Makalah ritel how many cities

download Makalah ritel how many cities

If you can't read please download the document

Transcript of Makalah ritel how many cities

1. ANALISIS AREA PASAR: (Studi Komparasi Ritel Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari, Kota Malang) Disusun oleh: Hidsal Jamil NIM.135020100111028 Alich Sri Ajeng Noviasari NIM.135020101111026 Novita Prihandini NIM.135020101111039 Sukim Wahyogo Purnomo NIM.135020100111071 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2. MALANG 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3 1.5 Sistematika Penulisan................................................................................ 4 Bab II Telaah Pustaka 2.1 Konsep Area Pasar (Market Area) 2.1.1 Bentuk dan Ukuran Pasar .............................................................. 5 2.1.2 Definisi Ekonomi dari Area Pasar .................................................. 7 2.1.3 Kompetisi di Atas Area Pasar ....................................................... 8 2.2 Klasifikasi Toko Ritel (Retail Store) ........................................................ 9 2.3 Ekspansi Toko Ritel 2.3.1 Ekspansi PT. Sumber Alfaria Trijaya .......................................... 11 2.3.2 Ekspansi PT. Indomarco Prismatama .......................................... 12 Bab III Metode Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................... 14 3. 3.2 Penentuan Sampel.................................................................................... 15 3.3 Jenis dan Sumber Data............................................................................. 16 3.4 Metode Pengolahan Data.......................................................................... 17 3.5 Teknik Pengolahan Data........................................................................... 17 3.6 Metode Analisis........................................................................................ 18 Bab IV Pembahasan 4.1 Analisis Area Pasar: Threshold and Range ............................................ 19 4.1 Determinan Non-Area Pasar: Alfamart versus Indomaret....................... 20 BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan............................................................................................... 21 5.2 Saran......................................................................................................... 21 Lampiran Daftar Pustaka 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan bisnis ritel, pada saat ini bisnis ritel tidak lagi dikelola secara tradisional , melainkan dengan cara modern sehingga menjadi bisnis yang inovatif, dinamis, dan kompetitif (Ghosh,1992; dalam Anindita, 2012). Kompetisi yang intens dipicu oleh semakin menyebarnya pelbagai pusat perbelanjaan baik pada level lokal, nasional hingga internasional yang dituju. Selain itu dapat ditelusuri pula dalam keterangan Jati (2012); adanya liberalisasi bisnis ritel tidak terlepas dari Keppres No.96/2000 mengenai bidang usaha terbuka dan tertutup bagi penanaman modal asing yang menggolongkan ritel sebagai bidang usaha terbuka bagi penanaman modal asing dan swasta nasional Prospek keuntungan yang bisa diraih dari bisnis ritel di Indonesia memang sangat tinggi. Berdasarkan data dari Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pada 2001, omzet ritel modern tercatat sebesar Rp 42 triliun, kemudian meningkat lagi pada 2006 menjadi Rp 50,8 triliun dan pada 2008 meningkat menjadi Rp 58,5 triliun Setiap perusahaan dituntut untuk menciptakan strategi bersaing yang baik dan terpadu karena persaingan adalah kunci dari keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Meningkatnya intensitas persaingan dari pesaing menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh pesaing. Dengan demikian, hanya perusahaan yang berkualitas yang dapat bersaing dan menguasai pasar (Atmawati dan Wahyuddin, 2007:2 dalam Anindita, 2012). 5. Di Indonesia terdapat beberapa merek minimarket diantaranya adalah Circle K, Starmart, Alfamart, Indomaret. Persaingan minimarket di Indonesia sangat ketat dan dapat diihat dari persaingan antara dua nama besar brand ritel minimarket yaitu Indomaret dan Alfamart. TABEL 1.1 JUMLAH GERAI RITEL MODERN 2010 (dalam Unit) Ritel Modern Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2014 Minimarket Indomaret 1.401 1.857 2.425 3.093 3.405 9.096 Alfamart 1.263 1.753 2.266 2.750 3.000 8.557 Sumber: Nielsen Media Research, Retail Asia Magazine, dan berbagai sumber lainnya Persaingan antara Indomaret dan Alfamart sangat ketat , kedua brand retail ternama ini terus bertarung mengerahkan semua kekuatan dan strategi. Alfamart dimiliki oleh PT. Sumber Alfaria Trijaya (SAT) dan Indomaret sebagai anak perusahaan dari PT.Indomarco Prismatama. Keduanya tergolong industri ritel berupa minimarket dan termasuk perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan jasa eceran yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Segala upaya dilakukan untuk saling bersaing meliputi lokasi yang strategis di berbagai daerah dan mudah dijangkau tempat yang bersih dan nyaman, menetapkan strategi harga yang sedemikian rupa untuk menarik konsumen serta cenderung berdekatan satu sama lain. Tidak terkecuali di Kota Malang, praktik semacam itu marak terjadi diantara keduanya akibat digerakkan oleh kebutuhan penduduk kota yang dinamis sebagai konsekuensi dari modernisasi kota. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada pertimbangan lokasi bisnis yang diasosiasikan pada analisis area pasar (market area). Secara 6. garis besar, penelitian ini akan mengurai faktor keruangan (spatial) sebagai tujuan dari berjalannya orientasi pasar (market-oriented). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a? Bagaimana Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari dalam menentukan area pasar? b? Manakah yang lebih besar antara Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari dalam area pasar dan mengapa memiliki area pasar yang lebih besar dari pada yang lain? c? Apakah terdapat pengaruh faktor jarak dan waktu terhadap preferensi konsumen Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari ? 1.3 Tujuan Penelitian a? Untuk mengetahui pertimbangan penentuan area pasar yang dilakukan Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari b? Untuk mengetahui deskripsi besaran area pasar Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari c? Untuk mengetahui pengaruh jarak dan waktu terhadap preferensi konsumen Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a? Sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak perusahaan dalam mengambil langkah-langkah kebijakan mengenai area pasar. b? Untuk penulis, dapat menambah wawasan pola pikir dan memberikan suatu pengalaman berharga tentang penerapan analisis area pasar pada situasi yang sebenarnya. 7. c? Untuk pembaca, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai pentingnya mempertimbangkan area pasar dalam pendirian bisnis atau unit usaha . 1.5 Sistematika Penulisan Untuk menunjang pembahasan skripsi ini, penulis akan memberikan sistematika pembahasan ke dalam 5 (lima) bab yang dapat dirincikan sebagai berikut : 1? Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, masalah pokok, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. 2? Bab kedua, landasan teori yang berisi teori-teori yang mendasari penulisan dan relevan dengan judul serta permasalahan dalam penelitian. 3? Bab ketiga, metode penelitian yang menguraikan tentang tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, teknik pengolahan data serta metode analisis 4? Bab keempat adalah analisis dan pembahasan yang menguraikan tentang analisis area pasar dilihat dari threshold and range analysis dengan memberikan perbandingan antara keduanya 5? Bab kelima, membahas mengenai kesimpulan dari analisis yang dilakukan oleh penulis dan saran yang diberikan penulis bagi Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari sebagai objek penelitian terkait kesimpulan analisis. 8. BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Konsep Area Pasar (Market Area) 2.1.1 Bentuk dan Ukuran Pasaran Setiap kegiatan ekonomi memiliki lokasi, tetapi berbagai permintaan (bahan baku, tenaga kerja, bagian, layanan, dll) juga mengalir pada setiap lokasi yang memiliki dimensi ruang disebut area pasar. Area pasar adalah permukaan di mana permintaan atau penawaran yang ditawarkan di lokasi tertentu. Untuk sebuah pabrik, termasuk daerah ke mana produk itu dikirim; untuk toko ritel, semisal wilayah sungai yang menarik pelanggan. (Rodrigue, 2013) Ukuran area pasar adalah fungsi dari ambang (threshold) dan jangkauan (range) pasar : ; Ambang batas pasar; permintaan minimum yang diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi seperti layanan. Karena setiap permintaan memiliki lokasi yang berbeda, ambang memiliki dimensi spasial langsung. The ukuran pasar memiliki hubungan langsung dengan ambang batas. ; Jangkauan pasar; jarak maksimum setiap unit permintaan dimana konsumen bersedia untuk melakukan perjalanan untuk mencapai layanan 9. atau jarak maksimum produk dapat dikirim ke pelanggan. Rentang ini adalah fungsi dari biaya transportasi, waktu atau kenyamanan dalam pandangan intervensi peluang. Untuk menjadi menguntungkan, pasar harus memiliki jangkauan yang lebih tinggi dari ambang batas. Sebagai gambaran pada Gambar 1.1 menganggap distribusi cukup seragam dari pelanggan pada dataran isotropik dan pasar tunggal di mana barang dan jasa dapat dibeli. Jika setiap pelanggan bersedia untuk membeli satu unit per hari dan kebutuhan pasar untuk menjual 11 unit per hari untuk menutupi biaya nya (produksi atau akuisisi), maka ambang pasar akan menjadi lingkaran kuning jarak D (T) dari pasar. GAMBAR 1.1 AMBANG BATAS (THRESHOLD) DAN JANGKAUAN (RANGE) PASAR Sumber: Rodrigue (2013) Namun, 29 pelanggan per hari, termasuk pelanggan 1 dan 2, menggurui pasar, yang ekstra 18 berada di luar D jarak threshold (T). Keduanya berkontribusi langsung terhadap profitabilitas pasar. Jangkauan pasar dari semua pelanggan tersebut adalah di bawah jarak D (R). Di luar kisaran ini, pelanggan tidak mau pergi ke pasar, seperti pelanggan 3. Ada batas yang berbeda sesuai dengan berbagai produk atau jasa yang dapat ditawarkan pada pasar. Ambang Sebuah 10. mungkin serendah 250 orang untuk toko atau setinggi 150.000 orang untuk teater. Jika permintaan turun di bawah ambang batas, kegiatan akan berjalan pada kerugian dan akhirnya akan gagal. Jika kenaikan permintaan atas minimum, aktivitas akan meningkatkan keuntungan, yang juga dapat menyebabkan peningkatan persaingan dari kegiatan layanan baru. Frekuensi penggunaan barang atau jasa yang penting dalam menilai tingkat ambang pasar, yang sering dikaitkan dengan tingkat pendapatan. Sebuah bioskop membutuhkan 500 pengunjung per malam akan memerlukan populasi ambang sekitar 150.000 jika jumlah rata-rata kunjungan satu per tahun. Namun, jika jumlah rata-rata kunjungan tiga per tahun, ambang populasi turun menjadi 50.000. Tiga bioskop bukan satu dapat didukung oleh populasi yang sama. 2.1.2 Definisi Ekonomi dari Area Pasar Sebuah pasar bergantung pada hubungan antara penawaran dan permintaan . Keduanya bertindak sebagai mekanisme penetapan harga untuk barang dan jasa. Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang bersedia untuk dibeli oleh konsumen pada harga tertentu. Permintaan tinggi jika harga komoditas rendah, sementara dalam situasi sebaliknya - harga tinggi - permintaan akan rendah. Di luar harga pasar, permintaan secara umum dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti utilitas, tingkat pendapatan, inflasi, perpajakan, tabungan dan sebagainya. Sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa, yang mampu dihasilkan perusahaan atau individu dengan memperhitungkan harga jual. Selain harga, penawaran umumnya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: ; Keuntungan; jika penjualan produk yang terbatas dan keuntungan yang tinggi maka kegiatan penyediaan barang atau jasa mungkin dipuaskan dengan situasi ini. Hal ini terutama terjadi untuk barang-barang mewah. Jika keuntungannya rendah, suatu kegiatan dapat berhenti, sehingga menurunkan penawaran. ; Kompetisi. Persaingan merupakan salah satu mekanisme yang paling penting untuk membangun harga. Dimana persaingan tidak ada 11. (oligopoli), atau di mana ada terlalu banyak (over-kompetisi) persaingan, harga secara artifisial mempengaruhi penawaran dan permintaan. Menurut prinsip pasar, penawaran dan permintaan ditentukan oleh harga, yang merupakan keseimbangan antara keduanya. Hal ini sering disebut harga keseimbangan atau harga pasar. Harga ini adalah kompromi antara keinginan perusahaan untuk menjual barang dan jasa mereka dengan harga tertinggi dan keinginan konsumen untuk membeli barang dan jasa dengan harga serendah mungkin. Bagi banyak ekonom, pasar adalah titik di mana barang dan jasa dipertukarkan dan tidak memiliki lokasi tertentu, karena itu hanya sebuah abstraksi dari hubungan antara penawaran dan permintaan. Hal ini penting untuk nuansa dalam penalaran ini karena sebagian besar waktu konsumen harus bergerak dalam rangka untuk memperoleh barang atau jasa. Produsen juga harus mengirimkan komoditas ke tempat di mana konsumen dapat membelinya, berada di toko atau di / nya tinggal nya (dalam kasus belanja online). Konsep jarak harus dipertimbangkan bersamaan dengan konsep pasar. Dalam kondisi ini, harga riil termasuk harga pasar ditambah harga transportasi dari pasar ke lokasi konsumsi akhir. 2.1.3 Kompetisi di Atas Area Pasar Kompetisi melibatkan kegiatan usaha untuk menarik pelanggan. Meskipun dasar kompetisi yang baik yang sebanding atas jasa adalah harga, ada beberapa strategi spasial yang mempengaruhi unsur harga. Dua yang paling umum adalah: ; Cakupan pasar; kegiatan menawarkan layanan yang sama akan menempati lokasi yang di maksud untuk menawarkan barang atau jasa ke seluruh daerah. Aspek ini juga dijelaskan oleh teori tempat pusat (central place theory) dan berlaku baik untuk sektor pada kejenuhan pasar spasial adalah strategi pertumbuhan (makanan cepat saji, toko kopi, dll). Kisaran setiap lokasi akan menjadi fungsi kepadatan pelanggan, biaya transportasi dan lokasi pesaing lainnya. 12. ; Ekspansi jangkauan; lokasi yang ada mencoba untuk memperluas rentang mereka dalam rangka untuk menarik lebih banyak pelanggan. Skala ekonomi yang mengakibatkan kegiatan ritel yang lebih besar adalah tren ke arah itu, yakni munculnya pusat perbelanjaan. Diambil secara individual, setiap toko akan memiliki rentang yang terbatas. Namun, sebagai sebuah kelompok mereka cenderung untuk menarik pelanggan tambahan dari rentang yang lebih luas untuk banyak alasan. Pertama, saling melengkapi barang atau jasa yang ditawarkan ke pelanggan sehingga akan merasa nyaman untuk dapat membeli pakaian, sepatu dan produk perawatan pribadi di lokasi yang sama. Kedua, keragaman barang atau jasa yang sama yang ditawarkan (lebih banyak pilihan) bahkan jika mereka bersaing antara satu lainnya. Ketiga, fasilitas lain yang terkait yang disediakan seperti keselamatan, makanan, ruang berjalan dalam ruangan (indoor walking space), hiburan dan juga tempat parkir. Membuat daerah pasar model kompetisi operasional telah menjadi obyek berbagai pendekatan. Pekerjaan awal yang dilakukan pada paruh pertama abad ke- 20 difokuskan pada persaingan pasar sedehana, yang merupakan dasar dari analisis pasar daerah dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lokasi ritel dan pembusukan jarak. Kemudian, faktor-faktor seperti ukuran pasar yang dipertimbangkan memungkinkan untuk membangun daerah pasar yang kompleks. Karena daerah pasar sering non-monopoli, faktor ini termasuk dengan daerah pasar menjadi rentang probabilitas bahwa pelanggan akan menghadiri lokasi tertentu. Meskipun daerah pasar yang sangat relevan untuk analisis ritel, metodologi juga berlaku untuk waktu kegiatan tergantung, seperti distribusi barang karena pusat distribusi terletak pada pelayanan pasar nasional atau regional tertentu. 2.2 Klasifikasi Toko Ritel (Retail Store) Sebelum membahas mengenai klasifikasi toko ritel, terlebih dahulu perlu diketahui mengenai definisi dari ritel itu sendiri. Ritel dalam Blacks Laws Dictionary diartikan sebagai to sell by small quantities in broken lots or parcels 13. not in bulks to sell direct to consumers. Artinya ritel merupakan bentuk tindakan ekonomis dengan menjual komoditas eceran secara langsung kepada konsumen dilapangan. Dari defenisi tersebut saja, terdapat semangat penyeragaman bahwa menjual secara eceran disebut ritel tanpa kecuali. Sehingga dari TABEL 1.2 dapat diketahui bahwa baik Alfamart maupun Indomaret tergolong sebagai ritel dalam kategori minimarket atau convinience store TABEL 1.2 JENIS USAHA RITEL YANG BERKEMBANG DI INDONESIA Usaha Ritel Batasan Fisik Komoditas yang tersedia Minimarket atau Mempekerjakan 2-6 orang Makanan kemasan Convinience Store Luas lantai usaha 200 m2 Barang higienis pokok Antara 2000-3000 item Produk Supermarket Luas lantai usaha Makanan 350-8000 m3 Barang-barang rumah tangga Tiga mesin hitung Antara 10.000-18.000 item produk (70% barang tirel dan 30% fresh product) Hipermarket Berdiri sendiri Makanan Luasnya diatas 8000 m3 Barang Rumah Tangga Mesin hitung untuk Elektronik setiap 1000 m3 Busana / Pakaian Antara 19.000-40.000 item produk (70% barang tirel dan 30% fresh product) Toko dengan Luasnya lebih dari Makanan sistem 500 m3 Barang Rumah Tangga pembayaran cash Konsumen menjadi and carry Anggota (membership) Toko kecil Milik keluarga Makanan tertentu dengan layanan Luasnya kurang dari Barang Rumah Tangga penuh 200 m3 tertentu Pasar Tradisional Banyak Pedagang Bahan-bahan segar Lapak kecil dengan Barang-barang produksi ukuran 2-10 m3 rumah 14. Barang-barang pokok rumah tangga Sumber : Collet dan Wallace (2006: 16) 2.3 Ekspansi Toko Ritel 1 2.3.1 Ekspansi PT. Sumber Alfaria Trijaya Pada tahun 1989 Alfa Mart berdiri sebagai perusahaan dagang aneka produk oleh Djoko Susanto dan keluarga yang kemudian mayoritas kepemilikannya dijual kepada PT. HM Sampoerna pada Desember 1989. Pada tahun 1994 struktur kepemilikan berubah menjadi 70% PT HM Sampoerna Tbk dan 30% PT Sigmantara Alfindo (keluarga Djoko Susanto). Tahun 1999 Alfa Minimart pertama mulai beroperasi di Jl. Beringin Jaya, Karawaci, Tangerang, Banten dan pada tahun 2003 Alfa Minimart menjadi Alfamart. Tahun 2005 jumlah gerai Alfamart bertumbuh pesat menjadi 1.293 gerai hanya dalam enam tahun. Semua toko berada di pulau Jawa. Tahun 2006 PT HM Sampoerna Tbk menjual sahamnya, sehingga struktur kepemilikan menjadi PT Sigmantara Alfindo (60%) dan PT Cakrawala Mulia Prima (40%). Mendapat Sertifikat ISO 9001:2000 untuk Sistem Manajemen Mutu. Tahun 2007 Alfamart sebagai Jaringan Minimarket Pertama di Indonesia yang memperoleh Sertifikat ISO 9001: 2000 untuk Sistem Manajemen Mutu. Jumlah gerai mencapai 2.000 toko dan pada tahun ini pula memasuki Pasar Lampung. Tahun 2009 Alfamart menjadi perusahaan publik pada tanggal 15 Januari 2009 di Bursa Efek Indonesia. Jumlah gerai mencapai 3.000 toko dan mulai memasuki pasar Bali. Ekspansi dan efisiensi yang dilakukan PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. terbukti mampu menopang kinerja perusahaan sepanjang tahun 2009. Dengan strategi ekspansi yang didasari pertumbuhan pesat dengan investasi minimum serta efisiensi di setiap lini bisnisnya, PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. telah mengakhiri tahun 2009 dengan kinerja yang positif serta memasuki tahun 2010 dengan optimisme. Pandangan positif mengenai hal ini mengemuka dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perusahaan hari ini, Senin (07/06/10). Tahun 2009 menandai pencapaian penting dalam satu dekade Alfamart sejak mulai 1 Ibrahim, Jabal Tarik dan Hutri Agustiono. Konsep Penataan Kawasan Usaha Ritel di Tengah Pemukiman Masyarakat Pedesaan. AGRISE. Vol. XI., No. 3. ISSN: 1412-1425. 15. beroperasi pada tahun 1999. Dalam kurun waktu 10 tahun, Alfamart telah berkembang pesat dari distributor barang-barang konsumsi hingga menjadi yang terdepan dalam hal kenyamanan, harga yang kompetitif, pilihan produk yang lengkap, dan layanan yang ramah. Dengan bentuk gerai komunitas yang beroperasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat umum, didukung oleh staf yang berdedikasi, produk yang berkualitas, serta harga yang kompetitif, Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa Alfamart telah memenuhi kepentingan pelanggan dengan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari hari. 2.3.2 Ekspansi PT. Indomarco Prismatama Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan perusahaan waralaba 2003 dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Hingga Agustus 2010 Indomaret mencapai 4.531 gerai. Dari total itu 2.679 gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1.852 gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali dan Lampung. Di DKI Jakarta terdapat sekitar 488 gerai. Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto mudah dan hemat. Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari. Didukung oleh 13 pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret diperkuat oleh perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, BSD Plaza dan Charmant. 16. Pertumbuhan jumlah toko Indomaret mengalami pertumbuhan yang pesat. Satu sisi hal ini menunjukkan perkembangan ekonomi kapitalis modern telah berkembang baik di negara ini, tetapi di sisi lain merupakan ancaman bagi sektor ekonomi tradisional. Jika di Indonesia masih berlaku apa yang disebut Boeke dengan dualisme ekonominya maka sekarang ini teori itu masih berlaku walaupun perlu diwaspadai ekonomi kapitalis modern dapat memangsa pelaku ekonomi tradisional. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitiaan dilaksanakan pada Alfamart Gajayana dan Indomaret Sumbersari, dimana kedua convinience store tersebut berada pada seberang Jalan Gajayana dan Jalan Sumbersari yang dilaksanakan pada Kamis, 7 Mei 2015. 17. Lokasi penelitian ditunjukkan pada GAMBAR 1.2 dimana garis yang membatasi threshold (daerah ambang) dan range (daerah jangkauan) dari kedua ritel tersebut berada pada Jalan Kertoaji. GAMBAR 1.2 PETA LOKASI PENELITIAN Sumber: Google Map 3.2 Penentuan Sampel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006 : 223 dalam Anindita, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh konsumen atau pelanggan yang melakukan keputusan pembelian di 18. Alfamart Jalan Gajayana dan Indomaret Jalan Sumbersari. Populasi pada penelitian ini jumlahnya tidak diketahui dengan pasti dan berukuran besar. Sampel dapat didefinisikan sebagai subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi.Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan yang melakukan keputusan Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan yang melakukan keputusan pembelian di Alfamart Jalan Gajayana dan Indomaret Jalan Sumbersari dengan sampling purposive (Sugiyono, 2011: 118-127) yakni teknik menentukan sampel dengan tujuan yang dikehendaki. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 orang responden di Alfamart Jalan Gajayana dan 30 orang responden di Indomaret Jalan Sumbersari dengan merujuk pada pernyataan Roscoe (1975) yakni untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30 sampel. Pada penelitian ini populasi yang diambil berukuran besar dan jumlahnya tidak diketahui secara pasti. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer atau subyek karena berupaya meneliti tentang pendapat atau opini konsumen yang menggunakan suatu jasa atau pelayanan. Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupaya opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi responden (Indriantoro dan Supomo, 1999 dalam Anindita 2012 ). Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer atau sekunder. 19. a. Data primer Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dan data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dari responden yaitu para kosumen atau pelanggan yang berkunjung ke Alfamart Jalan Gajayana dan Indomaret Jalan Sumbersari dan observasi disertai dokumentasi. b. Data sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip atau data dokumen yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan. Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah ritel pasar modern tahun 2010 (Indriantoro dan Supomo, 1999 dalam Anindita, 2012 ). 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dengan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a? Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab atau mengajukan pertanyaan langsung kepada responden secara langsung untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang dibutuhkan. 20. b. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dari lapangan. Pengamatan dilakukan pada objek penelitian Alfamart Jalan Gajayana dan Indomaret Jalan Sumbersari. c. Studi pustaka Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mencatat berbagai referensi seperti buku, jurnal, majalah, artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. 3.3 Teknik Pengolahan Data Sebelum membuat keputusan, maka hasil wawancara dan observasi yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan hasil yang jelas dan maksimal. Pada penelitian ini analisis data yang di gunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dinyatakan dalam bentuk uraian dan didasarkan pada data yang telah ada. Analisis ini berguna untuk menjelaskan tentang berbagai macam masalah atau hal-hal penting yang dinyatakan dalam bentuk kalimat untuk memperjelas suatu kebenaran. 3.5 Metode Analisis Metode analisis yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada Rodrigue (2013) dan OSullivan (2003) yang membahas mengenai analisis area pasar (market area) dimana terdapat dikotomi threshold (daerah penduduk ambang yang terlayani) dan range (daerah jangkauan yang berada diluar daerah penduduk 21. ambang). Apabila konsumen berada pada threshold berarti biaya transportasi yang dikeluarkan rendah atau dengan kata lain konsumen tidak mengorbankan banyak waktu dan tenaga untuk menuju pusat pelayanan. Selanjutnya berdasarkan keterangan OSullivan (2003) pada Determinant of Market Area yang terdiri dari travel cost, per capita demand, population density and income. Dimana variabel selain travel cost (direfleksikan pada jarak yang ditempuh) dianggap sebagai exogenous variabel agar penelitian dapat menjadi terfokus pada studi komparasi atau perbandingan antara Alfamart Gajayana dan Indomaret Gajayana dalam pemanfaatan lokasi. 22. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Area Pasar: Threshold and Range Merujuk pada LAMPIRAN I, konsumen yang memutuskan membeli di Alfamart Jalan Gajayana berada pada area penduduk ambang sebesar 18 responden dan pada area jangkauan sebanyak 12 responden. Sedangkan, konsumen yang memutuskan membeli di Indomaret Jalan Sumbersari (lihat LAMPIRAN II) berada pada area penduduk ambang sebesar 23 responden dan pada area jangkauan sebanyak 7 responden. Dapat diartikan bahwa dalam penentuan lokasi dan area pasar, Indomaret Jalan Sumbersari lebih baik daripada Alfamart Jalan Gajayana. Sebab, apabila terdapat banyak konsumen yang berasal dari threshold area, maka hadirnya pusat pelayanan dapat mengurangi biaya transportasi yang direfleksikan melalui biaya waktu dan tenaga yang harus dikorbankan oleh konsumen. Secara keseluruhan, pengaruh jarak antara tempat tinggal (domisili) konsumen dengan pusat pelayanan sangat dipertimbangkan dalam keputusan konsumen untuk berbelanja baik di Indomaret Jalan Sumbersari maupun Alfamart Jalan Gajayana masing-masing 17 responden atau 56,66% dari sampel pada kedua pusat pelayanan (lihat LAMPIRAN I DAN II pada Kolom Keterangan/Alasan). Dalam hal ini, keduanya mengarah pada pangsa pasar mahasiswa dimana letak pusat pelayanan berada pada dua kampus yang tergolong besar di Kota Malang yakni Universitas Brawijaya dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (lihat GAMBAR 1.2). Ditambah lagi, pusat pelayanan dapat dijangkau dengan mengakses Jalan Sumbersari dan Jalan Gajayana, Kota Malang. 23. 4.2 Determinan Non-Area Pasar: Alfamart versus Indomaret a. Alfamart Gajayana Selain pertimbangan jarak dari tempat tinggal menuju pusat pelayanan, konsumen memutuskan berbelanja di Alfamart Gajayana dengan alasan insidental (secara tidak langsung melintasi pusat pelayanan) sebanyak 11 responden atau 36% dari sampel. Selain itu lokasi yang berada pada Jalan Gajayana termasuk dalam kategori jalan protokol memungkinkan konsumen yang tidak berdomisili pada threshold area untuk memutuskan berbelanja. Akan tetapi, harga produk cenderung lebih mahal daripada pesaingnya yaitu Indomaret Jalan Sumbersari. Hampir semua barang yang ada memiliki selisih mulai dari Rp. 200,- hingga lebih dari Rp. 20.000,-. Hal ini yang menyebabkan Alfamart memiliki pengunjung lebih sedikit ketimbang Indomaret. Namun untuk mencari pasar, Alfamart Gajayana menawarkan member card secara gratis kepada pembeli dan tidak menetapkan nominal yang harus dibayarkan. Alfamart juga terletak di tempat yang strategis karena memang mereka berorientasi pada pasar (konsumen), dan letaknya pun tidak begitu jauh dari pesaingnya. b. Indomaret Sumbersari Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat cenderung berbelanja di Indomaret Sumbersari karena jangkauannya lebih mudah dan dekat dari tempat tinggal mereka, serta terletak di daerah-daerah yang tergolong pemukiman padat penduduk. Selain itu konsumen dapat menikmati fasilitas parkir gratis yang disediakan oleh Indomaert (lihat LAMPIRAN III). Dibandingkan dengan Alfamart Gajayana , Indomaret Sumbersari masih unggul dalam penguasaan pasar seperti halnya Indomaret unggul pada level nasional sebagai market leading. Faktor besaran harga yang harus dibayarkan konsumen menjadi pertimbangan 24. konsumen dalam preferensinya untuk berbelanja. Indomaret Sumbersari lebih unggul pula dalam hal kelengkapan produk atau komoditas yang dibutuhkan oleh konsumen. Peneliti mendapat temuan bahwa branding dan image menjadi penting pula untuk melihat reputasi antara keduanya, dan sekali lagi, Indomaret unggul. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa area pasar diantara keduanya berada pada daerah yang tergolong padat penduduk dengan penentuan lokasi yang berada pada pusat keramaian (crowd); institusi perguruan tinggi yakni Universitas Brawijaya dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim sehingga semacam itu mendekarkan diri pada pasar/konsumen (market oriented). Dalam analisis threshold and range area, Indomaret Sumbersari mengungguli Alfamart Gajayana, artinya jarak, biaya waktu dan tenaga yang harus dikorbankan untuk sampai pada pusat pelayanan lebih efisien sehingga pertimbangan tersebut penting untuk diperhatikan. Belum lagi jika dikaitkan dengan determinan non-area pasar seperti harga, fasilitas dan lain-lain. Keunggulan tersebut, dapat ditelusuri melalui sudut pandang historis dimana Indomaret lebih dahulu berdiri daripada Alfamart sehingga memperkuat branding dan image. 5.2 Saran Untuk Indomaret Sumbersari, peneliti menyarankan agar mempertahankan keunggulan yang telah dicapai sehingga kualitas dari pelayanan terus mendapatkan tanggapan yang positif dari pelanggan/konsumen. Bagi Alfamart Gajayana, meskipun komoditas/produk yang dijual lebih mahal, akan tetapi selisih harga dengan pesaing sesama minimarket tidak terlalu jauh sehingga konsumen yang berada pada threshold area tidak berpindah kepada ritel yang lain. Pelayanan dan fasilitas juga perlu mendapatkan perhatian yang serius karena memberikan penilaian bagi konsumen untuk berbelanja . Sedangkan, untuk Pemerintah Kota Malang, pertimbangan kedekatan lokasi pada pendirian ritel kategori minimarket agar tidak mengancam keberadaan usaha kecil dan menengah yang memiliki produk yang hampir mirip dengan ritel tersebut. Sebagaimana diketahui, dengan 25. strategi market oriented dari ritel modern semakin meningkatkan ketatnya persaingan keduanya. Daftar Pustaka Anindita, Bernadetta Dwiyani. 2012. Analisis Kepuasan Pelanggan pada Alfamart Tembalang dari Dimensi Pelayanan (Studi Kasus Pada Alfamart Jl. Ngesrep Timur V / 69, Kota Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro. Collet, P dan Tyler Wallace. 2006. Background Report: Impact of Supermarkets on Traditional Markets and Small Retailers in The Urban Cneters. Mimiograf tidak diterbitkan. Deil, Siska Amelie F. 2014. Indomaret Vs Alfamart, Pertarungan Sengit Raksasa Ritel Indonesia. http://bisnis.liputan6.com/read/2062826/indomaret-vs- alfamart-pertarungan-sengit-raksasa-ritel-indonesia?p=0. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015 Ibrahim, Jabal Tarik dan Hutri Agustiono. Konsep Penataan Kawasan Usaha Ritel di Tengah Pemukiman Masyarakat Pedesaan. AGRISE. Vol. XI., No. 3. ISSN: 1412-1425. Jati, Wasisto Raharjo. 2012. Dilema Ekonom: Pasar Tradisional versus Liberalisasi Bisnis Ritel di Indonesia. JESP Universitas Negeri Malang. Vol.4., No.2. OSullivan, Arthur. 2003. Urban Economics. McGraw-Hill. Boston. Rodrigue, Jean-Paul. 2013. The Geography of Transportation System . Routledge. New York Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung