Makalah RM Gout .doc
-
Upload
heidiangelika -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
description
Transcript of Makalah RM Gout .doc
BAB I
PENDAHULUAN
Artritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh
dunia. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi
Kristal monosodium uarat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam
cairan ekstraselular. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi arthritis gout akut,
akumulasi Kristal pada jaringan yang merusak tulang (tofi), batu asam urat dan yang
jarang adalah kegagalan ginjal (gout nefropati). Gangguan metabolism yang mendasarkan
gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0
ml/dl dan 6,0 mg/dl.
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja
(adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause. Pada tahun 1986
dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah 13.6/1000 pria dan 6.4/1000
perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya taraf hidup. Prevalensi di
antara pria African American lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pria
Caucasian.
Di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang arthritis pirai (AP).
Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda bernama Van der Horst telah
melaporkan 15 pasien arthritis pirai dengan kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari
suatu daerah di Jawa Tengah. Penelitian lain mendapatkan bahwa pasien gout yang
berobat, rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin
disebabkan banyak pasien gout yang mengobati sendiri (self medication). Satu study
yang lama di Massachusetts (Framingham Study) mendapatkan lebih dari 1% dari
populasi dengan kadar asam urat kurang dari 7 mg/100 ml pernah mendapat serangan
arthritis gout akut.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang Pria bernama Tono berusia 35 tahun datang ke tempat praktek anda
sebagai dokter umum, dengan keluhan nyeri sendi pada kaki kiri dan siku kiri sejak 2 hari
yang lalu.
Nama: Tono
Usia: 35 tahun
Suku: Jawa
Pekerjaan: Karyawan swasta
Status: Menikah, 2 anak
Alamat: Jl. Mawar, Jakarta Barat
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri sendi sejak 2 hari yang lalu. Mula-mula nyeri pada ibu jari
kaki kiri yang makin lama makin berat. Nyeri dirasakan berdenyut dan tidak hilang
walaupun istirahat, dan tidak terpengaruh aktivitas. 1 hari kemudia timbul bengkak
kemerahan pada sendi ibu jari tersebut, dan mulai timbul nyeri pada siku kiri yang juga
diikuti oleh bengkak dan kemerahan. Di samping itu pasien juga mengeluh tidak enak
badan dan demam ringan. Pasien mengaku tidak ada riwayat cedera sebelumnya.
Sebelumnya pasien mengaku menghadiri undangan makan malam dan banyak makan
udang. Pasien mengaku tidak menjaga pola makan, serta gemar makan daging, jeroan dan
sea food.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 3 tahun yang lalu pasien mengaku mulai mengalami keluhan serupa,
keluhan berkurang setelah minum obat anti nyeri dari dokter. Setelah beberapa bulan
kemudian, nyeri dan bengkak pada sendi kambuh kembali, dan sembuh setelah minum
obat anti nyeri dari dokter. Keluhan saat ini merupakan keluhan yang ke-4 sejak 3 tahun
yang lalu. Penderita menyangkal adanya penyakit kencing manis dan tekanan darah
tinggi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini, tidak ada yang menderita
kencing manis dan darah tinggi.
Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan dua orang anak di rumah dengan dua lantai. Kamar
pasien berada di lantai dua, dan memiliki kloset jongkok.
Status Generalis
Kesadaran: Compos Mentis, tampak sangat kesakitan.
Datang dengan berjalan terpincang menahan nyeri (antalgic gait).
T: 130/85 mmHg N: 88x/mnt suhu: 37,70C
BB: 80 kg TB: 170 cm Pernapasan: 14x/mnt
Kulit: tampak kompos mentis
Thorax: Cor: bunyi jantung dalam batas normal
Paru: Suara napas dalam batas normal
Status Lokalis kaki kiri dan siku kiri
Look/Inspeksi:
Feel/palpasi:
Nyeri tekan dan teraba hangat pada massa di sendi MTP 1 sinistri, dan olecranon
articulation cubiti (elbow) sinistra.
Move/Gerak:
Pasien hanya mampu melakukan sedikit gerakan aktif sendi MTP 1, karena sangat nyeri.
Sedangkan gerakan fleksi dan ekstensi articulation cubiti sinistra dapat dilakukan
maksimal tetapi terdapat nyeri gerak.
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah
Hb :12,5 mg/dl
Leukosit : 12.000/dl
Eritrosit : 6,5jt/dl
LED : 40 mm/jam
Asam urat : 12mg/dl
SGOT : 20u/l
SGPT : 27u/l
Ureum : 22 mg/dl
Kreatinin : 0,7 mg/dl
GD puasa : 95 mg/dl
GD 2jamPP : 105 mg/dl
Laboratorium Urine
Warna : kuning jernih
Berat jenis : 1.003
pH : 4,8
urin tampung 24 jam: asam urat: 800 mg/24 jam
Hasil foto rontgen
Articulatio cubiti sinistra (L) Pedis sinistra (AP)
Aspirasi cairan sendi siku
Warna: putih, keruh
Leukosit: 12.000/µl
Viskositas sedang
Kristal urat seperti jarum (+)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Anamnesis
1. Identitas diri
Nama : Tono
Usia : 35 tahun
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan swasta
Status : Menikah, 2 anak
Alamat : Jl. Mawar, Jakarta Barat
2. Keluhan utama
Nyeri sendi pada kaki kiri dan siku kiri.
Hipotesis yang mungkin terjadi pada pasien dengan keluhan nyeri sendi pada kaki
kiri dan siku kiri antara lain:
Trauma
Penyakit sendi (arthritis)
- Metabolik: GOUT artritis
- Osteoarthritis tipe sekunder
- Autoimun: Rhematoid arthritis
3. Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien mengeluh nyeri sendi sejak 2 hari yang lalu.
- Mula-mula nyeri pada ibu jari kaki kiri yang makin lama makin berat.
- Nyeri dirasakan berdenyut dan tidak hilang walaupun istirahat, dan tidak
terpengaruh aktivitas.
- 1 hari kemudian timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu jari tersebut,
dan mulai timbul nyeri pada siku kiri yang juga diikuti oleh bengkak dan
kemerahan.
- Di samping itu pasien juga mengeluh tidak enak badan dan demam ringan.
- Pasien mengaku tidak ada riwayat cedera sebelumnya.
- Sebelumnya pasien mengaku menghadiri undangan makan malam dan
banyak makan udang.
- Pasien mengaku tidak menjaga pola makan, serta gemar makan daging,
jeroan dan sea food.
Keterangan: pada riwayat penyakit sekarang tidak terdapat riwayat cedera maka
hipotesis trauma dapat disingkirkan. Selain itu timbulnya nyeri juga tidak
dipengaruhi oleh aktivitas sehingga diagnosis osteoartritis dapat disingkirkan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Sejak 3 tahun yang lalu pasien mengaku mulai mengalami keluhan serupa,
keluhan berkurang setelah minum obat anti nyeri dari dokter.
- Setelah beberapa bulan kemudian, nyeri dan bengkak pada sendi kambuh
kembali, dan sembuh setelah minum obat anti nyeri dari dokter.
- Keluhan saat ini merupakan keluhan yang ke-4 sejak 3 tahun yang lalu.
- Penderita menyangkal adanya penyakit kencing manis dan tekanan darah
tinggi.
Keterangan: dari riwayat penyakit sekarang dan dahulu dapat disingkirkan
hipotesis rheumatoid artritis karena tidak adanya riwayat infeksi atau demam sebelum
terjadi nyeri pada sendi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.
- tidak ada yang menderita kencing manis dan darah tinggi.
6. Riwayat Sosio-ekonomi
- Pasien tinggal bersama istri dan dua orang anak di rumah dengan dua
lantai.
- Kamar pasien berada di lantai dua, dan memiliki kloset jongkok.
Keterangan: dari riwayat sosio ekonomi dimana pasien harus naik turun tangga
dan menggunakan kloset jongkok, menunjukkan bahwa pasien beresiko
mengalami penekanan pada sendi metatarsophalangeal karena posisi kaki yang
datar.
B. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum:
Kesadaran: Compos mentis tidak ada penurunan kesadaran
Penampilan: Tampak kesakitan dikarenakan nyeri pada ibu jari dan siku.
Tanda vital:
Suhu : 37,70C subfebris, didapatkan kenaikan suhudiperkirakan
karena adanya reaksi inflamasi.
Pernapasan : 14x/menit (N)
Nadi : 88x/menit (N)
Tekanan darah: 130/85 mmHg (N)
BB : 80 kg
TB : 170 cm BMI:27,6 berat badan berlebih (WHO)
Kulit : Tidak anemis tidak ada perdarahan
Thorax : Cor: bunyi jantung dalam batas normal
Paru: Suara napas dalam batas normal
Status Lokalis
1. Look / Inspeksi : Terlihat pembengkakan dan kemerahan pada ibu jari dan siku
Interprestasi: Dari hasil pemeriksaan fisik pada inpeksi ini kemungkinan
pembengkakan dan kemererahan pada pasien ini akibat proses inflamasi atau
peradangan. Pembengkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial sedangakan kemerahan biasanya
merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensupali daerah tersebut
melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi
local, kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang
dengan cepat terisi penuh dengan darah, hal ini menyebabkan timbulnya kemerahan
lokal.
Namun pembengkakan dan kemerahan pada ibu jari terlihat lebih dibanding dengan
pembengkakan pada siku, kemungkinan dikarenakan proses peradangan pada ibu jari
sudah berlangsung lebih lama atau terdapat kristalisasi asam urat yang lebih banyak
sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang lebih hebat.
2. Feel / Palpasi : Pada pasien ini ada nyeri tekan dan teraba hangat pada sendi tersebut.
Interprestasi : Dari pemeriksaan fisik pada palpasi pasien merasa sakit saat ditekan ini
akibat dari penekanan terhadap saraf yang ada pada sendi yang mengalami
pembengkakan dan teraba hangat itu ciri dari proses inflamasi atau peradangan.
3. Gerak/ Move : Pada gerak aktif ibu jari, pasien hanya mampu gerak sedikit karena
pasien merasa nyeri dan pada siku bisa gerak aktif namun terbatas.
Interprestasi : Keterbatasan gerak pada pasien ini kemungkinan dikarenakan adanya
nyeri, keterbatasan gerak aktif yang berbeda pada kedua sendi menunjukan bahwa
pasien mengalami reaksi peradangan yang lebih hebat pada sendi ibu jari daripada
pada siku.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium
LAB. DARAH
JENIS HASIL NILAI NORMAL KESIMPULAN
Hb 12,5 mg/dl 12,5 – 16 mg/dl Normal
Leukosit 12.000 dl 5000 – 10.000 dl Sedikit meningkat
Eritrosit 6,5 jt 4,5 – 5,5 jt Sedikit meningkat
LED 40 mm/jam 0-10 mm/jam Meningkat
SGOT 20 u/L 5 – 40u/L Normal
SGPT 24 u/L 5 – 41u/L Normal
Creatinin 0,7 mg/dl 0,6 – 1,3 mg/dl Normal
Ureum 22 mg/dl 10 – 50 mg/dl Normal
Asam Urat 12 mg/dl 3,5 – 7 g/dl Meningkat
Gula Darah Puasa 95 mg/dl 70-110 mg/dl Normal
Gula darah 2 jam
pp
105 mg/dl 100-140 mg/dl Normal
Berdasarkan hasil laboratorium darah yang telah di lakukan, maka di dapatkan kadar
leukosit yang sedikit meningkat, hal tersebut menandakan bahwa pasien ini mengalami
leukositosis, yang di sebabkan oleh peradangan yang di alami oleh pasien. LED yang
meningkat juga menandakan bahwa perjalanan penyakit yang terjadi pada pasien dalam
kasus ini kronik. Asam urat dalam darah mengalami kenaikan menandakan pasien
mengalami hiperurisemia, diperkirakan hiperurisemia pada pasien ini terjadi karena
intake makanan mengandung purin yang berlebihan.
LAB.URIN
JENIS HASIL NORMAL KESIMPULAN
Urin 24 jam asam urat 800 mg 80-976 mg Normal
Warna Kuning jernih Kuning jernih Normal
BJ 1003 1003-1030 Normal
pH 4,8 4,5-7,5 Normal
Dari hasil laboratorium urin, di dapatkan bahwa urin 24 jam asam urat, warna, berat jenis,
dan derajat keasaman (pH) pada pasien ini dalam keadaan normal. Hal ini menandakan
bahwa tidak ada kerusakan ginjal pada pasien ini.
D. Pemeriksaan penunjang
Interpretasi Hasil foto rontgen
Pada foto pedis sinistra (kode B) terlihat adanya pembengkakan jaringan lunak
dengan kalsifikasi (tophus) terutama di sekitar sendi ibu jari kaki diperkirakan karena
sudah terjadi proses penimbunan kristal asama urat yang lama. Pada Articulatio cubiti
sinistra (kode A) didapatkan adanya pembengkakan jaringan lunak kemungkinan karena
adanya reaksi inflamasi yang diakibatkan oleh penimbunan kristal urat namun belum
terbentuk tofus.
Interpretasi hasil aspirasi cairan sendi siku
ASPIRASI CAIRAN SENDI SIKU
Jenis Hasil Normal Kesimpulan
Warna Putih, Keruh Tidak berwarna Abnormal
Leukosit 12000 ul <200 ul Abnormal
Kristal urat + (seperti jarum) - Abnormal
Viskositas Sedang
Dari hasil aspirasi cairan sendi, terdapat warna putih, keruh serta leukosit yang
abnormal. Hal tersebut menandakan bahwa di dalam sendi tersebut terdapat peradangan,
yang dapat menyebabkan perubahan warna dan leukosit pada cairan sendi. Pada hasil
aspirasi cairan sendi ini juga di dapatkan Kristal urat seperti jarum, hal ini dapat menjadi
diagnosis definitive untuk GOUT Artritis. Dimana pada GOUT Artritis terdapat Kristal
urat seperti jarum.
E. Diagnosis
Gout arthritis kronik
Dari keluhan utama nyeri kaki kiri dan sendi siku kiri dimana nyeri terjadi
unilateral merupakan salah satu ciri dari gout artritis, selain itu gout artritis banyak terjadi
pada jenis kelamin laki-laki dan umur dekade ketiga. Selain itu dilihat dari riwayat
penyakit sekarang, dahulu, pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang didapatkan
bahwa pasien memenuhi lebih dari enam kriteria dari kriteria diagnosis Gout arthritis
menurur American Rheumatism Association yaitu mengalami serangan tersebut lebih
dari 1 kali, peradangan maksimal terjadi dalam 1 hari, oligoarthritis ( jumlah sendi yang
meradang kurang dari 4), kemerahan disekitar sendi yang meradang, sendi
metatarsophalangeal/ ibu jari yang pertama terasa sakit, serangan terjadi unilateral pada
sendi jari tersebut, hiperurisemia (kadar lebih dari 7,5 mg/dL), pembengkakan terjadi
secara asimetris (1 sisi).
Selain itu pemeriksaan cairan sendi pasien juga memenuhi kriteria ditegakkannya
diagnosis pasti dari gout artritis yaitu ditemukannya kristal urat dalam cairan sendi. Gout
artritis terjadi karena adanya penimbunan asam urat pada sendi.
Penimbunan asam urat pada pasien ini terjadi karena intake makanan mengandung
protein dan purin yang berlebihan, hal ini dapat dilihat dari riwayat penyakit sekarang
dimana pasien mengaku bahwa sebelum timbul keluhan pasien menghadiri undangan
makan malam dan banyak makan udang. Pasien juga mengaku tidak menjaga pola
makan, serta gemar makan daging, jeroan dan sea food hal ini dibuktikan dengan adanya
berat badan yang berlebih. Penimbunan asam urat karena defisiensi enzim HGPRT dan
penurunan ekskresi oleh ginjal dapat disingkirkan dengan adanya riwayat timbulnya
penyakit sejak 3 tahun yang lalu dan didapatkan fungsi ekskresi ginjal yang normal.
Fase kronik pada pasien dalam kasus ini ditunjukkan dengan sudah terbentuknya
tofus pada sendi metatarsophalangeal yang terlihat pada pemeriksaan foto rontgen, yang
menunjukkan adanya penumpukan kristal urat pada sendi tersebut yang sudah
berlangsung lama.
F. Patofisiologi
Makanan yang dikonsumsi pasien pada kasus ini (udang, daging, jeroan, dan sea
food) merupakan makanan yang banyak mengandung protein dan mengandung banyak
sel berinti , di sel berinti terdapat asam nukleat berupa DNA dan RNA. Saat DNA dan
RNA masuk ke mulut, maka akan mengalami denaturasi akibat pH yang rendah atau
asam. Lalu pankreas akan mensekresi ribonuklease dan deoksiribonuklease yang akan
menghidrolisa RNA dan DNA menjadi oligonukleotida yang selanjutnya akan dihidrolisa
oleh enzim fosfodiesterase yang juga disekresi oleh pankreas, membentuk 3’ dan 5’
mononukleotida. Enzim nukleotidase akan melepaskan gugus fosfat membentuk
nukleosida yang akan diserap oleh sel mukosa usus atau didegradasi menjadi basa bebas.
Sebagian besar purin dari makanan tidak digunakan untuk sintesis asam nukleat, sehingga
senyawa purin tersebut kebanyakan akan diubah menjadi asam urat oleh sel mukosa usus
dan diekskresikan di urin.
Asam urat merupakan hasil akhir dari degradasi nukelotida purin dimana awalnya
gugus amino akan dilepaskan dari AMP sehingga menjadi IMP, atau dari adenosin
membentuk inosin (hipoxantin). IMP dan GMP oleh enzim 5’-nukleotidase akan diubah
ke bentuk nukleosida, yaitu inosin dan guanosin. Purine nukleosida fosforilase akan
mengubah inosin dan guanosin menjadi basa purin, yaitu hipoxantin dan guanine. Guanin
akan mengalami deaminasi menjadi xantin. Hipoxantin akan dioksidasi oleh enzim xantin
oksidase membentuk xantin, yang selanjutnya akan dioksidasi kembali oleh enzim yang
sama menjadi asam urat yang merupakan produk akhir dari proses degradasi purin pada
manusia.
Normalnya Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil
asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan
melalui urin. Namun bila terjadi peningkatan kadar urin dalam darah, ginjal tidak dapat
mengekskresikan semua produk asam urat yang berlebihan tersebut, sehingga terjadi
penimbunan kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Asam urat ini merupakan suatu zat
yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan
asam urat paling banyak terdapat di sendi seperti terdapat dalam manifestasi yang terjadi
pada pasien diatas dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini
masih belum diketahui. Penimbunan pertama kali terjadi di sendi-sendi perifer karena
menurut penelitian suhu perifer lebih rendah daripada suhu sentral sehingga asam urat
cenderung cepat membentuk kristal maka ditemukan dalam kasus bahwa nyeri pertama
kali dirasakan pada ibu jari kaki.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui
beberapa cara yaitu kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan
C5a. Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi
dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas
toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya
enzim lisosom yang destruktif. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal
urat dalam sendi akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan
memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel
tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan cedera
jaringan. Reaksi imun inilah menyebabkan timbulnya proses peradangan yang
bermanifestasi seperti yang didapatkan pada pasien dalam kasus ini yaitu kemerahan
sekitar sendi, nyeri, kenaikan suhu, dan pembengkakan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan
dan kapsul sendi seperti dapat dilihat pada pemeriksaan foto rontgen pada sendi
metatarsophalangeal 1 pada kasus. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi
peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi
oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing.
G. Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa- Kontrol makanan : dengan cara diet rendah purin, agar penimbunan asam
urat dalam tubuh tidak semakin meningkat.- Menghindari konsumsi alkohol.
- Edukasi untuk tidak menggunakan kloset jongkok dan tidak naik turun tangga untuk menghindari faktor pencetus timbulnya gejala dan tidak menambah berat reaksi peradangan.
b. Medikamentosa- Alopurinol
Untuk menghambat pembentukan asam urat dengan menghambat enzim xantin oksidase, diberikan sekali sehari.
- Urikosurik (Probenesid dan sulfinpirazon): menghambat reabsorpsi tubuler, asam urat. Serta mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi.
- Analgetik: untuk mengurangi nyeri
c. Dilakukan tindakan pembedahan pada tofus karena menggangu fungsi sendi.
H. Prognosis
ad vitam: ad bonam
ad functionam: dubia ad bonam
ad sanationam: dubia ad malam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Histologi sendi
Tempat bertemunya dua atau tiga unsur rangka, baik tulang atau tulang rawan dikatakan
sebagai sendi(artikulasi). Sendi ini mungkin temporer (terdapat selama masa
pertumbuhan yang menghilang bila pertumbuhan berhenti dan epifisis menyatu dengan
bagian batang), maupun permanen, dan dapat digolongkan berdasarkan ciri susunannya
menjadi tiga golongan utama: fibrosa, kartilaginosa, dan synovial. Kedua jenis pertama
sering disebut sinartrosis (sendi yang tidak memungkinkan atau menungkinkan sedikit
gerak). Sendi synovial memungkinkan gerak bebas, disebut sebagai diartrosis.
Sendi synovial
Pada sendi synovial, tulang-tulang ditahan menjadi satu oleh suatu simpai sendi dan
permukaan yang berhadapan, dilapisi tulang rawan sendi, dipisahkan oleh celah sempit
yang mengandung cairan synovial.
Tulang rawan sendi dibentuk oleh tulang rawan jenis hialin, walaupun matriksnya banyak
mengandung serat kolagen. Pada beberapa tempat, seperti tepi fossa glenoid dari sendi
bahu dan asetabulum sendi panggul, tulang rawannya bersifat fibrosa. Lapis terdalam
tulang rawan sendi mengapur dan melekat sangat erat pada tulang dibawahnya. Tulang
rawan sendi tidak memiliki saraf atau pembuluh darah, dan tidak dibungkus
perikondrium.
Simpai sendi menyatukan tulang-tulang. Lapisan luar simpai adalah jaringan ikat padat
kolagen yang menyatu dengan periosteum yang membungkus tulang dan pada beberapa
tempat menebal membentuk ligamen-ligamen sendi. Lapis dalam simpai, yaitu
membrane synovial membatasi rongga sendi, kecuali di atas tulang rawan sendi, dan, bila
ada, diskus intra-artikularis.
Membrane synovial merupakan membrane vascular tipis yang mengandung kapiler-
kapiler lebar dan lebih ke dalam, banyak sel lemak. Satu sampai tiga lapis sel-sel synovial
membentuk lapis permukaan. Tidak ada membrane basal bawah sel-sel ini dan dengan
demikian kapiler di bawahnya tidak dipisahkan sawar dari rongga sendinya. Dapat
dibedakan dua jenis sel synovial, yang mungkin merupakan jenis sel sama dengan
tahapan perkembangan fungsional berbeda. Sel jenis A (atau sel M), yang berjumlah
paling banyak, mirip makrofag dan di dalam sitoplasmanya mengandung banyak
mitokondria dan vesikel mikropinositosik, lisosom, dan suatu aparat golgi yang
menonjol. Sel ini berdaya fagositosis aktif. Dalam sel synovial jenis B, organel-organel
ini kurang berkembang tetapi sebaliknya system reticulum endoplasma granular sangat
luas dan biasanya mempunyai ciri-ciri structural menyerupai fibroblas. Membrane
synovial seringkali menjulur ke dalam rongga sendi berupa lipatan kasar (villi synovial)
dan dapat menonjol (evaginasi) keluar menembus lapisan luar simpai, di antara tendo dan
otot berdekatan membentuk saku yang dikenal sebagai bursa.
Membrane synovial menghasilkan cairan synovial. Cairan kental ini diduga terutama
terbentuk sebagai dialisat plasma darah dan limfe. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas
dan nutritive untuk sel tulang rawan sendi.
Rongga sendi kadang-kadang terbagi sebagian atau seluruhnya oleh diskus intra-artikular
yang terdiri atas fibrokartilago. Pada tepinya diskus ini berhubungan dengan lapis fibrosa
dari simpai.
GOUT ARTHRITIS
Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah
satu penyakit inflamasi yang menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh
penimbunan asam urat (kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin,
dalam jumlah berlebihan di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi
metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang disebut sebagai tofi
(tophus) dan menyebabkan deformitas.
Proses Pembentukan Asam urat
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat
dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage
pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor
nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui
serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat,
asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang
kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-
PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin
bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui
zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin,
hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida
purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin
fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh
glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Etiologi
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek
enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam
tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga
cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi
dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum
diketahui.
Patofisiologi timbulnya manifestasi
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.
Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan
(sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran
radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian neutrofil
menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan
melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator
proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan
memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan
sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan
cedera jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya
endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul
sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang
ditandai dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas,
dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan
fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus
dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan
kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati
gout.
Kriteria Klasifikasi Gout Akut
1. Ditemukan kristal urat yang karakteristik dalam cairan sendi
2. Tofus yang terbukti mengandung kristal urat dengan cara kimia atau mikroskop
polarisasi
3. Ditemukan 6 hingga 12 fenomena klinis, laboratories dan radiologis sebagai
tercantum di bawah :
a. melebihi 1 kali serangan arthritis akut
b. inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
c. serangan arthritis monoartikular
d. sendi kemerahan
e. nyeri atau bengkak pada sendi metatarsalphalanges (MTP) 1
f. serangan unilateral yang melibatkan sendi MTP-1
g. serangan sendi unilateral yang melibatkan sendi tarsal
h. dugaan tofus
i. hiperurikemia
j. pembengkakan tidak simetrisdi antara sendi
k. kista subcortical tanpa erosi
l. hasil negatif pada kultur cairan sendi untuk mikroorganisme
Manifestasi Klinik
Manifestasi gout akut terdiri dari arthritis gout akut, interkritikal gout dan gout menahun
dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat deposisi yang
progesif kristal urat.
A. Stadium Arthritis gout akut
Pada stadium ini, radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur
tanpa gejala sebaliknya pada saat bangun pagi pasien terasa sakit yang hebat dan tidak
dapat berjalan. Keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah disertai gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan lelah. Biasanya bersifat monoartikular. Lokasi
paling sering pada MTP 1 yang biasa disebut sebagai padogra. Dapat terkena sendi yang
lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Pada serangan akut beratvdapat
sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada serangan akut tidak berat
keluhan-keluhan menghilang dalam beberapa jam atau hari. Faktor pencetus : trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik
atau penurunan dan peningkatan asam urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak
dengan allopurinol atau obat urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
B. Stadium Interkritikal
Merupakan stadium kelanjutan stadium akut. Terjadi periode interkritikal
asimptomatik. Tidak terdapat tanda-tanda klinis radang akut tetapi pada aspirasi sendi
ditemukan kristal urat. Penanganan yang tidak baik dapat menyebabkan berlanjut ke
stadium menahun.
C. Stadium Arthritis Gout menahun
Pada stadium ini umumnya pasien mengobati sendiri (self medication) sehingga pada
waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Biasanya disertai tofi yang banyak
dan poliartikular. Tofi sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapt
timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering pada cuping telinga, MTP-1,
olecranon, tendon Achilles dan jari tangan. Kadang-kadang disertai batu ginjal sampai
penyakit ginjal menahun.
Penatalaksanaan
Pengobatan Artritis gout akut
1. Diet rendah purin
2. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS ) dapat digunakan, tidak ada satupun
OAINS yang paling superior untuk mengatasi serangan akut artritis gout, semua
obat dapat dipakai, hanya pertimbangan pemilihan obat berdasarkan adanya
tidaknya kemungkinan efek samping pada penderita seperti ada tidaknya risiko
pada gastrointestinal, ginjal dll. Misal OAINS yang dapat digunakan antara lain :
indometasin 3x 50 mg, sulindac 2x 400 mg,naproxen 2 x 500 mg atau ibuprofen
3x 400 mg/hari atau obat anti inflamasi non steroid yang lain.
3. Kolkisin digunakan pada serangan akut: yaitu dengan dosis 1-2 mg /hari dengan
efek sampingnya adalah mual–mual sampai diare kemudian diturunkan dosisnya
bila keluhannya mereda. Kolkisin dapat diteruskan untuk mencegah serangan
selama sampai beberapa bulan dengan dosis yang minimal.
4. Allopurinol tidak diberikan pada serangan akut, alopurinol baru diberikan bila
serangan akut telah mereda dosisnya tergantung tinggi –rendahnya asam urat
darah.
5. Steroid injeksi bisa diberikan pada keadaan tertentu misalnya prednison 20-40 mg
perhari sampai 3 hari dan injeksi lokal dapat diberikan pada keadaan tertentu.
Pengobatan artritis gout interkritikal
Pada kasus ini penderita pernah beberapa kali mendapat serangan akut artritis
gout diselingi periode asimptomatik, pada beberapa kasus serangan akan terjadi dalam
periode 6 bulan sampai 2 tahun. Tindakan yang diperlukan ialah dengan diet rendah purin
dan minum banyak lebih kurang dua liter perhari serta bila kadar asam urat darah lebih
dari normal dapat diberikan alopurinol tergantung tinggi rendahnya asam urat darah dari
penderita tersebut.
Pengobatan artritis gout kronik
Pada artritis gout kronik yang mana penderita tidak lagi bebas serangan akut
disertai dengan kelainan sendi dan adanya tophus atau tophi (jamak ) di beberapa tempat,
kadang-kadang disertai ada batu pada ginjalnya (renal kalkuli )
Beberapa hal yang harus dilakukan penderita antara lain:
1. Edukasi pasien tentang pentingnya modifikasi sikap hidup seperti menjaga berat
badan diusahakan normoweight ,diet rendah purin dan usahakan minum banyak 2
liter perhari,mengurangi atau berhenti konsumsi minuman berakohol dan
menghentikan minum obat aspirin dosis rendah yang kemungkinan dapat
meninggikan asam urat darah.
2. Tujuan terapi pada artritis gout kronik ialah mencegah kerusakan parenkim ginjal
dan pembentukan batu ginjal serta mencegah flare up dengan diberikan kolkisin
0,5-1 mg/hari selama 6 bulan sampai setahun kolkisin dapat dihentikan bila
dievaluasi selama 6 bulan sudah bebas serangan akut.Apabla terdapat gangguan
fungsi ginjal sebaiknya kolkisin dihindari atau dosisnya dikurangi sambil
monitoring ketat kadar ureum dan kreatinin darah.
3. Pemberian alopurinol untuk menurunkan asam urat darah minimal menjadi 5-6
mg /dl.Indikasi pemberian alopurinol:
a. Hiperekresi asam urat urin per 24 jam
b. Riwayat batu ginjal
c. Adanya tophus/tophi
d. Gangguan faal ginjal (renal insuffiency )
e. Sebelum pengobatan sitostatika karena kanker
f. Terjadinya serangan akut gout yang refrakter walaupun sudah mendapat
kolkisin dan obat urikosurik.
4. Indikasi pemberian urikosurik:
a. Hiposekresi atau normal ekskresi asam urat urin/24 jam
b. Fungsi ginjal normal
c. Tidak adanya tophus atau tophi
d. Tidak ada batu pada ginjal
5. Obat anti inflamasi non steroid serta steroid dapat diberikan secara dosis kecil
dalam waktu pendek 3-5 hari atau dapat diberikan injeksi pada sendi yang sakit
bila serangan akut tidak mereda dengan obat-obat yang lain.
6. Pencegahan terhadap nefrolitiasis .Pada pasien dengan batu ginjal ialah dengan
cara alkalisasi urin bila pH urin asam atau kurang 6,0 dengan pemberian
bikarbonat natrikus dan minum air sebanyak 2 liter perhari.
7. Tindakan bedah pada tophi dapat dilakukan bila terjadi infeksi atau mengganggu
fungsi sendi.
Komplikasi
Terjadi pada gout kronik :
1. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar
sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di
sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, synovial, bursa atau tendon.
Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral
jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
2. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia, terjadi akibat
dari pengenapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa
terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.
3. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)10
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti
kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium,
ammonium, fosfat).
Prognosis
Jarang pada kasus artritis gout menyebabkan kematian dan angka kematian
arthritis gout adalah tidak berbeda dengan angka kematian populasi pada umumnya.
Penyakit gout sering dihubungkan dengan penyakit penyertanya yang jelas berbahaya
dengan mortlitas cukup tinggi, sebagai contoh kelainan vaskular degeneratif, hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit ginjal, dan obesitas.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang didapatkan
diagnosis bahwa bapak Tono menderita gout arthritis kronik akibat mengkonsumsi
makanan yang mengandung purin secara berlebihan. Pada pasien diputuskan untuk
memberikan pengobatan non medikamentosa, medikamentosa, dan operatif dikarenakan
sudah adanya pembentukan tofus yang mengganggu pergerakan dari sendi. Penyakit gout
sering menyebabkan pembengkakan pada sendi akibat deposit kristal asam urat terutama
pada metatarsophalanges 1 yang kemudian menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan panas.
Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi jika tidak diobati segera dan menyebabkan
gangguan aktivitas hidup pada si penderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carter M. Gout. In: Price SA, Wilson LM. editors. Patofisiologi: Konsep Klinis
Dasar Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2003.
2. Felson DT. Osteoarthritis. In: Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo,
Jameson, et al. editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. 2nd vol.
New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2008
3. Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA. Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2000. p 156-7
4. Lipsky P. Rheumatoid Arthritis. In: Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo,
Jameson, et al. editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. 2nd vol.
New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2008
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.2009
6. Schumacher HR, Chen LX. Gout and Other Crystal-associated Arthropaties. In:
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, et al. editors. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th ed. 2nd vol. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc. 2008
7. Tehupeiory ES. Ilmu Penyakit Dalam: Artritis Pirai. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006