Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

32
MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL PRASANGKA DAN DISKRIMINASI Di susun Oleh : 1 . ANDI YULIANTO 2014006 2 . APRILIA BUDI WAHYUNI 2014007 3 . AVINDA AYU FAUZIAH 2014008 4 . AYU DEWI KARTIKA SARI 2014009 5 . AYU LESTARI 2014010

description

ok

Transcript of Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

Page 1: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

Di susun Oleh :

AKADEMI PEREKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN

CITRA MEDIKA SURAKARTA

2014/2015

1. ANDI YULIANTO 2014006

2. APRILIA BUDI WAHYUNI 2014007

3. AVINDA AYU FAUZIAH 2014008

4. AYU DEWI KARTIKA SARI 2014009

5. AYU LESTARI 2014010

Page 2: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah

satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam Prasangka dan

diskriminasi.

Harapan kami semoga makalah ini membantu, menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para

pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 23 Juli 2015

Penyusun

ii

Page 3: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Prasangka 3

B. Diskriminasi 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

iv

Page 5: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri

atas berbagai suku bangsa, adat istiadat yang berbeda. Badan Pusat Statistik

(BPS) telah melakukan survei mengenai jumlah suku bangsa, dapat diketahui

bahwa Indonesia terdiri dari 1. 128 suku bangsa. Keanekaragaman tersebut

terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda

beda. Kebiasaan hidup itu menjadi budaya serta ciri khas suku bangsa

tertentu. Keragaman tersebut di satu sisi, kita mengakuinya sebagai khazanah

budaya yang bernilai tinggi. Akan tetapi di sisi lain, ketika dua karakter sosial

dan budaya bertemu, primordialisme seakan menjadi satu sekat yang membuat

mereka benar-benar menjadi dua suku berbeda, seperti air dan minyak, hal ini

merupakan pencerminan dari stereotip itu sendiri.

Banyak pihak yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini

merupakan masyarakat yang suka berprasangka. Penilaian itu tentu bukan

tanpa dasar. Saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecurigaan yang akut

terhadap segala sesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilah

heterophobia. Segala sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang

akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan termasuk antar suku atau etnis.

Kehadiran anggota kelompok yang berbeda apalagi berlawanan akan dicurigai

membawa misi yang mengancam.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang Prasangka Dan Diskriminasi,

maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga

penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Mengetahui secara menyeluruh arti dari prasangka.

2. Mengetahui sumber prasangka

1

Page 6: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

2

3. Mengetahui proses terbentuknya prasangka

4. Mengetahui maksud dari diskriminasi.

5. Mengetahui strategi untuk mengurangi prasangka

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Arti atau pengertian dari prasangka.

2. Sumber prasangka.

3. Proses terbentuknya prasangka

4. Maksud dari diskriminasi.

5. Strategi untuk mengurangi prasangka

Page 7: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prasangka

Prasangka adalah sikap (biasanya negatif) kepada anggota

kelompok tertentu yang semata-mata didasarkan pada keanggotaan mereka

dalam kelompok (Baron & Byrne, 1991). Misalnya karena pelaku

pengeboman di Bali adalah orang Islam yang berjeggot lebat, maka seluruh

orang Islam, terutama yang berjenggot lebat, dicurigai memiliki itikad buruk

untuk meneror. Sementara itu, Daft (1999) memberikan definisi prasangka

lebih spesifik yakni kecenderungan untuk menilai secara negatif orang yang

memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnik,

atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik. Soekanto (1993) dalam

‘Kamus Sosiologi’ menyebutkan pula adanya prasangka kelas, yakni sikap-

sikap diskriminatif terselubung terhadap gagasan atau perilaku kelas tertentu.

Prasangka ini ada pada kelas masyarakat tertentu dan dialamatkan pada kelas

masyarakat lain yang ada didalam masyarakat. Sudah jamak kelas atas

berprasangka terhadap kelas bawah, dan sebaliknya kelas bawah berprasangka

terhadap kelas atas. Sebagai contoh, jika kelas atas akan bergaul dengan kelas

bawah maka kelas atas oleh kelas bawah dicurigai akan memanfaatkan

mereka.

Perasaan yang umumnya terkandung dalam prasangka adalah

perasaan negatif atau tidak suka bahkan kadangkala cenderung benci.

Kecenderungan tindakan yang menyertai prasangka biasanya keinginan untuk

melakukan diskriminasi, melakukan pelecehan verbal seperti menggunjing,

dan berbagai tindakan negatif lainnya. Sedangkan pengetahuan mengenai

objek prasangka biasanya berupa informasi-informasi, yang seringkali tidak

berdasar, mengenai latar belakang objek yang diprasangkai. Misalnya bila

latar belakang kelompoknya adalah etnik A, maka seseorang yang

berprasangka terhadapnya mesti memiliki pengetahuan yang diyakini benar

mengenai etnik A, terlepas pengetahuan itu benar atau tidak.

3

Page 8: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

4

Prasangka merupakan salah satu penghambat terbesar dalam

membangun hubungan antar individu yang baik (Myers, 1999). Bisa

dibayangkan bagaimana hubungan interpersonal yang terjadi jika satu sama

lain saling memiliki prasangka, tentu yang terjadi adalah ketegangan terus

menerus. Padahal sebuah hubungan antar pribadi yang baik hanya bisa

dibangun dengan adanya kepercayaan, dan dengan adanya prasangka tidak

mungkin timbul kepercayaan. Sehingga adalah muskil suatu hubungan

interpersonal yang baik bisa terbangun. Dalam konteks lebih luas, kegagalan

membangun hubungan antar individu yang baik sama artinya dengan

kegagalan membangun masyarakat yang damai.

Menurut Poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama yakni :

a. Stereotip

b. Jarak Sosial

c. Sikap Diskriminasi

Ketiga faktor itu tidak terpisahkan dalam prasangka. Stereotip

memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi jarak sosial, dan

setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan diskriminasi.

Sementara itu Sears, Freedman & Peplau (1999) menggolongkan prasangka,

stereotip dan diskriminasi sebagai komponen dari antagonisme kelompok,

yaitu suatu bentuk oposan terhadap kelompok lain. Stereotip adalah

komponen kognitif dimana kita memiliki keyakinan akan suatu kelompok.

Prasangka sebagai komponen afektif dimana kita memiliki perasaan tidak

suka. Dan, diskriminasi adalah komponen perilaku.

Masalah sosial akibat prasangka :

a. Antikolisis : berupa gosip yang dimaksudkan untuk mengejek

atau menyindir orang-orangm menadi obek prasangka

b. Diskriminasi: Individu yang berprasangka membuat perbedaan yang

tegas dalam memperlakukan orang-orang yang

disukainya dan yang tidak disukainya ke dalam

komunitas tertentu.

Page 9: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

5

c. Serangan fisik : dalam kondisi emosi yang sangat tinggi orang -

orang yang memiliki prasangka bisa melakukan

serangan atau kekerasan isik baik langsung

maupun tidak langsung

d. Pembantaian : jika prasangka sudah mencapai tingkat yang paling

tinggi maka munculah dorongan untuk melakukan

pembantaian terhadap anggota outgroup.

1. Sumber prasangka

Sumber Prasangka terdiri dari :

a. Konflik langsung antar kelompok : Kompetisi sebagai sumber prasangka

Menurut pandangan ini prasangka berakar dari kompetisi antar

kelompok sosial, untuk memperoleh komoditas berharga atau

kesempatan. Ketika kelompok-kelompok bersaing satu sama lain untuk

memperoleh sumber daya yang berharga (pekerjaan, perumahan,

kesempatan, pendidikan), mereka dapat memandang satu sama lain

dengan pandangan negative yang terus meningkat. Hasilnya dapat

berupa perkembangan prasangka etnis atau rasial berskala penuh.

b. Pengalaman awal : Peran pembelajaran sosial

Berdasarkan pandangan proses belajar sosial, anak memperoleh

sikap negative melalui berbagai kelompok sosial karena mereka

mendengar pandangan tersebut diekspresikan oleh orang tau, teman,

guru, dan orang lain, dan arena mereka secara langsung diberikan

rewards untuk mengadopsi pandangan-pandangan ini. Selain itu dengan

mengobservasi orang lain, norma sosial yang berupa peraturan dalam

sebuah kelompok yang menyatakan tindakan atau sikap apa yang pantas

juga penting.

Page 10: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

6

c. Kategori sosial : efek in -group, out-group, dan kesalahan atribusi utama

Pada umumnya orang membagi dunia sosial dalam dua kategori

yang berbeda, yaitu “kita (in-group) dan mereka (out-group)” yaitu

merujuk pada kategori sosial. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

banyak dimensi, beberapa diantaranya adalah ras, agama, jenis kelamin,

usia, latar belakang etnis, pekerjaan, dan pendapatan. namun sayangnya,

pembagian tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. Perbedaan

perasaan dan keyakinan yang tajam biasanya melekat pada anggota

kelompok in-group dan out-group. Orang yang termasuk dalam kategori

“kita” dipandang lebih baik, sementara anggota dalam kategori

“mereka” dipersepsika lebih negative. Perbedaan in-group dengan out-

group juga mempengaruhi atribusi (bagaimana membuat keputusan

tentang seseorang). Kita cenderung mengatribusikan tingkah laku yang

disukai pada anggota kelompok in-group sebagai sesuatu yang menetap,

tetapi jika tingkah laku tersebut muncul pada out-group kita akan

mengatribusikan tingkah laku tersebut sebagai factor yang disebabkan

oleh factor eksternal atau factor sementara. Kecenderungan untuk

memberi atribusi yang lebih baik kepada anggota kelompok sendiri

daripada anggota kelompok lain terkadang dideskripsikan sebagai

kesalahan atribusi utama.

2. Terbentuknya prasangka

Prasangka terbentuk karena secara individu, mereka memiliki

prasangka karena dengan melakukannya mereka meningkatkan citra diri

mereka sendiri. Ketika individu yang berprasangka memandang rendah

sebuah kelompok yang dipandangnya negative, hal ini membuat mereka

yakin akan harga diri mereka sendiri, untuk merasa superior dengan

berbagai cara. Dengan kata lain, pada beberapa orang, prasangka dapat

memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan

konsep diri mereka. Alasan kedua untuk memiliki pandangan prasangka

Page 11: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

7

adalah karena dengan melakukan hal tersebut kita dapat menghemat usaha

kognitif. Stereotip secara khusus, tampaknya melakukan fungsi ini.

Ketika stereotip terbentuk, kita tidak perlu melakukan proses berfikir yang

hati-hati dan sistematis.

3. Strategi mengurangi prasangka

Strategi pertama adalah strategi yang konsisten dengan teori belajar

sosial, yaitu strategi pengubahan praktik – praktik pengasuhan anak.

Strategi ini menjelaskan masyarakat perlu mengubah praktik-praktik

pengasuhan anak menuju praktik pengasuhan yang lebih kondusif yang

menghargai kelompok lain dalam sudut pandang yang bersifat objektif.

Strategi kedua adalah meningkatkan kontak antar kelompok secara

langsung, manfaatnya :

a. Dapat memberikan kesadaran pada individu – individu anggota

kelompok yang berbeda bahwa sesungguhnya mereka lebih memilikin

banyak kesamaan disbanding keyakinan tentang perbedaan yang

sebelumnya dimiliki

b. Melalui pemahaman timbal balik terhadap individu-individu yang

berasal daro kelompok lain, maka masing-masing dapat saling

mengenal satu dengan yang lain secara lebih baik.

c. Peningkatan kontak antar individu dapat membantu mengubah ilusi

keseragaman kelompok luar.

Strategi ketiga untuk menghilangkan atau mengurangi prasangka

adalah melalui strategi kategorisasi, strategi ini meliputi rekategorisasi dan

dekategorisasi. Rekategorisasi dapat dilakukan dengan cara

mengembangkan suatu identitas bersama dalam kelompok ke – kita – an

daripada memecah suatu kelompok besar menjadi beberapa bagian yang

menghasilkan perasaan in-group dan out-group, sedangkan dekat egorisasi

adalah upaya-upaya yang menonjolkan eliminasi kategorisasi kelompok.

Dalam strategi ini terdapat penekanan pada pemahaman bahwa

Page 12: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

8

setiap kelompok ada didalam individu-individu yang memiliki keunikan

masing – masing.

B. Diskriminasi

Diskriminasi adalah perilaku negatif terhadap orang lain yang menjadi

target prasangka. Merasa tidak nyaman jika duduk di samping target

prasangka menunjukkan bahwa seseorang memiliki prasangka, namun

memutuskan untuk pindah tempat duduk untuk menjauhi target prasangka

adalah sebuah diskriminasi.

Dasar dari munculnya prasangka dan diskriminasi adalah stereotip.

Walaupun dikatakan bahwa stereotip adalah dasar dari prasangka dan

diskriminasi, namun tidak berarti bahwa seseorang yang memiliki stereotip

negatif mengenai sebuah kelompok tertentu pasti akan menampilkan

prasangka dan diskriminasi.

Tujuan dari diskriminasi yaitu :

a. Seksisme

Prasangka dan diskriminasi yang paling banyak terjadi adalah

dalam membedakan antara pria dan wanita. Contoh paling nyata di

Indonesia adalah pada jaman Raden Ajeng Kartini. Dalam praktek

seksisme di tempat lain, sering terjadi apa yang disebut selective

infanticide, yaitu pembunuhan bayi perempuan (fetus). Biasanya hal

ini terjadi pada budaya yang lebih menilai tinggi kaum pria

ketimbang kaum hawanya. Praktek ini terdapat di beberapa

tempat,misalnya di RRC, Taiwan, Korea, dan India. Sedangkan

praktek seleksi jenis kelamin yang mengutamakan kaum perempuan

tidak ditemukan.

Dalam praktik kerja, terjadi praktik prasangka dan

diskriminasi yang dikenal dengan istilah glass ceiling effect, yaitu

adanya batas yang menghambat seseorang (dalam hal ini wanita)

untuk mengembangkan karirnya dengan leluasa seperti rekan kerja

Page 13: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

9

prianya. Prasangka dan diskriminasi ini menghambat para manager

wanita yang handal sulit menduduki posisi top di organisasinya.

Page 14: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

10

b. Rasisme

Diskriminasi terhadap ras dan etnis tampaknya merupakan

diskriminasi yang paling banyak menimbulkan perbuatan brutal di

muka bumi ini. Banyak penelitian psikologi sosial yang berfokus

pada sikap terhadap anti-kulit hitam di Amerika Serikat. Mereka

cenderung melihat bahwa kulit hitam merefleksikan persepsi umum

mengenai orang desa, budak, dan pekerja kasar. Penelitian tentang

sikap anti-kulit hitam di Amerika Serikat menunjukkan adanya

penurunan yang tajam sejak tahun 1930-an, namun demikianbukan

berarti bahwa prasangka rasial ini hilang di muka bumi ini. Adanya

sanksi yang jelas membuat tampilan diskriminasi yang jelas dan

eksplisit sulit lagi untuk ditemui. Namun demikian, bentuk

diskriminasi yang tersamar dan halus ternyata ditemukan. Bentuk

baru dari rasisme ini disebut aversive racism, modern racism

symbolic racism, regressive racism, atau ambivalent racism.

c. Ageism

Dalam sebuah komunitas, lansia biasanya diperlakukan

dengan penuh hormat. Masyarakat melihat bahwa kaum tua ini

berpengalaman, bijak, dan memiliki intuisi tajam yang biasanya

tidak dimiliki oleh kaum yang lebih muda. Namun, di masyarakat

lain kaum tua diperlakukan sebagai pihak yang kurang berharga dan

kurang memiliki kekuasaaan. Masyarakat yang seperti ini biasanya

sangat menghargai kaum mudannya dan memiliki stereo negatif

terhadap kaum tuanya. Biasanya mereka hidup alam keluarga inti.

Negara-negara yang masyarakatnya hidup dalam keluarga inti

adalah Amerika Serikat, Australia,Selandia Baru, Kanada dan

Inggris. Hasil penelitian dari Noels, Giles, dan La Poire (2003

dalam Vaughan dan Hogg, 2005) menunjukkan bahwa dewasa

muda cenderung menilai individu di atas 65 tahun sebagai orang

Page 15: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

11

yang mudah tersinggung, tidak sehat, tidak menarik, pelit, tidak

efektif, kurang terampil secara sosial, lemah, terlalu mengontrol,

terlalu membuka diri, egosentris, tidak kompeten, kasar, dan

ringkih.

d. Diskriminasi terhadap Kelompok Homoseksual

Ada pro-kontra dalam memandang homoseksual. Ada yang

melihatnya sebagai pilihan atas hak hidup dan ada juga yang

melihatnya sebagai perilakuu abnormal. Sikap negatif terhadap

kaum homo seksual melahirkan aturan-aturan yang dapat

menghukum orang yang mepraktikkan homoseksualitas.

Prasangka terhadap homoseksualitas ini makin menyebar.

Contoh, sebuah survei di AS oleh levitt dan Klasen tahun 1974

menunjukkan bahwa mayoritas orang memiliki belief bahwa

homoseksualitas adalah penyakit dan perlu dilarang secara legal.

Bahkan dalam penelitian Henry (1994 dalam Vaughan dan Hogg,

2005) ditemukan hanya 39% orang yang mau mengunjungi praktik

dokter seorang homoseksual.

Sebenarnya secara umum, pada tahun 1960 ada liberalisasi

progresif terhadap sikap untuk homoseksual. Walaupun demikian,

epidemik HIV yang mulai sejak tahun 1980-an menimbulkan

histeria terhadap homoseksualitas, hingga berkembang jadi

homofobia.

e. Diskriminasi Berdasarkan Keterbatasan Fisik

Prasangka dan diskriminasi karena keterbatasan fisik sudah

berlangsung sejak lama, bahkan orang dengan keterbatasan seperti

ini dipandang sebagai menjijikkan dan kurang bermatabat. Saat ini

diskriminasi atas orang yang memiliki keterbatasan fisik dianggap

ilegal dan tidak diterima secara sosial, bahkan masyarakat di

Page 16: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

12

Australia dan Selandia Baru sangat sensitif dengan kebutuhan

orang-orang yang berkebutuhan khusus ini. Mereka menyediakan

fasilitas umum yang mempertimbangkan kepentingan kaum yang

mengalami keterbatasan fisik ini, misalnya toilet khusus, jalur

khusus untuk kursi roda di area publik, atau adanya penyediaan

bahasa gerak di televisi. Sering kali masih ada ketidak nyamanan

yang dirasakan oleh beberapa orang jika di lingkungannya terdapat

orang dengan keterbatasan fisik. Selain itu, sering juga muncul

ketidakpastian karena tidak tahu bagaimana cara memperlakukan

mereka.

1. Bentuk Diskriminasi

a. Menolak untuk Menolong

Menolak untuk menolong orang lain (reluctance to help) yang

berasal dari kelompok tertentu sering kali dimaksudkan untuk

membuat kelompok lain tersebut tetap berada dalam posisinya yang

kurang beruntung. Selain itu,menolak untuk menolong adalah ciri-ciri

dari diskriminasi rasial yang nyata. Penelitian eksperimen dari

Gaertner dan Dovidio (1977 dalam Vaughan dan Hogg,2005)

menunjukkan bahwa orang kulit putih lebih menolak untuk menolong

confederate kulit hitam daripada confederate kulit putih dalam situasi

darurat.

b. Tokenisme

Tokenisme adalah minimnya perilaku positif kepada pihak

minoritas. Perilaku ini nanti digunakan sebagai pembelaan dan

justifikasi bahwa ia sudah melakukan hal baik yang tidak melanggar

diskriminasi, misalnya : saya sudah memberikan cukupkan?

Tokenisme dapat dipraktikkan oleh organisasi atau oleh masyarakat

luas. Di Amerika Serikat, ada kritik pada beberapa organisasi karena

Page 17: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

13

adanya tokenisme untuk kelompok minoritas disana, yaitu kulit hitam,

perempuan dan orang Spanyol, yang dilakukan oleh oraganisasi kerja.

Organisasi ini hanya memperkerjakan kelompok minoritas sebagai

strategi untuk terhindar dari tuduhan melakukan diskriminasi.

Tokenisme pada level ini dapat menghancurkan harga diri orang yang

dikenai token ini.

c. Reserve Dicrimination

Bentuk token yang lebih ekstrem adalah reserve discrimination,

yaitu praktik melakukan diskriminasi yang menguntungkan pihak yang

biasanya menjadi target prasangka dan diskriminasi dengan maksut

agar mendapatkan justifikasi dan terbebas dari tuduhan telah

melakukan prasangka dan diskriminasi. Oleh karena reserve

discrimination memberikan keuntungan kepada kelompok minoritas,

maka efek jangka pendeknya dapat dirasakan langsung. Namun dengan

berjalannya waktu ada konsekuensi negatif yang bisa ditanggung oleh

kelompok minoritas tersebut.

Menjadi penting bagi para peneliti untuk melihat apakah perilaku

positif yang ditampilkan kepada kelompok minoritas adalah benar-

benar ungkapan untuk membantu orang yang kurang beruntung atau

justru sebuah reserve discrimination.

2. Mengendalikan Tingkat Diskriminasi

a. Belajar untuk Tidak Membenci

Ada pandangan yang mengatakan bahwa prasangka dibawa

seseorang sejak lahir. Sedangkan pandangan lain menegaskan bahwa

sikap negatif tersebut diciptakan, bukan dibawa dari lahir. Anak-anak

memiliki prasangka dengan mempelajari dari orang tuanya serta juga

dari media massa. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

prasangka adalah dengan melarang orang tua atau orang dewasa lain

untuk menurunkan sikap negatifnya tersebut terhadap anak-anaknya.

Page 18: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

14

Namundalam prakteknya, hal ini tidaklah sesederhana yang

dibicarakan. Langkah pertama adalah dengan membantu orang tua atau

orang dewasa untuk menyadari prasangka yang dimilikinya, kemudian

dapat memotivasinya lebih jauh untuk tidak menularkannya pada anak-

anaknya. Prasangka yang dimiliki membuat seseorang hidup tidak

cukup tenang karena selalu ada perasaan was-was jika ia berjumpa

dengan outgrup yang menjadi target prasangkanya.

b. Direct Intergroup Contact

Pettigrew (1981, 1997 dalam Baron dalam Byrne, 2003)

menyatakan bahwa prasangka yang terjadi antarkelompok dapat

dikurangi dengan cara meningkatkan intensitas kontak antara

kelompok yang berprasangka tersebut. Apa yang dijelaskannya ini

terkenal sebagai teori contact hypothesis. Dasar argumentasinya adalah

bahwa: pertama, meningkatnya kontak memungkinkan terjadi

pemahaman yang lebih mendalam mengenai kesamaan yang mungkin

mereka miliki. Kedua,walaupun stereotip resisten terhadap

perubahan,namun stereotip dapat berubah jika ada sejumlah informasi

yang tidak konsisten atau bisa juga karena menemukan adanya

sejumlah pengecualian dalam stereotip yang dimilikinya. Ketiga,

adalah bahwa meningkatnya kontak dapat menjadi counter terhadap

munculnya illusion of outgrup homogeneity.

c. Rekategorisasi

Rekategorisasi adalah melakukan perubahan batas antara ingrup

dan outgrupnya. Sebagai akibatnya, bisa saja seseorang yang

sebelumnya dipandang sebagai outgrupnya, tetapi kemudian menjadi

ingrupnya. Rekategorisasi ini berpotensi untuk mengurangi prasangka

yg sebelumnya ada. Seperti yang diungkapkan Gaertner dan koleganya

(1989, 1993 dalam Baron dan Byrne, 2003) dalam teorinya mengenai

Common in-grup identity model. Teori ini menjelaskan bahwa jika

Page 19: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

15

individu dalam kelompok yang berbeda melihat diri mereka sebagai

anggota dari entitas sosial yang tunggal, maka kontak positif akan

meningkat dan intergrupbias akan berkurang.

d. Intervesi Kognitif

Kecenderungan untuk melihat keanggotaan orang lain dalam

berbagai kelompok sering menjadi kunci penyebab munculnya

prasangka. Oleh karena itu,ada sejumlah intervensi untuk mengurangi

dampak stereotip yang pada akhirnya dapat mengurangi

kecenderungan prasangka dan diskriminasi. Pertama, dampak dari

stereotip dapat dikurangi dengan memotivasi individu untuk tidak

berprasangka. Kedua, melakukan sebuah intervensi untuk mengurangi

kecenderungan orang untuk berfikir stereotip.

e. Social Influence sebagai Cara Mengurangi Prasangka

Kenyataan bahwa sikap terhadap kelompok ras atau kelompok

etnis tertentu bisa dipengaruhi oleh lingkungan sosial, maka

pengubahan sikap tersebut juga bisa dengan memanfaatkan pengaruh

sosial yang ada. Teori ini dapat memberikan arahan kepada kita

mengenai pendekatan intervensi yang dapat dikembangkan untuk

mengubah sikap terhadap kelompok/ras tertentu.

f. Coping Terhadap Prasangka

Sejumlah studi menemukan banyaknya efek negatif yang

ditemukan pada individu yang menjadi target diskriminasi. Individual

yang tergolong minoritas sering mendapatkan pengalaman yang

disebutnya sebagai ‘stereotype threat’ yaitu kesadaran orang-orang

minoritas bahwa ia akan dievaluasi berdasarkan status minoritasnya.

Kondisi semacam ini tentu saja dapat mengganggu berkembangnya

rasa percaya diri dalam berbagai setting sosial yang ada.

Page 20: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanPrasangka merupakan kecenderungan dari seseorang atau

sekelompok orang untuk menampilkan gambaran atau gagasan yang keliru

(fals idea) tentang sekelompok orang lainnya). Gambaran yang keliru

tersebut merupakan gambaran yang tidak valid, bersifat menghina atau

merendahkan, baik dalam segi fisik meupun dalam sifat atau tingkah laku.

Stereotipe merupakan faktor yang secara otomatis dapat membentuk

prasangka. Informasi yang tidak konsisten dengan stereotip diabaikan dan

mudah dilupakan. Stereotip menentukan bagaimana informasi ditafsirkan,

sehingga bahkan ketika orang terkena data yang bertentangan dengan

stereotip mereka, mereka dapat menafsirkan informasi dengan cara yang

mendukung prasangka mereka.

Diskriminasi merupakan perilaku negatif terhadap orang lain yang

menjadi target prasangka. Target-terget dari diskriminasi adalah seksisme,

rasisme, ageism, diskriminasi terhadap kelompok homoseksual, dan

diskriminasi berdasarkan keterbatasan fisik. Bentuk-bentuk diskriminasi

ada berbagai macam, yaitu menolak untuk menolong, tokenisme, dan

reverse discrimination. Beberapa teknik untuk mengendalikan diskriminasi

adalah belajar untuk tidak membenci, direct intergrup contact,

rekategorisasi, intervensi kognitif, social influence sebagai cara mengurangi

prasangka dan coping terhadap prasangka.

16

Page 21: Makalah Psikologi Sosial_ Prasangka & Diskriminasi

DAFTAR PUSTAKA

Barron, A Robert. Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial edisi kesepuluh.

Jakarta: Erlangga

Hanurrawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://smartpsikologi. blogspot. com/2007/08/mendefinisikan-prasangka. html

Psikologi Sosial Penyunting Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno Penerbit

salemba Humanika