.

4

Page 5: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

2.2 Tokoh Pelopor Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme memiliki dasar teori kognitif dengan

penekanan diberikan pada bagaimana struktur kognitif membangun dan

mengorganisasi pengetahuan. Ada dua tokoh penting yang mempelopori teori

dasar konstruktivisme ini yaitu Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori yang

dikemukakan oleh Jean Piaget disebut konstruktivisme psikologi / individu /

kognitif, sedangkan teori yang dipelopori oleh Lev Vygotskynialah

konstruktivisme sosial.

2.2.1 Teori Konstruktivisme Piaget: Psikologi/ Individu/ Kognitif

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang terkenal dengan teori

perkembangan kognitif dan bagaimana manusia membina pengetahuan. Menurut

Piaget, keupayaan mengurus maklumat dan pengetahuan berlaku secara

berperingkat. Proses membina pengetahuan juga berlaku mengikut peringkat yang

bermula dengan pengetahuan sedia ada dalam struktur kognitif. struktur asas

dalam organiasasi mental ini dinamakan skema. Justeru, pengetahuan sedia ada

yang yang menjadi asas tingkah laku ialah skema.

Pengetahuan dibina apabila maklumat baru diserap masuk atau

disesuaikan dalam struktur kognitif melalui proses adaptasi. Proses

adaptasi merujuk kepada proses menyesuaikan dan menerima maklumat baru

dalam struktur kognitif untuk mendapatkan keseimbangan antara skema dengan

persekitaran. Ini dinamakan EQUILIBRASI.

Menurut Cahyo (2013) dalam blog Indri RB menyatakan bahwa proses

mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut:

a. Skemata

Piaget mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari schemata anak

melaui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu

5

Page 6: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak

schemata yang dimilikinya. Dengan demikian, schemata adalah struktur

organisasi kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang

menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi

b. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang

memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah

ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi mempengaruhi atau

memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara kontinu,

berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.

c.   Akomodasi

Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai

pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru dan

berubshnya schemata lama.

d. Keseimbangan

Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang

berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget membagi

fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera dalam

table di bawah ini:

Tahapan Usia Gambaran

Sensorimotor 0-2 Bayi bergerak dari tindakan reflek

instingtif pada saat lahir sampai

permulaan pemikiran simbolis. Bayi

membangun suatu pemahaman

tentang dunia melalui

pengoorgadinasian pengalaman-

pengalaman sensor dengan tindakan

6

Page 7: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

fisik

Operational 2-7 Anak mulai merepresentasikan

dunia denan kata-kata dan gambar-

gambar.

Concerte

operational

7-11 Pada saat ini anak dapat berpikir

secara logis mengenai peristiwa-

peristiwa yang konkret

Formal

operational

11-15 Anak remaja berpikir dengan cara

yang lebih abstrak dan logis.

Pemikiran lebih idealistik

2.2.2 Teori Konstruktivisme Vygotsky: Sosial

 Teori perkembangan kognitif Vygotsy merupakan dasar teori ini. Menurut

Vygotsky, perkembangan konsep anak berkembang sistematis, logika dan rasional

dengan bantuan dan bimbingan orang lain. Jadi teori konstruktivisme sosial ini

berperan utama dalam pembelajaran dalam konteks sosial-budaya.

Dalam konteks sosial, individu berbagi dan saling membangun

pengetahuan baru. keterlibatan dengan orang lain memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengevaluasi dan meningkatkan pengetahuan diri.

Pandangan Konstruktivisme Sosial

1. Pelajar memiliki keunikan karena berbeda latar belakangnya.

2. Latar belakang, pengalaman, interaksi dan budaya masyarakat sangat

mempengaruhi pembelajaran individu.

3. Pelajar bertanggung jawab terhadap konstruksi pengetahuan sendiri.

4. Pengalaman sukses dan keyakinan diri mempengaruhi motivasi untuk

belajar.

5. Guru sebagai fasilitator.

6. Pembelajaran terjadi dalam situasi sosial dan akif.

7

Page 8: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

7. Kolaborasi antara guru, siswa dan bahan pengajaran penting dalam

pembelajaran.

8. Pembelajaran berbasis konteks penting dalam memfasilitasi siswa.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip

seperti yang dikutip oleh Slavin (2000: 256) pada blog Sonsaka yaitu:

a. Pembelajaran sosial (social leaning)

Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran

kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi

bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

b. ZPD (zone of proximal development)

Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika

berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat

memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah

mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support

dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal

yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan

kognitif si anak.

c. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship)

Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh

kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang

dewasa, atau teman yang lebih pandai.

d. Pembelajaran Termediasi (mediated learning)

Vygostky menekankan pada scaffolding.Siswa diberi masalah yang

kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam

memecahkan masalah siswa.

Inti teori   Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan

eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial

pembelajaran. Menurut teori  Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari

interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vigotsky juga

8

Page 9: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang

belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan

kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development

mereka.

2.3 Ciri Dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme

Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah sebagai berikutu,

sebagaimana dijelaskan oleh Ansori, (2007):

1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.

2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin

dcapai.

4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan

menekankan pada hasil belajar.

5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.

6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.

7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.

8. Penilaian belajar lebih menenkankan pada kinerja dan pemahaman

siswa.

9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif.

10. Banyak menggunakan teriminologi kognitif untuk menjelaskan

proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis.

11. Mendorong siswa untuk berpartisispasi aktif dalam dialog atau

diskusi dengan siswa lain dan guru.

12. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun

pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman

nyata.

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan

dalam belajar-mengajar adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

9

Page 10: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali

hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

3. Murid aktif mengonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu

terjadi perubahan konsep ilmiah.

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar

proses konstruksi berjalan lancar.

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan.

7. Mencari dan menilai pendapat siswa.

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu, hanya ada satu prinsip yang paling penting, yaitu guru tidak boleh

hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat

membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi

sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan

mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri

untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang nantinya

dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

2.4 Konsep Dasar Konstruktivisme Tentang Pendidikan

Teori konstruktivisme memiliki konsep dasar tersendiri mengenai

pendidikan yang berbeda dengan teori lainnya. Konstruktivisme

mempunyai pandangan tersendiri mengenai pendidikan yang meliputi

tujuan pendidikan, hakikat guru, siswa, hakikt pembelajaran, hakikat

anak, proses belajar, dan lain sebagainya. Pandangan dari beberapa hal

tersebut telah membuat konsep tersendiri tentang pendidikan menurut

konstruktivisme.

10

Page 11: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Beberapa konsep tersebut dijabarkan dalam uraian di bawah ini.

1. Tujuan Umum Pendidikan

Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui

proses aktif individu mengonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman

fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan

pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya

menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk

menyelesaikan persoalan hidupnya. Yujuan filsafat pendidikan

memberikan inspirasi bagaimanan mengorganisasikan proses

pembelajaran yang ideal.

Dalam filsafat pendidikan, teori pendidikan bertujuan

menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip

pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Peranan filsafat

pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan

pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan

tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan

dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari

teori pendidik.

2. Hakikat Seorang Guru

Menurut prinsip konstruktivisme, seorang guru punya peran

sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar

siswa berjalan dengan baik. Maka, tekanan diletakkan pada siswa

yang belajar dan bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar.

Fungsi sebagai mediator dan fasilitator ini dapat dijabarkan dalam

beberapa tugas antara lain sebagai berikut :

a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa ikut

bertanggung jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian.

Karena itu, memberi pelajaran atau model ceramah jelas bukanlah

tugas utama seorang guru.

b. Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang

merangsang keingintahuan siswa, membantu mereka untuk

11

Page 12: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

mengeksresikan gagasan mereka dan mengomunikasikan ide

ilmiahnya. Selain itu, juga menyediakan sarana yang merangsang

berpikir siswa secara produktif dan mendukung pengalaman

belajar siswa.

c. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran

siswa itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan

mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk

mengahadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu

dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. Disini, guru

perlu mengerti mereka sudah pada taraf mana.

d. Dalam sistem konstruktivisme, guru dituntut penguasaan bahan

yang luas dan mendalam. Guru perlu mempunyai pandangan yang

sangat luas mengenai pengetahuan dari bahan yang mau

diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam akan

memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan

siswa yang berbeda dan juga memungkinkan untuk menunjukkan

apakah gagasan sisawa itu jalan atau tidak. Penguasaan bahan

memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam jalan atau

model untuk sampai kepada suatu pemecahan persoalan, dan

tidak terpaku kepada satu model.

Kecenderungan pola pengajaran yang dilakukan tidak lagi

berorientasi pada bagaimana siswa belajr dan berpikir tetapi lebih

cenderung bagaimana guru mengajar didepan kelas. Guru perlu

menawarkan berbagai aktivitas belajar di dalam kelas selama

proses belajar berlangsung. Tugas guru hanyalah mengamati atau

mengobservasi, menilai dan menunjukkan hal-hal yang perlu

dilakukan siswa.

3. Hakikat Seorang Siswa

Dalam konstruktivisme para siswa menciptakan atau membentuk

pengetahuan mereka sendiri melalui tingkatan atau interaksi dengan

dunia. Pendekatan konstruktivisme sosial juga mempertimbangkan

12

Page 13: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

konteks soaial di dalamnya pembelajarab muncul dan menekankan

pentingnya interaksi sosial dan negosisasi dalam pembelajaran.

Hakikat siswa dalam teori konstruktivisme ini tidak berbeda

dengan hakikat anak dan perkembangan kognitifnya. Menurut piaget,

pengetahuan tidak tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang,

melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak

bergantung pada seberapa jauh mereka aktf memanipulasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan perkembangan

kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang

keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan.

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan

Para penganut konstruktivisme nerpendapat bahwa pengetahuan itu

merupakan konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan

bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang

dipelajari, tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap

objek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah

sesuatu yang sudah ada di sana dan tinggal mengambilnya, tetapi

merupakan suatu bentukan terus-menerus dari seseorang yang setiap

kali mengadakan reorganisasi karena munculnya pemahaman yang

baru.

Menurut Von Glaserfeld, tokoh filsafat konstruktivisme di AS,

pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari

pemikiran seseorang yang mempunyai pengetahuan (guru) ke pikiran

orang yang belum punya pengetahuan (siswa). Bahkan bila guru

bermaksud untuk mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada

siswa, pemindahn itu harus diinterprestasikan dan dikonstruksikan

oleh siswa sendiri dengan pengalaman mereka.

Sosiokulturalisme yang ditokohi oleh Vygotsky, menjelaskan

bahwa pengetahuan dibentuk baik secara pribadi tetapi juga oleh

interaksi sosial dan kulturaldengan orang-orang yang lebih tahu

tentang hal itu dan lingkungan yang mendukung. Dengan

13

Page 14: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

dimasukkannya seseorang dalam suatu masyarakat ilmiah dan kultur

yang sudah punya gagasan tertentu, maka orang itu membentuk

pengetahuannya. Semesntara itu konstruktivisme sosiologis

menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh masyarakat sosial.

Unsur masyarakatkah yang penting, sedang unsur pribadi tidak begitu

di perhatian.

2.5 Strategi Belajar Konstruktivisme

a. Top Down Processing

Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa belajar dimulai dari

masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian

menghasilkan atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan.

Misalnya, siswa diminta untuk menulis kalimat-kalimat,

kemudian ia akan belajar untuk membaca, belajar tentang tata

bahasa kalimat-kalimat tersebut, dan kemudian mencari tahu cara

menulis titik dan komanya. Belajar dengan pendekatan top down

processing ini berbeda dengan pendekatan belajar bottom-up

processing yang tradisional dimana keterampilan dibangun secara

perlahan melalui keterampilan yang lebih kompleks.

b. Cooperative Learning

Cooperative learning adalah suatu strategi yang digunakan untuk

proses belajar dengan pola siswa akan lebih mudah menemukan

secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka

mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang

dihadapi. Dalam strategi cooperative learning, siswa belajar

dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu

memecahkan problem yang dihadapi. Cooperative learning lebih

menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan

kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan

14

Page 15: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan menantang

pengetahuan yang dimiliki oleh individu.

c. Generative Learning

Strategi ini menekankan adanya integrasi yang aktif antara materi

atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Sehingga,

dengan menggunakan pendekatan generative learning, diharapkan

siswa menjadi lebih aktif melakukan proses adaptasi ketika

menghadapi stimulus baru. Selain itu, generative learning ini

mengajarkan sebuah metode yang untuk melakukan kegiatan

mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpilan, atau

analogi-analogi terhadap apa yang dipelajar.

2.6 Kelebihan Dan Kelemahan Teori Kosntruktivsme

Kelebihan Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak

dimiliki oleh teori pembelajaran lain. Di antara beberapa

kelebihan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik

menurut kosntruktivisme adalah peserta didik yang aktif

mengonstruksi pengetahuan yang ia dapat. Mereka

membandingkan pengalaman kognitif mereka dengan persepsi

kognitif mereka tentang sesuatu. Jadi guru dalam

pembelajaran konstruktivisme hanya sebagai fasilitator, bukan

model atau sumber utama yang bertugas untuk menstrasfer

ilmu pada siswa.

b. Siswa (pembelajar) lebih aktif dan kreatif. Ebagai akibat

konstruksi mandiri pembelajar terhadap sesuatu, pembelajar

dituntut aktif dan kreatif untuk mengaitkan ilmu baru yang

mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya,

sehingga tercipta konsep yang sesuai dengan yang diharapkan.

15

Page 16: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

c. Pembelajaran lebih bermakna. Belajar bermakna berarti

mengonstruksi informasi dalam struktur pengertian lamanya.

Jadi, dapat dijabarkan bahwa dalam konstruktivisme,

pembelajar mendapatkan ilmunya tidak hanya dengan

mendengarkan penjelasan gurunya, tetapi juga dengan

mengaitkan pengalaman pribadi mereka dengan informasi

baru yang mereka dapat.

d. Pembelajar memiliki kebebebasan belajar. Kebebasan di sini

berarti bahwa pembelajar dapat bebas mengonstruksi ilmu

baru itu sesuai pengalamannya sebelumnya, sehingga tercipta

konsep yang diinginkan.

e. Perbedaan individual terukur dan dihargai. Karena proses

belajar sesuai konstruktivisme adalah proses belajar mandiri,

maka potensi individu akan terukur dengan sangat jelas.

f. Proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses. Filsafat

konstruktivisme menuntun pembelajar untuk mengonstruksi

ilmu barunya dengan merefleksikan pada pengalaman

sebelumnya untuk membuat konsep baru.

g. Guru berpikir proses membina pengetahuan baru, siswa

berpikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat

keputusan.

h. Siswa menjadi lebih mudah paham. Sebab, siswa terlibat

secara langsung dalam membina pengetahuan baru.

Karenanya, mereka akan lebih paham dan boleh

mengaplikasikannya dalam sebuah situasi.

Kelemahan Teori Konstruktivisme

a. Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah

proses belajar yang bukan merupakan perolehan informasi

yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa

kepada pengaamannya melalui proses asimilasi dan

16

Page 17: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

akomodassi yang bermuara pada pemutakhiran struktur

kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi

prosesnya dari segi peroehan pengetahuan dari fakta-fakta

yang terlepas-lepas.

b. Peranan siswa. Menurut pandangan ini, belajar merupakan

suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini

harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan

kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi

makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang

dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata

lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya

belajar. Namun, yang akhirnya paling menentukan adalah

terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu

sendiri.

c. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik

berperan membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan

oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan

pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu

siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

d. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan

utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam

mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti

bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya

disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

e. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan

belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan

dan interprestasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan,

serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

2.7 Kendala Dalam Penerapan Teori Konstruktivisme Dan Solusinya

17

Page 18: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Selain menimbulkan kelebihan dan kelemahan, teori konstruktivisme juga

menimbulkan kendala tersendiri dalam penerapannya dikelas. Menurut Asrori

(2007), kendala-kendala yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru. Guru selama ini telah

terbiasa mengajar dengan menggunakan pendekatan tradisional, mengubah

kebiasaan ini merupakan suatu hal yang tidak mudah.

2. Guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan

pembelajaran berbasis konstruktivisme. Guru konstruktivistis dituntut untuk

lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dan dalam memilih

menggunakan media yang sesuai.

3. Adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode atau pendekatan baru

dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup besar. Guru

khawatir target pencapaian kurikulum (TPK) tidak tercapai.

4. System evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir. Padahal, yang

terpenting dari suatu pembelajaran adalah proses belajarnya, bukan hasil

akhirnya.

5. Besarnya beban mengajar guru, latar pendidikan guru tidak sesuai dengan

mata pelajaran yang diasuh, dan banyaknya pelajaran yang harus dipelajari

siswa merupakan yang cukup serius.

6. Siswa terbiasa menunggu informasi dari guru. Siswa akan belajar jika ada

transfer pengetahuan dan tugas-tugas dari gurunya. Mengubah sikap

“menunggu informasi” menjadi “pencari dan pengonstruksi informasi”

merupakan kendala itu sendiri.

7. Adanya budaya negative di lingkungan siswa. Salah satu contohnya di

lingkungan rumah. Pendapat orang tua selalu dianggap paling benar, anak

dilarang membantah pendapat orang tuanya. Kondisi ini juga terbawa ke

sekolah. Siswa terkondisi untuk “mengiyakan” pendapat atau penjelasan

guru. Siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya yang mungkin

berbeda dengan gurunya.

18

Page 19: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Oleh karena itu, perlu adanya solusi dalam penanganan masalah tersebut.

Banyak sumber dalam psikologi pembelajaran dan pendidikan yang menawarkan

solusi terhadap masalah diatas. Di antara tawaran solusinya adalah sebagai berikut

:

1. Guru, sebagai subjek sentral dalam pendidikan, harus memiliki wawasan

baru dan luas dalam model-model pembelajaran.

2. Sekolah dan penyelenggaraannya harus memiliki visi dan misi yang jelas

yang menjangkau masa depan, dan melengkapi dengan sarana prasarana

yang memadai.

3. Dibutuhkan keberanian dari pelaku-pelaku pendidikan untuk secara kritis

menyikapi berbagai perubahan dan membuat terobosan.

4. Peserta didik tidak lagi dijadikan aset yang mampu menjual nama baik

lembaga, tetapi harus diberi kesempatan berkembang secara optimal dan

alamiah.

5. Sebaiknya system UAN dikaji kembali, untuk melihat efektivitasnya untuk

kelangsungan generasi muda berikutnya. Jangan sampai system UAN

menjerumuskan siswa yang mungkin tidak berbakat pada materi yang

diujikan tapi berbakat pada keterampilan lain. Itu akan membatasi kreativitas

siswa.

6. Bagi guru yang mempersiapkan UAN untuk siswanya, sebaiknya

mempersiapkannya dari jauh-jauh hari, agar tidak terkesan mengejar waktu,

hingga akhirnya mengorbankan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif

dalam kelas.

7. Jika UAN dilanjutkan pelaksanaannya, sebaiknya lebih memperhatikan

penilaian proses, tidak hanya penilaian produk akhir. Mungkin ini bias

dilakukan dengan mengganti jenis soal, sehingga dapat mengukur kualitas

siswa secara murni.

8. Konstruktivisme dapat meningkatkan mutu pendidikan, namun

pelaksanaannya tidak mutlak dapat diterapkan pada semua kondisi

pendidikan di Indonesia, perlu penyesuaian dengan kondisi lapangan yang

ada.

19

Page 20: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

20

Page 21: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

2.8 Implikasi Teori Konstruktivisme Pada Pembelajaran

Keberadaan teori pembelajaran sangat penting dalam membantu pendidik

untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa pada masa kini. Seorang

pendidik atau guru akan menggunakan kaidah atau metode untuk menjamin

kualitas pengajaran bagi siswa didiknya. Kualitas pengajaran ini biasanya

mengacu pada metode pengajaran yang didapat dari teori pembelajaran. Dengan

kata lain, teori pembelajaran yang dianut akan member implikasi atau dampak

kepada pembelajaran itu sendiri. Dalam hal ini, termasuk di dalamnya adalah teori

konstruktivisme yang menekankan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dari

pengalaman siswa sendiri.

Sebagaimana kita ketahui, belajar dalam pengertian konstruktivisme adalah

suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dibuat sendiri

oleh pelajar atau orang yang mau mengerti. Orang itulah yang aktif berfikir,

membuat konsep, dan mengambil makna. Guru atau pendidik di sini hanyalah

membantu agar proses konstruksi itu berjalan. Guru bukan mentransfer

pengetahuan sebagai yang sudah tahu, tetapi membantu agar anak didik

membentuk pengetahuannya.

Dalam belajar system ini, peran siswa diutamakan dan keaktifan siswa untuk

membentuk pengetahuan dinomorsatukan. Semua peralatan, bahan, lingkungan,

dan fasilitas disediakan untuk membantu pembentukan itu. Siswa diberi

kesempatan mengungkapkan pemikirannya akan suatu masalah, tanpa dihambat

sedikit pun. Dengan dibiasakan berpikir sendiri dan mempertanggungjawabkan

pemikirannya, siswa akan terlatih untuk menjadi pribadi yang sungguh mengerti,

yang kritis, kreatif, dan rational.

Dalam pengertian konstruktivisme, siswa tidak dianggap sebagai suatu

tabula rasa yang kosong, yang tidak mengerti apa-apa sebelumnya. Siswa

dipahami sebagai subjek yang sudah membawa “pengertian awal” akan sesuatu

sebelum mereka mulai belajar secara formal.

21

Page 22: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Pihak guru dituntut pengetahuan yang luas dan mendalam, agar dapat

memahami jalan pikiran anak. Guru menantang, mempertajam, dan menunjukkan

apakah jalan pikiran murid benar. Guru tidak mengklaim bahwa satu-satunya jalan

yang benar adalah yang sama dengannya. Kesalahan pemikiran anak diterima

sebagai landasan kemajuan. Bukankah perkembangan semua ilmu dimulai dari

kesalahan, demikian tandas para konstruktivisme.

Melihat penjelasan mengenai pembelajaran ini, maka teori konstruktivisme

ini telah membentuk dan memberi implikasi tertentu dalam proses pembelajaran.

Berikut ini implikasi teori ini terhadap proses belajar mengajar.

1. Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Belajar

a. Makna Belajar

Menurut paham konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif

pelajar mengonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisis, dan

lain-lain. Belajara juga merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan

pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya

dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut

(Fosnot, 1996) :

1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa

dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi

arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2) Konstruksi arti adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali

berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan

rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.

3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih

pada suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian

yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan

merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang

menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

22

Page 23: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema

seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut

situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang

baik untuk memacu belajar.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia

fisik dan lingkungan.

6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui

pelajar konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi

interaksi dengan bahan yang dipelajari.

b. Tujuan Belajar

Tugas guru dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme

adalah membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri

melalui proses internalisasi, pembentukan kembali, dan transformasi

informasi yang telah diperolehnya menjadi pengetahuan baru.

Transformasi terjadi kalau ada pemahaman (understanding). Sedangkan

pemahaman terjadi sebagai akibat terbentuknya struktur kognitif baru

dalam pikiran siswa. Pemahaman terjadi kalau terjadi proses akomodasi

atau perubahan paradigma dalam pikiran siswa.

Berlandaskan teori, tujuan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan konstruktivisme adalah membangun pemahaman. Pemahaman

dinilai penting, karena akan memberikan makna kepada apa yang

dipelajari. Karena itu, tekanan belajar bukanlah untuk memperoleh atau

menemukan lebih banyak, tetapi yang lebih penting adalah memberikan

interpretasi melalui skema atau struktur kognitif yang berbeda.

Menurut Poedjiadi (1999), tujuan pendidikan dari pembelajaran

konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki

kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

Oleh sebab itu, kurikulum harus dirancang sedemikian rupa sehingga

terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat

dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah

23

Page 24: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, peserta didik diharapakan

selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.

Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang

membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan

pada diri peserta didik.

c. Isi Pembelajaran

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

konstruktivisme, guru tidak dapat menentukan secara spesifik isi atau

bahan yang harus dipelajari oleh siswa, tetapi hanya sebatas memberikan

rambu-rambu bahan pembelajaranyang sifatnya umum. Prose penyajian

dimulai dari keseluruhan ke bagian-bagian, bukan sebaliknya. Mengingat

aliran konstruktivisme lebih mengutamakan pemahaman terhadap konsep-

konsep besar, maka konsep tersebut disajikan dalam konteksnya yang

actual yang kadang-kadang kompleks. Siswa perlu memahami bahwa hal-

hal yang kompleks akan memberikan tantangan untuk diketahui dan

dipahami.

Dalam belajar secara konstruktivisme siswa harus membentuk

pengertian dari berbagai sudut pandang, maka dalam proses belajarnya

tidak bias dipisahkan dengan dunia riil dan informasi dari berbagai

sumber. Di kelas, siswa harus dimotivasi untuk mencari sudut pandang

baru dan mempertimbangkan sumber data alternatif.

d. Peran Pelajar

Paham konstruktivisme memandang belajar sebagai kegiatan yang

aktif, artinya siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari

arti sendiri apa yang mereka pelajari. Mereka sendirilah yang bertanggung

jawab atas hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas

apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya

dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara

24

Page 25: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman

yang baru.

Dalam hal ini, Fosnot (1996) menambahkan bahwa belajar

merupakan proses organik untuk menemukan sesuatu bukan suatu proses

mekanis untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan

pemikiran dengan membuat kerangka. Di sini, siswa harus punya

pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi

objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan,

meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan,

mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi

baru. Siswa harus membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru

membentuk sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Dengan kata

lain, belajar berarti terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian,

dan dalam proses selalu memperbaiki tingkat pemikiran yang tidak

lengkap.

2. Implikasi Konstruktivisme Terhadap Proses Mengajar

a. Makna Mengajar

Makna balajar bagi paham konstruktivisme bukanlah kagiatan

memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melalui suatu kegiatan

yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.mengajar

berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat

makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.

Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

Tugas guru adalah membantu agar siswa mampu mengonstruksi

pengetahuannya sesuai dengan situasi konkret, maka strategi pembelajaran

yang digunakan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi siswa.

Guru tidak dapat memastikan strategi yang digunakan, yang dapat hanya

sebatas tawaran dan saran. Dalam hal ini, teknik dan seni yang dimiliki

guru ditantang untuk mengoptimalkan pembelajaran.

25

Page 26: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan

lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari

perspektif ganda, dan informasi yang efektif atau control eksternal yang

teliti dari peristiwa-peristiwa siswa yang ketat, dihindari sama sekali.

Untuk maksud tersebut, guru perlu melakukan hal-hal berikut :

1) Menyajikan masalah-masalah actual pada siswa dalam konteks yang

sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

2) Pembelajaran distrukturkan di sekitar konsep-konsep primer.

3) Memberi dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

sendiri.

4) Memberikan siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan

sendiri.

5) Memberanikan siswa mengemukakan pendapat dan menghargai

sudut pandangnya.

6) Menantang siswa untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam,

bukan sekedar menyelesaikan tugas.

7) Menganjurkan siswa bekerja dalam kelompok.

8) Mendorong siswa untuk berani menerima tanggung jawab.

9) Menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.

Selain beberapa point tersebut, menurut Paul Suparno (2001),

seorang pengajar juga harus melakukan hal-hal berikut ini agar terjadi

pengajaran yang baik menurut paham konstruktivisme.

1) Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti

apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.

2) Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan

bersama sehingga sungguh terlibat.

26

Page 27: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

3) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai

dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi

sebagai pelajar juga di tengah pelajar.

4) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan

kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

5) Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat

mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa

berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

b. Fungsi dan Peran Siswa

Pengajar sebagai mediator dan fasilitator, menurut prinsip

konstruktivisme, seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator

dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan

baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin

ataupun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator dapat

dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut (Paul Suparno, 2001) :

1) Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.

Oleh karena itu, jelas member kuliah atau ceramah bukanlah tugas

utama seorang guru.

2) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan

gagasannya dan mengomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan

sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.

Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung

proses belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu

menyediakan pengalaman konflik.

3) Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran murid

jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah

pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru

27

Page 28: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan

kesimpulan murid.

c. Penataan Lingkungan Belajar

Penataan lingkungan belajar berdasar pendekatan konstruktivisme

diidentifikasikan dengan alternatif sebagai berikut :

1) Menyediakan pengalaman belajar melalui proses pembentukan

pengetahuan di mana siswa ikut menentukan topik/sub topik yang

mereka sikapi, metode pembelajaran berikut strategi pembelajaran

yang dipergunakan.

2) Menyediakan pengalaman belajar yang kaya akan alternatif seperti

peninjauan masalah dari berbagai segi.

3) Mengintegrasikan proses belajar dengan konteks yang nyata dan

relevan dengan harapan siswa dapat menerapkan pengetahuan yang

didapat dalam hidup sehari-hari.

4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan isi dan arah

belajar mereka dengan menempatkan guru sebagai konsultan.

5) Peningkatan interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa

sendiri.

6) Meningkatkan penggunaan berbagai sumber belajar di samping

komunikasi tertulis dan lisan.

7) Meningkatkan kesadaran siswa dalam proses pembentukan

pengetahuan mereka agar siswa mampu menjelaskan

mengapa/bagaimana mereka memecahkan masalah dengan cara

tertentu.

d. Hubungan Guru-Siswa

28

Page 29: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seseorang yang maha

tahu dan siswa bukanlah yang belum tahu, karena itu harus diberi tahu.

Dalam proses belajar, siswa aktif mencari tahu dengan membentuk

pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan

dengan baik. Dalam banyak hal, guru dan siswa bersama-sama

membangun pengetahuan. Dalam hal ini, hubungan guru dan siswa lebih

sebagai mitra yang bersama-sama membangunpengetahuan.

Untuk mengidentifikasi sejumlah karakteristik hubungan guru-siswa

dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik berikut ini :

1) Hubungan antara guru dengan siswa diupayakan terjadi secara

optimal.

2) Pembelajaran perlu difokuskan pada kemampuan siswa untuk

menguasai konsep dan mengutarakan pandangannya.

3) Evaluasi siswa terintegrasi dalam proses belajar mengajar melalui

observasi terhadap siswa yang umumnya bekerja dalam kelompok.

4) Aktivitas siswa lebih ditekankan pada pengembangan generalisasi dan

demonstrasi.

5) Aktivitas pembelajaran relatif tergantung pada isi yang menyebabkan

siswa berpikir.

e. Strategi Mengajar

Implikasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran

khususnya strategi mengajar di kelas meliputi empat tahapan, yaitu :

1) Persepsi. Dalam tahap ini, siswa didorong untuk mengungkapkan

pengetahuan awal tentang konsep yang akan dibahas. Di sisni guru

dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang

fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep

yang akan dibahas dan siswa diberi kesempatan untuk

mengomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep

itu.

29

Page 30: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

2) Eksplorasi. Di tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki

dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan

penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang

pendidik serta secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok

lain.

3) Diskusi dan Penjelasan Konsep. Saat siswa member penjelasan dan

solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan

penguatan pendidik, maka siswa membangun pemahaman baru

tentang konsep yang sedang dipelajari.

4) Pengembangan dan Aplikasi. Guru berusaha menciptakan iklim

pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan

pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan

dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di

lingkungannya.

3. Implikasi Konstruktivisme Bagi Guru dan Siswa

Sebelumnya, sedikit telah disinggung mengenai implikasi teori ini bagi

guru dan siswa. Meski demikian, implikasi tersebut akan mengubah dan

mengarahkan guru dan siswa pada hal-hal sebagai berikut :

a. Pendidik dalam proses pembelajaran harus mendorong terjadinya kegiatan

kognitif tingkat tinggi seperti mengklasifikasikan, menganalisis,

menginterpretasikan, memprediksi dan menyimpulkan, dan lainnya.

b. Pendidik merancang tugas yang mendorong peserta didik untuk mencari

pemecahan masalah secara individual dan kolektif sehingga meningkatkan

kepercayaan diri yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuan dan rasa

tanggung jawab pribadi.

c. Dalam proses pembelajaran, pendidik harus memberi peluang seluas-

luasnya agar terjadi proses dialogis antara sesame peserta didik, dan antara

peserta didik dengan pendidik, sehingga semua pihak merasa bertanggung

jawab bahwa pembentukan pengetahuan adalah tanggung jawab bersama.

30

Page 31: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Caranya dengan member pertanyaan-pertanyaan, tugas-tugas yang terkait

dengan topik tertentu, yang harus dipecahkan, didalami secara individual

ataupun kolektif, kemudian diskusi kelompok, menulis, dialog dan

presentasi di depan teman yang lain.

Peranan antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) menurut aliran

konstruktivisme bisa kita lihat lebih lanjut dalam table berikut ini.

N

oPeranPesertaDidik (Siswa) PeranPendidik (Guru)

1

Berinisiatifmengemukakanmasalahd

anpokokpikiran,

kemudianmenganalisisdanmenjawab

nyasendiri.

Mengutamakanperansiswadalambe

rinisiatifsendiridanketerlibatanakti

fdalamkegiatanbelajar.

2

Bertanggungjawabsendiriterhadapke

giatanbelajarnyaataupenyelesaiansua

tumasalah.

Memusatkanperhatiankepada

proses berpikiratau proses mental

siswa,

bukankepadakebenaranjawabansis

wasaja.

3

Secaraaktifbersamadengantemansek

elasnyamendiskusikanpenyelesaian

masalahataupokokpikiran yang

merekamunculkan,

danapabiladirasaperludapatmenanya

kannyakepada guru.

Guru

perlufleksibeldalammeresponsjaw

abanataupemikiransiswa.

Menghargaipemikiransiswadanme

nghindariperkataan, “inisatu-

satunyajawabanbenar!”

4 Atasinisiatifsendiridanmandiriberup

ayamemperolehpemahaman yang

mendalam (deep understanding)

terhadapsuatutopikmasalahbelajar.

Guru

perlumenyediakanpengalamanbela

jardenganmengaitkanpengetahuan

yang

telahdimilikisiswasehinggabelajars

31

Page 32: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

ebagai proses

konstruksipengetahuandapatterwuj

ud.

5

Secaraaktifmengajukandanmenggun

akanberbagaihipotesis

(kemungkinanjawaban)

dalammemecahkansuatumasalah.

Memaklumiakanadanyaperbedaan

individual,

termasukdalamhalperkembangank

ognitifsiswa.

6

Seacaraktifmengajukanberbagai data

atauinformasipendukungdalampenye

lesaiansuatumasalahataupokokpikira

n yang dimunculkansendiriatau yang

telahdimunculkanolehtemansekelas.

Guru

perlumenyampaikantujuanpembela

jarandanapa yang akandipelajaridi

awalkegiatanbelajar. Hal

iniakanmempengaruhikeaktifansis

wa, karenaiatahuapa yang akan di

pelajaridanuntukapaiaterlibatdala

mpembelajaran.

7

Secarakreatifdanimajinatifmengaitka

nantaragagasan yang

telahdimilikidenganinformasibaru

yang diterima.

Guru

perlubanyakberinteraksidengansis

wauntukdapatmengetahuiapa yang

telahmerekaketahuidanapa yang

merekapikirkan.

2.9 Hubungan Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Lain

Selama 20 tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak mempengaruhi

pendidikan sains dan matematika di banyak Negara Amerika, Eropa, dan

Australia. Inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori

perubahan konsep, teori belajar bermakna dan Ausubel, dan teori skema. Lantas,

apa hubungan teori konstruktivisme dengan beberapa teori di atas, berikut

uraiannya.

1. Teori Belajar Konsep

32

Page 33: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori perubahan konsep ini

dipengaruhi atau didasari oleh filsafat konstruktivisme. Konstruktivisme yang

menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan

teori perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan

konsep terus-menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang

siswa bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari.

Konstruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk

pengetahuan yang tidak tepat.

Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan siswa

dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori perubahan

konsep sangat membantu karena mendorong pendidik agar menciptakan suasana

dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada murid

sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan ilmuwan. Konstruktivisme dan

teori perubahan konsep memberikan pengertian bahwa setiap orang dapat

membentuk pengertian yang berbeda tersebut bukanlah akhir pengembangan

karena setiap kali mereka masih dapat mengubah pengertiannya sehingga lebih

sesuai dengan pengertian ilmuwan. “Salah pengertian” dalam memahami sesuatu,

menurut teori konstruktivisme dan teori perubahan konsep, bukanlah akhir dari

segala-galanya melainkan justru menjadi awal untuk pengembangan yang lebih

baik.

Menurut Fosnot (1996), dalam proses belajar ada proses perubahan konsep

yang mirip dengan yang ada pada filsafat sains tersebut. Tahap pertama perubahan

konsep itu disebut asimilasi dan tahap kedua disebut akomodasi. Dengan

asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk

berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan akomodasi, siswa mengubah

konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru lagi yang mereka hadapi.

Akomodasi disebut juga perubahan konsep secara radikal. Ada pun syarat-

syaratnya adalah sebagai berikut :

a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada.

b. Kosep baru harus dapat dimengerti, rasional dan dapat memecahkan

persoalan atau fenomena yang baru.

33

Page 34: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

c. Konsep yang baru harus masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab

persoalan yang terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori sebelumnya.

d. Konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan

penemuan baru.

2. Teori Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel dan Hanesian (1978), seseorang belajar dengan

mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam

proses itu seseorang dapat mengembangkan skema yang ada atau dapat

mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari

sendiri. Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan konstruktivisme.

Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman,

fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam system pengertian yang telah dipunyai.

Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep

atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa

dalam proses belajar itu siswa aktif.

3. Teori Skema

Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau

skema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini lebih

menunjukkan bahwa pengetahuan kita tersusun dalam suatu skema yang terletak

dalam ingatan kita. Dalam belajar, kita dapat menambah skema yang ada sehingga

dapat menjadi lebih luas dan berkembang.

4. Konstruktivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme

Konstruktivisme berbeda dengan behaviorisme dan maturasionisme. Bila

behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran,

konstruktivisme lebih menekankan pengembangan konsep dan pengertian yang

mendalam. Bila maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang

berkembang sesuai dengan langkah-langkah perkembangan kedewasaan,

konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif siswa.

34

Page 35: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Dalam pengertian maturasionisme, bila seseorang mengikuti perkembangan

pengetahuan yang ada, dengan sendirinya ia akan menemukan pengetahuan yang

lengkap. Sedangkan menurut konstruktivisme, bila seseorang tidak

mengonstruksikan pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua akan tetap

tidak akan berkembang pengetahuannya.

Dalam teori ini, kreativitas dan kaktifan siswa akan membantu mereka untuk

berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi

orang yang kritis menganalisis sesuatu hal, karena mereka berpikir dan bukan

meniru saja. Kadang-kadang, orang menganggap bahwa konstruktivisme sama

dengan teori pencarian sendiri (inquiry approach) dalam belajar. Sebenarnya,

kalau kita lihat secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Dalam banyak hal, mereka

punya kesamaan, seperti penekanan keaktifan siswa untuk memenuhi suatu hal.

Dapat terjadi bahwa metode pencarian sendiri memang merupakan metode

konstruktivisme tetapi tidak semua konstruktivisme dengan metode pencarian

sendiri.

2.10 Model Pembelajaran Dari Teori Konstruktivisme

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga

diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegitan pembelajaran. Dengan

kata lain, praktisnya model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang

digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam ruang kelas dan

untuk menyusun materi pengajaran. Beberapa model pembelajaran dari

pengembangan teori konstruktivisme antara lain :

a. Discovery Learning

Metodediscovery learning adalah metode mengajar yang mengatur

pelajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang

sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun

ditemukan sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

35

Page 36: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,

dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat

belajar sendiri. Metode discovery learning sebagai sebuah teori belajar dapat

didefiniskan sebagai belajar yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan

pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan untuk mengorganisasi

sendiri.

Pada intinya, model pembelajaran Discovery Learning ini mengubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran

yang teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student

oriented; siswa menjadi objek aktif belajar. Metode ini juga mengubah dari

modus expository siswa yang hanya menerima informasi secara keseluruhan

dari guru ke modus discovery yang menuntut siswa secara aktif menemukan

informasi sendiri melalui bimbingan guru.

b. Reception Learning

Model reception learning menuntut guru menyiapkan situasi belajar, memilih

materi-materi yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikan dalam bentuk

pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang

terperinci. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan

melalui penerimaan, bukan melalui penemuan.

c. Assisted Learning

Assisted learning mempunyai peran sangat penting bagi perkembangan

individu. Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif terjadi melalui proses

interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya. Orang lain

disebut sebagai pembimbing atau guru.

d. Active Learning

Pendekatan belajar aktif adalah suatu cara atau strategi belajar mengajar yang

menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga

36

Page 37: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Siswa dalam melakukan pembelajaran aktif dapat menggunakan sumber daya

diluar pengajar seperti perpustakaan, site/web, wawancara untuk memperoleh

informasi.

e. Kontekstual Learning

Pembelajaran kontekstual learning merupakan suatu proses pendidikan yang

holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran

yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan

mereka sehari-hari.

f. Quantum Learning

Quatum learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang

menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi

cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

2.11 Aplikasi Teori Konstruktivisme Bagi Pelajaran Matematika

Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih

memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman

mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan

dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk

mengonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Dengan strategi pembelajran konstruktivisme, diharapakan adanya perubahan

dari sikap guru dan siswa dalam belajar matematika berikut ini :

1. Dari semula berfokus mengingat (memorizing) atau menghafal (rote

learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding).

37

Page 38: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

2. Dari semula model ceramah kependekatan discovery learning, inductive

learning, atau inquiry learning.

3. Dari semula belajar individual ke kooperatif (kelompok).

4. Dari semula positivis (behaviorist) ke konstruktivisme yang di tandai

dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan

dipindahkan dari otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted)

kebentuk interaktif, investigative, eksploratif, open ended, keterampilan

proses, modeling, ataupun pemecahan masalah.

5. Dari semula subject centered ke clearer centered (terkonstruksinya

pengetahuan siswa).

Untuk lebih praktisnya, berikut ini contoh praktik pembelajaran

konstruktivisme pada pelajaran matematika.

1. Contoh pembelajaran Berbasis Konstruktivisme

Berikut ini adalah contoh pembelajaran pengurangan bilangan dasar, seperti

(13-7). Langkah-langkah proses pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a. Pada tahap awal, guru memberikan soal di papan tulis, ditransparansi,

ataupun di kertas peraga.

b. Guru bertanya pada siswa, berapa kelereng yang dimiliki budi pada

awalnya? jawaban yang diinginkan adalah 12. Guru lalu menggambar

dipapan tulis 12 buah kelereng dengan menekankan bahwa 12 bernilai 1

puluhan dan 2 satuan atau 12=10+2.

c. Guru meminta siswanya bekerja dalam kelompok dengan menggunakan

benda-benda konkret yang dimilikinya untuk menggambarkan 12 kelereng

yang dimiliki budi.

d. Guru bertanya kepada siswa, berapa butir kelereng yang diberikan kepada

adiknya dan berapa sisa kelereng yang dimiliki budi sekarang? Biarkan

siswa bekerja sendiri-sendiri atau bekerja dikelompoknya untuk menjawab

soal tersebut.

e. Ada dua kemungkinan jwaban siswa atau kelompok siswa. Pada waktu

diskusi kelompok, guru sebaiknya menawarkan alternatif kedua ini kepada

beberapa kelompok.

38

Page 39: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

12=10+2

12-9=3

12-9=2+1=3

f. Budi memiliki 12 kelereng. 9 kelereng diberikan kepada adiknya. Berapa

kelereng yang dimiliki budi sekarang ?

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk

melaporkan cara mereka mendapatkan hasilnya.

h. Guru member soal tambahan seperti 13-9 dan 12-8. Para siswa masih

boleh menggunakan benda-benda konkret. Bagi siswa yang masih

menggunakan alternatif pertama, sarankan untuk mencoba alternatif

barang kedua dalam proses menjawab dua soal di atas

i. Guru member soal tambahan seperti 14-9 dan 13-8. Bagi siswa atau

kelompok siswa yang sudah dapat menyelesaikan soal ini tanpa

menggunakan benda konkret dapat mengerjakan soal-soal yang ada di

buku.

2. Belajar Arti Konstruktivisme dari Contoh Sebelumnya

Dari contoh proses pembelajaran pengurangan sebelumnya, dapat

dikemukakan beberapa hal berikut :

a. Peran guru sebagai fasilitator dalam membantu siswanya dapat dengan

mudah melakukan operasi pengurangan dasar bilangan. Dengan cara

seperti ini, pengetahuan diharapkan dapat dengan mudah terkonstruksi

atau terbangun didalam pikiran siswanya.

b. Dengan alternatif rancangan belajar seperti itu, para siswa sendirilah

yang harus membangun pengetahuan bahwa 12-9=2+1, 13-9=3+1, 12-

8=2+2, 14-9=4+1, dan seterusnya.

c. Para siswa dibimbing untuk secara demokratis menentukan pilihan-

pilihan, dan secara dini belajar untuk menghargai pendapat teman

lainnya meskipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.

39

Page 40: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

d. Dengan alternatif rancangan pembelajaran seperti itu, ketika para siswa

diminta menentukan hasil dari 15-8 misalnya, didalam pikiran siswa

akan muncul gambaran (sebagai hasil pengalaman belajar dikelasnya),

kelereng sejumlah 1 puluhan dan 5 satuan yang jika di ambil 8 akan

menghasilkan 5+2=7.

e. Pengalaman belajar yang dirancang ini tidak akan berhasil jika siswa

tidak atau kurang terampil menentukan hasil 10-9=1, 10-8=2, 10-7=3

dan seterusnya. Jelaslah bahwa pengetahuan yang telah dimilki siswa

akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.

f. Proses pembelajaran ini sesungguhnya didasarkan pada suatu

keyakinan dari para penganut konstruktivisme yang menyatakan

bahwa suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari otak seorang

guru dengan begitu saja kedalam otak siswa. Siswa sendirilah yang

dengan bantuan guru akan dapat menemukan kembali pengetahuan

yang sudah ditemukan para ahli matematika.

g. Dengan fasilitas dari para guru matematika, sebagaimana dinyatakan

para pakar pendidikan matematika, prosedur pengurangan dasar

bilangan seperti 12-9 maupun 13-8 ditemukan kembali (guided re-

invention) si pembelajar seperti ketika para siswa menemukan kembali

rumus, konsep, ataupun prinsip seperti yang ditemukan para

matematikawan.

3. Implikasinya pada Pembelajaran

Belajar matematika merupakan proses memperoleh pengetahuan yang

diciptakan atau dilakukan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman

individu siswa. Berdasarkan penjelasan dari contoh sebelumnya, implikasi

konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya adalah :

a. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak mesti diikuti dengan

hasil yang bagus pada siswanya. Setiap siswa harus mengonstruksi

(membangun) pengetahuan matematika didalam benaknya masing-

40

Page 41: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

masing berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada didalam

benaknya.

b. Tugas setiap guru adalah memfasilitasi siswanya, sehingga

pengetahuan matematika dibangun atau dikonstruksi para siswa sendiri

dan bukan ditanamkan oleh para guru.

c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model

mental yang digunakan para siswa. Karenanya, para guru harus mau

bertanya dan mau megamati pekerjaan siswanya. Setiap kesalahan

siswa harus menjadi umpan balik dalam proses penyempurnaan

rancangan proses pembelajaran berikutnya.

d. Pada konstruktivisme, siswa perlu mengonstruksi pemahaman mereka

sendiri untuk masing-masing konsep matematika, sehingga peranan

guru membantu perkembangan siswa membuat konstruksi-konstruksi

mental yang diperlukan menjadi sangat optimal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut teori

kontruktivisme, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan

pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun

sendiri pengetahuan di dalam memorinya.

Teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget disebut konstruktivisme

psikologi / individu / kognitif, sedangkan teori yang dipelopori oleh Lev

Vygotskynialah konstruktivisme sosial.

Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme menurut Ansori, (2007):

41

Page 42: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.

Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin

dcapai.

Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan

pada hasil belajar.

Prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar-mengajar

adalah sebagai berikut:

Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

Murid aktif mengonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah.

Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

konstruksi berjalan lancar.Menurut prinsip konstruktivisme, seorang

pengajar atau guru berperan sebagaimediator dan fasilitator yang

membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik

3.2 Saran

Berdasarkan uraian dan simpulan tentang pembelajaran matematika

dengan teori belajar konstruktivisme, maka diajukan beberapa saran sebagai

berikut. Kepada guru disarankan agar dalam mengajarkan matematika di sekolah

hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik hakikat anak dan hakikat

matematika itu sendiri serta menggunakan teori belajar yang relevan dengan

kedua hal tersebut. Ketiga hal ini sangat penting untuk mengantarkan anak

mencintai matematika. Kepada orangtua disarankan agar membantu anak,

utamanya mempersiapkan benda-benda nyata di rumah yang dapat dimanipulasi

oleh mereka dalam rangka memahami konsep matematika. Terakhir, kepada

42

Page 43: Makalah SBMM Teori Konstruktivisme

pemerintah disarankan agar terus memberi dukungan materil dan moril kepada

guru dalam menerapkan dan mengembangkan setiap metode dan teori belajar

yang dapat meningkatkan prestasi belajar anak, khususnya dalam mata pelajaran

matematika.

DAFTAR PUSTAKA

43