Makalah Riview Rencana Tata Ruang

50
RIVIEW RENCANA TATA RUANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DISUSUN OLEH IKA PERMATA HATI / 3610100003 DEWI RUPYANTI SINAGA / 3610100007 TIYA PAPRILAFITRI HARDONO / 3610100019 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH KOTA 2010

Transcript of Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Page 1: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

RIVIEW RENCANA TATA RUANG

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007

TENTANG PENATAAN RUANG

DISUSUN

OLEH

IKA PERMATA HATI / 3610100003

DEWI RUPYANTI SINAGA / 3610100007

TIYA PAPRILAFITRI HARDONO / 3610100019

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH KOTA

2010

Page 2: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRuang merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan secara umum dan

merupakan barang publik yang dapat tereksploitasi bila pemanfaatannya melebihi daya

dukungnya, yang juga mencakup wadah dimana keseluruhan interaksi sistem sosial (yang

meliputi manusia dengan seluruh kegiatan sosial, ekonomi dan budaya) dengan ekosistem

(sumber daya alam dan sumber daya buatan) berlangsung.

Interaksi ini tidak selalu secara otomatis ruang harus dimanfaatkan secara arif

dan efisien, sehingga memungkinkan pemanfaatan sumberdaya alam yang

terkandung di dalamnya dapat secara optimal dimanfaatkan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat

Penataan ruang sebagai pendekatan, dalam pelaksanaan pembangunannya telah

memiliki landasan hukum. Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun

1992 tentang Penataan Ruang.

Penataan ruang juga merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang

satu dengan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Lalu penataan ruang juga dapat didefinisikan sebagai pendekatan pembangunan

berdimensi spasial yang memberikan perhatian utama pada pengaturan perilaku

manusia dalam memanfaatkan ruang dan sumberdaya alam yang terkandung di

dalamnya agar bertujuan untuk mewujudkan ruang kehidupan yang nyaman,

produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan

Nasional dalam wadah NKRI, dalam jangka panjang, menengah maupun jangka

pendek

Sehingga dari implikasi di atas diharapkan :

a. Dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta

mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan

b. Tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang

c. Tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang

Page 3: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Sejalan dengan permasalahan tata ruang yang semakin berkembang, telah disusun

Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti

Undang – Undang No 24 Tahun 1992. Diharapkan Undang-Undang ini dapat berfungsi

sebagai payung hukum yang lebih kuat dalam penyelenggaraan penataan ruang sehingga

dapat terwujud penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif.

Dengan penataan ruang diharapkan dapat terwujud ruang kehidupan yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan.

Akan tetapi hingga saat ini, kondisi yang tercipta masih belum sesuai dengan harapan.

Hal ini terlihat dari tantangan yang terjadi, terutama semakin meningkatnya permasalahan

tentang bencana alam seperti bencana banjir dan tanah longsor. Lalu meningkatnya

kemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan. Kemudian masalah permukiman kumuh yang

belum terselesaikan dan semakin berkurangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau di

kawasan perkotaan serta belum terpecahkannya masalah ketidakseimbangan

perkembangan antarwilayah.

Berbagai permasalahan tersebut mencerminkan bahwa penerapan UU No. 24/1992

tentang Penataan Ruang belum sepenuhnya efektif dalam menyelesaikan permasalahan

yang ada.

Terutama dalam memberikan arahan kepada seluruh pemangku kepentingan dalam

penyelenggaraan penataan ruang guna mewujudkan ruang yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan.

Kondisi ini merupakan latar belakang dari penyusunan makalah ‘Riview Rencana

Tata Ruang Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang’.

Page 4: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran

1.2.1. Maksud

Penyusunan makalah ‘Riview Rencana Tata Ruang Menurut Undang-Undang Nomor

26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang’ ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan dalam

melaksanakan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang, sesuai dengan Undang-Undang

No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta memberikan panduan dalam melaksanakan

pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ‘Riview Rencana Tata Ruang Menurut Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang’ ini adalah untuk melengkapi tugas

makalah mata kuliah Teori Perencanaan Wilayah dan Kota.

1.2.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai melalui disusunnya makalah ‘Riview Rencana Tata Ruang

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang’ ini adalah

terciptanya proses perencanaan tata ruang,kegiatan pemanfaatan ruang dan kegiatan

pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan asas penyelenggaraan penataan ruang dalam

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Page 5: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

1.2 Sistematika Pelaporan

Pelaporan ini disusun dengan mengikuti sistematika 3 (tiga) bab, yaitu :

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, maksud, tujuan, sasaran dan sistematika pelaporan

Bab 2 Riview

Bab ini berisikan gambar diagram hirarki rencana tata ruang mulai dari tingkat

nasional sampai lokal; rencana umum dan rencana rinci.

Lalu substansi rencana tata ruang yang mencangkup muatan isi, jangka waktu dan

peninjauan kembali, pengesahan, produk hukum, skala peta.

Selanjutnya adalah contoh rencana tata ruang.

Bab 3 Penutup

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran

Page 6: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

BAB

II

RIVIEW

Berikut adalah lampiran mengenai Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2006 mulai dari pasal pertama hingga pasal terakhir.

PASAL ISI KETERANGAN1 Pengertian Ruang, Tata Ruang, Struktur Ruang, Pola

Ruang, Penataan Ruang, Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pemerintah, Pengaturan Penataan Ruang, Pembinaan Penataan Ruang, Pelaksanaan Penataan Ruang, Pengawasan Penataan Ruang, Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, Wilayah, dan Kawasan

Cukup jelas

2 Asas penyelenggaraan penataan ruang dalam NKRI Asas penyelenggaraan penataan ruang dalam NKRI adalah “ keterpaduan, keserasian, keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hokum dan keadilan, dan akuntabilitas”.

3 Tujuan Penyelenggaraan penataan ruang Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

4 Pengklasifikasian penataan ruang Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

5 Penataan ruang berdasarkan system :Sistem wilayahSistem internal perkotaan

Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan:Kawasan LindungKawasan Budidaya

Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif:Penataan Ruang Wilayah NasionalPenataan Ruang Wilayah ProvinsiPenataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan:Penataan Ruang Kawasan perkotaanPenataan Ruang Kawasan Perdesaan

Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan:Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional

Cukup Jelas

Page 7: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Penataan Ruang Kawasan Strategis ProvinsiPenataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota

6 Perincian Penataan Ruang Wilayah Nasional, Penataan Ruang Wilayah Provinsi, dan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Penataan Ruang Wilayah Nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup darat, laut, dan udaraPenataan Ruang Wilayah Provinsi meliputi ruang darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi

7 Penyelenggara penataan ruang dan pemberian kewenangan penyelenggaraan penataan ruang

Cukup jelas

8 Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang nasional dan penataan ruang kawasan strategis nasional

Kewenangan pemerintah dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional mencakup aspek yng terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis

9 Tugas dan tanggung jawab menteri dalam pemyelenggaraan penataan ruang

Cukup jelas

10 Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang

Kewenangan pemerintah daerah provinsi dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi mencakup aspek yang terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis

11 Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang

Cukup Jelas

12 Pengaturan penataan ruang Cukup Jelas13 Pembinaaan penataan ruang oleh pemerintah kepada

pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dan masyarakat

Tujuan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang yaitu memberikan pemahaman pada aparat pemerintah dan masyarakat tentang substansi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang

14 Tujuan perencanaan tata ruang untuk menghasilkan:1) Rencana umum tata ruang, terdiri dari:

Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRencana Tata Ruang Wilayah PropinsiRencana Tata Ruang Wilayah KabupatenRencana Tata Ruang Wilayah Kota

2) Rencana rinci tata ruang terdiri dari:Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional

Cukup jelas

Page 8: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang kawasan strategis propinsi Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota

15 Cakupan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mencakup pula rencana pemanfaatan sumber daya alam di zona ekonomi eksklusif Indonesia

16 Peninjauan kembali rencana tata ruang Cukup jelas17 Muatan rencana tata ruang Muatan rencana tata ruang

mencakup:1) Rencana struktur ruang

Rencana sistem pusat permukimanRencana sistem jaringan prasarana

2) Rencana pola ruangKawasan lindungKwasan Budidaya

18 Pengesahan penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana rinci tata ruang

Persetujuan tersebut dimaksudkan intuk menjamin kesesuaian muatan peraturan daerah, baik dengan peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang

19 Ketentuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Cukup Jelas

20 Tujuan Penataan Tata Ruang Wilayah Nasional, isi yang harus terkandung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, jangka waktu serta peninjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Cukup Jelas

21 Rencana rinci tata ruang diatur dengan Peraturan Presiden. Muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana rinci tata ruang diatur dengan Peraturan Menteri

Cukup Jelas

22 Acuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Cukup Jelas

23 Ketentuan mengenai muatan, pedoman, tata cara, jangka waktu penyusunan serta peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi menjadi acuan bagi instansi pemerintah daerah serta masyarakat unuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan ruang dalam menyusun program pembangunan di daerah yang bersangkutan

24 Penetapan dan pengaturan mengenai rencana rinci tata ruang

Cukup jelas

Page 9: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

25 Acuan serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Cukup jelas

26 Ketentuan mengenai muatan, pedoman, peninjauan dan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Cukup jelas

27 Tata cara penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Cukup jelas

28 Ketentuan tambahan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota

Pemberlak uan secara mutatis-mutandis dimaksudkan bahwa ketentuan mrngenai perencanaan tata ruang wilayah kabupaten berlaku pula dalam perencanaan tata ruang wilayah kota

29 Ketentuan dan proporsi mengenai ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau (30% dari luas kota) meliputi:

Ruang terbuka hijau publik (20% dari luas kota). Merupakan ruang terbuka hijau hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum Ruang terbuka hijau privat

30 Distribusi terbuka ruang hijau publik disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan

Cukup jelas

31 Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang terbuka hijau diatur dengan peraturan menteri

Cukup jelas

32 Pemanfaatan ruang Pelaksanaan program pemanfaatan ruang adalah aktivitas pembangunan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk mewujudkan rencana tata ruang

33 Acuan pemanfaatan ruang; mengembangkan penatagunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain

Penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil

34 Tata cara dan pedoman pemanfaatan ruang wilayah Cukup jelas35 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui

penetapan perarturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi

Pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang

36 Acuan serta pedoman peraturan zonasi Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsure-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang

37 Ketentuan perizinan dalam pengendalian pemanfaatan ruang

Perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut

Page 10: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

ketentuan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang, yatu izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang

38 Perincian atau penjelasan mengenai insentif dan disinsentif serta wewenang dalam memberikan insentif dan disinsentif

Penerapan insentif dan disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan skala kecil/individual, sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan

39 Pengenaan sanksi apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi

Cukup jelas

40 Ketentuan lebih lanjut tentang pemanfaatan ruang diatur dengan Peraturan Pemerintah

Cukup jelas

41 Penataan ruang kawasan perkotaan Penataan ruang kawasan perkotaan meliputi:

Kawasan perkotan kecilKawasan perkotan sedangKawasan perkotan besarKawasan perkotan metropolitanKawasan perkotan megapolitan

42 Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan, jika merupakan bagian wilayah kabupaten termasuk rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten

Cukup jelas

43 Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang mencakup dua atau lebih wilayah kabupaten/kota merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas wilayah

Pengertian lintas wilayah mencakup dampak pemanfaatan ruang yang dapat melintasi wilayah admimistrasi sehingga harus dikelola secara terkoordinasi antara wilayah yang menjadi sumber dampak dan wilayah yang terkena dampak

44 Ketentuan, cakupan, serta arahan rencana tata ruang kawasan metropolitan dan megapolitan

Tidak berbentuk sebagai rencana seperti rencana tata ruang wilayah , tetapi berbentuk pedoman keterpaduan untuk rencana tata ruang wilayah administrasi di dalam kawasan

45 Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan serta pentusunan program pembangunan beserta pembiayaannya secara terkoordinasi

Mencakup pula koordinasi dalam penahapan pelaksanaan pembangunan

46 Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan Pelaksanaan pengendalian oleh lembaga pengelolaan kawasan perkotaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten/kota dapat dilakukan secara lebih efektif apabila lembaga dimaksud diberi wewenang oleh seluruh pemerintah

Page 11: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

kabupaten/kota terkait47 Kerjasama penataan ruang kawasan perkotaan

dilaksanakan melalui kerjasma antar daerahCukup jelas

48 Pengarahan dan sasaran penataan ruang kawasan perdesaan

Cukup jelas

49 Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten termasuk bagian rencana tata ruang wilayah kabupaten

Cukup jelas

50 Rencana tata ruang kawasan perdesaan dalam satu wilayah kabupaten dapat dilakukan di tingkat kecamatan atau beberapa wilayah desa

Cukup jelas

51 Muatan rencana tata ruang kawasan agropolitan Merupakan rencana rinci tata ruang satu atau beberapa kabupaten

52 Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan Cukup jelas53 Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan Cukup jelas54 Peraturan penataan ruang kawasan perdesaan Cukup jelas55 Pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan,

dan pelaksanaan tata ruang dalam bentuk pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

Dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjamin pelaksanaan penataan ruang

56 Tata cara dan proses pemantauan dan evaluasi oleh menteri, gubernur, dan Bupati/Walikota

Langkah penyelesaian merupakan tindakan nyata pejabat administrasi, antara lain berupa tindakan administrative untuk menghentikan terjadinya penimpangan

57 Pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

Cukup jelas

58 Pengawasan tehadap kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang serta kinerja pemenuhan standar pelayanan

Disusun sebagai alat Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin masyarakat memperoleh jenis dan mutu pelayanan dasar secara merata daam rangka penyelenggaraan urusan wajib

59 Pengawasan penataan ruang berpedoman pada bidang penataan ruang . ditujukan pada pengaturan, pembinaan, dan pelksanan penataan ruang

Cukup jelas

60 Hak-hak masyarakat dalam penataan ruang Masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Negara atau Lembaran Daerah, pemgumuman, dan/atau penyebarluasa oleh pemerintah

61 Kewajiban-kewajiban masyarakat dalam penataan ruang Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan, memnfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang, mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang, serta pemberian akses

Page 12: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

62 Setiap orang yang melanggar ketentuan dikenai sanksi admimnistratif

Cukup jelas

63 Perincian atau jenis sanksi administratif Cukup jelas64 Ketentuan lebih lanjut tentang criteria dan tata cara

pengenaan sanksi administrative diatur dengan Peraruran Pemerintah

Cukup jelas

65 Peran masyarakat dalam penataan ruang Mencakup kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang

66 Masyarakat yang dirugikan dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan

Mencakup pula kerugian akibat tidak memperoleh informasi rencana tata ruang yang disebabkan oleh tidak tersedianya informasi tentang rencana tata ruang

67 Penyelesaian sengketa penataan ruang Sengketa penataan ruang adalah perselisihan antar pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang. Upaya penyelesaian diawali dengan musyawarah untuk mufakat lalu melalui pengadilan

68 Penyidikan termasuk di dalamnya pihak yang berhak melakukan penyidikan, wewenang penyidik, serta tata cara proses penyidikan

Cukup jelas

69 Ketentuan pidana bagi pihak yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan

Cukup jelas

70 Ketentuan pidana bagi pihak yang memanfaatkan ruang tidak sesua dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang

Cukup jelas

71 Ketentuan pidana bagi pihak yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang

Cukup jelas

72 Ketentuan pidana bagi pihak yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum

Cukup jelas

73 Ketentuan pidana bagi pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang

Cukup jelas

74 Selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporsi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 kali dari pidana denda

Cukup jelas

75 Setiap pihak yang menderita kerugian akibat tindak pidana dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana

Cukup jelas

76 Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang

Cukup jelas

Page 13: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

PERKOTAAN

RTR PULAU / KEPULAUAN

RTR KAWASAN SRATEGIS NASIONAL

ZONA SISTEMPROPINSI

RTRW NASIONAL

RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI TATA RUANG SISTEM ZONASI

RTRW PROPINSI

RTRW KABUPATEN

RTRW KOTA

WI

LAYAH

RTR KAWASAN SRATEGIS PROPINSI

ZONA SISTEMNASIONAL

RTR KAWASAN SRATEGIS KABUPATEN

RDTR WILAYAH KABUPATEN

PERATURAN ZONASIZONING REGULATION

RTR KAWASAN PERKOTAAN DALAM

WILAYAH KABUPATEN

RTR BAGIAN WILAYAH KOTA

RTR KAWASAN SRATEGIS KOTA

RDTR WILAYAH PERKOTAAN

PERATURAN ZONASIZONING REGULATION

Hirarki Produk Rencana Tata Ruang Berdasarkan Undang-Undang no 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

77 Penyesuaian semua pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang melelui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang

Selama masa transisi tidak dapat dilakukan penertiban secara paksa

78 Penyelesaian Peraruran Pemeintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri sejak Undang-Undang ini diberlakukan serta ketentuan sejak diberlakukannya Undang-Undang ini

Cukup jelas

79 Pencabutan Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) tentang Penataan Ruang dan dinyatakan tidak berlaku

Cukup jelas

80 Pemberlakuan Undang-Undang dan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia

Cukup jelas

2.1 Gambar Diagram

Page 14: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Penyusunan rencana tata ruang dilakukan secara berjenjang dan komplementer, artinya rencana tata ruang mulai dari tingkat pusat hingga rencana tata ruang kabupaten/kota harus saling melengkapi satu dengan lainnya, tidak boleh saling bertentangan, dan tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dalam penyelenggaraannya

Page 15: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Penegasan sifat komplementer antara RTRWN, RTRWP, dan RTRWK dimaksudkan

Jenis Isi Jangka Waktu PengesahanRTRW Nasional Arahan kebijakan dan

strategi pemanfaatan ruang wilayahnasional yang disusun guna menjaga integrasi nasional, keseimbangan dankeserasian perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta keharmonisan antarlingkungan alam dengan lingkungan buatan, demi untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat.

Jangka waktu 20 tahun dan ditinjaukan kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Terdapat dalam UU 26 Tahun 2007 Pasal 20

RTRW Provinsi Rencana kebijakan operasional dari RTRWN yang berisistrategi pengembangan wilayah provinsi, melalui sinkronisasi pengembangan sektor,koordinasi lintas wilayah kabupaten/ kota dan sektor, serta pembagian peran danfungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan

Jangka waktu 20 tahun dan ditinjaukan kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Terdapat dalam UU 26 Tahun 2007 Paragraf 3 Pasal 22 dan 23

RTRW Kabupaten dan RTRW Kota

penjabaran RTRW provinsi ke dalam strategipengembangan wilayah kabupaten/Kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannyadi dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. Strategipengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur danrencana pola ruang operasional

Jangka waktu 20 tahun dan ditinjaukan kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun

Terdapat dalam UU 26 Tahun 2007.RTRW Kabupaten Paragraf 4 Pasal 25 dan 26.RTRW Kota Paragraf 5 Pasal 28.

Page 16: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA

RTRWNASIONAL

RTRWPROVINSI

RTRWKAB/KOTA

PEMBANGUNAN

PERATURAN ZONASIRTRW PERKOTAAN/ KOTA PERIJINAN

RTRKAWASAN

METROPOLITAN

agar ketiga produk rencana tersebut bersifat saling melengkapi, sehingga apabila

”disatukan” akan membentuk rencana tata ruang yang serasi dan selaras antar tingkatan

wilayah administrasi. Untuk itu hal yang harus diperhatikan adalah: substansi yang

telah diatur dalam rencana tata ruang wilayah administrasi yang lebih tinggi tidak diatur

berbeda dalam rencana tata ruang wilayah administrasi di bawahnya. Dengan kata lain,

substansi yang telah diatur dalam RTRWN harus diacu dalam RTRWP. Sementara

substansi yang telah diatur dalam RTRWN dan RTRWP harus diacu dalam RTRWK.

Dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, tuntutan penerapan prinsip-prinsip good

governance hendaknya terus diupayakan melalui peningkatan kepedulian dan peran

masyarakat khususnya dalam penetapan fungsi, peran, serta pendekatan kebijakan dan

strategi penataan ruang. Pada level terendah, penerapan prinsip-prinsip good governance ini

dilakukan melalui pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di sekitar tempat

tinggalnya

Page 17: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 secara eksplisit diuraikan tentang penegasan hal,

kewajiban serta peran masyarakat, yaitu:

Pasal 60 : Setiap orang berhak untuk :

1. mengetahui Rencana Tata Ruang;

2. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

3. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan

kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan Tata Ruang;

4. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tak

sesuai dengan Rencana Tata Ruang di wilayahnya.

Pasal 61: Dalam pemanfaatannya setiap orang wajib :

1. menaati Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan;

2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang

berwenang;

3. memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang, dan

4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan  dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 65 : Peran masyarakat melalui :

1. pelibatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang

2. peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan, antara lain, melalui:

        (a)   partisipasi dalam penyusunan RTR;

        (b)   partisipasi dalam   pemanfaatan ruang; dan

        (c)   partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Page 18: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

2.2 Muatan Rencana Tata Ruang

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dinyatakan

bahwa muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola

ruang.

2.2.1. Rencana Struktur Ruang

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana

dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat

yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Rencana Struktur Ruang meliputi:

a. Rencana Sistem Pusat Permukiman

Dalam sistem wilayah pusat permukiman adalah kawasan perkotaan yang

merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat, baik pada kawasan

perkotaan maupun pada kawasan perdesaan. Dalam sistem internal perkotaan,

pusat permukiman adalah pusat pelayanan kegiatan perkotaan.

b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana

Antara lain, mencakup sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan

kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem persampahan dan sanitasi, serta

sistem jaringan sumber daya air.

2.2.2. Rencana Pola Ruang

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Rencana Pola Ruang meliputi:

a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan.Kawasan lindung adalah:

a. Kawasan Yang Memberikan Pelindungan Kawasan Bawahannya, antara lain,

kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;

b. Kawasan Perlindungan Setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;

c. Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya, antara lain, kawasan suaka alam,

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau,

taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka

margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

Page 19: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

d. Kawasan Rawan Bencana Alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung

berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan

rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan

e. Kawasan Lindung Lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan

perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.

Pada pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas

daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pasal

28 sampai dengan pasal 30 memuat bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota

minimal 30% di mana proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota minimal 10%.

b. Kawasan Budi Daya

Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan.

Kawasan Budi Daya biasanya juga diperuntukkan hutan produksi, kawasan

peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan,

kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan

industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan

pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan.

Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya meliputi peruntukan ruang

untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan

keamanan.

Sementara pasal 6 ayat (1) mempertegas bahwa penataan ruang diselenggarakan

dengan memperhatikan potensi khusus sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber

daya buatan serta kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,

lingkungan hidup serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu kesatuan.

Sedangkan pasal 48 memuat bahwa penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan

antara lain,untuk:

(1) pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;

(2) konservasi sumber daya alam; dan

(3)     pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahahan pangan

Page 20: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Tahapan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Penyusunan RTRW Kabupaten berlaku mutatis mutandis (Pasal 28 UUPR No. 26 Tahun

2007) untuk penyusunan RTRW Kota dengan penambahan muatan pada rencana-rencana:

(1) penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

(2)      penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non-hijau; dan

(3)      penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan

umum, kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk

menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi dan pusat

pertumbuhan wilayah.

Page 21: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

KAW. PERUNT HUTAN PRODUKSI

KAW. PERUNT. HUTAN RAKYAT

KAW. PERUNT PERTANIAN

KAW. PERUNT PERIKANAN

KAW. PERUNT PERTAMBANGAN

KAW. PERUNT PEMUKIMAN

KAW. PERUNT INDUSTRI

KAW. PERUNT PARIWISATA

KAW. TEMPAT IBADAH

KAW. PENDIDIKAN

KAW. HANKAM

KAW. YANG MEMBERIKAN KAW. PERLINDUNGAN DIBAWAHNYA

KAW. PERLINDUNGAN SETEMPAT

KAW. SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA

KAW. RAWAN BENCANA ALAM

KAW. LINDUNG LAINNYA

KAWASAN LINDUNG

FUNGSI KAWASAN

KAWASAN BUDIDAYA

Pasal 5 dan penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, mengandung penetapan dua

fungsi kawasan utama, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya yang dibagi ke dalam

beberapa sub-kawasan yang akan memperjelas fungsi sesuai tata guna (peruntukan

ruang/lahan) sektoral yang satu sama lain saling melengkapi (komplementer) seperti pada

diagram berikut ini.

Page 22: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Klasifikasi Penataan Ruang Menurut UU No. 26 Tahun 2007

              

Dari klasifikasi penataan ruang tersebut ditetapkan strategi umum dan strategi implementasi

penyelengaraan penataan ruang, sebagai berikut:

1. Pasal 6 yakni menyelenggarakan penataan ruang wilayah nasional secara

komprehensif, holistik, terkoordinasi, terpadu, efektif, dan efisien dengan

memperhatikan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan,

kenyamanan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

2. Pasal 6 ayat (2) yakni menetapkan prinsip-prinsip ”komplementaritas” dalam rencana

struktur ruang dan recana pola ruang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan

rencana tata ruang wilayah provinsi;

3. Pasal 7 sampai dengan pasal 8 yaitu memperjelas pembagian wewenang antara

Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam

penyelenggaraan penataan ruang;

4. Pasal 17, pasal 28 - pasal 30 yakni: (a) memberikan perhatian besar kepada aspek

lingkungan/ ekosistem; (b) menekankan struktur dan pola ruang dalam rencana tata

ruang.

Page 23: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

2.2.2 Produk Hukum

UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengatur tiga bentuk sanksi, yaitu sanksi

administrasi (Pasal 62 sampai dengan 64), sanksi perdata (Pasal 66 ,67, dan 75), dan sanksi pidana

(Pasal 69 sampai dengan 74). Sepintas sederetan pasal-pasal tersebut akan mampu menutupi celah

yang terdapat dalam undang-undang sebelumnya dalam hal pengendalian tata ruang.

UU ini secara tegas mengatur kewajiban masyarakat sebagai berikut:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang

berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan

dinyatakan sebagia milik umum.

Selain itu UU ini juga melarang pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin

pemanfaatan ruang untuk menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang.Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan tersebut di atas memiliki konsekuensi

berupa ancaman pidana penjara dan denda di samping sanksi administratif.

Tantangan dalam penerapan ketentuan tersebut di atas adalah dalam penegakan

hukum,mengingat selama ini masyarakat telah ”terbiasa” dengan kasus pelanggaran rencana

tata ruang tanpa konsekuensi sanksi apa pun. Di sisi lain, para pejabat yang berwenang

menerbitkan izin pemanfaatan ruang cenderung untuk ”menahan diri” dalam

menerbitkan izin yang dapat berdampak pada penurunan investasi. Untuk itu

diperlukan upaya penyadaran seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya

penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang dalam rangka mewujudkan

ruang kehidupan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Sisi lain yang terkait dengan proses pembuatan undang-undang adalah keseimbangan,

keselarasan antara kesadaran hukum yang ditanamkan dari atas oleh penguasa negara (legal

awareness) dengan perasaan hukum masyarakat yang bersifat spontan dari rakyat (legal

feeling).

Dalam kondisi yang demikian diharapkan budaya hukum (legal culture) dapat tumbuh

lebih baik. Penegakan hukum yang ideal harus disertai kesadaran bahwa penegakan hukum

merupakan sub-sistem sosial, sehingga pengaruh lingkungan cukup berarti, seperti pengaruh

perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, hankam, Iptek, pendidikan dan sebagainya.

Page 24: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Lebih ideal lagi apabila para penegak hukum menyadari sepenuhnya bahwa supremasi

hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu

refleksi dan bahkan prakondisi sistem pemerintahan yang demokratis dan berwibawa.

(Muladi, 1997).

Persoalan sanksi pidana dalam rangka revisi UUPR muncul dari anggapan sementara

kalangan bahwa rusaknya struktur dan merosotnya kualitas tata ruang disebabkan karena

UUPR tidak mengatur sanksi pidana.

Kepatuhan terhadap peraturan hukum dapat timbul dari beberapa sebab.

1. Rasa takut terhadap ancaman sanksi dan paksaan, seperti pencabutan izin, hukuman

kurungan, denda, dan sebagainya (hard enforcement). Kepatuhan hukum seperti ini

sangat tergantung pada konsistensi aparat penegakan hukum. Sekali konsistensi itu

dilanggar atau intensitas pengawasan menurun, maka potensi pelanggaran semakin besar.

Dalam hal ini kepatuhan hukum masyarakat tergantung pada faktor aparat penegak

hukum.

2. Kepatuhan yang dilakukan atas keinginan masyarakat itu sendiri (soft enforcement). Dalam

hal ini kepatuhan hukum timbul dari kesadaran masyarakat, yang dikenal sebagai

“kesadaran hukum”.

Kedua sebab tersebut di atas sama pentingnya, walau untuk penegakan jangka panjang

kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran hukum terbukti lebih efektif.

Dengan demikian, pengaturan sanksi pidana yang berat sekalipun tidak akan

bermanfaat apabila pengawasan atau penegakan hukum tidak berjalan. Akan tetapi, situasi ini

akan jauh lebih baik daripada “tidak terdapat sanksi apapun yang dapat diterapkan bagi

pelanggar hukum”.

Sejalan dengan asas pencegahan (the precautionary principle) dan asas pengendalian

(principle of restraint) yang juga merupakan syarat kriminalisasi, menyatakan bahwa sanksi

pidana hendaknya baru dimanfaatkan apabila instrumen hukum lain tidak efektif, yang dalam

hukum pidana dikenal sebagai asas subsidaritas atau “ultima ratio principle” atau “ultimum

remedium”.

Page 25: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Terhadap siapa atau pelaku yang dikenakan sanksi pidana, UU 26 tahun 2007 telah

menjawab secara lugas, yaitu orang perseorangan atau badan hukum (korporasi). Sementara

terhadap perilaku yang dikategorikan sebagai tindak pidana (kriminalisasi), masih menjadi

persoalan. Apakah perilaku itu layak diketagorikan sebagai sebuah kejahatan dan

pelanggaran berat sehingga patut diganjar dengan sanksi yang berat?

Sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 69 sampai pasal 71 UU Nomor 26 tahun 2007

ternyata ditujukan pada perilaku yang melanggar kewajiban yang diatur dalam Pasal 61,

yaitu:

a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfatan ruang; dan

d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan

dinyatakan sebagai milik umum

Page 26: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

PENGENAAN SANKSI

Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertibanyg dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR & peraturan zonasi

SANKSI

ADSM

INITRATIF

SANKSI

PIDAN

A

SANKSI

PERDATA

Pasal. 63 Pasal. 69 Pasal. 63

peringatan tertulis penghentian sementara kegiatan penghentian sementara pelayanan umum penutupan lokasipencabutan izinpembatalan izinpembongkaran bangunanpemulihan fungsi ruangdenda administratif

Pidana Pokok:PenjaraDendaPidana Tambahan

Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya

Pencabutan izin usahaPencabutan status badan hukum

Pasal 73ayat 2

Pasal 74ayat 2

TINDAK KERUGIAN YANG MENIMBULKAN KERUGIAN SECARA PERDATA

Page 27: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

KETENTUAN PIDANA

Pasal Unsur Tindak Pidana Sanksi Pidana

69 ayat (1) Tidak mentaati rencana tata ruang dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang

penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta

69 ayat (2) Tidak mentaati rencana tata ruangMengakibatkan perubahan fungsi ruang Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau rusaknya barang

penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1, 5 miliar

69 ayat (3) Tidak mentaati rencana tata ruangMengakibatkan perubahan fungsi ruangMengakibatkan Kematian

orang

penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp.

5 miliar 70 ayat (1) Memanfaatkan ruang tidak

sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang.

Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta

70 ayat (2) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang

Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar

2.2.3 Skala Peta

Pengertian tentang skala Peta

Skala peta tidak hanya menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak di lapangan

(misalnya untuk mengukur jarak di lapangan atau menghitung luas suatu areal), tetapi juga

menunjukkan ketelitian geometris dan detail dari unsur dan informasi yang disajikan.

Page 28: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Semakin besar skala peta, maka semakin teliti dan semakin detail unsur dan informasi yang

disajikan; demikian pula sebaliknya

Beberapa contoh mengenai perbedaan skala peta:

Pada peta berskala 1: 25.000, belokan dan lekukan dan lebar sungai, serta anak sungai

sangat jelas tergambar. Tetapi, pada peta berskala 1:100.000, posisi belokan sungai tidak

dapat disajikan secara teliti, lebar sungai tidak dapat digambarkan, serta sebagian anak sungai

dihapus dari peta.

Areal yang berukuran 10 cm x 10 cm pada peta berskala 1:50.000, akan mempunyai ukuran 5

cm x 5 cm pada peta berskala 1: 100.000, atau 1/4 dari ukuran semula. Dengan ruang sekecil

ini, tidak dimungkinkan untuk menyajikan unsur-unsur dan informasi secara detail dan teliti.

Dalam penetapan skala pada pembuatan peta (khususnya peta tematik), perlu

diperhatikan tujuan/kegunaannya (peta untuk perencanaan umum akan berbeda skalanya

dengan peta untuk kegiatan operasional dilapangan), serta informasi yang akan ditampilkan

(apabila informasi tidak dapat disajikan secara detail, misalnya hanya dapat membedakan

wilayah berhutan dan tidak berhutan, maka tidak diperlukan peta yang berskala besar).

Tergantung kepada penggunaanya. Di bidang kehutanan khususnya,

SKALA SEBUTAN PENGGUNAAN

³ 1: 10.000

1: 25.000 – 1: 50.000

1: 100.000

1: 250.000 – 1: 500.000

Sangat besar

Besar

Sedang

Kecil

Peta kerja/lapangan

Peta kerja/perencanaan

lapangan

Perencanaan tingkat

Kabupaten

Perencanaan tingkat Provinsi

RTRW nasional, digunakan peta dasar dengan skala 1:1.000.000 yang disusun Bakosurtanal,

dan 1:500.000 untuk peta lingkungan laut nasional (digital)

RTRW propinsi, digunakan peta dengan skala 1:250.000 (digital)

RTRW kabupaten, digunakan peta topografi/rupa bumi dengan skala beragam antara

Page 29: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

1:50.000 (untuk Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi), 1:100.000 (untuk Irian Jaya dan

Maluku), hingga 1:25.000 (untuk Jawa-Bali dan Nusa Tenggara)

JENIS UKURAN SKALA PETA

RTRWN 1 : 1.000.000

RTRWP 1 : 250.000

RTRW KABUPATEN 1 : 100.000

RTRW KOTA 1 : 10.000

2.3 Contoh masing-masing rencana ruang

Perubahan paradigma dalam pembangunan wilayah dan kota, khususnya dalam

penyediaan ruang terbuka hijau di wilayah kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-

Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang hendaknya dilaksanakan sepenuhnya

oleh Bupati/Walikota dengan dukungan penuh dari pihak legislatif di masing-masing daerah.

Hal ini telah dilaksanakan oleh beberapa Bupati dan Walikota yang juga telah

mendapat dukungan penuh dari badan legislatifnya, seperti kelima wilayah kota Provinsi DKI

Jakarta, Surabaya, dan lain-lain. 

Pada akhir bulan April 2008 ini, DPRD Kota Semarang secara proaktif akan

melakukan ‘public hearing’ dengan mengundang para pakar dalam menyusun berbagai

peraturan daerah (Perda), antara lain “Rancangan Perda Kota Semarang tentang Penataan

Ruang Terbuka Hijau”.

Model perencanaan tata ruang terakhir yang disepakati para Walikota di dunia (KLH,

2005) pada Penandatanganan Bersama Kesepakatan Lingkungan Hidup adalah dikenal

dengan istilah Green City. Meskipun terdapat dua persepsi berbeda tentang istilah Kota Hijau

ini, yaitu:

1. Sebagai visi (negara bagian di USA) menghijaukan kota-kota dengan menanam

banyak tanaman dan       tumbuhan serta membangun taman-taman kota;

2. Negara-negara Eropa mempunyai persepsi ‘hijau’ sebagai “Kota yang Sehat” dan

hampir bebas dari emisi polusi CO2, CO, N2O, dan lain-lain serta orientasinya pada

penggunaan sarana angkutan dengan energi non-fosil.

Page 30: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Meskipun demikian sekitar dua dekade lalu beberapa walikota di beberapa negara sedang

berkembang, seperti di benua Amerika Selatan dan di Asia telah berhasil mengembangkan

lingkungan kota layak huni (habitable) atau apa yang disebut sebagai: ‘Kota Berwawasan

Lingkungan’, sebagai contoh kota Curitiba (Brasilia) (Gambar 3)

 

                       

Page 31: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

Lalu di Indonesia juga telah menerapkan hal tersebut. Misalnya, belajar dari kasus

pengelolaan sampah padat dan produksi kerajinan rumahtangga di Kampung

Banjarsari, Cilandak, Jakarta Selatan dan di Gang Taman, Jl. Pertanian Selatan, Klender,

Jakarta Timur (Gambar 1 dan 2). Masyarakat mengintegrasikan sarana dan prasarana yang

telah ada sekarang melalui kegiatan swadaya kelompok RT/RW.

             

                        

Gambar 1 a-b: Penghijauan kompleks rumah di Banjarsari (Purnomohadi, 2007) dan

“Gang Taman” Jl Pertanian Selatan, Klender Jakarta Timur (Adi W., April 22, 07)

Penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di Indonesia terlihat pada

Pembangunan Kaasan Metropolitan BBM (Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura). Program

pembangunan di Kawasan Metropolitan Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura (BBM)

didasarkan pada sinkronisasi yang telah disepakati bersama oleh seluruh stakeholder yang

meliputi Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, dan sektor pembangunan terkait.

Dari sinkronisasi tersebut diharapkan setiap stakeholder akan menetapkan program dalam

institusi masing-masing untuk menjamin terlaksananya Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan

Metropolitan BBM. Atas dasar itu sangat penting terwujudnya kesepakatan antar Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi dalam RTR Kawasan Metropolitan ini. RTR

Kawasan Metropolitan ini perlu terus digulirkan prosesnya hingga tataran implementasi di

lapangan. Selain itu, perwujudan RTR ini perlu dikawal oleh Pemerintah Daerah dengan

membentuk sebuah nota kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten maupun Kota dalam

Kawasan Metropolitan BBM. Terdapat beberapa kegiatan potensi ekonomi yang dipindahkan

Page 32: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

keluar Kota Banjarmasin dan terjadi pula penurunan intensitas kegiatan industri pengolahan,

hal ini berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi Banjarmasin sendiri. Sehingga perlu

direncanakan alternatif kegiatan ekonomi baru pada sektor perdagangan dan jasa untuk

menjaga pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin. Pengembangan ekonomi Kabupaten

Barito Kuala akan tetap berorientasi terhadap Kota Banjarmasin sebagai outlet pemasaran,

artinya peran Banjarmasin sebagai pusat perdagangan dan jasa akan tetap dibutuhkan

sehingga perkembangan ekonomi Banjarmasin dengan kabupaten/kota sekitar tetap sinergis.

Penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi di Imdonesia tergolong lambat.

Data terbaru menyebutkan, dari 33 provinsi di Indonesia, baru 11 provinsi yang telah

mendapat persetujuan PU. Dari jumlah tersebut, enam provinsi yang telah menyelesaikan

penyusunan rencana tata ruang dan wilayah hingga membuat peraturan daerah, sedangkan

lima daerah lainnya dalam tahap pembuatan perda. Keenam provinsi tersebut yaitu Bali,

Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Tengah. Provinsi

Bali dan Sulawesi Selatan menyelesaikan Perda RTRW-nya sejak tahun 2009. Jadi, lebih

cepatnya Provinsi Bali merampungkan Perda RTRW-nya, merupakan sebuah prestasi

tersendiri. Saat provinsi lain kesulitan menyesuaikan Perda RTRW-nya dengan UU Tata

Ruang, bersama provinsi Sulawesi Selatan, Bali termasuk provinsi paling awal

menyelesaikannya. Sebagai provinsi yang telah menjadi kota wisata internasional, percepatan

pembangunan di Bali telah berdampak pada perubahan sekaligus peralihan fungsi-fungsi

lahan yang bermuara pada pelanggaran terhadap fungsi ruang, lingkungan maupun

arsitekturnya. Antisipasi terhadap pembangunan di Bali yang berkembang pesat sebenarnya

telah diwadahi dengan Perda No 3 Tahun 2005 tentang RTRW Provinsi Bali dan beberapa

perda lainnya seperti Perda No 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup dan Perda No 5 Tahun 2005 yang mengatur Persyaratan

Arsitektur Bangunan Gedung.

Namun, pembangunan di Bali yang berlangsung cepat menuntut pelayanan lebih baik.

Di sisi lain, ketersediaan dan kualitas SDM untuk kepentingan pengawasan masih kurang,

sehingga beberapa pembangunan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang tertuang pada

masing-masing Perda di atas. Otonomi daerah ikut menyulut lemahnya keberadaan ke tiga

perda tersebut di atas. Pemda kabupaten/kota lebih mementingkan bagaimana meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Alhasil, pragmatisme pembangunan yang abai terhadap

perda-perda terus berlangsung. Berbagai contoh pelanggaran terlihat nyata antara lain

pembangunan resort di Bukit Berbungan Bedugul, pembangunan vila di Danau Buyan,

Page 33: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

pencaplokan daerah pesisir pantai (sempadan pantai), pemanfaatan kawasan yang disucikan

seperti Tanah Lot di Tabanan, pemanfaatan tebing sungai, pelanggaran ketinggian

bangunan,dan pembuangan limbah.

 

Page 34: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

BAB

III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

merupakan upaya untuk lebih mengefektifkan fungsi penataan ruang sebagai

pendekatan strategis dalam pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan ruang

kehidupan yang aman, nyaman, produktf, dan berkelanjutan.

2. Penerapan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama dalam penerapan berbagai

ketentuan baru terutama berkaitan dengan pembagian kewenangan, perubahan muatan

rencana, penegasan hak dan kewajiban masyarakat, pengenaan sanksi, keterkaitan

antara rencana tata ruang dan program-program pembangunan sektoral/wilayah, serta

batas waktu penyesuaian rencana tata ruang wilayah dengan ketentuan UUPR yang

baru. Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut diperlukan kesatuan tekad para

pemangku kepentingan untuk menerapkan UU No. 26/2007 secara konsisten termasuk

para perencana.

3. Tantangan yang dihadapi dalam penerapan UU No. 26/2007 merupakan tantangan

seluruh pemangku kepentingan, termasuk para perencana ruang dan asosiasi

profesinya (IAP). Ke depan, para perencana dituntut untuk selalu meningkatkan

kemampuan profesionalnya dalam menyusun rencana tata ruang yang berkualitas, di

mana IAP dapat berperan sangat strategis dalam pembinaan teknis dan pengembangan

serta pengawasan kode etik perencana.

4. Belajar dari penyesuaian Perda RTRW Bali terhadap UU Penataan Ruang, setidaknya ada

empat hal yang bisa diambil sebagai pelajaran oleh provinsi lain. Pertama, memberdayakan

semua Komponen masyarakat dalam penyusunan Perda RTRW provinsi. Kedua, mendorong

Page 35: Makalah Riview Rencana Tata Ruang

peran dan posisi pemda sebagai mediator dan fasilitator. Ketiga, meningkatkan peran

pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum untuk mendorong percepatan

penyesuaian Perda RTRW terhadap UU. Bila perlu pro aktif untuk menjemput bola. Keempat,

bantuan konsultasi tenaga ahli, pendanaan, dan komunikasi yang layak pada saat proses

penyesuaian berlangsung.

3.2 Saran

Dalam kurun waktu sejak penyusunan RTRW sampai saat ini banyak sekali

perubahan yang terjadi, sehingga asumsi-asumsi yang diambil saat penyususnan RTRW

sudah banyak berubah. Pengendalian Pemanfaatan Ruang belum berjalan sesuai dengan

aturan yang ada, masih banyak pelangaran batas dan perubahan fungsi, sehingga

menimbulkan ancaman yang berkepanjangan terhadap kelangsungan ekonomi suatu kawasan.

Perubahan ruang dan bentuk pelangaran seperti, konversi lahan hutan menjadi lahan

perkebunan, pembukaan hutan di kawasan terlarang, pemanfaatan sepadan sungai, rawa dan

danau, serta pelangaran batas konsesi.

Dalam kegiatan penataan ruang sudah sepatutnya memperhatikan kaidah-kaidah

dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang

sebenarnya harus memasukkan manajemen bahaya bencana alam secara geografis, geologis,

hidrologis dan lainnya. Dan para professional dari bidang tersebut sudah seharusnya memiliki

inovasi yang bermanfaat dan lebih efektif untuk kedepannya nanti.