Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

60
LAPORAN STUDI KASUS PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA RUANG MPE/DETOKSIFIKASI RS. KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA Disusun oleh: Aminatus Sadiah Adelia Inggar Dewati Desi Suci Anggraeni Dewi Rahmatika PROGRAM PROFESI NERS

description

kelompok

Transcript of Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Page 1: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

LAPORAN STUDI KASUS

PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

RUANG MPE/DETOKSIFIKASI RS. KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA

Disusun oleh:

Aminatus Sadiah

Adelia Inggar Dewati

Desi Suci Anggraeni

Dewi Rahmatika

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Page 2: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. NAPZA

1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat

Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

Psikotropika dan Bahan-bahan berbahaya lainnya).

NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh

manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) maupun

intravena (melalui jarum suntik) sehingga dapat mengubah pikiran, suasana

hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh

manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan

lain sebagainya.

NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain adalah

bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi

tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan

kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,

ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.

2. Jenis – jenis NAPZA

a. Narkotika

Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang

narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Narkotika, di bedakan menjadi 3 golongan yaitu:

1) Golongan I

Page 3: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta

mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan,

(Contoh : heroin/putauw,opium, kokain, ganja).

2) Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika adalah narkotika yang memiliki

daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.

Meskipun demikian penggunaan narkotika golongan II untuk terapi atau

pengobatan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada pilihan lain. Contoh

dari narkotika golongan II ini adalah benzetidin, betametadol, petidin

dan turunannya, dan lain-lain.

3) Golongan III

Narkotika golongan III adalah jenis narkotika yang memiliki daya

adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan

secara luas untuk terapi atau pengobatan dan penelitian. Contoh yang

termasuk dalam narkotika golongan III adalah kodein dan turunannya,

metadon, naltrexon dan sebagainya.

b. Psikotropika

Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika,

yang dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah

maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Seperti halnya

narkotika, psikotropika juga di bedakan menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif

yang sangat kuat, dilarang digunakan untuk terapi dan hanya untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, seperti MDMA/ekstasi,

LSD dan STP.MDMA

Page 4: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

2) Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif

kuat, akan tetapi berguna untuk pengobatan dan penelitian. Yang

termaduk dalam golongan ini contohnya amfetamin, metilfenidat atau

ritalin.

3) Golongan III

Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi

sedang dan berguna untuk pengobatan dan penelitian (lumibal,

buprenorsina, pentobarbital, Flunitrazepam dan sebagainya).

4) Golongan IV

Psikotropika Golongan IV adalah jenis psikotropika yang memiliki

daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan, seperti nitrazepam

(BK,mogadon, dumolid), diazepam, bromazepam, fenobarbital,

klonazepam, klordiazepokside, dan lain sebagainya.

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur):

MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain

Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD),

mushroom.

c. Zat adikitif lain

Zat adiktif lain yang di maksud adalah zat-zat yang tidak termasuk

dalam narkotika dan psikotropika, tetapi memiliki daya adiktif atau

dapat menimbulkan ketergantungan. Biasanya ketergantungan

seseorang terhadap zat atau bahan adiktif ini merupakan pintu gerbang

kemungkinan adiksi mereka terhadap narkotika dan psikotropika.

Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam kategori bahan adiktif

adalah:

1) Rokok

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,

pemakaian rokok dan alcohol terutama pada remaja, harusmenjadi

Page 5: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi

pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.

2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang dapat menimbulkan

hilangnya kesadaran (memabukkan), dan menimbulkan ketagihan –

karena mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan

susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan

manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai

campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh

obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)

Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman

anggu)

Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,

Manson House, Johny Walker, Kamput.)

3) Thinner dan zat-zat lain yang jika dihirup dapat memabukkan, seperti

lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin dan lain sebagainya.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat

digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional

tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan

bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini

termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),

hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi

aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :

Amfetamin (shabu,esktasi), kafein, kokain.

Page 6: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

3. Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang

bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya

pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.

Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk :

Kanabis (ganja), LSD, Mescalin

3. Rentang Respon pemakai NAPZA

Respon adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Peyalahgunaan Ketergantungan

(Sumber: Yosep, 2007)

Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin

tahu dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien

biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf

coba-coba.

Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan

teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara

ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama

temantemannya.

Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sudah

merupakankebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini

merupakancara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang

dihadapi.Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang

mempunyaimasalah, stres, dan frustasi.

Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis,

sudahmulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah

terjadipenyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di

lingkungansosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Page 7: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah

terjadiketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik

ditandaidengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi

dimanaindividu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada

dosistertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti

memakai,sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam

zat yangdigunakan.Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu

yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan

yangbiasa diinginkannya.

4. Faktor penyebab yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu

narkoba yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

1) Faktor Internal

a. Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini

lebihcenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi

pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri

yang rendah.Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai

oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar,

mudah cemas,pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut

mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan

masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah

mencari pemecahan masalah dengan caramelarikan diri.

b. Inteligensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang

datang untuk melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada

umumnya beradapada taraf di bawah rata-rata dari kelompok

usianya.

c. Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja

menggunakannarkoba karena kondisi sosial, psikologis yang

membutuhkan pengakuan,dan identitas dan kelabilan emosi;

Page 8: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

sementara pada usia yang lebih tua,narkoba digunakan sebagai obat

penenang.

d. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan

tersendiri.Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan

ingin tahu atauingin merasakan seperti yang diceritakan oleh

teman-teman sebayanya.Lama kelamaan akan menjadi satu

kebutuhan yang utama.

e. Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba

untukmenyelesaikan persoalan.Hal ini disebabkan karena pengaruh

narkobadapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa

padapermasalahan yang ada.

2) Faktor Eksternal

a. Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi

penyebabseseorang menjadi pengguna narkoba. Berdasarkan hasil

penelitian timUKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian

Jakarta pada tahun1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang

berisiko tinggi anggotakeluarganya terlibat penyalahgunaan

narkoba, yaitu:

Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua)

mengalamiketergantungan narkoba.

Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat

daripelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh

ayah danibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).

Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada

upayapenyelesaian yang memuaskan semua pihak yang

berkonflik.Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan

anak, ibu dananak, maupun antar saudara.

Page 9: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini,

peranorang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya

sekedar harusmenuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan

santun, adatistiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak

itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan

menyatakanketidaksetujuannya.

Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang

menuntutanggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar

tinggi yangharus dicapai dalam banyak hal.

Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi

kecemasandengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan

curiga, seringberlebihan dalam menanggapi sesuatu.

b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok,

yaitucara teman-teman atau orang-orang seumur untuk

mempengaruhiseseorang agar berperilaku seperti kelompok itu.

Peer group terlibat lebihbanyak dalam delinquent dan penggunaan

obat-obatan. Dapat dikatakanbahwa faktor-faktor sosial tersebut

memiliki dampak yang berarti kepadakeasyikan seseorang dalam

menggunakan obat-obatan, yang kemudianmengakibatkan

timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.

c. Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat

disebutsebagai pemicu seseorang menjadi pecandu.Indonesia yang

sudahmenjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan

obat-obatan inimudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa

melaporkan bahwa parapenjual narkotika menjual barang

dagangannya di sekolah-sekolah,termasuk di Sekolah Dasar.

Pengalaman feel good saat mencoba drugsakan semakin

memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatandan

akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu

karenadisebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara

Page 10: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

bersamaan.Karenaada juga faktor yang muncul secara beruntun

akibat dari satu factor tertentu.

A. AMFETAMIN

1. Pengertian Amfetamin

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem

saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan  satu jenis narkoba

yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.

Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih

kristal kecil.

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan

suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi

obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi.

Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah

neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari

saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan

diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,

meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan

menurunkan keinginan untuk tidur. 

Secara klinis, efek amfetamin sangat  mirip dengan kokain, tetapi

amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain

(waktu paruh amfetamin 10 – 15 jam) dan durasi yang memberikan efek 

euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh

stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam

tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh

memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi. 

Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan

oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang

menyebabkan ketergantungan psikologis).

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup

melalui tabung.Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS,

Page 11: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya.

Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni and

pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni.Since dextroamphetamine is

more potent than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat

daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada

campuran amfetamin.

Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin

termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya

diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus

menggunakan untuk menghindari turun dari obat

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah:

1. Amfetamin

2. Metamfetamin

3. Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).

2. Gejala

Amfetamin meningkatkan kesiagaan (mengurangi kelelahan), menambah

daya konsentrasi, menurunkan nafsu makan dan memperkuat penampilan

fisik.Obat ini menimbulkan perasaan nyaman atau euforia (perasaan senang yang

berlebihan).

Beberapa pecandu amfetamin adalah penderita depresi dan mereka

menggunakan efek peningkat-suasana hati dari amfetamin untuk mengurangi

depresinya sementara waktu.Pada atlet pelari, amfetamin bisa memperbaiki

penampilan fisik, perbedaan sepersekian detik bisa menentukan siapa yang

menjadi juara.Para pengemudi truk jarak jauh menggunakan amfetamin supaya

mereka tetap terjaga.

3. Efek negatif

Selain merangsang otak, amfetamin juga meningkatkan tekanan darah dan

denyut jantung.Pernah terjadi serangan jantung yang berakibat fatal, bahkan pada

atlet muda yang sehat.

Page 12: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Tekanan darah bisa sedemikian tinggi sehingga pembuluh darah di otak

bisa pecah, menyebabkan stroke dan kemungkinan menyebabkan kelumpuhan dan

kematian.Kematian lebih mungkin terjadi jika:

MDMA digunakan dalam ruangan hangat dengan ventilasi yang kurang

Pemakai sangat aktif secara fisik (misalnya menari dengan cepat)

Pemakai berkeringat banyak dan tidak minum sejumlah cairan yang cukup

untuk menggantikan hilangnya cairan.

Orang yang memiliki kebiasaan menggunakan amfetamin beberapa kali

sehari, dengan segera akan mengalami toleransi. Jumlah yang digunakan pada

akhirnya akan meningkat sampai beberapa ratus kali dosis awal.

Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikostik, karena

amfetamin dapat menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan

pengertian terhadap kenyataan hidup.Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar

dan lihat (melihat dan mendengar benda yang sebenarnya tidak ada) dan merasa

sangat berkuasa.Efek tersebut bisa terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan

adalah pengguna dengan kelainan psikiatrik (misalnya skizofrenia).

4. Deteksi

Penggunaan amfetamin akan menghasilkan akumulasi dopamine pada otak

yang menghasilkan stimulasi dan euphoria pada pengguna. Amfetamin memiliki

durasi aksi yang lebih lama dibandingkan golongan stimulant lainnya yang

mengakibatkan ampfetamin tetap berada di otak yang menghasilkan efek

stimulant yang memanjang.

Page 13: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

5. Pengobatan

Gejala yang berlawanan dengan efek amfetamin terjadi jika amfetamin

secara tiba-tiba dihentikan penggunannya. Pengguna akan menjadi lelah atau

mengantuk, yang bisa berlangsung selama 2-3 hari setelah penggunaan obat

dihentikan.Beberapa pengguna sangat cemas dan gelisah.Pengguna yang juga

menderita depresi bisa menjadi lebih depresi jika obat ini berhenti digunakan.

Mereka menjadi cenderung ingin bunuh diri, tetapi selama beberapa hari

mereka mengalami kekurangan tenaga untuk melakukan usaha bunuh diri.Karena

itu pengguna menahun perlu dirawat di rumah sakit selama timbulnya.

6. Gejala putus obat

Pada pengguna yang mengalami delusi dan halusinasi bisa diberikan obat anti-

psikosa (misalnya klorpromazin), yang akan memberikan efek menenangkan dan

mengurangi ketegangan. Tetapi obat anti-psikosa bisa sangat menurunkan tekanan

darah.Biasanya lingkungan yang tenang dan mendukung bisa membantu

pemulihan pengguna amfetamin.

Page 14: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

B. CANNABIS

1. Definisi

Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan

budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat

narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-

cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia

(rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

THC (tetra hydro cannabinol) adalah komponen psikoaktif

ganja.Kadar THC tertinggi dalam ganja biasanya terdapat pada pucuk

tumbuhan betina yang sedang berbunga.Ganja kering biasanya terdiri

dari campuran daun (50%), ranting (40%), dan bijinya (10%).

Kadar THC dari berbagai jenis ganja bervariasi, dan juga

tergantung kesuburan tanah di tempat tubuhnya.Jenis ganja yang

dikonsumsi mengandung THC sekitar 5%. Bila tanah tempat tubuhnya

subur, iklimnya baik, apalagi jika cara penanaman dan

pemeliharaannya baik, maka kadar THC dapat mencapai 10%.

2. Tanda dan Gejala pengguna Ganja

Pada tahap awal, pengguna ganja menunjukkan perasaan tenang

dan relaks, peningkatan perasaan curiga, penambahan selera makan

dan mata menjadi merah.Bila digunakan berkepanjangan dapat

menyebabkan hilangnya keseimbangan, daya fikir menurun, gangguan

daya ingat, kesukaran bernafas, denyut jantung meningkat,

kebimbangan, perasaan curiga dan sangsi.

3. Cara Penggunaan Ganja

Cara menggunakan ganja biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong

kecil-kecil, lalu digulung menjadi rokok.Asap ganja mengandung tiga

kali lebih banyak karbonmonoksida daripada rokok biasa.

4. Efek Pemakaian dari Ganja

Dari semua jenis narkoba, ganja dianggap sebagai narkotika yang

aman dibandingkan dengan putaw atau sabu.Namun pada kenyataanya

sebagian besar pecandu narkoba bermula dengan mencoba ganja.

Ganja mempengaruhi konsentrasi dan ingatan, bahkan seringkali para

Page 15: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

pengguna ganja akan mencari obat-obatan yang lebih keras dan lebih

mematikan.

Pemakai ganja mudah kehilangan konsentrasi,denyut nadi

cenderung meningkat, keseimbangan dan koordinasi tubuh menjadi

buruk, ketakutan, mudah panik, depresi, kebingungan dan

berhalusinasi.

Secara psikis, penyalahgunaan ganja juga menyebabkan dampak

yang cukup berbahaya seperti timbulnya rasa kuatir (ansietas) selama

10 - 30 menit, timbulnya perasaan tertekan dan takut mati, gelisah,

bersikap hiperaktif (aktifitas motorik mengalami peningkatan secara

berlebihan), mengalami halusinasi penglihatan (dalam bentuk kilatan

sinar, warna - warni cemerlang, amorfiaq, bentuk - bentuk geometris,

dan wajah - wajah para tokoh. Juga bisa dalam bentuk tanggapan

pancaindera visual dan pendengaran tanpa adanya rangsangan, seperti

melihat orang lewat padahal tidak ada orang lewat, mendengar suara

padahal tidak ada suara), mengalami perubahan persepsi tentang

waktu dan ruang (misalnya, satu meter dipersepsi sepuluh meter,

sepuluh menit dipersepsi satu jam), mengalami euphoric (rasa gembira

berlebihan), tertawa terbahak - bahak tanpa sebab (tanpa rangsangan

yang patut membuat orang tertawa), banyak bicara (merasa

pembicaraannya hebat), merasa ringan pada seluruh tungkai badan,

mudah terpengaruh, merasa curiga (tapi tidak menimbulkan rasa takut,

bahkan cenderung menyepelekan dan menertawakannya), merasa

lebih menikmati musik, mengalami percaya diri berlebihan (merasa

penampilan dirinya paling hebat walau kenyataannya sebaliknya),

mengalami sinestesia (misalnya, melihat warna kuning setiap kali

mendengar nada tertentu), dan mengantuk lalu tertidur nyenyak tanpa

mimpi setelah mengalami halusinasi penglihatan selama sekitar 2

(dua) jam.

5. Ciri-ciri Pemakai atau Pengguna Ganja

Orang yang baru memakai ganja memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mabuk / mabok dengan mata merah.

Page 16: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

b. Tubuh lemas dan lelah.

c. Bola mata menjadi besar.

6. Akibat Penyalahgunaan Dosis Ganja

Penyalahgunaan ganja dalam dosis rendah dan sedang mempunyai

dampak yang sama berbahayanya, seperti mengalami hilaritas

(berbuat gaduh), mengalami oquacous euphoria (euphoria terbahak -

bahak tanpa henti), mengalami perubahan persepsi ruang dan waktu,

berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan dan daya ingat,

mengalami peningkatan kepekaan visual dan pendengaran (tapi lebih

ke arah halusinasi), mengalami conjunctivitis (radang pada saluran

pernafasan), dan mengalami bronchitis (radang pada paru – paru).

Pada penyalahgunaan ganja dengan dosis tinggi, dampak yang

diakibatkan adalah seorang penyalahgunaan ganja akan mengalami

ilusi (khayalan), mengalami delusi (terlalu menekankan pada

keyakinan yang tidak nyata), mengalami depresi (mental mengalami

tekanan), kebingungan, mengalami alienasi (keterasingan), dan

halusinasi (terkadang, juga disertai gejala psikotik seperti rasa

ketakutan dan agresifitas).

Bahaya penyalahgunaan ganja secara teratur dan berkepanjangan

juga berakibat fatal berupa gangguan fisik dan gangguan psikis.

Gangguan fisiknya antara lain : mengalami radang paru - paru,

mengalami iritasi dan pembengkakan saluran nafas, mengalami

kerusakan pada aliran darah koroner dan beresiko menimbulkan

serangan nyeri dada, beresiko terkena kanker lebih tinggi (karena daya

karsinogenik yang terdapat pada ganja jauh lebih tinggi dari pada

tembakau), menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang

penyakit (karena penyalahgunaan ganja menekan produksi leukosit),

serta menurunnya kadar hormon pertumbuhan baik hormon tiroksin

(hormon kelenjar gondok) dan maupun hormon kelamin pada laki -

laki dan perempuan. Selain itu, gangguan fisik yang ditimbulkan juga

menyebabkan pengurangan produksi sperma pada laki - laki dan

gangguan menstruasi dan aborsi pada perempuan.

Page 17: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Gangguan psikis akibat penyalahgunaan ganja secara teratur dan

berkepanjangan yaitu: menurunnya kemampuan berpikir, membaca,

berbicara, berhitung, dan bergaul, terganggunya fungsi psikomotor

(gerakan tubuh menjadi lamban), kecenderungan menghindari

kesulitan dan menganggap ringan masalah, tidak memikirkan masa

depan, dan terjadinya syndrom amotivasional (tidak memiliki

semangat juang).

C. EKSTASI

1. Pengertian

MDM (Methylene Dioxy Methamphetamine) atau yang umumnya

dikenal sebagai ekstasi memiliki struktur kimia dan pengaruh yang

mirip dengan amfetamin dan halusinogen. Ekstasi biasanya berbentuk

tablet berwarna dengan desain yang berbeda-beda. Ekstasi bisa juga

berbentuk bubuk atau kapsul.Seperti kebanyakan obat terlarang, tidak

ada kontrol yang mengatur kekuatan dan kemurnian salah satu jenis

narkoba ini.Bahkan tidak ada jaminan bahwa sebutir ekstasi

sepenuhnya berisi ekstasi.Seringkali ekstasi dicampur dengan bahan-

bahan berbahaya lainnya. Nama-nama lain: Dolphin, Black Heart,

Gober, Circle K, dll.

7. Efek jangka pendek

Perasaan gembira yang meluap-luap.

Perasaan nyaman.

Rasa mual.

Berkeringat & dehidrasi (kehilangan cairan tubuh).

Meningkatnya kedekatan dengan orang lain.

Percaya diri meningkat dan rasa malu berkurang.

Rahang mengencang dan gigi bergemeletuk.

Paranoia, kebingungan.

Meningkatnya kecepatan denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan

darah.

Page 18: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Pingsan, jatuh atau kejang-kejang (serangan tiba-tiba).

8. Efek jangka panjang

Sedikit yang diketahui tentang pengaruh jangka panjang dari pemakaian

ekstasi, tetapi kemungkinan kerusakan mental dan psikologis sangat tinggi.

Berikut adalah apa saja yang kita sudah tahu:

Ekstasi merusak otak dan memperlemah daya ingat.

Ekstasi merusak mekanisme di dalam otak yang mengatur daya belajar

dan berpikir dengan cepat.

Ada bukti bahwa obat ini dapat menyebabkan kerusakan jantung dan

hati.

Pemakai teratur telah mengakui adanya depresi berat dan telah ada

kasus-kasus gangguan kejiwaan.

B. KOPING

1. Definisi Koping

Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental.

Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan atau

penanggulangan (to cope with = mengatasi, menggulangi). Namun karena

istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta

memiliki makna yang kaya, maka pengggunaan istilah tersebut dipertahankan

dan lansung diserap kedalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami

bahwa koping tidak sesederhaa makna harfiahnya saja. Koping sering

disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri) Koping juga sering dimaknai

sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving) Koping adalah

mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang

diterima. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat

beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Keliat, 2010).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan

perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau

eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Page 19: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud koping adalah cara yang

digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang

terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

4. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan suatu proses di mana individu berusaha

untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari

masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif

maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Mekanisme

koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk menguasai,

mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian

yang penuh tekanan.

Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang

dimulai sejak awal timbulnya stresor dan saat mulai disadari dampak stressor

tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan

internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan

membentuk stresor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi,

sertakognisi terhadap stresor tersebut.Efektivitas koping memiliki kedudukan

sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap

gangguan maupun serangan penyakit (fisik maupun psikis).Jadi, ketika terdapat

stresor yang lebih berat (dan bukan yang biasa diadaptasi), individusecara

otomatis melakukan mekanisme koping, yang sekaligus memicu perubahan

neurohormonal.Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnyamenyebabkan

individu mengembangkan dua hal baru yaitu; perubahan perilaku dan

perubahan jaringan organ.

3. Macam-macam Koping

a. Koping Psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis

tergantung pada dua factor yaitu:

Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor,

artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu

Page 20: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

tersebut terhadap stressor yang diterimanya.

Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya

dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif

maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru

dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping psiko-sosial

Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah,

menyerang, menarik diri dan kompromi.

1) Prilaku menyerang

Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan

dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang

ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun

destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap

sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau orang atau

bahkan terhadap dirinya sendiri.Sedangkan sikap bermusuhan yang

ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang

memanjang.Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu

dalam menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan

dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya.

2) Prilaku menarik diri

Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri

dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis

individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi

sumber stressor misalnya; individu melarikan diri dari sumber stress,

menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan

reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendam

dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.

3) Kompromi

Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan

oleh individu untuk menyelesaikan masalah, kompromi dilakukan

dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan

Page 21: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

masalah yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat

mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Koping

Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan

ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi.

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup

besar

b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan

individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan

menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused

coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk

menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan

alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada

akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang

tepat.

d. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial

yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota

keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya

f. Materi

Page 22: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang

atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

5. Rentang Respon Koping

a. Mekanisme Koping Adaptif, mekanisme koping yang mendukung

fungsiintegrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

b. Mekanisme Koping Maladaptif, mekanisme koping yang

menghambatfungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan

otonomi dan cenderung menguasai lingkungan

Gambar 2.1. Rentang Respon Koping

C. HALUSINASI

1. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan

dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart &

Sundenn, 2006).Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun

pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun.

(Maramis, hal 119).Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan)

pada panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam

keadaan sadar.

Bicara dengan orang lain Mampu menyelesaikan

masalah Teknik relaksasi Aktivitas Konstruktif Olah raga

Minum alkohol Reaksi

lambat/berlebihan Bekerja berlebihan Menghindar Mencederai diri

Respon Maladaptif

Respon Adaptif

Page 23: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

2. Tanda dan gejala

Bicara, senyum dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari

orang lain. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

Tidak dapat memusatkan perhatian Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri,

orang lain dan lingkungannya), takut Ekspresi muka tegang, mudah

tersinggung. (Budi Anna Keliat, 2010).

3. Jenis- Jenis Halusinasi

a. Halusinasi pendengaran

Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya dengan

stimulus yang nyata atau lingkungan dan orang lain tidak mendengarnya.

b. Halusinasi penglihatan

Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus

nyata dan orang lain tidak melihatnya.

c. Halusinasi penciuman

Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus

yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.

d. Halusinasi Pengecapan

Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya makanan tidak

enak.

e. Halusinasi perabaan

Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.

4. Proses Terjadinya Halusinasi

Stuart (2006) membagi halusinasi menjadi empat fase yang terdiri dari:

a. Fase Pertama

Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian,

klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal

menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya.Tapi hal

ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol

kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.

b. Fase Kedua

Page 24: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan

eksternal, individu berada pada tingkat listening pada

halusinasinya.Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan

sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien

membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan

seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.

c. Fase Ketiga

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol.Klien menjadi

lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya.Kadang

halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

d. Fase Keempat

Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol

halusinasinya.Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi

mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan

dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup

dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau

bahkan selamanya.

5. Penyebab dari Halusinasi

Salah satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu

isolasi social: menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk

menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang

lain.

6. Akibat dari Halusinasi

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat

beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko

mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/

membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

7. Faktor predisposisi.

Page 25: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari

pasien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural,

biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis

dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi

stress.

a. Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan

kecemasan.

b. Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa

disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.

c. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan

adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh

akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia

seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

d. Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda

yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan

stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan

orientasi realitas.

e. Faktor genetik

Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi

hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan

yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

8. Faktor Presipitasi

Stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,

ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.Adanya

rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam

kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan

Page 26: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya

halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan

yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

9. Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang

perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. mencoba memecahkan

masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu

sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-

spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari dimensi yaitu :

a. Dimensi Fisik

Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang

eksternal yang diberikan oleh lingkungannya.Halusinasi dapat

ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar

biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi

alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

b. Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.Isi dari

halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.Klien tidak

sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi

tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

c. Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu

dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.

Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk

melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian

klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.

d. Dimensi Sosial

Page 27: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan

adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan

halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi

kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak

didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control

oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa

ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh

karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan

klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan

pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien

tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan

lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

e. Dimensi Spiritual

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga

interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang

mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses

diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan

halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat

halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan

dirinya.

Page 28: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

BAB III

KASUS DAN PENGKAJIAN

1. KASUS

Tn.I dibawa ke RSKO

2. PENGKAJIAN

B. IDENTITAS PRIBADI

a. Nama lengkap : Imanda Octorio

b. Nama panggilan : Iman

c. Nama penanggung jawab : silva yasrianti

d. Pekerjaan penanggung jawab : Ibu rumah tangga

e. Hubungan penanggung jawab dengan klien : kakak

f. Tempat, tanggal lahir :Palembang, 17 Oktober 1979

g. Jenis kelamin : laki-laki

h. Kewarganegaraan : WNI

i. Alamat lengkap : Palembang, SumSel

j. Pendidikan terakhir : SLTA

k. Agama : Islam

l. Status pernikahan : Menikah

m. Sumber keuangan : Keluarga

n. Status tempat tinggal saat ini : bersama orang tua

o. Pekerjaan sebelum masuk RS : Karyawan

p. Anggota keluarga yang juga memakai NAPZA : -

q. Daftar anggota keluarga

No Nama Hubungan Usia Status

kesehatan

1. Hj.Anas Ayah sehat

2. Ibu Sehat

3. - Kakak Sehat

4. - Adik Sehat

Page 29: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

C. ALASAN MASUK RSKO

a. Cara datang ke RS : diantar keluarga

b. Motivasi mengikuti perawatan : Berhenti total

c. Pengobatan sebelumnya : -

d. Tahun pertama kali menggunakan : 1996

e. Zat yang pertama digunakan : Ganja

f. Alasan menggunakan NAPZA : ingin tahu atau coba-coba

g. Jumlah uang yang dihabiskan untuk membeli NAPZA dalam 1 bulan

terakhir : 200.000 – 600.000

h. Perkembangan penggunaan NAPZA :

No Jenis Zat Tahun

pemakaian

pertama

Waktu

pemakaian

terakhir

Cara

pemakaian

Frekuensi

pemakaian

dan jumlah

zat

1. Ganja 1996 - hisap 1xsehari

2. Ekstasi 2000 2012 Oral 1xperhari

3. Alkohol 2001 minum 6 botol

4. Sabu 2002 2012 hisap

i. Lokasi penggunaan NAPZA (yang paling sering) : rumah

D. POLA HIDUP

a. Mandi : 2 x sehari

b. Tidur siang : Tidak pernah

c. Jam tidur malam : tidak teratur ± 5 jam

d. Jam terbangun dipagi hari : 07.00

e. Aktivitas harian sebelum masuk RSKO : Kadang bekerja

membantu menjadi kasir di warung makan ibu

f. Aktivitas harian saat di RSKO : Makan, tidur,

mengobrol, bernyaynyi dan berkumpul dengan teman di RS

Page 30: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

g. Makan : 3-4 x sehari

h. Makan selingan : 2 x sehari

i. BAB : 1 x sehari

j. BAK : 4 x sehari

E. KONDISI KESEHATAN

a. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya : -

b. Riwayat dirawat di rumah sakit : Tidak pernah

c. Anda sedang menggunakan obat : tidak

a. yang diresepkan secara teratur

d. Status HIV : tidak tahu

e. Status HCV : tes negatif

f. Status TBC : Rontgen negatif

g. Jika sakit, sering berkonsultasi pada : dokter

h. Pernah menjadi pendonor darah selama menggunakan NAPZA: tidak

F. KONDISI PSIKIS

a. Apakah anda pernah mengalami masalah serius dalam berhubungan

dengan : tidak ada

b. Perasaan saat ini : Senang

c. Pernah terpikir untuk bunuh diri : tidak pernah karena merasa itu tidak

ada gunanya

G. PENGGUNAAN CARA SUNTIK YANG BERESIKO

a. Pernah menggunakan NAPZA dengan cara suntik : tidak

b. Pernah bertukar jarum suntik : tidak

c. Jenis zat yang pernah disuntik : -

d. Frekuensi menyuntik dalam 1 hari : -

e. Alasan menyuntik : -

H. RIWAYAT PERILAKU TERKAIT HUKUM

a. Riwayat perilaku atas kasus :

b. Menjual NAPZA satu kali

c. pernah mencuri uang orangtua

d. Pernah menghadiri atau mendengarkan persidangan : tidak

Page 31: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

e. Pernah dipenjara? : tidak

I. PERILAKU SEKSUAL

a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual? : Ya

b. Jika pernah, dengan siapa? :Istri

c. Pernah menderita penyakit infeksi menular seksual? :Tidak tahu

d. Pernah menggunakan kondom sat berhubungan seks?:Kadang- kadang

J. PENGETAHUAN TENTANG VIRUS YANG DITULARKAN

MELALUI DARAH

a. Menurut anda, apakah bertukar jarum suntik dapat : tidak tahu

menularkan penyakit?

b. Apakah yang anda ketahui tentang HIV/AIDS : tidak tahu

c. Sumber informasi tentang HIV/AIDS : -

d. Apakah yang anda ketahui tentang Hepatitis C? :

e. Hepatitis itu penyakit kuning

f. Sumber informasi tentang hepatitis C : dengar-dengar

K. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

a. Pemeriksaan status mental : terorientasi

b. Penampilan keseluruhan : rapi

c. Gangguan pola pikir : tidak ada

d. Mood / alam perasaan : sesuai

e. Riwayat keluarga

Komunikasi : terbuka

Mekanisme koping keluarga : adaptif

L. FUNGSI KOGNITIF

a. Konsentrasi : Baik

b. Daya ingat : Baik

c. Pikiran obsesif : tidak

d. Halusinasi : Pendengaran

Page 32: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

e. Waham : -

M. KONSEP DIRI

a. Gambaran diri : klien menyukai wajah nya, dan beranggapan masih

muda dan tampan

b. Identitas : anak tunggal dari ibu nya

c. Peran : sebagai anak dan suami

d. Ideal diri : memiliki keinginan untuk hidup sesuai dengan

keinginan orang tua nya

e. Harga diri : Merasa puas, senang terhadap diri dan kehidupan

nya

N. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x / menit

Pernapasan : 20 x / menit

Suhu : 36,5 c

b. Pemeriksaan sistemik

a. Sistem pencernaan : tidak ada masalah

b. Sistem kardiovaskuler: tidak ada masalah

c. Sistem respiratori : tidak ada masalah

d. Sistem saraf pusat : sulit berkonsentrasi

e. THT dan kulit : tidak ada masalah

c. Diagnosa medis sementara : Drug Induce Psikosa

d. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan :

e. Rencana terapi

a. Farmakoterapi

THP 2 mg 2 x 1

Risperidone 2 mg 2 x 2

Amadex 3 x 1

Page 33: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

B comp 3 x 1

b. Terapi non farmakologi

Klien tidak mendapat terapi non farmakologi

f. Rencana kegiatan

a. Terapi aktivitas kelompok tentang : halusinasi

b. Konseling tentang : -

c. Pendidikan kesehatan tentang : -

g. Diagnosa keperawatan :

1. Koping individu tidak efektif

2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

O. ANALISA DATA

DATA MASALAHDS : klien mengatakan

Menggunakan ganja sejak 1996

Mengkonsumsi alkohol sejak 2001

Klien sulit untuk menolak ajakan dari teman

Baru pertama kali dirawat di RS

Klien sulit untk menghindar dari teman- teman nya

DO : Klien tampak percaya diri Banyak berbicara Mulut kering

Koping individu tidak efektif

DS: klien mengatakan Klien mengatakan bahwa

dirinya mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk meninggalkan istri

Bisikan terjadi ketika sedang melakukan kegiatan

Klien mengatakn bisikan tersebut tidak mengganggu

Klien mengatakan bisikan tersebut mengajarkan pada hal yang baik

Klien mengatakan bisikan yg

Gangguan sensori persepsi : halusinasi

pendengaran

Page 34: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

buruk sudah tidak terdengar lagi

DO: klien tampak Fokus mudah beralih saat

interaksi Klien sering berdiam diri

lama di kamar mandi Residen lain mengatakan

klien sering mengajak bicara tempat sampah

P. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori persepsi : halusinasi pedengaran

koping individu tidak efektif

Q. DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATANA. Koping individu tidak efektif

B. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

R. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

(terlampir)

Page 35: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

S. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal/jam

Implementasi Evaluasi

7/04/2014 DS : klien mengatakan Menggunakan ganja sejak

1996 Mengkonsumsi alkohol

sejak 2001 Klien sulit untuk menolak

ajakan dari teman Baru pertama kali dirawat

di RS Klien sulit untk

menghindar dari teman- teman nya

DO : Klien tampak percaya diri Banyak berbicara Mulut kering

Dx. Kep : koping individu tidak efektif, gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

Tindakan keperawatan1. membina hubungan saling

percaya2. menanyakan perasaan dan

pikirannya3. mendiskusikan tentang

tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat

4. mendiskusikan dampak penggunaan zat

5. mendiskusikan hal positif yang dapat meningkatkan motvasi untuk berhenti memakai zat

6. menanyakan apakah klien mengalami halusinasi

7. mendiskusikan mengenai isi, waktu dan frekuensi halusinasi

8. mendiskusikan apa yang dirasakan ketika halusinasinya datang

RTL1. SP koping individu tidak

S: klien mengatakan menggunakan sabu-sabu karena coba-coba, klien mengatakan merasa nyaman saat menggunakan sabu

O:klien tampak sulit mengungkapkan perasaannya,

A: klien menolak untuk melakukan cara mengontrol keinginan menggunakan sabu

P: PR untuk klien Tingkat kan motivasi

untuk berhenti menggunakan zat

Page 36: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

efektif : diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat

2. SP halusinasi :Identifikasi dengan klien cara mengontrol / memutus halusinasi

8 April 2014

DS : klien mengatakan Pernah mengkonsumsi

sabu menggunakan sabu

karena ingin coba-coba Klien ingin berhenti tapi

sulit untuk menolak ajakan teman

DO : Klien tampak percaya diri Banyak berbicara

Dx. Kep : koping individu tidak efektif, gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

Tindakan keperawatan1. membina hubungan saling

percaya2. menanyakan perasaan dan

pikirannya3. mendiskusikan tentang

tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat

4. mendiskusikan dampak penggunaan zat

5. mendiskusikan hal positif yang dapat meningkatkan motvasi untuk berhenti memakai zat

6. menanyakan apakah klien mengalami halusinasi

7. mendiskusikan mengenai isi, waktu dan frekuensi halusinasi

8. mendiskusikan apa yang dirasakan ketika halusinasinya datang

S: klien mengatakan menggunakan sabu-sabu karena coba-coba, klien mengatakan merasa nyaman saat menggunakan sabu

O:klien tampak berbicara terus menerus

A: Koping individu tidak efektif : belum tercapai

P: PR untuk klienTingkat kan motivasi untuk berhenti menggunakan zat

9 April 2014

DS : klien mengatakan sulit menolak ajakan, sulit menghindar dari

teman

S: klien mengatakan mampu untuk mempraktekkan cara mengontrol, klien mengatakan setuju dengan

Page 37: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

klien sulit berhenti saat berkumpul dengan teman

DO : -

Dx. Kep : koping individu tidak efektif, gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

Tindakan keperawatan1. membina hubungan saling

percaya2. menanyakan perasaan dan

pikirannya3. mendiskusikan tentang

tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat

4. mendiskusikan dampak penggunaan zat

5. mendiskusikan hal positif yang dapat meningkatkan motvasi untuk berhenti memakai zat

6. menanyakan apakah klien mengalami halusinasi

7. mendiskusikan mengenai isi, waktu dan frekuensi halusinasi

8. mendiskusikan apa yang dirasakan ketika halusinasinya datang

cara mengontrol, klien mengatakan ingin berhenti.

O:klien mampu menyebutkan cara mengontrol

A: mampu menyebutkan cara mengontrol, klien meyakini akan menggunakan cara mengontrol

P: PR untuk klienMelakukan aktivitas harian mencuci baju, shalat

BAB IV

Page 38: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

KESIMPULAN

Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya perbedaan antara teori dan

praktek.Penggunaan sabu selama kurang lebih 14 tahun oleh klien menyebabkan munculnya

halusinasi.Kejadian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penggunaan sabu-sabu

dalam waktu lama dapat meimbulkan halusinasi, perubahan kognitif, perubahan motorik,

serta dapat meimbulkan delusi dan gangguan psikis lainnya.

Diagnose keperawatan yang diangkat pada kasus ini terdiri dari koping individu tidak

efektif: belum mampu menahan keinginan menggunakan zat dan GSP Halusinasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 39: Makalah Presentasi Napza Kelompok 1

Joewano. Satyo. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta :

EGC. 2010

Keliat, Budi Anna. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. 2010

Moeliono, Laurike. Sedia Payung Sebelum Hujan : Apa Saja yang Perlu Kita Tahu Mengenai

Narkotika, Alkohol, Psiktropika dan Zat Adiktif Lainya. Jakart: BKKBN. 2008.

Partodiharjo, S. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Esensi

Rasmun.2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto

Siswanto. 2007. KesehatanMental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta:

CV. Andi Offeset

Stuart, G.W & Sunden, S.J. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 2007

Seimun, Yuslinus. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Penerbet Kadrus. 2010

Stringer J.L.. Konsep Dasar Farmakologi Edisi 3; Panduan untuk mahasiswa Jakarta: EGC

Penerbit Buku Kedokteran. 2008

Yosep. S. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Reflika Adittama. 2009