Makalah Problematika Pembelajaran Praktikum.doc
-
Upload
ayu-endarti-kusumaningtyas -
Category
Documents
-
view
256 -
download
30
description
Transcript of Makalah Problematika Pembelajaran Praktikum.doc
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIADI SEKOLAH DAN ALTERNATIF SOLUSINYA
MAKALAHUntuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Problematika Pendidikan Bidang Studidibina oleh Bapak Drs. I. Wayan Dasna, M.Si, M.Ed,
Oleh:Ayu Endarti K NIM 120331540740Ferly Rominalisa NIM 120331540712
UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIANovember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA).
Ilmu kimia berisikan konsep yang bersifat abstrak, prosedural, konkrit dan
metakognitif yang dibangun melalui metode ilmiah. Untuk dapat memahami
kimia dengan baik perlu adanya kegiatan yang menghubungkan antara teori yang
diperoleh dengan praktek ilmu tersebut. Hal ini diharapkan agar peserta didik
dapat mempraktekkan secara empiris kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Hubungan antara teori dan praktek sebaiknya dilakukan secara
berulang, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap akan saling
mengisi, saling melengkapi, dan saling mengkaji (Mustaji, 2009). Sehingga dalam
mempelajari ilmu kimia dapat mencakup kimia sebagai produk dan kimia sebagai
proses.
Menurut Walker & Sampson (2012) praktikum adalah keadaan yang
sesuai untuk mengakses aspek ilmu pengetahuan yang mungkin terlewatkan
dalam pembelajaran kelas. Selain itu, pembelajaran praktikum adalah salah satu
bentuk dari keterampilan proses yang dapat melatih penggunaan alat dan bahan
yang tepat. Bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, melalui
praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahu secara nyata.
Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum ada beberapa permasalahan yang
menjadi kendala sehingga kegiatan praktikum tidak dapat digunakan oleh guru.
Permasalahan yang muncul memerlukan solusi sehingga kegiatan praktikum dapat
berjalan baik dan benar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun
makalah yang berjudul “Problematika Pembelajaran Praktikum Kimia di Sekolah
dan Alternatif Solusinya”.
B. Rumusan masalah
a) Bagaimanakah peran praktikum dalam pembelajaran kimia?
b) Bagaimanakah problematika praktikum kimia di sekolah?
c) Bagaimanakah alternatif solusi dari problematika yang dihadapi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Praktikum Kimia di Sekolah
Ilmu kimia dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan yang berupa
eksperimental atau percobaan (Barke, 2012). Hal ini dikarenakan konsep-konsep
kimia dalam bentuk hukum dan teori merupakan kesimpulan dan penjelasan atas
hasil pengamatan atau observasi baik yang terjadi di alam maupun di laboratorium
(Ibnu, 2005). Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu kimia berkaitan dengan
pembelajaran praktikum untuk membantu menjelaskan, membuktikan dan
menganalisis konsep-konsep dalam kimia. Dalam pembelajaran praktikum, terjadi
proses keterkaitan antara teori dan fakta. Hal ini merupakan salah satu fungsi dari
pembelajaran praktikum. Menurut Barke (2012) pembelajaran praktikum
memiliki beberapa fungsi lain, yaitu:
a. Sebagai proses konstruksi pengetahuan dan percobaan
b. Sebagai sarana pengumpulan data
c. Sintesis senyawa baru
d. Meningkatkan ketrampilan bereksperimen
e. Mengetahui keamanan dan cara pembuangan bahan di laboratorium.
Sedangkan Shulman dan Tamir (1973) mengatakan ada lima jenis tujuan
yang dapat dicapai melalui penggunaan praktikum di kelas sains:
1. Skills : misalnya penyelidikan, investigasi, organisasi, komunikatif
2. Concepts : misalnya, merumuskan hipotesis, hukum dasar,
3. Cognitive abilities : berupa berpikir kritis, pemecahan masalah, aplikasi,
analisis, sintesis
4. Understanding of the nature of science : misalnya bagaimana ilmuwan bekerja,
keberadaan metode ilmiah, keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan teknologi
pada berbagai disiplin ilmu
5. Attitude : misalnya, rasa ingin tahu, minat, pengambilan risiko, obyektivitas,
presisi, kepercayaan diri, ketekunan, kepuasan, tanggung jawab, konsensus,
kerjasama, dan menyukai ilmu pengetahuan
Pembelajaran praktikum tidak lepas dari penggunaan metode ilmiah
dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan metode ilmiah difungsikan sebagai
pendekatan terorganisir untuk memecahkan masalah ilmiah. Menurut Denniston
dalam Ibnu (2005) karakteristik proses metode ilmiah adalah: 1. Mengamati; 2.
Merumuskan masalah; 3. Mengenali pola; 4. Mengembangkan teori; 5.
Melakukan eksperimen; 6. Menarik kesimpulan.
Adanya langkah melakukan eksperimen menunjukkan bahwa kebenaran
ilmiah dari suatu teori dapat dilakukan dengan pembelajaran praktikum. Hal ini
menjadikan pembelajaran praktikum merupakan salah satu elemen dasar dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan khususnya materi kimia. Sehingga bisa dikatakan
bahwa fungsi pembelajaran praktikum menekankan kepada ketrampilan kerja dan
proses siswa untuk memahami konsep kimia.
Tujuan dari pembelajaran praktikum selain sebagai sarana meningkatkan
ketrampilan proses juga sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dimaksud adalah adanya transfer pengetahuan untuk mendapatkan pemahaman
melalui urutan-urutan pembelajaran dan membuktikan hipotesis. Menurut Burke
(2012), dalam proses pembelajaran praktikum memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memotivasi belajar
2. Menstimulasi rasa ingin tahu
3. Menguji hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Mendemonstrasikan konsep suatu teori
6. Mensimulasikan suatu proses (dalam dunia industri)
7. Memahami sejarah suatu percobaan
8. Mengulang dan memperdalam pengetahuan
9. Mengontrol proses belajar
10. Mempraktekan ketrampilan bereksperimen
Dengan adanya fungsi dan tujuan pembelajaran praktikum maka dapat
disimpulkan peran dari pembelajaran praktikum. Pembelajaran praktikum adalah
sarana bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui metode ilmiah dan
mengembangkan ketrampilan proses (hands on activity).
Dalam pelaksanaan pembelajaran praktikum ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pengajar agar pembelajaran berlangsung baik. Menurut
Lechtanski dalam Ibnu (2005) ada 5 hal yang harus diperhatikan oleh pengajar,
yaitu:
1. Memilih topik percobaan yang terkait dengan konsep-konsep sederhana.
2. Memilih percobaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan
sederhana yang telah dikenali siswa.
3. Memilih kegiatan percobaan yang menghasilkan data pengamatan dengan
korelasi antar variabel percobaan yang jelas.
4. Memilih kegiatan percobaan dengan langkah prosedur yang sederhana.
5. Memilih kegiatan percobaan yang memberi peluang siswa untuk berfikir
tentang data yang dapat dikumpulkan.
Dari penjabaran diatas bisa dikatakan bahwa tidak semua materi harus
disertai dengan pembelajaran praktikum. Hal ini dikarenakan beberapa materi
dalam kimia bersifat abstrak dan untuk tingkat sekolah menengah fasilitas yang
ada belum memadai. Selain itu, bila percobaan yang akan dilakukan berbahaya
bagi keselamatan siswa maka sebaiknya pengajar menggantinya dengan virtual
lab. Materi kimia yang mungkin bisa dilakukan dengan kegiatan praktikum
adalah: larutan elektrolit, kimia larutan, elektrokimia, laju reaksi, kesetimbangan
reaksi, koloid, dan titrasi.
B. Permasalahan Dalam Pembelajaran Praktikum
Permasalahan mengenai pembelajaran laboratorium diperoleh dari hasil
wawancara dengan narasumber. Wawancara dilakukan kepada Ibu Ashfi Hasanah
selaku Guru Bidang Studi Kimia di SMAN 1 Sumenep. Wawancara terhadap
narasumber dilakukan pada tanggal 4 November 2013. Berikut ini pemaparan
hasil wawancara dengan narasumber.
1. Bagaimana kondisi laboratorium sekolah?
Jawab : secara umum kondisi laboratorium kimia di SMAN 1 Sumenep cukup
memadai dalam memfasilitasi pembelajaran kimia yang membutuhkan
praktikum.
2. Apakah guru yang bersangkutan kompeten mengelola laboratorium?
Jawab : sebelum praktikum dilakukan guru menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam praktikum. Tenaga laboran hanya membantu
menunjukkan tempat alat dan bahan. Laboran kimia juga bukan berasal
dari bidang ilmu yang linier. Laboran kimia SMAN 1 Sumenep berlatar
pendidikan biologi.
3. Bagaimana sikap murid saat praktikum berlangsung?
Jawab : Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak semua siswa turut terlibat
aktif dalam pelaksanaan praktikum,baik yang dilakukan didalam kelas
maupun dalam laboratorium. Guru mensiasatinya dengan sebisa
mungkin menyiapkan satu alat percobaan untuk masing-masing siswa,
walaupun dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan dengan
mudah diperoleh dari lingkungan sekitas. Hal ini juga menjadi
pembelajaran bagi siswa bahwa praktikum tidak harus dengan alat-alat
seperti yang terdapat dalam laboratorium. Praktikum juga tidak
selamanya harus menggunakan laboratorium, praktikum bisa dilakukan
dikelas. Misalnya untuk praktikum titrasi asam basa, guru tidak
menggunakan buret, tetapi menggunakan pipet tetes, dan indikator yang
digunakan adalah indikator alam yang disiapkan siswa dari rumah,
wadah yang digunakan juga adalah wadah plastik bekas minuman.
Sebisa mungkin guru membuat praktikum lebih dekat dengan siswa dan
lebih ramah lingkungan.
4. Apakah pihak sekolah memberi perhatian pada pembelajaran laboratorium?
Jawab : pihak sekolah sangat memperhatikan pembelajaran praktikum.
Penyediaan alat dan bahan kimia yang sudah habis akan langsung
dilaporkan ke kepala sekolah dan akan segera ditindaklanjuti.
5. Bagaimana LKS atau buku pegangan yang digunakan?
Jawab : tidak ada buku pegangan khusus yang dirancang guru untuk
melakukan praktikum. Guru mengacu pada buku paket kimia SMA dan
memberikan penjelasan langsung didepan kelas dan menuliskan
dipapan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam
praktikum. Guru biasanya juga menampilkan multimedia/virtual lab
sebelum melaksanakan percobaan sesungguhnya dengan tujuan untuk
melatih keterampilan proses siswa. Sebenarnya sangat diperlukan buku
pegangan khusus untuk praktikum bagi siswa, yang bisa saja diperoleh
dari hasil musyawarah formal guru bidang studi atau forum MGMP
sekolah untuk menyusun buku petunjuk praktikum yang memanfaatkan
bahan disekitar lingkungan siswa, menggunakan barang bekas yang
lebih ramah lingkungan. Namun hal ini tidak terlaksana, karena
komunikasi antar guru mata pelajaran hanya sekedar sharing kesulitan
ketika mengajar dikelas tentang materi tertentu.
6. Bagaimana penilaian yang digunakan dalam pembelajaran praktikum?
Jawab : tidak ada lembar penilaian khusus yang disiapkan oleh guru untuk
menilai kinerja siswa satu persatu. Hal itu memang terasa sulit karena
guru harus berhadapan dengan 36 siswa dalam satu kelas. Penilaian
tersebut hanya biasa dilakukan saat ada keperluan pengamilan data
untuk penelitian. Hal tersebut juga mungkin dilakukan jika ada team
teaching. Penilaian cukup dilakukan guru dengan berkeliling dari satu
kelompok ke kelompok yang lain dan memberikan penjelasan serta
arahan jika ada yang melakukan kesalahan. Penilaian akhir dilakukan
dengan penyusunan laporan praktikum, yang dinilai guru telah cukup
mengajarkan pada siswa berfikir dan bekerja ilmiah.
Berdasarkah hasil wawancara diatas, maka dapat dikatakan bahwa ada
beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran laboratorium, yaitu:
1. Permasalahan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana
Permasalahan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana dapat diatasi
dan disiasati oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru ingin mengajarkan bahwa
praktikum itu tidak hanya bisa dilakukan di laboratorium namun praktikum bisa
menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan siswa dan dengan alat yang
sederhana. Namun demikian bisa jadi masih banyak sekolah yang mengalami
kendala dari segi sarana dan prasarana.
2. Permasalahan yang berkaitan dengan waktu
Kegiatan praktikum memang memerlukan waktu yang relatif panjang.
Sehingga tidak semua materi kimia yang memerlukan praktikum dapat terlaksana.
3. Permasalahan yang berkaitan dengan tenaga kependidikan
Berkaitan dengan tenaga kependidikan, tidak semua sekolah memiliki
tenaga kependidikan yang memenuhi standar yang dicetuskan oleh BSNP. Pada
standar tenaga pendidik dan kependidikan dijelaskan bahwa setiap sekolah yang
terakreditasi A atau B harus memiliki tenaga laboran di tiap laboratorium. Namun,
masih banyak sekolah yang tidak memiliki tenaga laboran yang cukup. Sehingga
guru harus berperan ganda, yaitu menjadi pengajar sekaligus laborannya. Keadaan
ini menjadikan guru merasa berat untuk melakukan kegiatan praktikum, terlebih
jika kelas yang diampunya cukup banyak. Misalnya pada kasus SMAN 1
Sumenep, walaupun masing-masing laboratorium memiliki satu laboran, untuk
laboran kimia, latar belakang pendidikannya adalah biologi, sehingga tidak bisa
banyak membantu guru menyiapkan praktikum.
4. Permasalahan yang berkaitan dengan siswa
Dalam praktikum, siswa cenderung hanya mengambil, mengukur, dan
mencampurkan bahan sesuai petunjuk guru, namun tidak mengerti apa tujuannya.
Sehingga konsep yang seharusnya dipahami oleh siswa, tidak dapat diperoleh oleh
siswa dengan baik. Bahkan tidak semua siswa aktif dalam pelaksanaan praktikum.
5. Permasalahan berkaitan dengan buku pegangan dan sistem penilaian
Tidak adanya buku petunjuk khusus praktikum dan perangkat
penilaianya juga menjadi masalah tersendiri dalam pembelajaran praktikum
disekolah. Perangkat pembelajatan praktikum seperti hand out, lembar penilaian
kinerja, dan penilaian pelaporan hanya ada jika pengambilan data untuk
penelitian. Hal ini memberikan kesan bahwa siswa adalah objek percobaan dan
kelas adalah tempatnya. Setelah data diperoleh, maka pembelajaran akan kembali
seperti semula, serba apa adanya, tanpa perangkat pembelajaran dan penilaian
yang memadai.
C. Solusi yang disarankan
Adanya kesenjangan antara teori dan fakta yang ada menimbulkan
permasalahan dalam pembelajaran laboratorium seperti yang telah disebutkan.
Maka diperlukan adanya solusi untuk mengurangi dan menyelesaikan
permasalahan tersebut.
1. Peningkatan kompetensi guru.
Kurang lengkapnya sarana dan prasarana dapat diatasi jika guru mampu
mendesain pembelajaran praktikum sederhana dengan memanfaatkan bahan dan
alat dilingkungan sekitar. Namun tidak sedikit guru yang keberatan melakukan
praktikum dengan alasan tidak adanya sarana dan prasarana atau alat dan
bahannya tidak ada di laboratorium.
Sebagai contoh, kalorimeter sederhana dapat dibuat dengan
memanfaatkan limbah stereoform. Indikator asam-basa dapat dibuat dengan
menggunakan indikator alami yang berasal dari dedauan berwarna. Hal ini
memerlukan kemampuan guru untuk memanfaatkan potensi lingkungan dan
meningkatkan pengetahuannya. Sehingga kendala sarana dan prasarana dapat
diminimalisasi dan kegiatan praktikum juga dapat terlaksana.
2. Memetakan konsep materi yang akan di ajarkan
Kendala waktu dan kurangnya tenaga laboran menjadi alasan untuk
melakukan pembelajaran kimia dengan metode praktikum. Untuk mengatasi
masalah ini kuncinya adalah guru harus memetakan konsep-konsep mana yang
perlu untuk dilakukan praktikum. Dapat disimpulkan bahwa guru harus
mendesain silabus yang sesuai dengan keadaan sekolah. Maka hal ini memerlukan
pula dukungan dari pihak sekolah maupun dari tim guru untuk merancang silabus
yang sesuai dengan keadaan sekolah dan kompetensi yang dimiliki siswa.
3. Menggunakan petunjuk praktikum yang terencana
Sekolah memang diharuskan memiliki struktur tenaga laboratorium yang
lengkap dengan kualifikasi pendidikan yang sesuai. Namun, bila hal itu tidak bisa
dilakukan maka guru harus berperan ganda. Tetapi, hal itu dapat diminimalisasi
dengan penggunaan petunjuk praktikum. Guru mata pelajaran kimia dapat
mengadakan forum untuk membuat perangkat pembalajaran praktikum untuk tiap
konsep kimia. Perangkat praktikum ini dapat digunakan lagi di tahun berikutnya
sehingga guru tinggal menyiapkan beberapa bahan yang dirasa masih kurang atau
menyasuaikan dengan kebutuhan siswa ditahu berikutnya. Dengan demikian
kinerja guru yang sekaligus laboran itu dapat lebih teringankan.
4. Mendesain praktikum yang bermakna bagi siswa
Masalah yang berkaitan dengan siswa, seringkali tidak disadari oleh
guru. Fakta ini disebabkan karena siswa dalam berpraktikum hanya cenderung
melakukan petunjuk praktikum tanpa mengetahui konsep dengan benar. Untuk
mengatasi masalah ini guru diharapkan mendesain kegiatan praktikum yang
bermakna. Maksud dari bermakna adalah pengajar memberikan praktikum
berdasarkan fenomena sehari-hari yang dihadapi oleh siswa, sehingga siswa
tertarik untuk mempelajarinya. Selain itu, sebelum praktikum dimulai, pengajar
menyampaikan topik dan prinsip yang akan dipelajari pada praktikum. Sedangkan
selama praktikum berlangsung sebaiknya pengajar memantau kinerja siswa dalam
menggunakan alat bahan. Saat selesai praktikum ada baiknya bila diberikan
kegiatan diskusi untuk mengkomunikasikan data hasil praktikum yang telah
didapatkan siswa. Sehingga siswa mampu menganalisis tiap langkah kegiatan
praktikum dan mendapatkan konsep yang benar.
5. Menggunakan pembelajaran berbasis Lesson Study
Kegiatan praktikum yang bermakna juga dipengaruhi oleh perangkat
penilaian kinerja praktikum. Pengajar bisa memantau dan menilai apakah siswa
sudah mencapai indikator belajar yang telah ditetapkan. Penggunaan perangkat
penilaian kinerja juga akan menghindari siswa memanipulasi data praktikum.
Untuk membantu pengajar dalam menilai siswa ada baiknya bila pembelajaran
praktikum dilaksanakan dengan Lesson Study. Sehingga semua kemampuan siswa
dapat teramati dan ternilai oleh pengajar.
BAB III
KESIMPULAN
1. Peran pembelajaran praktikum adalah sarana bagi siswa untuk memperoleh
pengetahuan melalui metode ilmiah dan mengembangkan ketrampilan proses
(hands on activity).
2. Permasalahan dalam pembelajaran praktikum meliputi:
a. Permasalahan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana
b. Permasalahan yang berhubungan dengan waktu
c. Permasalahan yang berhubungan dengan tenaga kependidikan
d. Permasalahan yang berhubungan dengan siswa
e. Permasalahan yang berhubungan dengan buku pegangan dan penilaian
3. Solusi untuk permasalahan pembelajaran praktikum adalah:
a. Peningkatan kompetensi guru
b. Memetakan konsep materi yang akan di ajarkan
c. Menggunakan petunjuk praktikum yang terencana
d. Mendesain praktikum yang bermakna bagi siswa
e. Menggunakan pembelajaran berbasis Lesson Study
DAFTAR PUSTAKA
Barke, H. D., Harsch, G., & Schmid, S. 2012. Essentials of Chemical Education. London: Springer.
Ibnu, M. S. 2005. Inkuiri dalam Pembelajaran Praktikum Kimia. Dalam Dasna, I. W & Sutrisno (Eds.), Model-Model Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Pengajaran Sains/Kimia (hlm.131-135). Malang: FMIPA.
Mustaji. 2009. Laboratorium: Perspektif Teknologi Pembelajaran. Makalah disajikan pada Workshop Penyusunan Panduan Penggunaan Laboratorium Di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Rabu, 23 Desember 2009. Dalam UNESA database, (Online), (http://pasca.tp.ac.id/site/laboratorium-perspektif-teknologi-pembelajaran), diakses 30 Oktober 2013.
Shulman, L. S., & Tamir, P. 1973. Research On Teaching In The Natural Sciences. Dalam Travers (Ed.), Second Handbook Of Research On Teaching (hlm.1119). U.S: Rand McNally & Co. (Online), (http://www.queensu.ca/ctl/resources/topicspecific/labbased.html), diakses pada 1 November 2013.
Walker, Joi Phelps & Sampson, Victor. (2013). Learning to Argue and Arguing to Learn: Argument-Driven Inquiry as a Way to Help Undergraduate Chemistry Students Learn How to Construct Arguments and Engage in Argumentation During a Laboratory Course. Journal of Research and Science Teaching, 50(5), 561-596.