Makalah Pneumonia

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan nasional dan merupakan suatu profesi yang mempunyai otonomi, kerangka keilmuan dan bidang garap tersendiri. Perawat memegang peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi. Keperawatan memberikan pelayanan untuk membantu klien dalam mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dan untuk mencapai tujuan bersama yaitu memenuhi kebutuhan dasar manusia perlu adanya peran kolaborasi antar perawat dan dokter dalam memberikan asuhan keperawatan pada penyakit pneumonia dan dengan adanya kolaborasi ini maka diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan dasar manusianya. B. Tujuan 1. Agar mahasiswa dapat memahami tentang Pneumonia 1

description

dggd

Transcript of Makalah Pneumonia

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan nasional dan merupakan suatu profesi yang mempunyai otonomi, kerangka keilmuan dan bidang garap tersendiri. Perawat memegang peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi.

Keperawatan memberikan pelayanan untuk membantu klien dalam mengatasi gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dan untuk mencapai tujuan bersama yaitu memenuhi kebutuhan dasar manusia perlu adanya peran kolaborasi antar perawat dan dokter dalam memberikan asuhan keperawatan pada penyakit pneumonia dan dengan adanya kolaborasi ini maka diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan dasar manusianya.

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat memahami tentang Pneumonia

2. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan khususnya pneumonia.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini metode yang kami gunakan yaitu study kepustakaan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II : Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Pneumonia

A. Anatomi

B. Pengertian

C. Etiologi

D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinik

F. Penatalaksanaan Medis

G. Komplikasi

H. Dampak terhadap tubuh dari Pneumonia

I. Konsep teori asuhan keperawatan pada pneumonia

J. Diagnosa keperawatan

K. Tindakan yang perlu dilaksanakan

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIA

A. Anatomi Pernafasan

1. Hidung, merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara.

2. Pharynk, merupakan persilangan antara jalan pernafasan dan jalan pencernaan. Pharynk dibagi menjadi :

a. Naso pharynx, terletak di belakang rongga hidung di atas palatum mole.

b. Oro faring, bagian ini diantara palatum mole dan os hyodea

c. Laringofaring, bagian pharynk mulai dari oh hyoidea sampai oesofagus.

3. Laring, merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.

4. Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C atau tapal kuda. Trakea dilapisi oleh otot polos dan mempunyai sel yang bersilia yang berguna untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan.

5. Bronkus, di depan vertebra torakalis ke IV trakea bercabang menjadi dua, cabang itu dinamakan bronkus dextra dan bronkus sinistra dengan masing-masing cirinya :

Bronkus dekstra lebih pendek dan bercabang menjadi 3 lobus serta mempunyai 9-12 cincin.

Bronkus sinistra lebih panjang dan bercabang menjadi 2 lobus serta mempunyai 6-8 cincin.

6. Bronchiolus, merupakan tenggorok yang paling kecil dan paling terakhir dari tenggorok, yang masuk langsung ke dalam paru-paru. Bronchiolus ini juga yang terdiri dari tulang rawan yang tidak berdiri sendiri.

7. Alveolus, bagian ini merupakan gelembung-gelembung seperti busa sabun yang berdinding tipis, alveolus banyaknya + 7.000 juta.

8. Paru-paru, terletak di dalam cavum torakalis, banyaknya dua buah kiri dan kanan, paru-paru di dalamnya terdiri dari gabungan alveolus berkumpul dan berangkai pada setiap ujung bronchiolus, rangkaian ini disebut segmen, segmen ini bergabung menjadi lobus-lobus.

Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus :

-Sebelah atas disebut lobus superior terdiri dari 3 segmen

-Sebelah tengah disebut lobus medialis terdiri dari 2 segmen

-Sebelah bawah disebut lobus superior terdiri dari 5 segmen

Paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus :

-Sebelah atas disebut lobus superior terdiri dari 4 segmen

-Sebelah bawah disebut lobus posterior terdiri dari 4 segmen

Paru-paru terdiri dari 3 bagian, yaitu :

Chylus, yaitu bagian untuk masuk dan keluarnya arteri dan vena pulmonalis.

Apex, yaitu bagian yang tertinggi dari paru-paru.

Basis, yaitu bagian yang terbawah dari paru-paru.

B. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Hal. 801)

Pneumonia adalah kondisi peradangan akut pada paru-paru dimana alveolus dan bronkhus yang lebih kecil terisi oleh eksudat radang (JM. Gibson, MD, Mikrobiologi dan Patologi Modern, hal. 111)

C. Etiologi

Etiologi pneumonia pada umumnyabakteri yaitu streptococcus pneumoniae dan staphylococcus aureus. Agen infeksi ini masuk ke dalam paru-paru melalui jalan napas, aliran darah dan melalui pembedahan.

D. Patofisiologi

Mikrorganisme

(bakteri, virus dan jamur)

Inhalasi mikrorganisme

Ke dalam paru-paru

Penyebaran hematogen dari

Fokus lain

Reaksi inflamasi pada parenkim paru

(sebagai upaya organ paru melawan mikroorganisme)

Pe( permeabilitas kapiler

(

Cairan dan protein keluar

(

Eksudat

(

Edema paru

(

Membran respirasi >tebal

(alveolus)

(

*Pe( kecepatan difusi

* Pe( compliance

(

hipoksemia

(

Pe( metabolisme

(

Pe( produk energi

(

Kelelahan

(

Intoleransi aktivitas

Nekrotik parenkim

(

Pleura

(

Pleuritis

(

Nyeri dada

(

Gangguan rasa nyaman

Konsolidasi paru

(

Inefektif clearance airway

Dispnoe

(

Inefektif pola napas

Merangsang chemo reseptor

(

RR (

(

Me( ventilasi

E. Manifestasi Klinis

Secara umum dapat dibagi menjadi :

Manifestasi non spesifik infeksi berupa demam, sakit kepala, kurang nafsu makan.

Gejala umum saluran nafas bawah berupa batuk, ekspektorasi sputum, sesak napas dan takipnoe.

Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak dan suara napas lemah.

F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada pneumonia diberikan berupa :

Oksigen 1-2 L/menit

IVFD Dextrose 10% ; NaCl 0,9% = 3:1 + kCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, suhu dan status hidrasi.

Pemberian antibiotik sesuai dengan biakan :

Untuk kasus pneumonia community base dapat diberikan Ampisilin 100 mg/kgBB dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital base dapat diberikan Sefotaksim 100 mg/hari dalam 2 kali pemberian.

G. Komplikasi

Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa meningitis.

Hipoksemia akibat gangguan difusi.

Gagal jantung kongetif karena efek toksin pada miokardium

Pneumothorak yaitu udara dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh rupturnya kista yang dibentuk pada pneumonia stafilococcus.

Efusi pleura yaitu adanya cairan pada rongga pleura.

H. Dampak terhadap tubuh dari Pneumonia

Dampak terhadap tubuh dari pneumonia dapat mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh dan tubuh menjadi lemah karena anoreksia serta tubuh melakukan perlindungan terhadap infeksi yang berupa demam.

I. Konsep Teori Asuhan Keperawatan pada Pneumonia

1. Inefektif pola napas

Pada klien yang mengalami inefektif pola napas dilakukan dengan observasi pola napas dengan cara :

Tempatkan lengan klien ke posisi rileks menyilang abdomen atau dada bawah (letakkan langsung tengan perawat di abdomen atas).

Observasi siklus respirasi lengkap

Hitunglah frekuensi pernafasan, bila irama teratur pada klien dewasa, hitung respirasi selama 30 detik dan kali 2 (dewasa normal respirasinya 16-20x/menit)

Saat menghitung catat kedalaman dan frekuensi pernapasan pada pasien.

Dan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami inefektif pola napas dapat dilakukan dengan cara :

Tinggikan kepala dengan bantal atau posisi semi fowler (450) supaya klien dapat melancarkan pola napasnya.

Lakukan pemberian O2 jika diperlukan agar pasien dapat terpenuhi O2 nya supaya memudahkan jalan pernafasannya.

Catat frekuensi pernafasan, normal pernafasan pada orang dewasa 16-20x/menit.

Selain itu pasien dianjurkan agar melakukan latihan napas efektif dengan cara :

Perintahkan pasien untuk menarik napas perlahan-lahan dan meraba sampai pada pembesaran rongga yang terbesar.

Kemudian pasien harus menahan napasnya paling sedikit 3 detik.

Dan pasien dianjurkan untuk mengembalikan dada dengan normal.

Dan lakukan latihan napas selama lima kali berturut-turut serta lakukan selama setiap 2-3 jam

2. Inefektif Clearence Airway

Pada pasien yang mengalami inefektif bersihan jalan napas lakukan pengkajian frekuensi pernafasan dengan melakukan tindakan seperti latihan napas efektif dengan cara :

Anjurkan pada pasien supaya menarik napasnya secara perlahan-lahan sampai mencapai pembesaran rongga dada.

Kemudian pasien diperintahkan supaya menahan napasnya selama 3 detik dan setelah itu pasien dianjurkan untuk mengembalikan dada mengeluarkan napas dengan normal dari mulut (pursed lip breathing)

Lakukan latihan napas selama 5x secara berturut-turut (lakukan selama 2-3 jam)

Kemudian anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dengan cara :

Rangsangan dengan tangan pada batang tenggorok dan pasien dianjurkan untuk napas panjang.

Selain itu pasien diberikan minum air hangat supaya sekret ada di paru-paru dapat mengencerkan sekretnya.

Dan anjurkan pasien untuk menahan napasnya + 3 detik sampai merangsang untuk batuk lakukan selama 5x.

Selain itu pasien yang mengalami inefektif bersihan jalan napas dapat dilakukan penghisapan sekret yang ada di jalan napas dengan cara :

Berikan oksigen sebelum dan sesudah melakukan penghisapan

Penghisapan sekret melalui mulut dilakukan dengan cara pengisap menghisap, lakukan selama 10-15 detik.

Mengontrol kembali kondisi klinis klien.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri

Untuk mengetahui derajat nyeri pada pasien pneumonia yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan cara sebagai berikut :

Mengukur tekanan darah, normal TD yaitu 120/80 mmHg

Melakukan pengkajian respirasi, normal respirasi pada orang dewasa yaitu 16-20x/menit.

Menilai tingkat kesadaran :

a. Compos mentis (baik/sempurna

b. Apatis (perhatian berkurang

c. Somnolen (mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara

d. Sopor (dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerak.

e. Coma (tidak memberi respon sama sekali.

Dan selain memeriksa tanda-tanda vital lakukan juga pasien disuruh melakukan latihan napas efektif, seperti :

Pasien diperintahkan untuk menarik napas secara perlahan-lahan sampai mencapai pembesaran rongga dada.

Selanjutnya pasien harus menahan napasnya kurang lebih 3 detik.

Dan pasien dianjurkan untuk mengembalikan dada seperti semula dengan cara mengeluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut.

Lakukan paling sedikit 5x secara berturut-turut dan lakukan latihan napas ini setiap 2-3 jam.

Agar rasa nyaman pasien dapat terpenuhi dan tawarkan pasien untuk membersihkan mulut dengan sering.

4. Intoleransi aktivitas

Untuk melakukan pasien yang mengalami intoleransi aktivitas diberikan seperti :

Lingkungan yang tenang dan nyaman agar pasien dalam melakukan aktivitas tidak merasa terganggu.

Batasi pengunjung supaya pasien dalam melakukan aktivitasnya terpenuhi.

Pasien dianjurkan untuk melakukan istirahat dengan tanpa gangguan apapun sehingga dalam memberikan rencana pengobatannya dapat terpenuhi.

Dan selain itu pasien harus menjaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitasnya supaya tidak melelahkan pasien dalam melakukan aktivitasnya sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan dan penyembuhan dapat teratasi serta membantu pasien untuk memilih posisi nyamannya untuk istirahat atau bantu aktivitas perawatan diri dengan cara:

Anjurkan pasien untuk mandi + 3x sehari. Jika tidak bisa melakukan sendiri maka dibantu oleh perawat.

Kemudian perintahkan pasien untuk melakukan olahraga (apabila mampu/sadar) agar merasa rileks dan melancarkan peredaran darahnya sehingga pasien merasa senang atau ceria.

J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Inefektif pola napas b/d dispnoe

2. Inefektif clearence airway b/d konsolidasi paru/eksudat

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d peradangan pada pleura.

4. Intoleransi aktivitas b/d hypoksemia.

K. Tindakan yang perlu dilaksanakan

1. Inefektif pola napas b/d dispnoe

Kriteria evaluasi : pola napas kembali normal

INTERVENSI

RASIONALISASI

Observasi pola napas dan catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan spontan dan napas ventilator.

Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila mungkin.

Pemberian O2 dipertahankan

Bantu latihan napas efektif.

pasien pada ventilator dapat mengalami hyper ventilasi atau hypo ventilasi, dispnoe dan berupaya memperbaiki kekurangan O2.

Peninggian kepala pasien mempemudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

Dapat membantu mengurangi akibat yang ditimbulkan memenuhi O2 yang diperlukan oleh tubuh.

Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnoe.

2. Inefektif clearance airway b/d konsolidasi paru atau eksudat

Kriteria evaluasi : mengidentifikasi perilaku mencapai bersihan jalan napas.

INTERVENSI

RASIONALISASI

Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk.

Penghisapan sesuai indikasi

Berikan cairan hangat.

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : ekspektoran, bronkhodilator dan analgesik.

Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan dinding dada/ cairan paru.

Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami.

Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan sendiri.

Cairan yang hangat dapat memobilisasi dan pengeluaran sekret.

Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menurunkan upaya batuk.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d peradangan pada pleura.

Kriteria evaluasi : menyatakan nyeri hilang/terkontrol

INTERVENSI

RASIONALISASI

Tentukan karakteristik nyeri

Pantau tanda vital

Berikan tindakan nyaman dengan latihan napas

Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

Kolaborasi pemberian obat analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia.

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri.

Dengan relaksasi saraf tidak dipacu untuk bekerja secara aktif.

Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.

Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ menurunkan mukosa berlebihan.

4. Intoleransi aktivitas b/d hypoksemia

Kriteria evaluasi : peningkatan toleransi terhadap aktivitas

INTERVENSI

RASIONALISASI

Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama perawatan.

Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlu keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/tidur

Bantu aktivitas perawatan diri dan berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

Pasien nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan bantal.

Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksi atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakea bronkhialis sehingga flora endogen yang normal menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan napas .

Pneumonia diakibatkan oleh masuknya benda asing seperti bakteri, virus dan jamur oleh karena itu pada pasien yang mengalami pneumonia dapat menyebabkan terjadinya suatu kondisi yang abnormal sehingga dengan ini kita sebagai perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram, Rencana Asuhan keperawatan Medikal Bedah, volume I, 1999.

2. Dongoes, Moorhouse, Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000.

3. Elly Nurrachmah, Dra, DNSC, Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2000.

PAGE

16