MAKALAH POTONG

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis sapi di Indonesia mengalami penurunan karena pemeliharaan sapi yang lebih sulit & tergolong lama untuk dapat berproduksi sehingga bisnis sapi baik sapi potong maupun sapi perah kurang diminati oleh peternak. Akibatnya populasi sapi pun semakin sedikit dan untuk mencukupi kebutuhan daging sapi di Indonesia, pemerintah harus mengimpor sapi dalam jumlah yang cukup signifikan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan akan daging sapi serta mengurangi impor sapi dimana dalam hal ini yang dibahas adalah sapi potong, terdapat beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan populasi sapi potong dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Salah satu teknologi yang digunakan adalah dengan Inseminasi Buatan (IB). Dengan pola IB dapat mempermudah terjadinya perkawinan tanpa mendatangkan pejantan serta dapat memperoleh pedet yang secara genetis maupun performance mempunyai sifat-sifat unggul. Sayangnya dalam usaha ternak potong masih sering muncul beberapa permasalahan dalam penerapan IB seperti pola perkawinan yang kurang benar, pengamatan birahi waktu kawin

Transcript of MAKALAH POTONG

Page 1: MAKALAH POTONG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini bisnis sapi di Indonesia mengalami penurunan karena pemeliharaan sapi

yang lebih sulit & tergolong lama untuk dapat berproduksi sehingga bisnis sapi baik sapi

potong maupun sapi perah kurang diminati oleh peternak. Akibatnya populasi sapi pun

semakin sedikit dan untuk mencukupi kebutuhan daging sapi di Indonesia, pemerintah

harus mengimpor sapi dalam jumlah yang cukup signifikan.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan akan daging sapi serta mengurangi

impor sapi dimana dalam hal ini yang dibahas adalah sapi potong, terdapat beberapa

teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan populasi sapi potong dengan cara

meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Salah

satu teknologi yang digunakan adalah dengan Inseminasi Buatan (IB). Dengan pola IB

dapat mempermudah terjadinya perkawinan tanpa mendatangkan pejantan serta dapat

memperoleh pedet yang secara genetis maupun performance mempunyai sifat-sifat

unggul.

Sayangnya dalam usaha ternak potong masih sering muncul beberapa

permasalahan dalam penerapan IB seperti pola perkawinan yang kurang benar,

pengamatan birahi waktu kawin tidak tepat, kurang terampilnya beberapa petugas serta

rendahnya pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB. Hal ini tentu saja dapat

merugikan peternak karena jarak beranak menjadi lebih panjang serta resiko kegagalan

IB menyebabkan rendahya kebuntingan sapi potong.

Untuk itu perlu diketahui cara-cara melakukan teknik kawin suntik baik dengan

IB cair maupun IB beku. Dengan melakukan teknik IB secara tepat, kegagalan IB pun

dapat diminimalisir sehingga dapat meningkatkan produksi sapi potong di Indonesia.

Page 2: MAKALAH POTONG

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prosedur IB secara tepat?

Bagaimana teknik kawin IB dengan semen beku?

Bagaimana teknik kawin IB dengan semen cair?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui prosedur IB secara tepat

Untuk mengetahui teknik kawin IB dengan semen beku

Untuk mengetahui teknik kawin IB dengan semen cair

Page 3: MAKALAH POTONG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teknik reproduksi sapi potong terdiri atas Inseminasi Buatan (IB) dan perkawinan

alami. Di daerah-daerah pertanian intensif, IB makin populer karena terbatasnya sapi

pejantan dan adanya pelayanan IB dari Dinas Peternakan setempat. Ummnya bangsa sapi

yang digunakan adalah peranakan ongole (PO) baik induk maupun semennya.di samping

itu, akhir-akhir ini juga terjdi peningkatan permintaan terhadap sapi bakalan peranakan

bangsa sapi berproduktivitas tinggi seperti Simmental dan Charolise, yang

perkawinannya hanya dapat dilakukan melalui IB. Namun untuk perkawinan pertama

sebagian peternak masih menerapkan IB dengan sapi sebangsanya, yaitu sapi PO. Hal ini

karena sapi induk PO yang masih dara akan mengalami kesulitan dalam malahirkan anak

pertama jika menggunakan semen Simmental atau Charolise karena ukuran anaknya lebih

besar. Akibatnya, induk atau anaknya bisa mati atau terjadi perusakan peranakan

(prolapsus uteri) yang mengganggu proses kelahiran berikutnya. Setelah kelahiran

pertama,IB dengan semen Simmental atau Charolise dapat dilakukan.( )

Di daerah-daerah pertanian ekstensif, perkawinan alami lebih dominan daripada

IB karena pejantan cukup tersedia dan terbatasnya pelayanan IB. Jenis sapi yang

dikembangkan adalah sapi Bali di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan serta

Sumba Ongole (SO) di Nusa Tenggara Timur ()

Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran

kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam.

Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyam paian semen ke

dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan

pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen,

Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina,

bimbingan dan penyuluhan pada ternak.

Menurut Ihsan (1993), keuntungan IB sangat dikenal dan jauh melampaui

kerugian-kerugiannya jika tidak demikian tentu perkembangan IB sudah lama terhenti

dan keuntungan yang diperoleh dari IB yaitu :

Page 4: MAKALAH POTONG

1) Daya guna seekor pejantan yang genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksi-

mal mungkin.

2) Terutama bagi peternak-peternak kecil seperti umumnya ditemukan di Indone-

sia program IB sangat menghemat biaya di samping dapat menghindari bahaya

dan juga menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu meru-

pakan pejantan terbaik untuk diternakkan.

3) Pejantan-pejantan yang dipakai dalam IB telah diseleksi secara teliti dan ilmiah

dari hasil perkawinan betina-betina unggul dengan pejantan unggul pula.

4) Dapat mencegah penyakit menular

5) Calving Interval dapat diperpendek dan terjadi penurunan jumlah betina yang

kawin berulang.

Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh perkawinan ib harus diperhatikan seperti :

1) Apabila prosedur IB tidak dilakukan secara wajar, akan mengakibatkan repro-

duksi yang rendah.

2) Apabila persediaan pejantan unggul habis, maka peternak tidak dapat memilih

pejantan yang dikehendaki untuk mengikuti program peternakan yang di-

inginkannya.

3) Terlalu banyak sapi yang mempunyai keturunan yang sama.()

Tanda-tanda sapi betina birahi

Sapi betina yang sedang birahi akan tetap berdiri pada tempatnya jika seekor

jantan mendatangi dan menaikinya. Keadaan ini merupakan tanda umum dan seragam

untuk semua ternak. Tanda-tanda lain sapi betina yang sedang birahi sebagai berikut :

1) Sapi gelisah dan terlihat sangat tidak tenang.

2) Sapi sering menguak atau melenguh-lenguh.

3) Sapi mencoba menaiki sapi lain dan akan tetap diam bila dinaiki sapi lain.

4) Pangkal ekornya terangkat sedikit dan keluar lendir jernih transparan yang

mengalir melalui vagina dan vulva.

5) Sapi dara sering memperlihatkan perubahan warna pada vulvanya yang mem-

bengkak dan ke merah-merahan.

Page 5: MAKALAH POTONG

6) Sapi menjadi diam dan nafsu makannya berkurang.

Saat yang baik melakukan IB adalah saat sapi betina menunjukkan tanda-tanda

birahi, petani ternak pada umumnya mengetahui tingkah laku ternak yang sedang birahi

yang dikenal dengan istilah : 4A, 2B, 1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget,

dan arep artinya alat kelamin yang berwarna merah membengkak kalau diraba terasa

anget dan mau dinaiki, 2B yang dimaksud adalah bengak-bengok dan berlendir, artinya

sapi betina sering mengeluh dan pada alat kelaminnya terlihat adanya lendir transparan

atau jernih, 1C yang dimaksud adalah cingkrak-cingkrik artinya sapi betina yang birahi

akan menaiki atau diam jika dinaiki sapi lain.

Waktu optimum untuk inseminasi

Selain memperlihatkan tanda-tanda birahi sapi betina, maka harus dapat

mengawinkan sapi tersebut tepat pada waktunya. Untuk itu harus mengetahui hal-hal

berikut: birahi sapi berlangsung kira-kira 18 jam dengan siklus birahi rata-rata 21 hari.

Adapun ovulasi (saat keluarnya sel telur dari sarangnya) terjadi lebih kurang 12 jam

sesudah proses birahi akhir. Sperma sapi jantan diperkirakan bisa hidup dalam alat

reproduksi betina lebih kurang 30 jam. Oleh karena itu sperma sapi jantan harus sudah

siap 6 jam sebelum terjadi pembuahan

Waktu yang paling tepat untuk mengawinkan ternak adalah 9 jam sesudah birahi

berlangsung dan 6 jam sesudah birahi berakhir. Faktor yang paling penting adalah

pengamatan birahi. Jika gejala birahi telah terlihat maka saat perkawinan atau Inseminasi

mudah ditentukan. Jika sapi birahi pada pagi hari maka perkawinan atau Inseminasi harus

dilakukan pada hari itu juga. Namun kalau sapi birahi pada sore hari, perkawinan

dilakukan esok harinya sebelum jam 15.00 WIB sore. 

Sinkronisasi Birahi

Pada beberapa proyek pemerintah, seringkali inseminasi buatan dilaksanakan se-

cara crash-program dimana pada suatu saat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi

padahal tidak semua betina birahi pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu harus di-

laksanakan apa yang disebut dengan sinkronisasi birahi. Pada dasarnya, sinkronisasi bi-

Page 6: MAKALAH POTONG

rahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormon

Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis Prostaglandin F2a.

Nama dagang yang paling sering ditemui di Indonesia adalah Enzaprost F. Sinkronisasi

birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta

biaya lain untuk petugas lapang.

Cara aplikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :

Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :

Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia);

Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan

birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.

Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyun-

tikan pertama;

Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.

Teknik kawin IB dengan semen beku

Ada empat hal yang berkaitan dengan inseminasi buatan (IB), yaitu

1) Ketersediaan input produksi berupa semen beku yang berkualitas dan

peralatan IB

2) Adanya betina induk resipien yang siap di IB

3) Ketepatan waktu saat akan melakukan IB

4) Persiapan Inseminator yang berkualitas

Bila hal-hal tersebut dijalani dengan baik, maka keberhasilan inseminasi buatan

pada sapi perah ataupun sapi potong akan tinggi. Dari keempat hal tersebut di atas, titik

terpenting bagi pelaksanaan IB adalah kualitas dari Inseminator. Bila inseminatornya

belum pengalaman, maka akan berdampak pada keberhasilan IB ()

Teknologi IB menggunakan semen beku pada sapi potong telah digunakan sejak

belasan tahun silam dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi

melalui penggunaan pejantan pilihan dan menghindari penularan penyakit atau kawin

sedarah (inbreeding).

Selama ini pelaksanaan teknologi IB di lapangan masih mengalami beberapa

Page 7: MAKALAH POTONG

hambatan, antara lain S/C > 2 dan angka kebuntingan ≤ 60% (Affandhy et al., 2006),

sehingga untuk meningkatkan populasi dan mutu sapi potong serta guna memperluas

penyebaran bakalan sapi potong, diperlukan suatu petunjuk praktis tentang manajemen

IB mengunakan semen beku mulai dari penanganan ketika straw beku dalam kontener

hingga akan disuntikan/Idi-IB-kan ke sapi induk, termasuk cara thawing dan waktu IB;

dengan harapan dapat memperbaiki manajemen perkawinan melalui pelaksanaan IB yang

selama ini sering menimbulkan permasalahan di tingkat peternak maupun inseminator.

Dengan adanya petunjuk tentang manajemen IB diharapkan dapat menambah tingkat

keterampilan inseminator dan pengalaman peternak sehinggga tingkat kebuntingan ternak

dapat dicapai secara optimal dan tahapan teknik ini perlu diinformasikan kepada

pengguna seperti petani peternak, inseminator dan kelompok peternak.()

Teknik kawin IB dengan semen cair

Teknologi alternatif yang dapat digunakan untuk prosesing semen sapi potong

dalam membantu pengembangan program IB secara cepat dan mudah dikerjakan di

lapang, secara industri maupun kelompok (cooperate farming) dapat menggunakan

teknologi semen cair (chilled semen). Teknolgi semen cair dapat dibuat dengan bahan

pengencer dan peralatan yang sederhana serta mudah diperoleh. Bahan pengencer dapat

berasal dari air kelapa muda atau tris-sitrat dengan kuning telur ayam dan dapat disimpan

di dalam cooler/kulkas dengan suhu 5ºC selama 7-10 hari. Hasil penelitian uji semen cair

di lapang oleh staf peneliti Lolit Sapi Potong menunjukkan nilai post thawing motility

(PTM) > 40 % dengan service/conception (S/C) < 1,5 dan tingkat kebuntingan

(conception rate/CR) >70 %. Semen cair (chilled semen) pada sapi potong merupakan

campuran antara cairan semen dengan spermatozoa dalam bentuk segar yang ditampung

menggunakan vagina buatan ; selanjutnya ditambahkan larutan pengencer tertentu (air

kelapa dan kuning telur) sebagai bahan energi/daya hidup spermatozoa. Semen cair ini

dapat disimpan atau dapat langsung digunakan pada sapi potong atau jenis sapi lainnya

melalui kawin suntik (inseminasi buatan/IB).

Teknologi semen cair ini diharapkan mampu memberikan alternatif pengemba-

Page 8: MAKALAH POTONG

ngan wilayah akseptor IB yang belum terjangkau oleh IB semen beku atau IB semen

bekunya belum maju. Di samping itu, biaya pembuatan semen cair lebih murah dan dapat

dikerjakan oleh Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) maupun kelompok peternak

yang sudah maju (mainded). Hasil uji coba pada peternak di daerah kabupaten Pasuruan

(kecamatan Wonorejo dan Nguling) mencapai angka kebuntingan hingga di atas 70 %

dan jumlah kawin sampai bunting (service per conception) sebesar 1-2 kali dengan biaya

pembuatan semen cair dalam straw sebesar Rp 200.000,- per 100 straw (Rp

2.000,-/straw). Selama ini pelaksanaan teknologi IB di lapangan masih mengalami

hambatan, S/C, angka kebuntingan dan mahalnya biaya operasional, sehingga teknologi

alternatif ini diperlukan guna meningkatkan populasi dan mutu sapi potong serta

merupakan terobosan baru untuk memanfaatkan keberadaan sapi jantan unggul di setiap

wilayah perbibitan sapi potong yang akhirnya akan memperluas penyebaran bakalan sapi

potong.

Dalam rangka penyebaran informasi bidang reproduksi ternak khususnya sapi

potong, maka teknologi semen cair ini perlu diinformasikan kepada pengguna antara lain

petani peternak, inseminator dan kelompok peternak melalui magang atau kursus guna

menambah pengetahuan atau informasi teknologi tepat gunadalam bidang peternakan.()

Page 9: MAKALAH POTONG

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:

1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB)  maka semen harus di-

cairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen

cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang

mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut

dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.

2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tis-

sue.

3. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong den-

gan menggunakan gunting bersih

4. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/

straw

5. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat

6. Petugas Inseminasi Buatan (IB)  memakai sarung tangan (glove) pada tangan

yang akan dimasukkan ke dalam rektum

7. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat

menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak

kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu

8. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang dise-

but dengan 'posisi ke empat'. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka

keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.

3.2 Teknik kawin IB dengan semen beku

Dalam melaksanakan Teknik kawin suntik IB dengan semen beku terdapat

beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu:

Penanganan semen beku dalam kontainer

Cara thawing dan waktu IB dan

Pelaksanaan IB di lapang.

Page 10: MAKALAH POTONG

1) Penanganan semen beku dalam kontainer

Penanganannya sangat penting untuk diperhatikan karena berfungsi untuk

mempertahankan kualitas straw tetap baik sehingga dapat digunakan untuk IB pada sapi

induk.

Penanganan straw beku ketika dalam kontainer tersebut adalah :

a. Semen beku yang ada di dalam kontainer harus selalu terisi N2 cair dan straw

terendam dalam N2 cair tersebut yang jaraknya minimal > 15 cm

dari dasar kontainer

b. N2 cair yang ada di dalam kontainer dicek setiap seminggu sekali dengan cara

memasukkan penggaris plastik warna hitam atau kayu ke dalam kontener yang

langsung diangkat, sehingga akan nampak bekas N2 berwarna putih pada peng-

garis tersebut

c. Ketika mengambil straw di dalam kontainer tidak boleh melebihi tinggi leher

kontainer serta hindarkan dari sinar matahari secara langsung

Cara pemindahan straw beku

d. Setelah dithawing,straw beku jangan dikembalikan lagi ke dalam kontainer

karena kualitas akan menurun dan dapat mengalami kematian sperma.

Page 11: MAKALAH POTONG

2) Pencairan kembali (thawing) dan waktu IB

Salah satu keberhasilan kebuntingan sapi induk yang diinseminasi (kawin suntik)

selain kualitas semen adalah faktor thawing dan waktu IB. Cara dan pelaksanaan thawing

dan waktu IB yang tepat untuk semen beku yang kemungkinan besar dapat berhasil

dengan baik adalah sebagai berikut:

Merendam straw yang berisi semen beku ke dalam air hangat suhu 37,5 ºC dalam

waktu 25-30 detik atau dapat pula menggunakan air sumur atau air ledeng pada suhu 25-

30 ºC selama kurang dari satu menit memperoleh nilai PTM > 40 % .

Cara thawing semen beku

3) Pelaksanaan IB di lapang

Setelah terlihat induk sapi birahi dengan tanda-tanda birahi, yaitu:

a) Terlihat vulvanya dengan istilah 3 A (abang aboh dan angat)

b) Keluar lendir dari vagina

c) Gelisah (menaiki sapi lain ataukandang)

d) Vulva bengkak dan hangat warna kemerahan

e) Keluar air mata

f) Dinaiki pejantan atau sapi lain diam saja.

Page 12: MAKALAH POTONG

Setelah itu induk sapi ditempatkan pada kandang kawin dari bambu atau besi

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Feses sapi dikeluarkan dari lubang rectum melalui lubang anus

dengan tangan kanan

Cara keluarkan feses dan IB

b. Vulva dibersihkan dengan kain basah dan di desinfektan dengan

cara mengusapkan kapas berisi alkohol 70 %

c. Straw berisi semen beku setelah dimasukkan air (thawing),dimasukkan ke

dalam peralatan kawin suntik (AI Gun) dan secaraperlahan dimasukkan

kedalam vagina induk sapi

Cara pasang dan masukkan gun

Page 13: MAKALAH POTONG

d. Sambil memasukkan straw ke dalam uterus; dilakukan pula palpasi rektal

ke dalam rektum guna membantu masuknya gun ke uterus (1 cm dari

servik)

e. Semen di dalam straw disemprotkan kedalam cornua uteri (posisi 4+), ke-

mudian secara perlahan gun ditarik sambil memijat cervik dan vagina den-

gan tangan kiri;

f. Setelah selesai, semua peralatan IB dibersihkan dan dilakukan rekording

dengan kartu IB guna memudahkan pencatatan selanjutnya.

3.3 Teknik kawin IB dengan semen cair

Teknologi alternatif yang dapat digunakan untuk prosesing semen sapi potong

dalam membantu pengembangan program IB secara cepat dan mudah dikerjakan di

lapang, secara industri maupun kelompok (cooperate farming) dapat menggunakan

teknologi semen cair (chilled semen). Teknologi semen cair dapat dibuat dengan bahan

pengencer dan peralatan yang sederhana serta mudah diperoleh. Bahan pengencer dapat

berasal dari air kelapa muda atau tris-sitrat dengan kuning telur ayam dan dapat disimpan

di dalam cooler/kulkas dengan suhu 5oC selama 7-10 hari.

Hasil penelitian uji semen cair di lapang oleh staf peneliti Lolit Sapi Potong

menunjukkan nilai post thawing motility (PTM) > 40 % dengan service/conception (S/C)

< 1,5 dan tingkat kebuntingan (conception rate/CR) >70 %. Semen cair (chilled semen)

pada sapi potong merupakan campuran antara cairan semen dengan spermatozoa dalam

bentuk segar yang ditampung menggunakan vagina buatan, lalu ditambahkan larutan

pengencer tertentu (air kelapa dan kuning telur) sebagai bahan energi/daya hidup

spermatozoa. Semen cair ini dapat disimpan atau dapat langsung digunakan pada sapi

potong atau jenis sapi lainnya melalui kawin suntik (inseminasi buatan/IB).

Page 14: MAKALAH POTONG

BAB IV

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan teknik kawin IB dengan semen beku, tahapan-tahapan yang

harus dilakukan adalah penanganan semen beku dalam container, cara thawing

dan waktu IB serta pelaksanaan IB di lapang.

S/C, angka kebuntingan yang tinggi serta mahalnya biaya operasional membuat

teknologi alternatif seperti teknik kawin IB dengan semen cair menjadi terobosan

baru untuk memanfaatkan keberadaan sapi jantan unggul dengan harga yang lebih

murah yaitu Rp 200.000,- per 100 straw (Rp 2.000,-/straw).

Apabila prosedur IB dilakukan secara tepat dapat meminimalisir resiko kegagalan

IB yang dapat menyebabkan rendahya kebuntingan sapi potong.

Page 15: MAKALAH POTONG