Makalah Print

102
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU TM I DENGAN KOMPLIKASI HIPEREMESISI KET MOLA ABORTUS ANEMIA Disusun Oleh: Wilda Nur Faiqoh (1102300049) Vica Musfiroh (1102300051) Nur Ayu Ine Lestari(1102300052) Amalia Karunia D. (1102300053) Eka Maya (1102300083) Ria Defita S.(1102300093) Novia Himatur (1102300094) Esti Alfianingtyas (1102300095) Anggita Mayanksari(1102300096) Dwipa Tirsa P.(1102300097) Dyah Rahmi (1102300102) Neneng S. (1102300103) Chrisnani (1102300104) Oktaviani Pertiwi (1102300105) POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN JEMBER 2012-2013 1

Transcript of Makalah Print

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU TM IDENGAN KOMPLIKASI

1

22

HIPEREMESISIKETMOLAABORTUSANEMIA

Disusun Oleh:

Wilda Nur Faiqoh (1102300049)Vica Musfiroh (1102300051)Nur Ayu Ine Lestari(1102300052)Amalia Karunia D. (1102300053)Eka Maya (1102300083)Ria Defita S.(1102300093)Novia Himatur (1102300094)Esti Alfianingtyas (1102300095)Anggita Mayanksari(1102300096)Dwipa Tirsa P.(1102300097)Dyah Rahmi (1102300102)Neneng S. (1102300103)Chrisnani (1102300104)Oktaviani Pertiwi (1102300105)

POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN JEMBER2012-2013

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMual (nausea) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan Trisemester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala ini terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung 10 minggu. Kalau ibu mual dan muntah segala apa yang ia makan dan minum hingga berat badannya turun, turgor kulit kurang, timbul acetone disebut dengan hyperemesis gravidarum.Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual disebabkan karena peningkatan hormon estrogen dan HCG. Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas. Mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang kurang. Hal ini merupakan permasalahan utama yang dialami wanita, sehingga ibu hamil enggan melaksanakan aktifitas sehari-hari, juga enggan lagi kembali menghadapi kehamilan trisemester I.1.2 Rumusan Masalah1.apakah yang dimaksud dengan hiperemesis?2.apa penyebab dari hiperemesis?3.apa tanda dan gejala hiperemesis?4.bagaimana penatalaksaan dari hiperemesis?

1.3 Tujuan1. Mengetahui arti dari hiperemesis2. Mengetahui penyebab dari hiperemesis3. Mengetahui tanda dan gejala hiperemesis4. Mengetahui penatalaksanaan dari hiperemesis

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertiana. Kehamilan adalah dimulai dengan konsepsi sampai lahirnya janin lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terkahir..b. Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan spermatozoa dan berakhir dengan permulaan persalinan.c. Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yangberlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaansehari-hari. karena keadaan umumnya menjadi buruk dan terjadidehidrasi..d. Hyperemesis gravidaaim adalah gejala mual dan muntah yangberat yang terjadi pada ibu hamil hingga mengganggu pekerjaansehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk..e. Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorangibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hinggaberat badannya turun, turgor kulit kurang, diurese kurang dantimbul aseton dalam air kencing.2.2 EtiologiPada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian-bagian villus ke dalam peredaran darah ibu, perubahan endokrin misalnya hypofungsi cortex gl suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung.Beberapa factor predisposisi yang dikemukakan yaitu :a. Pada primigaravida, mola hidratidosa dan kehamilan ganda.Karena sebagian kecil primigravida dan koreonik gonadotropin,sedangkan pada mola hidratidosa disebabkan jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan hyperemesis gravidarumb. Faktor organik yaitu alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.c. Faktor psikologik memegang peranan penting dalam penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan. Takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Hubungan psikologis dengan hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak jarang, dengan memberikan suasana baru sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.Pada wanita hamil perasaan mual dan muntah saat trimester 1 diakibatkan karena peningkatan estrogen. Pengaruh psikologis kemungkinan berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Selain adaptasi hormonal dan sistem saraf pusat, faktor psikologis merupakan faktor utama. Kebanyakan wanita hamil dapat beradaptasi terhadap mual dan muntahnya hingga berbulan-bulan.Dengan frekuensi mual dan muntah yang sering dapat menyebabkan dehidrasi serta tidak imbangnya elektrolit, pada kejadian ini cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran beralih pada cadangan lemak dan protein karena kurang sempurnanya pembakaran lemak, maka terjadilah badan keton dalarn darah yang dapat menanibah beratnya gejala klinik.Dengan muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan cairan tubuh makin kurang serta elektrolit natrium, kalium. kalsium, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi Ot dan makanan ke jaringan berkurang. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan menimbun zat toksik. Mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada esophagus dan lambungtiologi.2.3 Tanda dan GejalaPada gejala hyperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat :1. Hyperemesis gravidarum tingkat pertama (ringan)a. Muntah berlangsung terusb. Nafsu makan berkurangc. Berat badan menurund. Nyeri epigastriume. Turgor kulit berkurangf. Tekanan darah turun dan nadi 100 x / menitg. Mata tampak cekungh. Lidah kering2. Hyperemesis gravidarum tingkat dua (sedang)a. Penderita tampak lebih lemah serta mulai tampak gejalagangguan kesadaran (Apatis)b. Gejala dehidrasi, mata tampak cekung, turgor kulit makinkurang, lidah kering dan kotor.c. Berat badan makin menurund. Mata icterike. Timbul hipotensif. Suhu kadang naikg. Nadi kecil dan cepath. Hemokonsentrasi dan oliguriai. Nafas berbau aseton3. Hyperemesis gravidarum tingkat tiga (berat)a. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai komab. Muntah berhentic. Nadi kecil dan cepatd. Suhu meningkat dan tekanan darah makin menurune. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi uterus2.4 Penatalaksanaan1. Diagnosaa. Diagnosa hyperemesis gravidarum biasanya tidak sukar,harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.kemungkinan lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dankonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, tukak lambung, pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil disertai penyakit.b. Muntah terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu. Hyperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.2. Tindakana. PencegahanPrinsip pencegahan adalah tnengobati emesis agar tidak terjadi hyperemesis, yaitu :- Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.- Menganjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.- Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.- Makanan dan minuman yang disajikan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin- Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi karena akan merasa mual dan muntah.- Defekasi teratur hendaknya dijamin menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.b. Pengobatan- Penggunaan sedativa ringan- Luminal (30 gram)- Vitamin : Bl dan B6, B Compleks, Vitamin C.- Obat anti mual dan muntah : Mediameter B6. emetrade. stimetil, avopres.- Anti alergi : Anti histamine, dramamin, avomin.Penanganan pada hyperemesis gravidarum lebih berat (tingkat II dan III). Pada kasus ini diperlukan kolaborasi dengan dokter obgyn dan dirawat di Rumah Sakit :a. Pada 24 jam pertama tidak diberikan makanan dan minuman peroral.b. Diberikan infus berupa glukosa 10% dan larutan garam fisiologis : 2-3 liter dalam 24 jam, terus ditambah sampai urine bereproduksi dalam batas normal.c. Ditambah vitamin dan elektrolit dalam cairan.d. Pasien ditempatkan tersendiri dalam kamar yang tenang dan bebas dan bau-bauan.e. Jika pasien tidak muntah dan keadaan umumnya baik. maka dicoba untuk diberikan makanan kering atau biskuit sedikit demi sedikit tiap 2 hingga 3 jam dan minuman tiap 2 jam tetapi sekali minum tidak boleh >100 cc.f. Bila pemberian makanan dan minuman sudah dapat dilakukan, maka pemberian cairan dihentikan.g. Pemberian suntikan obat penenang :- Luminal lOO mg lM/IV- Valium lOmglM/IV Peroral :- Luminal 3x30 mg / hr- Valium 3 x 2.5 mg / hr

ASKEB TEORIPada Ibu GIP00000 hamil 12minggu dengan hiperemesis tingkat II.DATA SUBJEKTIF1) IdentitasNama : Untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang lainnyaPendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang kesehatanPekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi. pengaruh terhadap hyperemesis gravidarum dapat dilihat dari pekerjaan ibu, berat atau tidak.Alamat : Untuk mengetahui dimana ibu tinggal dan untuk memudahkan menghubungi keluarga ibu.2) Keluhan utamaKeluhan pertama yang dirasakan ibu datang ke tenaga kesehatan. Untuk mengetahui apakah klien mempunyai resiko tinggi yang dapat mempengaruhi kehamilan pada kasus hyperemesis gravidarum keluhan yang dirasakan mual dan muntah sampai tidak ada makanan yang masuk.3) Riwayat kesehatan sekarangUntuk mengetahui apakah klien sedang menderita penyakit kronis seperti : jantung, hati, ginjal, paru-paru yang dapat menyebabkan timbulnya hyperemesis gravidarum.4) Riwayat kesehatan dahuluUntuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit kronis seperti : jantung, hati, ginjal, paru-paru yang dapat menyebabkan timbulnya hyperemesis gravidarum.5) Latar belakang sosial budayaAda atau tidak kebiasaan atau pantangan dalam keluarga maupun lingkungan yang mempengaruhi hiperemesis. Kehamilan ini diharapkan atau tidak Perkawinan.Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan untuk mengetahui apakah ada pantangan di keluarga klien, untuk ibu biasanya berhubungan dengan makanan, jamu-jamu, obat-obatan dan kebiasaan ibu hamil di suatu daerah.

II.DATA OBJEKTIFA.Pemeriksaan Umum1) Keadaan umum:untuk mengetahui keadaan umum ibu. Keadaan umum ibu, dengan hyperemesis gravidarum pucat dan lemah, composmentis, status emosional ibu cemas 2) TTVTD:Normalnya 110/70 - 130/80 mmHg pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya 90/70 mmHg sampai dengan 100/80 mmHgNadI:Normalnya 80-100 x / menit. Pada kasus hyperemesis gravidarum tingkat I dan 111 nadi biasanya naik > 100 x / menit. Pada kasus hyperemesis gravidarum tingkat II nadi biasanya turun < 80 x / menit.Pernapasan :Normalnya 18-24 x/menitSuhU :Normalnya 36.5-37.2 0C Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya mengalami kenaikan suhu > 37.2C.3) Berat badan: Kenaikan berat badan normal pada trimester I 1 - 2 kg. Pada kasus hyperemesis gravidarum kemungkinan kenaikan berat badan 23.5 cm. Pada kasus hyperemesis gravidarum tidak menutupi kemungkinan lila < 23.5 cm.B.Pemeriksaan Fisik Muka :Dilihat ada oedema/tidak. Dilihat ada cloasma gravidarum/tidak Mata :Dilihat conjungtiva merah/pucat.Pada kasus hyperemesis gravidarum.konjungtiva tampak pucat.Dilihat sklera icterik/an icteric. Mulut : Dilihat bibir kering/tidak pada kasus hyperemesis gravidarum bibir tampak kering dan pecah-pecah.Dilihat lidah bersih/tidak pada kasus hyperemesis gravidarum. lidah tampak kotor dan kering. Abdomen Palpasi 1. Leopold 1 : Untuk menentukan tinggi fundus uteriC. Pemeriksaan laboratorium- Haemoglobin : Normalnya 11 gr%Pada hyperemesis gravidarum tidak menutup kemungkinan lib ibu hamil kurang dari 11 gr% dikarenakan kurangnya asupan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya anemia.III.ANALISA DATATanggal dan jam : Untuk memudahkan pengetahuan waktu dan kapan dilakukan pemeriksaan.Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.Diagnosa : G..P..A..gravida.minggu TFU keadaan umum ibu lemah dengan hyperemesis gravidarum.Masalah : Ibu mengeluh mual, muntah, lemas dan pusingKebutuhan : Konseling lebih lanjutIV. PENATALAKSANAANPada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh sesuai rencana asuhan. Merencanakan asuhan sesuai dengan penatalaksanaan kasus hyperemesis gravidarum tingkat I dan melaksanakan asuhan pada kasus hyperemesis gravidarum tingkat I yang telah direncanakan sebelumnya.1)Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein dan karbohidrat kompleks.Keduanya akan mengurangi rasa mual .2)Menganjurkan ibu untuk minum yang banyak terutama bila ibu kehilangan cairan karena muntah.Apabila ibu merasa minuman membuat ibu lebih mual,makanlah makanan yang tinggi kadar cairannya seperti buah dan sayuran segar3)Menganjurkan ibu untuk makan porsi kecil tapi sering,bahkan setiap 2 jam4)Menghindari makanan yang berminyak dan berbumbu5)Memberitahu ibu untuk bangun dari tidur secara perlahan dan hindari melakukan gerakan secara tiba-tiba6)Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tambahan vitamin misalnya B6 dengan dosis 50miligram pada saat yang paling tidak mungkin ibu muntahkan kembal

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamalan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dapat di hadapi oleh setiap Bidan, karna sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.

B.Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud dengan Kehamilan Ektopik Terganggu?b. Apa penyebab terjadinya Kehamilan Ektopik Terganggu?c. Bagaimana mekanisme terjadinya Kehamilan Ektopik Terganggu?d. Apa saja tanda gejala dan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu?e. Bagaimana penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu?C. Tujuan a. Mengetahui tentang Kehamilan Ektopik Terganggu beserta penyebab dan mekanismenya.b. Untuk menentukan Asuhan kebidanan yang tepat dalam menangani Kehamilan Ektopik Terganggu.D.Manfaata. Agar mahasiswa dapat melakukan asuhan yang tepat dalam menangani Kehamilan Ektopik Terganggu.b. Sebagai tambahan teori mengenai Kehamilan Ektopik Terganggu

BAB IIPEMBAHASAN

A. PengertianKehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik.Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung

B. Penyebab Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba.Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan dan Ilmu Kandungan adalah

Di antara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba:a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang. Terbentuk trofoblast sebelum telur ada di cavum uteri.b. Pada hipoplasia lumen, tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempitd. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.e. Infeksi alat genitalia intern khususnya tuba fallopi (infeksi STD, infeksi asenden akibat IUD, chlamydia trachomatis menyebabkan penyempitan tubaf. Desakan luar tuba (kista ovarium, mioma, endometriosis yang menimbulkan perlekatan dengan sekitarnya sehingga terjadi penyempitan lumen)g. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.h. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh. i. Abortus buatan.

Kehamilan Ektopik Terganggu dapat terjadi di beberapa tempat, antara lain :a. Tuba fallopi (ampulla tuba, isthmus tuba, interstisial tuba)b. Kehamilan ektopik servikalc. Kehamilan ovariald. Kehamilan abdominale. Kehamilan interstisial Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan

C. PatologiProses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di reasorbsi.Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.Kemungkinan yang dapat terjadi antara lain :1. Hasil konsepsi mati dini dan direasorbsi Ovum mati dan kemudian direasorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.

2. Abortus ke dalam lumen tubaTrofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglas dan menyebabkan hematokele retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

Berdasarkan tempat implantasinya dapat terjadi beberapa kemugkinan sbb :TEMPATIMPLANTASIPATOFISIOLOGIHASIL KONSEPSI

Interstisial tuba Letak intramural Vaskularisasi dapat mendukung tumbuh kembang janin (aterm) Ada kemungkinan ekspulsi ke cavum uteri sehingga aterm di uterus Bisa terjadi ruptur,perdarahan banyak, syokk irreversibel, kematian tertinggi

Isthmus tuba Lumennya kecil mudah terjadi destruksi endosalping sejak UK 6 hari Daya tampung lumen kecil,bisa ruptur, perdarahan intraabdominal Kehamilan ektopik rekuren Paling sering ruptur sebabkan perdarahan intraabdominal

Ampulla tuba. Spermatozoa dan ovum paling lama tinggal di ampula tuba karena lumen paling besar2. Kesempatan konsepsi paling besar terjadi di ampula tuba yang terletak 1/3 bag distal tuba fallopi3. Implantasi hasil konsepsi bisa mengalami : Gangguan implantasi (absorbsi) Abortus tuba,perdarahan intraabdominal, hematokel) Ruptur ligamentum latum Perdarahan

Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan

D. Gambaran klinik.Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan

Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.HAMIL EKTOPIK INTAKHAMIL EKTOPIK RUPTUR

1. Amenore2. Rasa tidak nyaman di abdomen bawah3. Mungkin terdapat perdarahan ringan ( pada px vaginal terdapat nyeri gerak serviks adneksa tegang atau teraba masa, teraba nyeri pada palpasi)4. Tanda perdarahan intra abdominal negative5. Kesimpulan diagnosis sulit ( konfirmasi dengan laparoskopi )6. Terapi ( laparoskopi untuk mengangkat hasil konsepsi, kemoterapi agar hasil konsepsi mati dan di absorbs) 1. Terdapat trias rupture KET (amenore, nyeri abdomen mendadak, terdapat perdarahan )2. Perdarahan pervaginam3. Tanda perdarahan intra abdominal positif ( tanda cairan intra abdominal, peritonitis)4. Pemeriksaan dalam ( nyeri goyang serviks, cavum doglas menonjol dan nyeri )5. Fungsi cavum doglas terdapat darah6. Terapi ( laparoskopi untuk hentikan sumber perdarahan, cegah syok hipovolumik)

E. DiagnosisKesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kandungan

Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:a. Tes kehamilan : Apa bila tes nya positip, itu dapat membantu diagnosis.b. Pemeriksaan umum : Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Pada jenis perdarahan tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.c. Anamnesis : Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.d. Pemeriksaan ginekologi : Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.e. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut.f. Pemeriksaan kuldosentesis : Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.g. Pemeriksaan ultra sonografi : Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung janin.h. Pemeriksaan laparoskopi : Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik.Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

F. GejalaHal yang khas dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat haidnya, tiba-tiba nyeri perut kadang-kadang jelas lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pusing dan kadang-kadang pingsan sering keluar darah pervaginam. Gejala-Gejala Yang Terpenting:a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang istirahat.b. Adanya amenorea: amenorea biasanya muncul beberapa waktu sebelum terjadi perdarahan.c. Perdarahan: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.d. Shock karena hypovolemia.e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut. (Menurut buku obstetri patologi universitas padjajaran )

G. Diagnosis Bandinga. Abortus imminensb. Penyakit radang panggul (akut / kronik)c. Kista ovaryMenurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.

H. Penatalaksanaan Atau Penanganana. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.e. Tindakan dapat berupa :1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi.2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:1) Ketoprofen 100 mg supositoria.2) Tramadol 200 mg IV.3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.i. Konseling pasca tindakan 1) Kulanjutan fungsi reproduksi.2) Resiko hamil ektopik ulangan.3) Kontrasepsi yang sesuai.4) Asuhan mandiri selama dirumah.5) Jadwal kunjungan ulang.Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

I. Komplikasi Potensial Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.

J. PrognosisKematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus, dan Willson dkk. (1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka kematian 2 dari 120 kasus, Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan ektopik.Menurut Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan

ASUHAN KEBIDANANIbu G .Phamil-minggu dengan Kehamilan EktopikTempatWaktuPengkaji

I. DATA SUBJEKTIF1. IdentitasNama Ibu: Umur: mengetahui resiko kehamilanAgama:memudahkan KIEAlamat:memudahkan KIE

2. Keluhan UtamaIbu mengeluh nyeri pada pinggang sebelah kiri atau kanan (sesui implantasi) dan mengeluarkan bercak darah (spoting)3. Riwayat Kesehatan SekarangIbu mengalami anemia karena perdarahan yang terjadi dan gelisah karena nyeri yang dirasakan.4. Riwayat kesehatan dahuluIbu yang pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadi KET lagi.5. Riwayat menstruasiHPHT untuk mengeta6. Riwayat ObstetriKehamilanPersalinananaknifas

keukkompjnispnlgtmptkompjkBb/TbT/GH/MUsia laktasilama

II. DATA OBJEKTIF1. Keadaan umum: lemah2. TTV:Td: 90/60 mmHgN : 98 x/menitRr : 30 x/menitS : 36 oC3. Conjungtiva: pucat4. Dada: jantung : 5. Abdomen: palpasi, nyeri abdomen6. Genetalia: perdarahan pervaginam7. Pemeriksaan penunjangUSG

III. ANALISISIbu G .Phamil-minggu dengan Kehamilan EktopikIV. PENATALAKSANAAN1. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan operatif2. Hentikan perdarahan3. Rehidrasi dengan cairan kristaloid NS atau RL4. Pemberian antibiotic kombinasi atau tunggal dengan spectrum luas5. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan : ketoprofen 1000mg suppositoria, tramadol 200mg IV, pethidin 50mg IV6. Konseling pasca tindakan

BAB IPENDAHULUANI. Latar BelakangHamil mola ialah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari fili korialis disertai dengan degenerasi hidrofik, uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. Sampai saat ini penyebab mola tidak diketahui namun faktor-faktor yang dapat menyebabkan mola antara lain faktor umum. Imuno selektif dari trofoblas, keadaan sosio ekonomi rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. Pada kehamilan mola biasanya terdapat gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya, muka dan badan kelihatan pucat, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, kadang terjadi perdarahan sedikit atau banyak. Pada pemeriksaan tidak dijumpai adanya kerangka janin (Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Sarwono Prawirohardjo, 2002). Kehamilan mola 10 x lebih besar terjadi pada wanita usia 45 tahun bila dibanding pada usia reproduksi 20 40 tahun. Kejadian mola di rumah sakit besar di Indonesia kira-kira diantara 80 persalinan (Obstetri Patologi, bagian obsgin. FK. UNPAD, 1984).Kehamilan dengan mola dapat menimbulkan komplikasi antara lain perdarahan syok infeksi sekunder, perforasi dan keganasan (Chorio Carcinoma). Oleh karena itu perlu diwaspadai mengingat kehamilan ibu terbanyak disebabkan perdarahan.Pada kehamilan mola perlu penanganan lebih intensif, harus segera dilakukan evakuasi jaringan pada trimester awal atau maksimal usia gestasi 4 bulan. Setelah itu dilakukan kuretase untuk membersihkan sisa-sisa jaringan pada hari ke 7 10 untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien sehingga komplikasi yang akan timbul bisa dicegah dan diatasi.

II. Tujuan2.1 Tujuan UmumMemberikan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan kebidanan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada klien dengan Mola Hydatidosa Pro Kuretase ke I melalui manajemen asuhan kebidanan secara Varney.2.2 Tujuan KhususSetelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. Y G1P.... dengan Mola Hydatidosa, diharapkan mahasiswa mampu : Melakukan pengkajian data Mengidentifikasi diagnosa, masalah kebutuhan Mengantisipasi masalah potensial Mengidentifikasi tindakan segera Mengembangkan rencana asuhan Merencanakan asuhan yang telah disusun Mengadakan evaluasiIII. Rumusan Masalah1.Menjelaskan tentang pengertian Mola Hydatidosa2.Menjelaskan etiologi Mola Hydatidosa3.Menjelaskan faktor penyebab terjadinya Mola Hydatidosa4.Menjelaskan cara penanganan atau penatalaksanaan Mola hydatidosa5.Menjelaskan patofisiologi Mola hydatidosaIV. Manfaat Penulisan1. Bagi PenulisMendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah didapat dalam perkuliahan dengan kasus mola hidatidosa.2. Bagi InstitusiSebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan kebidanan dan perbandingan pada penanganan kasus Mola Hydatidosa 3. Bagi KlienAgar klien dapat memperoleh perawatan dan penanganan kasus sesuai dengan Asuhan Kebidanan pada Mola Hydatidosa V. Metode PenulisanMetode penulisan yang kami gunakan dalam makalah yang berjudul Mola Hydatidosa adalah dengan meggunakan metode kepustakaan dan browsing internet.

BAB IITINJAUAN TEORI2.1 Pengertian Mola Hydatidosa Mola Hydatidosa adalah jonjot-jonjot korion (Chorionic Villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neo plasma trofoblas yang jinak-jinak (benigna)(Rustam Mochtar, 1998 : 238). Hamil Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dan vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur (Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 156).2.2 EtiologiPenyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga pencetusnya antara lain kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahimHamil anggur atau Mola hidatidosa dapat terjadi karena: Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke 3 sampai minggu ke 4. Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi sel telur yang telah dibuahi) . Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.

2.3 Diagnosa dan Gejalaa. Anamnesa- Terdapat gejala-gejala yang hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa- Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum- Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak tidak teratur warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak- Pembesaran uterus lebih besar dari usia gestasi- Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa pastib. InspeksiMuka dan badan kadang-kadang kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (Mola Face).c. Palpasi- Uterus lebih besar dari ukuran normal, teraba lembek- Tidak teraba bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin- Adanya fenomena harmonika : darah dan mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah lagid. Auskultasi- Tidak terdengar DJJ- Terdengar bising dan bunyi khase. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologis atau imunologik (gaili manini dan plamotest) akan positif setelah pengenceran.

f. Pemeriksaan dalamPastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.g. Uji sonde : sonde dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola.h. Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 4 bulan).i. Arteriogram khusus pelvis.j. Ultrasonografi : pada usia akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.2.1.4 Diagnosa Banding Kehamilan ganda Hidramnion Abortus2.1.5 Komplikasi Perdarahan hebat sampai syok Perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan anemia Infeksi sekunder Perforasi karena keganasan dan tindakan Menjadi ganas (PTG), mola distruens atau karsinoma

2.1.6 Penanganana. Terapi- Kalau perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan dan pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan sisanya dengan kuretase.- Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil Pasang beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam. Setelah itu pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum uteri dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar ambillah dulu pada bagian tengah Baru bagian-bagian lainnya pada kuretase pertama ini. Keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin tak usah terlalu bersih. Kalau perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal selama 24 jam.- Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi : Porsi 1 yang dikeluarkan dengan cunam ovum. Porsi 2 yang dikeluarkan dengan kuretase- Berikan obat-obatan : antibiotika, uterotonika dan perbaikan umum penderita.- 7 10 hari sesudah kerokan yang pertama dilakukan kerokan kedua, ada beberapa institut yang melakukan histerotomia.- Histerotomia total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola), usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.b. Periksa Ulang (Follow Up)- Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan memakai kontrasepsi pil- Dianjurkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 3 tahun. Setiap minggu pada triwulan pertama Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya- Pada saat periksa ulang penting diperhatikan Gejala klinik : perdarahan, keadaan umum Pemeriksaan dalam dan ispekulo tentang keadaan serviks Reaksi biologis atau imunologis air seni 1 x seminggu sampai hasil negatif 1 x 2 minggu selama trimester selanjutnya 1 x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya 1 x 3 bulan selama tahun berikutnyakalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan dapat timbul setelah 3 tahun, 1 tahun, 24 minggu, 12 minggu maupun 6 minggu.c. Sitostika Profiaksis pada Mola Hydatidosa- Pemberian Methotraxate (MTX), bila Pengamatan lanjutan sukar dilakukan 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan tetap (+) pada high risk mola2.1.7. PatofisiologiMola hidatidosa dapat terbagi menjadi :1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast : Teori missed abortion.Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung Teori neoplasma dari Park.Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembungStudi dari HertigStudi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

2.2 Prosedur Kuretase2.2.1 PengertianSerangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) kedalam kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan tehnik pengerokan secara sistematik.2.2.2 Langkah Klinika. Tindak Medikb. Persiapan sebelum tindakan1. Pasien- Cairan dan slang infus sudah terpasang perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan.- Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitansi kardiopulmoner.- Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.- Medika Menilosa Analgetika (petidin 1 2 mg/BB, ketamin HCL 0,5 mg/BB, tramadol 1 2 mg/kg BB) Atropin Sulfas 0,25 0,50 mg/zi- Larutan antiseptik (poividon lodin 10 %)- O2 dengan regulator- Instrumen Cunam tampon : 1 Cunam peluru / tenakulum : 1 Klem ovum (foester / fensater clamp) lurus dan lengkung : 2 Sendok kuret : 1 set Penera kavum uteri (uteri saound / sandage) : 1 Spekulum sams atau L dan kateter karet : 2 dan 1 Tabung 5 ml dan jarum suntik no. 23. Sekali pukul :2 Dilatator2. Penolong (Operator dan Asisten)- Baju kamar tindakan, apron, masker, kacamata pelindung- Sarung tanagn steril : 4 pasang- Alas kaki- Instrumen Lampu sorot : 1 Mangkok logam : 2 Panampungan darah dan jaringan : 1c. P1 sebelum tindakand. Tindakan1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik. Petidin diberikan jika tersedia alat resistansi dan antidotum.2. Lakukan kateterisasi.3. Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan bukaan serviks, besar, arah dan konsistensi uterus.4. Bersihkan dan lakukan DTT sarung tangan.5. Pakai sarung tangan steril yang baru.6. Dengan satu tangan masukkan spekulum sims L. Secara vertikal kedalam vagina setelah putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal.7. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.8. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga lumen vagina tampak jelas) masukkan bilah spekulum atas secara vertikal kemudian tarik dan putar keatas hingga jelas terlihat serviks.9. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.10. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik yang dijepit dengan Cunam tampon) tentukan bagian serviks yang akan dijepit (jam 11 dan 13).11. Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan.12. Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas.13. Lakukan pemeriksaan kedalam dan lengkang uterus dengan penera kavum uteri, pegang gagang tenakulum masukkan klem ovun yang sesuai dengan pembukaan serviks hingga hingga menyentuh fundus (keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis) Bila dilatasi serviks cukup besar, lakukan pengambilan jaringan dengan klem ovum (dorong klem dalam keadaan terbuka hingga menyentuh fundus, tutup dan tarik). Pilih klem ovum yang mempunyai permukaan cincin yang halus dan rata agar tidak melukai dinding dalam uterus. Keluarkan klem ovum jika tidak ada lagi jaringan yang terjepit atau keluar.14. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung sendok kuret (sesuai lengkung uterus) melalui kanalis servikalis ke dalam uterus hingga menyentuh fundus uteri (untuk mengukur kedalaman).15. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih.16. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina bagian belakang.17. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.18. Lepaskan spekulum bawah.19. Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium.e. Dekontaminasif. Cuci tangan pasca tindakang. Perawatan pasca tindakan1. Periksa kembali TTV pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi apabila terjadi kelainan / komplikasi.2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia.3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien.4. Beritakan kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi pasien masih melakukan perawatan.5. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan kondisi yang dilaporkan. 2.3 Tinjauan Asuhan Kebidanan dengan Mola Hydatidosa Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada ibu yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan dalam bidang KIA / KB (Depkes RI, 1993). Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses yang sistematis dan analisis.BAB IIIASKEB TEORI

Tanggal pengkajian : Tempat pengkajian :Tanggal MRS :

A. Data Subyektif1. IdentitasNo. RM:No. Reg:Nama: Umur:Agama:Nama Suami:Alamat:2. Keluhan UtamaDitanya apa yang dirasakan ibu ketika ibu datang ke klinik / petugas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.3. Riwayat penyakit sekarangDitanya apakah ibu pernah menderita........4. riwayat penyakit dahuluDitanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit keturunan selain itu juga apakah ibu pernah operasi sebelumnya, kapan, dimana dan apa indikasinya.6. Riwayat menstruasiMenarche : tahunSiklus : hariLamanya : hariKeluhan yang dirasakan : Jumlah darah haid : sedikit, sedang, banyakHPHT : 7. riwayat kehamilan sekarangYang perlu ditanyakan adalah saat ini ibu hamil ke berapa, berapa usia kehamilannya, sudah pernah memeriksakan kehamilan apa belum, bagaimana hasilnya, apakah pernah terjadi perdarahan, bagaimana konsistensinya, berupa cairan (bercak) bergumpal ataukah berupa jaringan, (gelembung-gelembung, jika ya kapan, seberapa banyak, apakah pernah dilakukan pemeriksaan dalam dan USG, apakah terdapat jaringan mola, apakah terdapat gambaran gelembung mola, pada USG atau tidak, jika ya apakah sudah ke pelayanan kesehatan untuk dilakukan tindakan atau belum, jika sudah kapan dan bagaimana hasilnya.8. Riwayat obstetri Untuk riwayat kehamilan ditanyakan hamil dari pernikahan ke berapa, berapa umur kehamilannya, pernah keguguran atau tidak, dan apakah ada penyulit kehamilan atau tidak. Untuk riwayat persalinan ditanyakan jenis persalinannya, bagaimana normal, operasi dengan alat, siapa yang menolongnya,dimana tempat persalinannya dan apakah ada penyulit persalinan atau tidak, juga ditanyakan BB janin, jenis kelamin, panjang badan, bila hidup umur berapa, bila anak mati kapan dan apa sebabnya. Untuk riwayat nifas ditanyakan apakah nifasnya berjalan normal ataukah ada kelainan atau tidak.9. Latar Belakang (Sosial Budaya)Yang perlu ditanyakan adalah adat kebiasaan yang dilakukan oleh ibu dan keluarga seperti upacara adat dan kebiasaan lain yang mendukung ataupun yang menghambat kehamilannya.B. Data ObyektifData obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :1) Keadaan UmumBagaimana kesadarannya, postur tubuh, cara berjalan, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, saat hamil dan berapa ukuran LILA untuk mengetahui status gizi klien.2) Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 100/70 < 140/90 mmHg Nadi : 76 92 x/mnt Pernafasan : 16 42 x/mnt Suhu : 36,5 37,5 o C3) Pemeriksaan Fisika. Inspeksi yaitu proses observasi atau pemeriksaan pandang yang menggunakan mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.Muka : kadang-kadang kelihatan pucat kekuning-kuningan, disebut muka mola (mola face). Dada: ada hyperpigmentasi areola mammae atau tidak, payudara menonjol atau tidak. Perut : pembesaran perut tidak sesuai dengan usia kehamilan , ada gerakan janin atau tidak, ada linea nigra atau tidak, ada striae albican atau striae lividae atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.Genetalia : bagaimana kebersihan vulva, warnanya, ada pengeluaran pervaginam atau tidak, ada pembengkakan kelenjar bartholini atau tidak, ada oedem atau tidak, ada condiloma atau tidak, ada pengeluaran jaringan mola atau tidak.Anus : ada haemoroid atau tidak, ada lesi atau tidak.Ekstremitas atas : simetris atau tidak, oedem atau tidak, ada gangguan pergerakan atau tidak. Ekstremitas bawah: simetris atau tidak, oedem atau tidak, ada varises atau tidak.b. Palpasi yaitu periksa raba dan sentuhan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ. Dada : ada nyeri tekan pada dada atau tidak, bagaimana konsistensi kulit payudara, apakah colostrum sudah keluar atau belum.Axilla : ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak, ada benjolan atau tidak.c. Auskultasi yaitu pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran. Dada : terdengar bunyi wheezing dan ronchi, atau tidak.Abdomen : terdengar DJJ atau tidak.

4) Pemeriksaan PenunjangMerupakan data yang diperlukan untuk menunjang diagnosa berupa PP test, USG dan VT. Pada VT terdapat pembukaan serviks atau tidak, teraba jaringan dimulut rahim atau tidak.

II. ANALISABerisi diagnose atau masalah baik actual atau potensialNy. .... G..P....... UK .... dengan Mola Hydatidosa III. PENATALAKSANAAN Berisi penatalaksanaan asuhan sesuai dengan perioritas(mengacu pada kebutuhan dasar ibu dan rencana program dari medis)1. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan menjalin komunikasi yang efektif2. Melakukan informed consent dengan suami pasien3. Menganjurkan pasien puasa4. Menganjurkan pasien untuk istirahat tidur5. Mempersiapkan alat-alat kuretase yang terdiri dari : Sepasang sarung tangan + 1 sarung tangan kanan (untuk asisten) Tenakulum Tampon tang Sendok kuret 1 set Klem ovum lurus dan lengkung Spekulum sims atau L Depress secukupnya Betadin secukupnya Kasa secukupnya Under pad / duk Bengkok Sonde Jarum suntik 5 ml Tabung 5 ml + larutan formalin Tempat penampung darah6. Kolaborasi dengan Dokter SPOG dalam melakukan kuretaseLangkah :a. Persiapan pasien- Atur pasien dalam posisi lithotomi, pasang underpad- Pasang O2 2 liter / menitb. Dekatkan peralatan, pasang lampu sorot, pakai sarung tanganc. Masukkan Anastesi IV yang terdiri dari Diazepam 1 ampd. Masukkan drippiton 1 amp + metergin 1 ampe. Dokter melakukan kuretase dengan langkah-langkah sebagai berikut- Bersihkan vagina dan daerah sekitarnya dengan betadine- Masukkan spekulum sims5 / l, secara vertikal kedalam vagina, putar kebawah 180, asisten memegangi dan menahan spekulum pada tempatnya / posisinya- Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina dengan depress yang dijepit dengan cunam tampon- Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang ditentukan- Periksa kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus- Masukkan klem ovum yang sesuai dengan pembukaan serviks sehingga menyentuh ovum- Jepit jaringan dan keluarkan- Pegang gagang sendok kuret d3engan ibu jari dan telunjuk. Masukkan ujung sendok kuret melalui kanalis servikalis ke dalam uterus- Lakukan pengerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersh- Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina dengan depress- Lepaskan jepitan tenakulum- Lepaskan spekulum bawah- Kumpulkan jaringan, masukkan kedalam tabung 5 ml yang berisi larutan formalin untuk dikirim ke laboratorium- Dekontaminasi peralatan dan bersihkan pasien- Kembalikan semua peralatan- Cuci tangan- Lakukan perawatan pasca tindakanObs. TTV : hasil : TD : 110/60 mmHg N : 80x / menit S : 37 C RR : 16x / menitBerikan pengobatan lanjutan Injeksi amox 1 gar IV Obat peroral amox 3 x 1 Obat asamefenamat 3 x 1Beritahu pasien dan keluarga bahwa tindakan telah usai.2. Masalah : Cemas1) Memberi penjelasan bahwa kehamilan pasien sekarang adalah kehamilan anggur yang saat ini mengalami keguguran dan tindakan kuret harus dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan dan resiko tertinggalnya jaringan-jaringan didalam.2) Menganjurkan pasien banyak berdoa dan pasrah terhadap Tuhan YME.3) Memberitahu bahwa pada pelaksanaan kuret ini ibu akan dianatesi (dibius) supaya tidak merasakan tindakannya dan tidak kesakitan. Kuret pertama ini untuk mengambil jaringan sebanyak-banyaknya. Setelah 1 minggu dilakukan kuretase kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan agar tidak terjadi komplikasi.4) Mendampingi klien sebelum proses kuretase.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGMasa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah di kemukakan di atas maka masalah dalam pembahasan ini adalah bagaimana cara mencegah dan menagani anemia dalam kehamilan.1.3 TUJUAN1. Tujuan UmumMampu memahami secara umum tentang anemia dan melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif. 2. Tujuan KhususMemahami hal-hal yang berkaitan dengan anemia yaitu :a) Definisi b) Klasisfikasi c) Macam-macam d) Etiologi e) Patofisiologi f) Tanda dan gejala1.4 Manfaat PenulisanAdapun manfaat penulisan ini adalah : 1. Sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan DIII Poltekkes kemenkes malang Prodi kebidanan jember2. Sebagai salah satu sumber informasi/pengetahuan bagi rekan mahasiswa di DIII Poltekkes kemenkes malang Prodi kebidanan jember3. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan keterampilan pada kasus anemia pada ibu hamil.

BAB IIPEMBAHASAN

Anemia kehamilan1. Definisi Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit di bawal nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah,kadar sel darah merah (Hemoglobin\ HB) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan zat darah, misalnya zat besi, asam folat dan fitamin B12. Tetapi yang seting terjadi adalah anemia kaena kekurangan zat besi.Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah atau eritrosit dalam sirkulasi darah atau masa haemoglobin sehingga tidak mamou memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Menurut WHO 1992 anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin lebuh rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.2. Kriteria anemiaPenentuan anemia oada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal .Kriteria anemia menurut WHO 1968 adalah :Laki laki dewasa:Haemoglobin < 13g/dlwanita dewasa tidak hamil:Haemoglobin < 12g/dlwanita hamil :Haemoglobin < 11g/dlAnak umur 6 -14 tahun:Haemoglobin < 12g/dlAnak umur 6 bulan-6 tahun : Haemoglobin < 11g/dlSecara klinis kriteria anemia diindonesia umumnya adalah1. Haemoglobin