Makalah Ppd Baru
-
Upload
jostein-tobing -
Category
Documents
-
view
240 -
download
1
description
Transcript of Makalah Ppd Baru
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
perkembangan peserta didik yang dibimbing oleh Ibu Santa selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu demi kelancaran tugas ini.
Makalah yang kami buat tentu jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
serta saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah-makalah yang akan
dibuat kedepannya. Tak banyak yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan
kali ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah yang kami
buat dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi siapa saja yang
akan membacanya.
Medan,18 Oktober 2015
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar
dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi
lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan
khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang
dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian
yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus
dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat
luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui,
dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-
kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam
cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa
perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan
di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa
anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di
dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa
kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan
pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem
terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata
sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan
pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar,
bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang
pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah
lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Berikut ini pendapat para ahli mengenai pengertian bahasa :
1. Bahasa (language) merupakan sebuah bentuk komunikasi diantara
orang-orang, baik yang bersifat verbal atau pun gerak isyarat dan sikap,
penggunaan lambang-lambang dalam komunikasi (kamus umum
psikologi).
2. Bahasa merupakan alat sosialisasi dan merupakan dasar perkembangan
intelegensi (Prof. Dr. Utami Munandar, 1995:153)
3. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan
suatu pikiran, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat,
bilangan, lukisan, dan mimik wajah (Syamsu Yusuf, 2004:118)
4. Menurut Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan
orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi.
Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk
membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika
anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah,
mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya,
begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak
terdengar lagi.
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan
1. Apa pengertian dari perkembangan bahasa?
2. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa?
3. Bagaimana pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan
berpikir?
4. Apa perbedaan individual dalam kemampuan dan perkembangan bahasa?
5. Apa upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan kemampuan
bahasa pada remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan?
6. Bagaimana upaya kita dalam pengembangan kemampuan bahasa remaja
dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian perkembangan bahasa
2. Memahami karakteristik perkembangan bahasa pada remaja
3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
4. Memahami akan pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan
berpikir
5. Memahami akan perbedaan individual dalam kemampuan dan
perkembangan bahasa
6. Memahami upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan
kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan
pendidikan.
1.4 Metode Pembahasan
Metode yang digunakan untuk membahas masalah dalam makalah adalah
studi literatur, yaitu dengan mencari sumber-sumber dari buku, jurnal, dan
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita.
Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut
klasifikasi World Health Organization (WHO). “Remaja”, kata itu menurut remaja
sendiri adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang punya
“dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua. Kata remaja berasal dari
bahasa latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)
yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence
mempunyai arti yang cukup luas: mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. ( Piaget ). Dengan demikian dapat diketahui pengertian remaja
adalah :
1. Usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
2. Usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang –orang yang lebih
tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang –kurangnya
masalah hak.
3. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
4. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa.
Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980)
menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara
seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa
remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa
remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada
usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode
setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan
dewasa secara hukum. Semua individu khususnya remaja akan mengalami
perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual,
sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Pada makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai perkembangan bahasa remaja.
2.2 Bahasa
2.2.1 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini,
karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat
digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya
dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki.
Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau
berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan.
Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli
Pengertian Bahasa menurut (Depdiknas, 2005: 3)Bahasa pada hakikatnya
adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang
mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
Pengertian Bahasa menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009:
126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya,
sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi,
2002: 88) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang
baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik.
2.2.2 Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah
alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk
menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan
sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what
end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur,
pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan.
1. Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur
menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya
mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu
sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat
menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
2. Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu
mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si
pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan
yang dikehendaki pembicara.
3. Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik.
Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan
perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan
biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau
menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik,
seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan
mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak
mempunyai makna.
4. Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk
membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada
dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham
tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk
menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
5. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau
metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti
ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu
digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat
dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan
dengan bahasa.
6. Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu
berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi
(khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita,
dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para
pendengarnya.
2.2.3 Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti
faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat
sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu
tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa
mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang
kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa
pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan.
Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan
mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi
bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan
memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar
menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia
dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar
bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh
tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat
komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda
dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai
upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
2.4 Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dilingkungan remaja
dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan.
Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya
pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki
adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian
yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus
dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat
luas, anak (remaja) mengutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui,
dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-
kaidah yang benar.
Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu
pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan
sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam
masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak
(remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di
dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa
kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan
pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem
terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan
sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak
yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan
kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat
lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa
pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik
yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah
lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Remaja
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu
perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambahnya pengalaman dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa
seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya. Faktor fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis
yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual,
anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang
cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan
perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah
terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti
kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau
tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-
kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan
memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat
dipengaruhi oleh daya pikir atau kecerdasan seseorang anak.
Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan
situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota
keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota
keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang
berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan
bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik.
Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ
suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
2.6 Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Remaja
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu
sama lain. Kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan
sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam
menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya
berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan interaksi dengan yang lain. Seseorang
menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan
gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide
dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan
menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi
yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berfikir menjadi
tidak tepat. Ketidaktepatan hasil pemrosesan berfikir ini diakibatkan
kekurangmampuan dalam bahasa.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya,
remaja seringkali menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa
“gaul”. Disamping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari
bahasa gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang
kerap menggunakannya. Kita semua secara sadar maupun tidak sadar pernah
mengamati bagaimana kaum remaja menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
para orang lain mengenai sebuah acara remaja. Kira-kira beginilah :
1) "Emm, pokoknya acara asyik banget, band-band yang tampil keren banget,
musiknya OK, ya pokoknya te-o-pe B G T deh!"
2) "Gila, acaranya keren banget gitu, lho! Aduh pokoknya keren deh...
Pokoknya yang nggak dateng nyesel aja!!"
3) "Wah, pokoknya gua salut lah sama panitianya. Acaranya keren abis,
brooo!!"
Lalu bagaimana kalau dimintai komentar, misalnya tentang seorang artis
favoritnya, katakanlah Jennifer Lopez?
1. "Wah Jennifer Lopez itu top banget, gitu lho! Bodinya seksi, suaranya bagus,
cantik banget, aduh pokoknya keren deh!"
2. "Iya, gua demen banget sama J-Lo. Dia tuh udah seksi, jago nyanyi, udah gitu
jago nge-dance lagi! Wah, tipe gua banget, tuh!"
3. "Gua suka J-Lo.... karena apa ya? Ya karena dia keren aja, gitu!!!"
Dengan kondisi seperti ini, wajarlah kiranya jika para siswa sekolah jauh
lebih memilih mengerjakan soal-soal pilihan ganda daripada esai. Masalahnya
jelas : mereka tidak mampu menyampaikan maksudnya dengan baik ; dengan
cukup jernih sehingga bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau cuma sekedar bilang
"si A keren", "acara ini bagus", "desainnya ciamik" dan sebagainya, siapa pun
bisa melakukannya. Tapi tidak ada yang mengerti maksud pembicaraannya
sebenarnya. Keren seperti apa? Mengapa ia dibilang keren? Apa yang
membuatnya merasa ia lebih keren daripada yang lain? Tidak ada secuil pun
informasi!
Gaya berbahasa berkaitan erat dengan bahan bacaannya. Kalau yang
dibaca remaja selalu masalah-masalah percintaan yang beraliran gombalisme,
maka tidak heran jika pikiran mereka pun tidak terbiasa dengan hal-hal lain yang
sebenarnya sangat penting. Jika pikirannya hanya disibukkan oleh hal-hal
semacam itu, maka jangan heran jika mereka cenderung menghindar dari
pembicaraan-pembicaraan serius (dan tentu juga tulisan-tulisan yang serius).
Bahasa remaja yang digunakan oleh kalangan remaja saja. Penggunaan
bahasa remaja ini memiliki fungsi yang strategis bagi kehidupan mereka. Dengan
menggunakan bahasa remaja, mereka merasa sebagai orang yang bisa dan masuk
dalam komunitas mereka.
Dalam kesehariannya, bahasa remaja dugunakan sebagai penghubung
antarmereka. Dengan bahasa remaja yang sifatnya dinamis, remaja merasa
memiliki kebebasan untuk mengepresikan kehidupan mereka.
2.7 Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Remaja
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah
memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor
lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa
sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya
sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-
beda.
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi ; anak dengan IQ tinggi
akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam
bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir. Bahasa
berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan
akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar
dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari
lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan
perkembangan bahasanya.
2.8 Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya
dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya,
baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus
mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan
pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali)
pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-
murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi
tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa
murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah
dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang
telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para
murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah
dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara
mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan
lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-
masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan
dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Oleh karena itu, sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya
hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
Berikut ini merupakan beberapa bahasa gaul yang sering digunakan oleh
remaja beserta maknanya yaitu :
a. Gaul, dong!
Dalam konteks sosial pergaulan remaja, gaul bukanlah sekedar kata.
Melainkan sudah menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang lingkupnya
menyentuh berbagai perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya, istilah
atau.ungkapan itu cenderung bertentangan dengan nilai atau norma-norma yang
ada. Contohnya, berpacaran dengan ngeseks-nya, minum minuman keras
(ngedrink), menggunakan obat terlarang (ngedrugs), berjudi (ngegambling) atau
yang lainnya dianggap gaul. Begitu pula dengan kebiasaan nongkrong, ngeceng,
atau yang jainnya. Lebih tegasnya, makna gaul lebih berkonotasi negatif. Kata
gaul yang sudah menggejala bahkan membudaya itu, disadari atau tidaK memiliki
makna psikologis yang relatif cukup kuat pengaruhnya dalam komunitas
pergaulan remaja. Akibatnya karena ingin disebut gaul, tidak sedikit diantara
remaja yang ikut-ikutan untuk segera memiliki pacar, ngedrink; nyimenk,
ngedrugs, atau yang lainnya termasuk nongkrong atau ngecengnya. Entah di
pinggiran jalan, di mal-mal, di tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya.
b. Pede aja, lagi!
Pede (PD) adalah bahasa gaul yang mengungkapkan perlunya seseorang
u.ntuk percaya diri. Namun ironisnya, himbauan, saran, atau perlunya seorang
untuk bersikap percaya diri ini juga cenderung tidak dibatasi oleh norma-norma
tadi, Misalnya seorang gadis berok mini dan berbaju you can see disarankan untuk
pede (baca : percaya diri) dengan pakaiannya itu. Bahkan bisa jadi si gadis
memang merasa lebih pede dengan model pakaian demikian. Pede aja lagi !
Begitulah bahasa mereka. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan perlunya
seseorang untuk bersikap pede namun tetap normlessness seperti tadi. Sebab
ukuran pede yang seharusnya berlandaskan pada keluhuran nilai-nilai moral dan
agama, terkikis oleh hal-hal yang bersifat fisik dan kebendaan. Contoh lainnya,
seseorang merasa pede hanya lantaran kecantikan atau ketampanan wajahnya
semata, pede hanya jika ke sekolah atau ke kampus membawa motor atau mobil,
pede cuma karena mengandalkan status sosial keluarga, dan masih banyak kasus
yang lain, Sedangkan merasa pede setelah memakal deodoran di ketiak, itu sih,
tidak menjadi masalah. Daripada bauket dan mengganggu orang lain ? Ukuran
pede seperti itu, jelas nggak bermutu, selain juga keliru. Pasalnya, pemahaman
pede harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi nilai-nilai ahlak.
Bukan karena landasan fisik dan kebendaan semata.
c. Kasihan deh, Lo!
Ungkapan ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung normless.
Sebab ungkapan tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat.
Sebagai contoh, seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap :
Kasihan deh, Lo!. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku
lainnya yang sesungguhnya memang perlu/harus dihindari karena tidak sesuai
dengan nilai atau norma-norma agama (Islam). Misalnya karena.tidak pernah
turun ke diskotek lengkap dengan ngedrink atau ngec/njgsnya, ataupun perilaku
negatif lain yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Bisa juga
ungkapan “Kasihan deh, Lu” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak
mengetahui berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu
untuk diketahui. Seperti tidak mengetahui siapa sajakah personil bintang Meteor
Garden yang tergabung dalam f4"itu ? Siapa pula Delon itu? Atau yang lainnya
d. Nyantai aja, Coy!
Kekeliruan lain yang juga menggejala dalam bahasa gaul remaja adalah
ungkapan : Nyantai aja, Coy ! Tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu kita
nyantai, lebih tepatnya adalah bersantai atau istirahat untuk menghilangkan
kepenatan. Namun yang menjadi masalah apabila Nyantai aja, Coy disini
konteksnya mirip dengan lagu iklan Silver Queen : mumpung kiitaa masih muda,
santai saja Ingat kan ? Nyantai aja, Coy ! yang dilontarkan sebagian remaja
seringkali bermakna ketidakpedulian terhadap kemajuan atau prestasi diri.
Sebagai contoh, seorang remaja mengatakan, Nyantai aja, Coy ! kepada
temannya, karena temannya itu terlihat gelisah lantaran belum belajar untuk
persiapan ujian besok pagi, Nyantai aja, Coy ! terkadang bisa pula menunjukkan
ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial atau orang lain. Misalnya, seorang
remaja putri sedang asyik ngobrol di telepon umum sementara banyak orang antri
menunggu giliran. Ketika salah seorang yang antri menegurnya, ia malah
menjawab Nyantai aja, Coy ! Jika mau dicermati tentu masih banyak ungkapan :
Nyantai aja, Coy ! yang sering dilontarkan para remaja namun tidak sesuai dengan
konteksnya bahkan menafikan keluhuran nilai-nilai akhlak, Repotnya, apabila
mereka dinasihati untuk men}auhi berbagai perilaku yang tidak baik, termasuk
dalam menggunakan ungkapan yang tidak tepat (karena tidak sesuai dengan
konteksnya), maka dengan mudahnya mereka malah berbalik mengatakan,
Nyantai aja, Coy !
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun
menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
2. Bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama pergaulan, jika
pergaulan remaja dalam lingkup yang baik maka ia akan menggunakan bahasa
yang baik pula dan begitu pula sebaliknya.
3. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya: usia anak,
kondisi keluarga dan kondisi fisik anak terutama dari segi kesehatannya.
4. Bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama pergaulan, jika
pergaulan remaja dalam lingkup yang baik maka ia akan menggunakan bahasa
yang baik pula dan begitu pula sebaliknya. Dan semakin bertambahnya umur
maka bahasa yang dimiliki akan semakin berkembang, semakin dewasa
seseorang maka pemilihan kata pun akan semakin ilmiah. Bahasa memegang
peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berbahasa dan
kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Artinya kemampuan
berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
5. Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan
lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang
sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang
berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula
kemampuan dan perkembangan bahasanya.
6. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara
mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan
akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa
masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan
rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Oleh
karena itu, sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar,
majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Penerbit
ALFABETA.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda
L. N., Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta:Rajawali Pers
Sumatri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2007. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Sunarto, H. dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta:Rineka Cipta
http://speechclinic.wordpress.com/2010/04/24/milestones-normal-perkembangan-
bicara-dan-bahasa-pada-anak/
http://suluhpendidikan.blogspot.com/2008/12/perkembangan-bahasa-remaja.html
http://valmband.multiply.com/journal/item/11
www.MasBied.com
https://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-
bahasa-dan-fungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/
http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-bahasa-menurut-ahli.html