Makalah poligami dan poliandri

25
HTTP://WWW.RUROHMA.COM/ MAKALAH POLIGAMI DAN POLI ANDRI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kegiatan pondok Romadhon Di Susun Oleh Kelompok 5: 1. Faizatur rohmah 2. Habibatus Sholihah 3. Ike Rizqiana Febrianti 4. Imroatus Sholihah 5. Khoirur Rohmah 6. Kuny Rizqi Faidah 7. Nur Halimah 8. Nurul Azizah 9. Nilna Rizqa Faidah 10. Siti Wimroatus Sholihah

Transcript of Makalah poligami dan poliandri

Page 1: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

MAKALAHPOLIGAMI DAN POLI ANDRI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kegiatan pondok Romadhon

Di Susun Oleh Kelompok 5:

1. Faizatur rohmah

2. Habibatus Sholihah

3. Ike Rizqiana Febrianti

4. Imroatus Sholihah

5. Khoirur Rohmah

6. Kuny Rizqi Faidah

7. Nur Halimah

8. Nurul Azizah

9. Nilna Rizqa Faidah

10. Siti Wimroatus Sholihah

Kegiatan Pondok Romadhon

Madrasah Aliyah Wahid Hasyim

Di Masjid Nurul Huda Balung Kulon

Tahun Ajaran 2011-2012

Page 2: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “POLIGAMI dan

POLIANDRI” sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. Pembuatan makalah ini adalah

salah satu syarat yang di ajukan untuk melengkapi penyelesaian safari Pondok Romadhon

tahun 2011-2012.

Pembuatan makalah ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari pihak-

pihak terkait. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini dengan baik

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca Harapan penulis semoga

Semoga makalah yang memuat pengetahuan mengenai POLIGAMI dan

POLIANDRIini, dapat bermanfaat bagi siswa/siswi Ma. Wahid Hasyim Balung.

Jember, 29 Juli 2011

Penulis

Page 3: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1

KATA PENGANTAR................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A.     1.1 Latar Belakang.............................................................................. 4

B.     1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 4

C.     1.3 Tujuan Penulisan makalah............................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 5

A.     II.1 POLIGAMI................................................................................... 5

B.     II.2 Syarat – Syarat POLIGAMI......................................................... 5

C.     II.3 POLIANDRI................................................................................. 10

D.     II.4 Larangan POLIANDRI................................................................ 12

E.      II.5 Wanita- Wanita yang dilarang untuk didekati............................. 12

F.      II.6 Hikmah Larangan POLIGAMI dan POLIANDRI....................... 13

BAB III PENUTUP................................................................................ 16

A.     Kesimpulan......................................................................................... 16

B.     Saran ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 17

Page 4: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Poligami atau pernikahan lebih dari satu orang merupakan suatu hal yang sangat

ditakuti oleh setiap wanita. Pelaksanaan poligami tanpa dibatasi peraturan secara ketat

akan menimbulkan hal-hal negatif dalam menegakkan rumah tangga. Biasanya

hubungan dengan istri muda menjadi tegang, anak-anak yang berlainan ibu menjurus pada

pertentangan yang membahayakan kelangsungan hidupnya. Hal ini bisa terjadi jika sang

ayah meninggal dunia.

Agar hal ini tidak terjadi, maka Undang-Undang membatasi secara ketat dengan

alasan –alasan dan syarat-yarat tertentu. Undang-Undang perkawinan memberikan suatu

harapan bahwa perkawinan yang dilaksanakan itu betul-betul bermanfaat bagi mereka

yang melaksanakannya, dan tidak ada yang merugikan ataupun yang dirugikan.

1.2              Rumusan Masalah

·         Pengertian Poligami

·         Syarat-syarat poligami dalam islam

·         Hikmah Poligami

·         Pengertian Poliandri

·         Larangan poliandri

·         Wanita-wanita yang dilarang untuk didekati

·         Pembatalan nikah poliandri

·         Hikmah larangan poliandri

·         Hikmah poliandri

1.3              Tujuan penulisan

·         Menguasai materi tentang poligami dan Poliandri

·         Mengetahui tentang dasar hukum poligami dan Poliandri

·         Menjadi warga Negara Indonesia yang baik

Page 5: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

BAB II

PEMBAHASAN

1. POLIGAMI

1.1 Pengertian Poligami

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih

dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada

suatu saat . (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami

atau istri pada suatu saat). Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligami (seorang pria

memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami

sekaligus), dan pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage, yaitu kombinasi

poligami dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah,

namum poligami merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan

dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum

feminis menentang poligami, karena mereka menganggap poligami sebagai bentuk

penindasan kepada kaum wanita. 1

Islam pada dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu

(poligami). Dan islam juga memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri

dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya. Poligami

dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap-

tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Di Indonesia sendiri terdapat

hukum yang memperketat aturan poligami untuk pegawai negeri, dan sedang dalam

wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum. Tunisia adalah merupakan

contoh negara arab dimana poligini tidak diperbolehkan.

1.2 SYARAT-SYARAT POLIGAMI DALAM ISLAM

1. Membatasi jumlah isteri yang akan dikawininya. 

Syarat ini telah disebutkan oleh Allah (SWT) dengan firman-Nya;

"Maka berkawinlah dengan sesiapa yang kamu ber-kenan dari perempuan-perempuan

(lain): dua, tiga atau empat." (QS. Annisa’ ayat 3)

Page 6: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

Ayat di atas menerangkan dengan jelas bahawa Allah telah menetapkan seseorang

itu untuk berkawin tidak boleh lebih dari empat orang isteri. Jadi, Islam membatasi kalau

tidak beristeri satu, boleh dua, tiga atau empat saja.

Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan

perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan pembatasan empat

orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak menemukan isteri atau ada

pula wanita yang tidak menemukan suami. Mungkin, kalau Islam membolehkan dua orang

isteri saja, maka akan banyak wanita yang tidak menikah. Kalau pula dibolehkan lebih dari

empat, mungkin terjadi banyak lelaki tidak memperoleh isteri.

2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali

persaudaraan menjadi isterinya.

 Misalnya, menikah dengan kakak dan adik, ibu dan anaknya, anak saudara dengan

ibu saudara baik sebelah ayah maupun ibu. Tujuan pengharaman ini ialah untuk menjaga

silaturrahim antara anggota-anggota keluarga. Rasulullah SAW bersabda, yang berarti

bahwa : "Sesungguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan

memutuskan silaturrahim di antara sesama kamu." (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

3. Berlaku adil,

sebagaimana yang difirmankan Allah (SWT);

"Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu),

maka (kahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan yang

kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak

melakukan kezaliman." (QS An-nisa’ ayat 3)

Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika akan

berpoligami. Maka andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat orang

isteri, cukuplah tiga orang saja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil, cukuplah

dua saja. Dan kalau dua itu pun masih khawatir tidak boleh berlaku adil, maka hendaklah

menikah dengan seorang saja.

Para mufassirin berpendapat bahawa berlaku adil itu wajib. Adil di sini bukanlah

berarti hanya adil terhadap para isteri saja, tetapi mengandungi arti berlaku adil secara

mutlak. Oleh karena itu seorang suami hendaklah berlaku adil dalam hal sebagai berikut:

v  Berlaku adil terhadap dirinya sendiri.

Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesukaran untuk bekerja mencari

rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa orang isteri. Apabila dia tetap

Page 7: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

berpoligami, ini berarti dia telah menganiayai dirinya sendiri. Sikap yang demikian adalah

tidak adil.

v  Adil di antara para isteri.

Setiap isteri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa kemesraan

hubungan jiwa, nafkah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan perkara lain-lain nya

yang diwajibkan Allah kepada suami.

Adil di antara isteri-isteri ini hukumnya wajib, berdasarkan firman Allah dalam alqur’an

pada surat an-nisa’ ayat 3 dan juga sunnah Rasul. Rasulullah SAW bersabda, yang berarti

bahwasanya : "Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, lalu dia cenderung kepada salah

seorang di antaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak di hari

kiamat dia akan datang dengan keadaan pinggangnya miring hampir jatuh

sebelah." (Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal)

v  Adil memberikan nafkah.

Dalam soal adil memberikan nafkah ini, hendaklah si suami tidak mengurangi nafkah dari

salah seorang isterinya dengan alasan bahawa si isteri itu kaya atau ada sumber

kewangannya, kecuali kalau si isteri itu rela. Suami memang boleh menganjurkan isterinya

untuk membantu dalam soal nafkah tetapi tanpa paksaan. Memberi nafkah yang lebih

kepada seorang isteri dari yang lain-lainnya diperbolehkan dengan sebab-sebab tertentu.

Misalnya, si isteri tersebut sakit dan memerlukan biaya rawatan sebagai tambahan.

Prinsip adil ini tidak ada perbezaannya antara gadis dan janda, isteri lama atau isteri baru,

isteri yang masih muda atau yang sudah tua, yang cantik atau yang tidak cantik, yang

berpendidikan tinggi atau yang buta huruf, kaya atau miskin, yang sakit atau yang sihat,

yang mandul atau yang dapat melahirkan. Kesemuanya mempunyai hak yang sama

sebagai isteri.

v  Adil dalam menyediakan tempat tinggal.

Selanjutnya, para ulama telah sepakat mengatakan bahawa suami bertanggungjawab

menyediakan tempat tinggal yang tersendiri untuk tiap-tiap isteri berserta anak-anaknya

sesuai dengan kemampuan suami. Ini dilakukan semata-mata untuk menjaga kesejahteraan

isteri-isteri, jangan sampai timbul rasa cemburu atau pertengkaran yang tidak diingini.

v  Adil dalam giliran.

Demikian juga, isteri berhak mendapat giliran suaminya menginap di rumahnya sama

lamanya dengan waktu menginap di rumah isteri-isteri yang lain. Sekurang-kurangnya si

suami mesti menginap di rumah seorang isteri satu malam suntuk tidak boleh kurang.

Page 8: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

Begitu juga pada isteri-isteri yang lain. Walaupun ada di antara mereka yang dalam

keadaan haidh, nifas atau sakit, suami wajib adil dalam soal ini. Sebab, tujuan perkawinan

dalam Islam bukanlah semata-mata untuk mengadakan 'hubungan seks' dengan isteri pada

malam giliran itu, tetapi bermaksud untuk menyempumakan kemesraan, kasih sayang dan

kerukunan antara suami isteri itu sendiri. Hal ini diterangkan Allah dengan firman-Nya;

"Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya, dan rahmat-Nya, bahawa

la menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri,

supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya di antara

kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang

demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi

orang-orang yang berfikir." (QS. Ar-Ruum ayat 21)

Andaikan suami tidak bersikap adil kepada isteri-isterinya, dia berdosa dan akan menerima

siksaan dari Allah SWT pada hari kiamat dengan tanda-tanda berjalan dalam keadaan

pinggangnya miring. Hal ini akan disaksikan oleh seluruh umat manusia sejak Nabi Adam

sampai ke anak cucunya.

Firman Allah (SWT) dalam Surah az-Zalzalah ayat 7 hingga 8;

"Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarrah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat

amalnya)! Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarrah, nescaya akan dilihatnya (dalam

surat amalnya)."

v  Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan

serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah.

Oleh itu, disyaratkan agar setiap suami yang berpoligami tidak membeza-bezakan antara

anak si anu dengan anak si anu. Berlaku adil dalam soal nafkah anak-anak mestilah

diperhatikan bahawa nafkah anak yang masih kecil berbeza dengan anak yang sudah besar.

Anak-anak perempuan berbeza pula dengan anak-anak lelaki. Tidak kira dari ibu yang

mana, kesemuanya mereka berhak memiliki kasih sayang serta perhatian yang seksama

dari bapa mereka. Jangan sampai mereka diterlantarkan kerana kecenderungan si bapa

pada salah seorang isteri serta anak-anaknya sahaja.

Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami terpelihara dari

sikap curang yang dapat merusakkan rumah tangganya. Seterusnya, diharapkan pula dapat

memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta menghindarkan rasa

dendam di antara sesama isteri.

Page 9: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

Sesungguhnya kalau diperhatikan tuntutan syara’ dalam hal menegakkan keadilan antara

para isteri, nyatalah bahawa sukar sekali didapati orang yang sanggup menegakkan

keadilan itu dengan sewajarnya.

Bersikap adil dalam hal-hal menzahirkan cinta dan kasih sayang terhadap isteri-isteri,

adalah satu tanggungjawab yang sangat berat. Walau bagaimanapun, ia termasuk perkara

yang berada dalam kemampuan manusia. Lain halnya dengan berlaku adil dalam soal

kasih sayang, kecenderungan hati dan perkara-perkara yang manusia tidak berkesanggupan

melakukannya, mengikut tabiat semula jadi manusia.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Alqur’an surat An-nisa’

ayat 129 yang berarti;

"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu

sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu

cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)

sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-awang)."

Selanjutnya Siti 'Aisyah (r.a.) menerangkan, bahwa;

Rasulullah SAW selalu berlaku adil dalam mengadakan pembahagian antara isteri-

isterinya. Dan beliau berkata dalam doanya: "Ya Allah, inilah kemampuanku membahagi

apa yang ada dalam milikku. Ya Allah, janganlah aku dimarahi dalam membahagi apa

yang menjadi milikku dan apa yang bukan milikku."

Page 10: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

2. POLIANDRI

2.1 Pengertian Poliandri.

Poliandri yaitu sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita

mempunyai suami lebih dari satu orang di waktu yang bersamaan. Islam melarang tegas

bentuk perkawinan poliandri. 2 ALLAH SWT berfirman “ Dan diharamkan juga kamu

(para laki-laki) mengawini wanita-wanita yang bersuami .....................” (QS. An-Nisa’,

24). 3 Sementara dalam undang-umdang nomor 1 tahun 1974 , terdapat pula larangan

poliandri yang tercantum dalam pasal 3 ayat 1yang menentukan bahwa pada asasnya

seorang wanita harus hanya boleh memiliki seorang suami. Larangan ini bersifat mutlak

mutlak, karena tidak ada alasan –alasan lain yang ditentukan dalam undang-undang

perkawinan ini yang memboleh kan poliandri. 4

Sejauh ini penulis baru menemukan satu ayat al-Qur’an yang secara tegas melarang

poliandri.

Surat An-Nisa’ Ayat 24

�ن أ ذ�لكم اء و�ر� ما ل�كم و�أحل �يكم ع�ل الله �اب� كت �يم�انكم أ �ت م�ل�ك م�ا إال اء س� الن من� �ات و�المحص�ن

� و�ال ف�ريض�ة هن أجور� ف�آتوهن منهن به �عتم �مت است ف�م�ا افحين� مس� غ�ير� محصنين� �مو�الكم بأ �غوا �بت تح�كيما ع�ليما �ان� ك الله� إن الف�ريض�ة �عد ب من به اض�يتم �ر� ت فيم�ا �يكم ع�ل �اح� .جن

Sabab al-Nuzul

�خ�وفوا ف�ت �زو�اج أ �هن ل �وط�اس� أ �وم� ي بيا س� �ص�ابوا أ ق�ال� عيد س� �بي أ ع�ن الخ�ليل �بي أ ع�ن �اد�ة� ق�ت ع�ن

�ة اآلي ه�ذه �ت �يم�انكم : ف�أنزل أ �ت �ك م�ل م�ا إال اء س� الن من �ات و�المحص�ن   .

�وط�اس� أ �ى إل �عثا ب �ين حن �وم� ي �ع�ث� ب لم� و�س� �يه ع�ل ه الل ص�لى الله سول� ر� �ن أ الخدري عيد س� �بي أ ع�ن

ه الل سول ر� �صح�اب أ من �اسا أن �ن �أ ف�ك �ا �اي ب س� �هم ل �ص�ابوا و�أ �يهم ع�ل ف�ظ�ه�روا �لوهم ف�ق�ات ع�دوهم �قوا ف�ل

�ع�ال�ى ت ه الل ل� �نز� ف�أ المشركين� من �زو�اجهن أ �جل أ من �انهن غشي من جوا �ح�ر ت م� ل و�س� �يه ع�ل ه الل ص�لى

ذ�لك� �يم�انكم } في أ �ت �ك م�ل م�ا إال اء س� الن من �ات عدتهن  و�المحص�ن انق�ض�ت �ا إذ ل ح�ال� �هم ل ف�هن �ي أSabab nuzul di atas menegaskan dilarangnya menikahi wanita yang telah bersuami.

Larangan itu memperoleh pengecualian bagi wanita yang menjadi budak. Namun

demikian, menikahi wanita budak yang telah bersuami itu diperbolehkan setelah

berlalunya masa iddah. Dari sini bisa dipahami bahwa wanita, baik ia sebagai wanita

Page 11: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

merdeka maupun sebagai budak, tidak diperkenankan memiliki suami lebih dari satu

orang, atau yang disebut dengan poliandri.

Dalam bidang hokum Musthafa Sa’id Al-Khinn sebagaimana dikutip oleh Jaih

Mubarak menyebutkan bahwa bangsa arab pra islam menjadikan adab sebagai hokum

dengan berbagai bentuknya. Mereka mengenal beberapa macam perkawinan. Diantaranya:

1.      Istibda’ yaitu seorang suami meminta kepada istrinya untuk berjima’ dengan laki-laki

lainyang dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu, seperti keberanian dan

kecerdasan. Selama istri “ bergaul” dengan laki-laki tersebut, suami menahan diri dengan

tidak berjima’ dengan istrinya sebelum terbukti bahwa istrinya hamil. Tujuan perkawinan

seperti ini adalah agar istri melahirkan anak yang memiliki sifat yang dimiliki laki-laki

yang menyetubuhinya, yang tidak dimiliki oleh suaminya.

2.      Poliandri , yaitu beberapa laki-laki berjima’ dengan seorang perempuan. Setelah

hamil melahirkan anak, perempuan tersebut memanggil semua laki-laki yang pernah

menyetubuhinya untuk berkumpul dirumahnya. Setelah semua hadir, perempuan itu

memberitahukan bahwa ia telah dikaruniai anak hasil hubungan dengan mereka, lalu

menunjuk salah satu dari mereka yang pernah menyetubuhinya menjadi bapak dari yang

dilahirkannya. Laki-laki yang ditunjuk tidak boleh menolaknya.

3.      Maqthu’, yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya meninggal

dunia. Jika seorang anak ingin mengawini ibu tirinya, ia melemparkan kain kepada ibunya,

sebagai tanda bahwa ia menginginkannya, sementara ibu tirinya tidak boleh untuk

menolaknya. Jika anak tersebut masih kecil, ibu tiri diharuskan menunggu istri atau tidak.

4.      Badal, yaitu tukar menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan

memuaskan hubungan seks dan terhindar dari rasa bosan.

5.      Shighar, yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara perempuannya kepada

seorang laki-laki tanpa mahar.(Musthafa Sa’id Al-Khinn, 1984:18-19).

Selain beberapa tipe perkawinan di atas, Fyzee yang mengutip pendapat Abdur Rahim

dalam buku Kasf Al-Gumma, menjelaskan beberapa perkawinan lain yang terjadi pada

bangsa Arab sebelum datangnya islam, sebagai berikut:

1.      Bentuk perkawinan yang diberi sanksi oleh islam, yakni seorang meminta kepada

orang lain untuk menikahi saudara perempuan atau budak dengan bayaran tertentu(mirip

kawin kontrak)

Page 12: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

2.      Prostitusi, sudah dikenal. Biasanya dilakukan kepada para pendatang(tamu) ditenda-

tenda dengan cara mengibarkan bendera sebagai tanda memenggil. Jika wanitanya hamil,

ia akan memilih diantara laki-laki yang mengencaninya sebagai bapak-bapak dari anak

yang dikandung.

3.      Bentuknya semacam kawin kontrak. Dalam perkawinan ini ditentukan waktunya dan

syaratnya. Perkawinan ini akan berakhir apabila waktunya habis berdasarkan syarat yang

ditentukan sebelumnya. Menurut berbagai kalangan, perkawinan semacam ini haram

hanyaa saja Syi’ah Istna Ashari yang masih menghalalkannya.

2.2 Larangan Poliandri

Ayat ke-24 di atas melarang seorang laki-laki menikahi wanita yang telah bersuami.

Dengan demikian, ayat itu menutup kemungkinan berlakunya perkawinan poliandri dalam

Islam.  Atau, dilihat dari sudut pandang perempuan, ini berarti larangan kawin poliandri

atau bersuami lebih dari satu.

2.3              Wanita-wanita Yang Dilarang untuk Didekati

Ada beberapa keadaan dimana seorang wanita tidak boleh dipinang, apalagi dinikahi,

yaitu:

a.     Wanita yang telah bersuami

Wanita yang telah bersuami tidak boleh dipinang, meskipun dengan syarat akan dinikahi

pada waktu dia telah boleh dikawini. Seperti, “Bila kamu dicerai oleh suamimu saya akan

mengawini kamu.” Atau dengan bahasa sindiran, “Jangan khawatir dicerai suamimu, saya

yang akan melindungimu.”

b.     Wanita yang sedang menjalani iddah raj‘i

Wanita yang telah dicerai suaminya dan sedang menjalani iddah raj‘i sama keadaannya

dengan perempuan yang sedang punya suami dalam hal ketidakbolehannya untuk

dipinang, baik dengan bahasa terus-terang atau bahasa sindiran. Alasannya bahwa

perempuan dalam iddah talak raj‘i statusnya sama dengan perempuan yang sedang terikat

dalam perkawinan.

c.     Wanita yang dalam iddah karena kematian suaminya

Wanita yang sedang menjalani iddah karena kematian suaminya tidak boleh dipinang

dengan menggunakan bahasa terus-terang, namun dibolehkan meminangnya dengan

bahasa sindiran.

d.     Wanita yang telah dipinang orang lain

Page 13: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

Wanita yang telah dipinang oleh orang lain tidak boleh dipinang. Hal ini dijelaskan oleh

Nabi Saw.:

�خيه أ �ة خطب ع�ل�ى جل الر �خطب ي ال� ق�ال� م� ل و�س� �يه ع�ل ه الل ص�لى بي الن ع�ن ة� ير� هر� �بي أ . ع�ن

.

2.4    Pembatalan Nikah Poliandri

Apabila seorang wanita mempraktekkan poliandri, maka Pengadilan Agama dapat

membatalkannya. Namun demikian, batalnya suatu perkawinan tidak memutuskan

hubungan hukum antara anak dengan orang tuanya.

HIKMAH POLIGAMI DAN POLIANDRI

1.      Hikmah Poligami dalam Islam

Islam membolehkan umatnya berpoligami bukanlah tanpa alasan atau tujuan tertentu.

Keharusan berpoligami ini mempunyai hikmah-hikmah untuk kepentingan serta

kesejahteraan umat Islam itu sendiri. Di antaranya ialah;

1. Bahawa wanita itu mempunyai tiga halangan yaitu haid, nifas dan keadaan yang

belum betul-betul sehat selepas melahirkan. Jadi, dalam keadaan begini, Islam

mengharuskan berpoligami sampai empat orang isteri dengan tujuan kalau tiap-tiap

isteri ada yang haid, ada yang nifas dan ada pula yang masih sakit sehabis nifas,

maka masih ada satu lagi yang bebas. Dengan demikian dapatlah menyelamatkan

suami daripada terjerumus ke jurang perzinaan pada saat-saat isteri berhalangan

2. Untuk mendapatkan keturunan kerana isteri mandul tidak dapat melahirkan anak.

Atau kerana isteri sudah terlalu tua dan sudah putus haidnya. Dalam pemilihan

bakal isteri, Islam menyukai wanita yang dapat melahirkan keturunan daripada

yang mandul, walaupun sifat-sifat jasmaniahnya lebih menarik. Ini dijelaskan oleh

Rasulullah dengan sabdanya yang bermaksud, "Perempuan hitam yang mempunyai

benih lebih baik dari wanita-wanita cantik yang mandul."

3. Bahwa kaum lelaki itu mempunyai daya kemampuan seks yang berbeda-beda.

Andaikan suami mempunyai daya seks yang luar biasa, sedangkan isteri tidak

dapat mengimbanginya atau sakit dan masa haidnya terlalu lama, maka poligami

adalah langkah terbaik untuk memelihara serta menyelamatkan suami dari jatuh ke

lembah perzinaan.

Page 14: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

4. Dengan poligami diharapkan agar dapat terhindar dari terjadinya perceraian karena

isteri mandul, sakit atau sudah terlalu tua.

5. Akibat peperangan yang biasanya melibatkan kaum lelaki, maka jumlah wanita

akan lebih banyak baik mereka itu masih gadis maupun janda.Dengan adanya

poligami diharapkan janda-janda akibat peperangan itu dapat diselamatkan serta

diberi perlindungan yang sempurna. Begitu juga untuk menghindari banyaknya

jumlah gadis-gadis tua yang tidak dapat merasakan hidup berumahtangga dan

berkeluarga.

6. Karena banyaknya kaum lelaki yang berhijrah pergi merantau untuk mencari

rezeki. Di perantauan, mereka mungkin kesepian baik ketika sehat maupun sakit.

Maka dalam saat-saat begini lebih baik berpoligami daripada si suami mengadakan

hubungan secara tidak sah dengan wanita lain.

7. Untuk memberi perlindungan dan penghormatan kepada kaum wanita dari

keganasan serta kebuasan nafsu kaum lelaki yang tidak dapat menahannya.

Andaikan poligami tidak diperbolehkan, kaum lelaki akan menggunakan wanita

sebagai alat untuk kesenangannya semata-mata tanpa dibebani satu tanggungjawab.

Akibatnya kaum wanita akan menjadi simpanan atau pelacur yang tidak dilayani

sebagai isteri serta tidak pula mendapatkan hak perlindungan untuk dirinya.

2.      Hikmah Larangan Poliandri

Hikmah utama dalam hal ini adalah untuk menjaga kemurnian keturunan dan

kepastian hukum seorang anak. Anak yang sejak berada dalam kandungan telah memiliki

hak, harus mendapat perlindungan dan kepastian hukum. Wallahu a’lam.

Page 15: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya bentuk perkawinan poligami itu diperbolehkan dalam agama islam,

demikian juga Undang – Undang perkawinan di Indonesia juga melegalkannya dengan

syarat-syarat dan prosedur yang ada di Indonesia. Poligami juga memiliki sisi negatif yang

sering dilontarkan oleh orang – orang yang menentangnya, namun dibalik itu sebenarnya

banyak hikmah dari berpoligami yang tidak disadari oleh kebanyakan manusia.

Sedangkan poliandri sendiri merupakan bentuk perkawinan yang benar-benar di

larang oleh agama islam. Karena, jika ada seorang perempuan yang menikah dengan

seorang lelaki lebih dari satu orang atau lebih, niscaya dunia akan rusak, keturunan akan

terlantarkan, antara satu suami dengan suami yang lainnya akan saling berebut untuk

menghindar dari kewajibannya, membunuh, bencana merajalela, dan api peperangan akan

terys menyala. Bagaimana mungkin urusan seorang wanita bisa stabil apabila dia dimiliki

orang banyak dan bagaimana mungkin mereka (laki-laki) akan bisa bersama satu

perempuann ??.5Oleh sebab itu, bentuk pernikahan poliandri sangat lah ditentang oleh

banyak kalangan, begitu juga Allah dan Rosulullah SAW.

3.2 Kritik dan Saran

Banyak sekali orang menentang adanya poligami, namun mereka justru sebenarnya

tidak puas dengan satu istri yang akhirnya mereka melakukan perzinahan yang dilarang

agama. Tidak perlu menentang poligami, masih banyak perempuan – perempuan malang

terlantar. Kalau bisa memenuhi persyaratan-persyaratan dan prosedur poligami baik dalam

hukum Negara ataupun Hukum agama, kenapa tidak ??

Dan sebaik-baik istri yang bisa menjaga rumah tangganya, pastinya dia tidak akan

pernah melakukan poliandri dikarenakan suatu alasan tertentu ataupun tidak ada

kecocokan dalam mengaruni hidupnya bersama suaminya. Daripada harus melakukan

poliandri yang merupakan pernikahan yang sudah jelas-jelas nya Allah dan Rosululloh

membencinya . termasuk juga Undang-Undang Negara Indonesia juga melarangnya.

Tim Penyusun

Kelompok 5

Page 16: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

Rangkuman Makalah

POLIGAMI DAN POLIANDRI

Kelompok v

1.1              POLIGAMI

Poligami atau pernikahan lebih dari satu orang merpakan suatu hal yang sangat

ditakuti oleh setiap kaum wanita. Pelaksanaan poligami tanpa dibatasi peraturan secara

ketat, akan menimbulkan hal-hal negatif dalam menegakkan rumah tangga. Biasanya

hubungan dengan istri muda menjadi tegang, anak-anak yang berlainan ibu, menjurus pada

pertentangan yang membahayakan kelangsungan hidupnya. Hal ini bisa terjadi jika sang

ayah meninggal dunia.

Maka dari itu, agar hal tersebut terjadi, undang-undang membatasi secara ketat

poligami dengan alasan dan syarat-syarat tertentu. Dan UU tersebut memberi harapan

kepada perkawinan yang dilakaukan pasangan suami istri itu betul-betul membawa

manfaat bagi mereka. Bukannya menimbulkan hal-hal negatif yang bisa merusakk

rumahtangga mereka.

1.2              POLIANDRI

Poliandri adalah bentuk perkawinan yang memperbolehkan seorang wanita

bersuamikan lebih dari satu. Sejarah mencatat, praktek poliandri biasanya dilakukan oleh

wanita-wanita perkasa yang menjadi pemimpin komunitas dan diwujudkaan dalam bentuk

perbudakan dimana beberapa orang laki-laki harus melayani keinginan sang ratu.

Islam melarang tegas bentuk perkawinan poliandri. ALLAH SWT berfirman “ Dan

diharamkan juga kamu (para laki-laki) mengawini wanita-wanita yang

bersuami .....................” (QS. An-Nisa’, 24). Sementara dalam undang-umdang nomor 1

tahun 1974 , terdapat pula larangan poliandri yang tercantum dalam pasal 3 ayat 1yang

menentukan bahwa pada asasnya seorang wanita harus hanya boleh memiliki seorang

suami. Larangan ini bersifat mutlak mutlak, karena tidak ada alasan –alasan lain yang

ditentukan dalam undang-undang perkawinan ini yang memboleh kan poliandri.

Oleh sebab itu Allah berfirman dalam surat an-nisa’ Ayat ke-24, dan

menjelaskannya bahwa Allah melarang seorang laki-laki menikahi wanita yang telah

bersuami. Dengan.

demikian ayat itu menutup kemungkinan berlakunya perkawinan poliandri dalam Islam. 

Atau, dilihat dari sudut pandang perempuan, ini berarti larangan kawin poliandri atau

bersuami lebih dari satu.

Page 17: Makalah poligami dan poliandri

HTTP://WWW.RUROHMA.COM/

DAFTAR PUSTAKA

-          Lajnah min Ulama’ al-Azhar, Kairo, Hikmat al-Tasyri’ wa falsafatuh, Terjemahan

OMIM-ATM PP.Sidogiri, 2004.

-          Tutik, Titik Triwulan,. Trianto., Poligami Perpektif Perikatan Nikah, Prestasi

Pustaka Publisher, Jakarta, 2007.

-          http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/01/Pengertian-Poligami.html