Makalah Redenominasi

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak- pihak lainnya. Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilaan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah, dan mata uang negara lain yang tercermin dari stabilitas kurs valuta asing. Dalam rangka menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal inilah Bank Indonesia memerlukan suatu kebijakan yang disebut redenominasi. Redenominasi mata uang rupiah merupakan salah satu kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia, yang tidak boleh diintervensi oleh pihak-pihak lain, baik oleh pemerintah maupun DPR. Ini bukan kebijakan mata uang pertama di Indonesia. Sudah ada beberapa kebijakan mata uang sebelumnya. Ada 3 kebijakan mata uang yang pernah dilakukan di Indonesia. Pertama, pada awal 1950, terdapat peristiwa 'Gunting Syafruddin'. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian, bagian kanan dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat pembayaran yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas bagian kanan ditukarkan dengan obligasi pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang beredar yang ada di masyarakat. Kedua, kebijakan sanering pada 25 Agustus 1959. Kebijakan ini prakteknya dilakukan dengan menurunkan nilai uang kertas pecahan besar yaitu Rp 1000 dan Rp 500 menjadi bernilai hanya 10 %. Seperti Rp 1.000 diturunkan nilainya menjadi Rp 100,

Transcript of Makalah Redenominasi

Page 1: Makalah Redenominasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan

lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak-

pihak lainnya. Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap

pelaksanaan tugas Bank Indonesia.

Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilaan nilai

rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah, dan

mata uang negara lain yang tercermin dari stabilitas kurs valuta asing.

Dalam rangka menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan

handal inilah Bank Indonesia memerlukan suatu kebijakan yang disebut

redenominasi. Redenominasi mata uang rupiah merupakan salah satu kewenangan

Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

di Indonesia, yang tidak boleh diintervensi oleh pihak-pihak lain, baik oleh

pemerintah maupun DPR.

Ini bukan kebijakan mata uang pertama di Indonesia. Sudah ada beberapa

kebijakan mata uang sebelumnya. Ada 3 kebijakan mata uang yang pernah dilakukan

di Indonesia. Pertama, pada awal 1950, terdapat peristiwa 'Gunting Syafruddin'.

Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian,

bagian kanan dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat

pembayaran yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera,

sedangkan guntingan uang kertas bagian kanan ditukarkan dengan obligasi

pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun kemudian. Kebijakan ini dilakukan

pemerintah guna mengurangi jumlah uang beredar yang ada di masyarakat. Kedua,

kebijakan sanering pada 25 Agustus 1959. Kebijakan ini prakteknya dilakukan

dengan menurunkan nilai uang kertas pecahan besar yaitu Rp 1000 dan Rp 500

menjadi bernilai hanya 10 %. Seperti Rp 1.000 diturunkan nilainya menjadi Rp 100,

Page 2: Makalah Redenominasi

2

Rp 500 diturunkan nilainya menjadi Rp 50, sementara pecahan lainnya bernilai tetap.

Pemerintah menerapkan kebijakan sanering ini dengan tujuan mengurangi jumlah

uang beredar yang melonjak akibat kebijakan fiskal yang ekspansif yang dibiayai

dengan pencetakan uang. Ketiga adalah kebijakan redenominasi pada 13 Desember

1965. Kebijakan ini dilakukan pemerintah secara tiba-tiba. Pemerintah menerbitkan

pecahan dengan desain baru Rp 1 dengan nilai atau daya beli masyarakat setara Rp

1.000 lama. Kebijakan pemerintah dilaksanakan berdasarkan Penetapan Presiden No.

27 Tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kesatuan moneter bagi seluruh

wilayah Republik Indonesia, termasuk daerah Provinsi Irian Barat.

Negara yang sukses melakukan redenominasi adalah Turki. Selain Turki, negara

yang berhasil meredenominasi mata uangnya adalah Rumania, Polandia, dan

Ukraina. Walaupun negaranya relatif kecil, baik dari ukuran ekonomi, jumlah

penduduk, maupun luas dan persebaran wilayah. Turki meredenominasi mata uang

Lira secara bertahap selama 7 tahun yang dimulai sejak 2005. Setelah redenominasi,

semua uang lama Turki (yang diberi kode TL) dikonversi menjadi Lira baru (dengan

kode YTL, di mana Y bermakna 'Yeni' atau baru). Kurs konversi adalah 1 YTL

untuk 1.000.000 TL, atau menghilangkan enam angka nol. Turki meredenominasi

mata uang secara bertahap dengan memperhatikan stabilitas perekonomian dalam

negerinya. Pada tahap awal, mata uang TL dan YTL beredar secara simultan selama

setahun. Kemudian mata uang lama ditarik secara bertahap digantikan dengan YTL.

Pada tahap selanjutnya, sebutan 'Yeni' pada uang baru dihilangkan sehingga mata

uang YTL kembali menjadi TL dengan nilai redenominasi. Selama tahap

redenominasi, keadaan perekonomian tetap terjaga. Inflasi Turki pada tahun 2005

sampai dengan tahun 2009 juga tetap stabil di kisaran 8-9 %. Sementara itu, negara-

negara seperti Rusia, Argentina, Zimbabwe, Korea Utara, dan Brasil tercatat sebagai

negara-negara yang gagal dalam melakukan redenominasi, meski Brazil kemudian

berhasil dalam melakukan redenominasi pada tahun 1994. Negara-negara tersebut

memberlakukan redenominasi pada saat yang tidak tepat di mana kondisi

perekonomian tidak stabil dan memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Di Rusia,

redenominasi bahkan dianggap sebagai instrumen tak langsung pemerintah

merampok kekayaan rakyat. Korea Utara pada akhir tahun 2009 melakukan

Page 3: Makalah Redenominasi

3

redenominasi 100 won menjadi 1 won. Namun, saat warga hendak menggantikan

uang lama won ke uang baru, stok uang baru tidak tersedia. Brasil sempat mengalami

kegagalan melakukan redenominasi yakni pada tahun 1986-1989. Brasil melakukan

penyederhanaan mata uangnya dari cruzeiro menjadi cruzado. Namun, kurs mata

uangnya justru terdepresiasi secara tajam terhadap dolar AS hingga mencapai ribuan

cruzado untuk setiap dolar AS. Kegagalan ini dikarenakan pemerintah Brasil tidak

mampu mengelola inflasi yang pada waktu itu masih mencapai 500% per tahun.

Rendahnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah juga menjadi pangkal masalah

kegagalan redenominasi pada tahun 1986 mengingat negeri itu masih dilanda konflik

politik dan instabilitas pemerintahan yang mengikis kepastian berusaha. Brasil

akhirnya berhasil dalam menerapkan redenominasi pada tahun 1994. Kombinasi

sukses memangkas inflasi dan masuknya modal asing yang meningkatkan cadangan

devisa merupakan faktor terpenting keberhasilan redenominasi di Brasil.

Adapun alasan yang melatarbelakangi bank Indonesia melakukan redenominasi

mata uang Rupiah adalah karena:

1. Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp 100.000,- yang

merupakan pecahan terbesar kedua setelah mata uang Vietnam yang pernah

mencetak 500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang

pernah mencetak 100 Miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.

2. Munculnya keresahan atas status rupiah yang terlalu rendah ketimbang mata

uang lainnya, misalnya terhadap dolar, euro, dan uang global lainnya, bukan soal

substansi tapi soal identitas karena kekuatan mata uang kita relatif stabil,

cadangan devisa juga aman, inflasi terjaga (satu digit), investasi juga tidak ada

persoalan, kinerja ekonomi yang baik.

3. Pecahan uang Indonesia terlalu besar akan menimbulkan ketidak efisienan dan

ketidak nyamanan dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang

banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa uang untuk melakukan

transaksi sehingga terjadi ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.

4. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN

dalam rangka memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015.

Page 4: Makalah Redenominasi

4

5. Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar seolah-

olah mencerminkan bahwa dimasa lalu, suatu negara pernah mengalami inflasi

yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental ekonomi yang kurang

baik.

1.2.Tujuan

Untuk memberikan deskripsi tentang redenominasi, terutama untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan, yaitu : apakah redenominasi itu, tujuan redenominasi,

tahapan-tahapan redenominasi, dampak redenominasi dan pro-kontra redenominasi

tersebut.

Page 5: Makalah Redenominasi

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Redenominasi

Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional menghadapi tantangan ke

depan berupa integrasi perekonomian regional, saat ini Bank Indonesia tengah

melakukan kajian mengenai penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah yang

disebut redenominasi.

Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan ) mata uang menjadi

pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi angka nol tanpa memangkas atau

mengubah nilai mata uang tersebut. Misalnya terjadi redenominasi tiga digit, maka

Rp 1.000.000 menjadi Rp 1.000 uang baru hasil redenominasi.

Redenominasi bukan sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui

pemotongan nilai uang. Sanering adalah pemotongan uang dalam kondisi

perekonomian yang tidak sehat, dimana yang dipotong adalah nilai

uangnya,sedangkan harga barang tetap tinggi.

Berbeda halnya dengan redenominasi, dimana redenominasi dilakukan dalam

kondisi ekonomi yang setabil dan menuju kearah yang lebih sehat. Dalam

redenominasi, baik nilai uang maupun barang, hanya dihilangkan beberapa angka nol

nya saja. Dengan demikian, redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai

barang dan jasa yang diikuti pula penyederhanaan penulisan alat pembayaran (Uang).

Selanjutnya, hal ini akan menyederhanakansistem akutansi dalam sistem

pembayaran.

2.2. Syarat Redenominasi

Beberapa faktor yang mendukung suksesnya pelaksanaan redenominasi adalah

ekspektasi inflasi yang berada pada kisaran rendah dengan pergerakan yang stabil,

stabilitas perekonomian yang terjaga serta adanya jaminan terhadap stabilitas harga

serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat.

Page 6: Makalah Redenominasi

6

Redenominasi membutuhkan komitmen nasional serta waktu dan persiapan yang

cukup panjang. Seperti yang terjadi di turki, proggram redenominasi baru

dilaksanakan setelah tercapai komitmen nasional dan berbagai syarat untuk

stabilisasi ekonomi seperti defisit fisikal yang terkendali dilaksanakan.

2.3. Tujuan Redenominasi

Bertujuan menyederhanakan pecahan uang yang beredar agar lebih efisien dan

nyaman dalam melakukan transaksi dan mempersiapkan kesetaraan ekonomi

Indonesia dengan negara regional.

2.4. Manfaat Redenominasi

Adapun manfaat dari adanya Redenominasi yaitu:

1. kebanggaan (pride) sebagai bangsa, Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri

Destry Damayanti, ada persepsi bahwa negara yang memiliki nilai tukar

masih besar memiliki perekonomian terbelakang. Apalagi, nilai tukar yang

masih besar-besar ini dipersepsikan sebagai negara berkembang. Misal nilai

tukar rupiah terhadap dollar AS yang saat ini Rp 9.680 per dollar AS

menjadi hanya Rp 9,6 per dollar AS.

2. Lebih mudah menuliskannya, hemat pencatatan secara akuntansi, serta lebih

gampang mengonversikannya ke dalam mata uang asing. Kebijakan

redenominasi dapat pula meningkatkan martabat bangsa dengan meringkas

digit uang tanpa mengurangi nilai mata uang meskipun daya belinya tidak

berubah.

2.5. Tahapan Redenominasi

Pertama, tahap persiapan. Kegiatan utamanya meliputi pembahasan RUU

Redenominasi, rencana pencetakan uang dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur

dan teknologi informasi untuk sistem pembayaran dan akuntansi, serta konsultasi

publik.

Kedua, masa transisi, di mana BI mulai mengedarkan pecahan rupiah baru ke

pasar dan berangsur menarik pecahan lama. Jadi, ada dua pecahan rupiah yang

Page 7: Makalah Redenominasi

7

beredar pada masa transisi ini, rupiah baru dan lama. Pecahan baru adalah pecahan

yang sudah dihilangkan tiga digit terakhir.

Tahap ketiga, saat mata uang rupiah baru disebut menjadi rupiah. Dengan

demikian, tidak ada lagi rupiah baru dan lama, tetapi rupiah hasil redenominasi.

Tahapan ini disebut juga sebagai phasing out. Dimana, BI mulai menarik mata uang

lama untuk tidak digunakan lagi di pasar. Tahap ini diberlakukan setelah masyarakat

telah terbiasa dengan mata uang nominal baru.

Adapun tahapan transisi redenominasi yang dirancang Bank Indonesia dapat

dilihat pada tabel berikut :

TAHUN TAHAPAN TRANSISI

2010 Pengundangan Redenominasi melalui tahapan UU Mata Uang

2011-2012 Sosialisasi serta persiapan sistem akuntansi dan pencatatan seluruh

kegiatan perekonomian (perbankan, perdagangan dll).

2013-2015 Masa transisi, dua nilai berlaku

2016 Masa transisi selesai

2016-2018 Semua uang kertas ditarik habis. Proses penarikan selesai tahun 2018.

2019-2020 Rupiah dengan nilai baru menyeluruh.

Rencana pelaksanaan redenominasi akan dimulai pada 1 Januari 2014. Mulai

1 Juli 2013, label harga ganda diberlakukan. Bersamaan dengan diberlakukannya

label harga ganda, Bank Indonesia menerbitkan mata uang dengan gambar yang

sama, tetapi berbeda angka. Angka lama seperti saat ini dan angka baru dengan tiga

nol yang dihilangkan. Untuk menunjang dan melancarkan kebijakan tersebut Bank

Indonesia mengalokasikan anggaran sebesar Rp 200 miliar untuk mendukung

kebijakan redenominasi atau penyederhanaan mata uang rupiah. Anggaran tersebut

untuk mempersiapkan infrastruktur teknologi informasi dan percetakan uang rupiah

nominal baru.

Page 8: Makalah Redenominasi

8

2.6. Dampak Redenominasi

a. Dampak Positif dari redenominasi

melalui redenominasi ini, rupiah akan terlihat lebih memiliki kekuatan

karena nilainya akan mendekati dolar AS. Frekuensi percetakan pecahan

mata uang menjadi lebih jarang karena dengan redenominasi, tiga digit angka

nol di setiap pecahan rupiah uang kertas ribuan akan diganti dengan satu

rupiah uang logam yaang lebih awet sehingga percetakannya menjadi lebih

jarang, selain itu, masa berlaku uang logam ini lebih tahan lama, bisa sampai

10 tahun, sementara uang kertas hanya 1-2 tahun.

Redenominasi diperlukan untuk membangun infrastruktur

pembayaran non-tunai di masa depan, sebab semakin besar digit angka, maka

sistem pencatatan dan akuntansi semakin sulit.

Redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing sejalan dengan fundamental ekonomi yang semakin

kuat sehingga memberikan kebanggaan untuk memegang uang rupiah.

b. Dampak Negatif dari Redenomominasi

Penggantian mata uang secara serentak, selain mengagetkan orang

juga membutuhkan biaya operasional yang besar, karena para pengusaha

harus berinvestasi lagi untuk mengganti pembukuan, harus menyesuaikan

sistem teknologi informasi dan untuk penyesuaian materi cetak.

Bagi Bank Indonesia sendiri, kebijakan itu tentu akan memakan biaya

besar, karena Bank Indonesia harus melakukan pencetakan uang kembali

untuk mengganti uang lama yang akan diredominasi.

Gubernur Bank indonesia (BI) Darmin Nasution, menyatakan bahwa

redenominasi atau penyederhanaan nilai mata uang memiliki risiko adanya

potensi kenaikan harga akibat pembulatan harga ke atas secara berlebihan

oleh oknum-oknum tertentu. BI beserta pemerintah mengantisipasi risiko

Page 9: Makalah Redenominasi

9

tersebut dengan memasukkan berbagai ketentuan di dalam Rancangan

Undang-undang Redenominasi yang secara tegas mengatur praktik

pembulatan harga.

Jika pemerintah gagal menerapkan redenominasi, kepercayaan

terhadap mata uang domestik akan turun. Rupiah akan terdepresiasi. "Bukan

hanya penurunan nilai mata uang, tapi daya beli mata uang terhadap barang

juga akan turun, sehingga mengakibatkan inflasi seperti yang terjadi di

Zimbabwe.

Dengan sifat konsumtif masyarakat Indonesia, dikhawatirkan

berdampak buruk jika kebijakan redenominasi diberlakukan. Pasalnya,

psikologis yang tertanam di paradigma masyarakat, harga itu murah. secara

berkelanjutan keinginan belanja masyarakat akan lebih tinggi menurut pelaku

usaha dan ekonom Lyra Puspa.

2.7. Pro dan Kontra Redenominasi

Dengan akan digulirkannya kebijakan redenominasi memunculkan banyak

pendapat, baik pro maupun kontra. Beberapa pendapat yang mendukung kebijakan

tersebut yaitu, menurut Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia,

Franky Sibarani mengatakan pihaknya secara prinsip mendukung pelaksanaan

redenominasi rupiah, namun ada tiga hal yang harus dipenuhi.

Pertama, pemerintah dan BI harus melakukan studi kelayakan yang mendalam

mengenai dampak kebijakan ini diterapkan. Kajian itu tidak hanya di atas kertas, tapi

juga sampai ke implementasi. Misalnya, bagaimana dampaknya ke pedagang pasar,

pelaku usaha ekspor impor, atau pendistribusian barang.

Kedua, sosialisasi. Kegiatan sosialisasi ini sangat penting karena jangan sampai

pemikiran di masyarakat bahwa redenominasi rupiah ini sama dengan Sanering, yaitu

pemotongan nilai mata uang seperti yang dilakukan oleh pemerintah pernah terjadi

pada 1950 di era Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri

Page 10: Makalah Redenominasi

10

Keuangan. Sosialisasi juga harus dilakukan secara menyeluruh tidak hanya di kota

besar tapi ke daerah terpencil dan wilayah perbatasan. Oleh karena itu, dibutuhkan

waktu hingga dua tahun untuk melakukan sosialisasi.

Ketiga transisi. Pada saat masa transisi akan ada penarikan uang lama dan

penerbitan uang baru sehingga ada potensi berlakunya dua mata uang. Dikhawatirkan

ini menimbulkan kebingungan di masyarakat. Misalnya, uang Rp 10 ribu yang lama

itu kan nilainya sama dengan uang baru Rp 10, sehingga ada gap yang bisa bikin

bingung. Tapi sejauh pemerintah masih mengakui dua mata uang ini sebenarnya

tidak masalah.

Sementara beberapa pendapat yang kurang setuju dengan kebijakan tersebut

yaitu, seperti yang dikatakan oleh Ahmad Ma’ruf SE Msi, pakar ekonomi publik

dari Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bahwa

Redenominasi dinilai hanya sebuah ilusi yang memburu kebanggaan semu di bidang

moneter perbankan dan tanpa ada substansinya sama sekali . kebijakan yang dibuat

oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tersebut hanya kegiatan yang bersifat lips

service. Dan bukan kebijakan substantif, lebih pada atribut saja, biar kelihatannya

uang kita gagah. Kebijakan tersebut untuk menutupi kelemahan nilai tukar rupiah

yang menjadi tanggung jawab BI, menutupi kelemahan moneter kita, biar seolah-

olah bagus, padahal tidak ada substansinya sama sekali.

Mungkin nanti masyarakat akan merasa senang dengan adanya kebijakan ini,

melihat uang yang awalnya Rp 10.000 menjadi Rp 10 jadi bangga karena seperti

negara-negara lain. Akan tetapi kebanggaan itu hanya kebanggaan semu. Kita baru

bisa bangga kalau nilai tukar rupiah kita itu sudah bagus. Kemudian dicurigai adanya

potensi moral hazard dalam kebijakan redenominasi . contohnya pada kebijakan

privatisasi. Kebijakan tersebut ternyata telah dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu

atau kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan. Hal tersebut dikhawatirkan

akan terjadi dalam proyek redenominasi . Apalagi saat ini sudah menjelang Pemilu

2014. Bisa saja ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan pragmatis atau aksi-aksi

pragmatis. Lebih baik BI agar lebih fokus pada masalah-masalah bangsa yang

Page 11: Makalah Redenominasi

11

dihadapi saat ini, seperti pengendalian inflasi dan perbaikan nilai tukar rupiah,

mengelola sistem moneter perbankan, atau kejahatan-kejahatan yang menggunakan

instrumen perbankan.

Menurut Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang

Sulisto, belum memandang penting adanya penyederhanaan nilai nominal

redenominasi terhadap uang rupiah. Kadin menilai wacana redenominasi belum

mendesak untuk kondisi saat ini. Pengusaha belum merasa perlu untuk wacana

tersebut , yang diinginkan pengusaha saat ini adalah kestabilan nilai tukar rupiah

sehingga akan menguntungkan, baik bagi pengekspor maupun pengimpor. Hal ini

akan menepis anggapan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memang

terendah dibanding negara lain.

Menurut Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Fadli Zon, Kebijakan Bank

Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk redenominasi bukan kebijakan prioritas

dan hanya menghamburkan anggaran. Ada masalah lain yang lebih penting

ketimbang redenominasi. Efek redenominasi pun besar implikasinya. Masyarakat

akan merasa uang yang dipegangnya murah sehingga ketika harga sedikit naik bisa

dipandang sesuatu yang wajar dan tak masalah. Dalam prosesnya, kebijakan ini pun

belum menyelesaikan mekanisme prosedural di DPR. Belum ada penjelasan

mendalam tentang apa substansi redenominasi rupiah.

Ekonom Rizal Ramli menilai, kebijakan baru ini akan membingungkan

masyarakat, Dalam praktiknya istilah itu nyaris sama dengan upaya pemotongan

uang. Menerbitkan uang baru Rp 1 yang nilainya sama dengan Rp1.000 saat ini, pada

praktiknya merupakan “paksaan inflasi” (force inflation). Dengan adanya

penyederhanaan mata uang, maka daya beli masyarakat menengah ke bawah akan

terpotong dengan adanya kenaikan harga-harga setelah mata uang diterbitkan.

Sementara untuk golongan menengah ke atas, rupiah baru akan lebih nyaman, sebab

mereka akan bisa membawa uang tunai Rp10 juta saat ini, menjadi hanya Rp10.000

uang baru atau hanya 10 lembar pecahan Rp1.000 baru.

Page 12: Makalah Redenominasi

12

Sementara menurut Kwik Kian Gie, rencana Pemerintah dan Bank Indonesia

untuk melakukan penyederhanaan mata uang bukanlah hal mendesak yang harus

segera dilakukan. Redenominasi yang dilakukan saat ini bersifat sangat teknis dan

butuh kematangan dari seluruh lapisan masyarakat untuk lebih mengerti bagaimana

konsep redenominasi yang akan diterapkan. Dan bukan waktu yang pas untuk

melakukan redenominasi. Pasalnya, nilai tukar rupiah saat ini cenderung terus

melemah. Sementara hal lain yang menjadi sorotan Kwik adalah alasan pemerintah

dan BI untuk melakukan redenominasi yang menurutnya masih belum jelas. Hal

yang menurut Kwik sangat mendesak untuk segera diselesaikan salah satunya adalah

pelemahan nilai tukar rupiah dan beban utang.

Page 13: Makalah Redenominasi

13

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kebijakan Redenominasi rupiah merupakan bukan kebijakan mata uang

pertama di Indonesia. Sebelumnya, ada kebijakan Gunting Syafruddin pada tahun

1950, kebijakan sanering atau pemotongan nilai pada 25 Agustus 1959 dan kebijakan

redenominasi rupiah pada 13 Desember 1965. Akhir 2012 isu penerapan kebijakan

redenominasi mulai menyeruak ke publik. Alasan Bank Indonesia melaksanakan

redenominasi karena uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp

100.000, yang merupakan pecahan terbesar kedua setelah mata uang Vietnam yang

pernah mencetak 500.000 Dong, munculnya keresahan atas status rupiah yang terlalu

rendah ketimbang mata uang lainnya, pecahan uang Indonesia terlalu besar sehingga

menimbulkan ketidak efisienan dan ketidak nyamanan dalam melakukan transaksi,

untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN

dalam rangka memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015, untuk

menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar seolah-olah

mencerminkan bahwa dimasa lalu, suatu negara pernah mengalami inflasi yang

tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental ekonomi yang kurang baik.

Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan ) mata uang

menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi angka nol tanpa memangkas

atau mengubah nilai mata uang tersebut. Misalnya terjadi redenominasi tiga digit,

maka Rp 1.000.000 menjadi Rp 1.000 uang baru hasil redenominasi. Sedangkan

Sanering adalah pemotongan uang dalam kondisi perekonomian yang tidak sehat,

dimana yang dipotong adalah nilai uangnya,sedangkan harga barang tetap tinggi.

Adapun syarat atau faktor agar pelakasanaan redenominasi berjalan sukses adalah

ekspektasi inflasi yang berada pada kisaran rendah dengan pergerakan yang stabil,

stabilitas perekonomian yang terjaga, adanya jaminan terhadap stabilitas harga,

adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat, komitmen nasional serta waktu dan

persiapan yang cukup panjang. Dengan tujuan menyederhanakan pecahan uang yang

beredar agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi dan

Page 14: Makalah Redenominasi

14

mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Manfaat

dengan adanya redenominasi adalah kebanggaan (pride) sebagai bangsa, lebih

mudah menuliskannya, hemat pencatatan secara akuntansi, serta lebih gampang

mengonversikannya ke dalam mata uang asing.

Redenominasi akan dilakukan secara bertahap, mebutuhkan waktu kurang

lebih selama sepuluh tahun. Jika dimulai pada 2013, akan berlangsung hingga 2023

dalam tiga tahapan. Tahapan pertama, tahapan persiapan, pada 2011 – 2012

diberlakukan kegiatan meliputi pembahasan RUU Redenominasi, rencana

pencetakan uang dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi

informasi untuk sistem pembayaran dan akuntansi, serta konsultasi publik. Tahapan

kedua, masa transisi (2013-2015), ada dua pecahan rupiah yang beredar pada masa

transisi ini, rupiah baru dan lama. Pecahan baru adalah pecahan yang sudah

dihilangkan tiga digit terakhir. Tahap ketiga, disebut juga sebagai phasing out (2019-

2020), saat mata uang rupiah baru disebut menjadi rupiah.

Dampak positif dari redenominasi adalah rupiah akan terlihat lebih memiliki

kekuatan karena nilainya akan mendekati dolar AS, menyederhanakan penulisan

nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sejalan dengan fundamental ekonomi

yang semakin kuat sehingga memberikan kebanggaan untuk memegang uang rupiah.

Adapun dampak negatifnya adalah membutuhkan biaya operasional yang besar,

karena para pengusaha harus berinvestasi lagi untuk mengganti pembukuan, harus

menyesuaikan sistem teknologi informasi dan untuk penyesuaian materi cetak. Bagi

Bank Indonesia sendiri, kebijakan itu tentu akan memakan biaya besar, karena Bank

Indonesia harus melakukan pencetakan uang kembali untuk mengganti uang lama

yang akan diredominasi. Dikhawatirkan penyederhanaan nilai mata uang memiliki

risiko adanya potensi kenaikan harga akibat pembulatan harga ke atas secara

berlebihan oleh oknum-oknum tertentu. Jika pemerintah gagal menerapkan

redenominasi, kepercayaan terhadap mata uang domestik akan turun. Rupiah akan

terdepresiasi.

Page 15: Makalah Redenominasi

15

Akan digulirkannya kebijakan redenominasi melahirkan pro dan kontra,

pihak yang mendukung kebijakan tersebut mengajukan tiga hal yang harus

dipenuhhi yaitu, pemerintah dan BI harus melakukan studi kelayakan yang

mendalam mengenai dampak kebijakan ini bila diterapkan, sosialisasi harus

dilakukan secara menyeluruh tidak hanya di kota besar tapi ke daerah terpencil dan

wilayah perbatasan, dan masa transisi yang cukup. Sedangkan pendapat yang kurang

setuju dengan kebijakan tersebut menilai redenominasi hanya sebuah ilusi yang

memburu kebanggaan semu di bidang moneter perbankan tanpa adanya substansi,

dan dicurigai adanya moral hazard dalam kebijakan tersebut serta wacana

redenominasi belum mendesak untuk kondisi saat ini dan membutuhkan dana yang

besar.

3.2. Saran

Untuk menghindari dampak sosial berupa trauma masyarakat seperti pada

kebijakan sanering pada masa lalu yang dapat menghilangkan kepercayaan pada

mata uang rupiah, maka disarankan kepada Bank Indonesia agar melakukan

sosialisasi yang intensif tentang rencana redenominasi nilai mata uang rupiah. Selain

itu diperlukan masa transisi yang cukup panjang dan komitmen pemerintah dalam

melaksanakan kebijakan tersebut serta adanya kajian atau studi kelayakan yang

menyeluruh. Dan bila perlu untuk menghindari adanya kepentingaan pragmatis atau

aksi pragmatis serta untuk keefektifan kebijakan tersebut mungkin perlu

diberlakukan setelah pemilu 2014 agar lebih fokus dan terencana.

DISUSUN OLEH :

Aby Setyo Kusumo 20100430021

Opissen Yudisyus 20100430019

Febrina Tirza 20100430011

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Page 16: Makalah Redenominasi

16

DAFTAR PUSTAKA

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/30/15025056/Apa.Manfaat.Redenomin

asi.Rupiah

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/30/14243113/Plus-Minus.Redenominasi

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/25/02203347/Penyederhanaan.Rupiah

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/28/17541783/Redenominasi.Butuh.Day

a.Tahan

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/23/11130521/Apa.Dampak.jika.Redeno

minasi.Tidak.Dilakukan.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/27/17260558/Gerindra.Redenominasi.R

upiah.Tidak.Prioritas

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/16/18333554/Redenominasi.Sen.Menja

di.Satuan.Rupiah.Terkecil?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/12/08/12313460/Rp.1.000.Jadi.Rp.1.Bisa.Di

wujudkan

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/07/14400937/Nasib.Redenominasi.Rupi

ah.Ada.di.Tangan.DPR

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/23/21010599/Rupiah.Mata.Uang.Sampa

h.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/29/143480/Redenomin

asi-Rupiah-Tepat-Dilakukan

http://www.redenominasirupiah.com/

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/385938-dikritik--rencana-redenominasi-rupiah

http://finance.detik.com/read/2013/01/28/110249/2153817/5/ubah-rp-1000-jadi-rp-1-

lebih-tepat-setelah-pemilu-2014?

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/384809-bi-anggarkan-rp200-miliar-untuk-

redenominasi-rupiah

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/384777-apa-risiko-penyederhanaan-rupiah

http://finance.detik.com/read/2013/01/23/150106/2150769/5/bi-waspadai-oknum-yang-

cari-untung-dari-redenominasi?