Makalah Pneumonia

31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi, melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat 1

description

children

Transcript of Makalah Pneumonia

Page 1: Makalah Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan

mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan

menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat

dipenuhi cairan ataupun nanah.

Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus. Angka

kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang

dengan meningkatnya umur.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga

setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah

mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak

menyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta

anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO

menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi,

melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia

adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang

gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat

pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang

tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat untuk membandingkan antara teori dan praktik dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan pneumonia,

serta untuk mengetahui informasi-informasi mengenai pneumonia lebih

dalam.

1

Page 2: Makalah Pneumonia

2. Tujuan Khusus

Mengetahui pengertian pneumonia

Mengetahui penyebab dari pneumonia

Mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia

Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien

dengan pneumonia.

Mengetahui penatalaksanaan medis dari pneumonia

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan pada laporan hasil studi kasus ini adalah:

Bab I, berisikan, Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah

terjadinya ASD, Tujuan Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II, berisikan

konsep dasar tentang pengertian ASD, etiologi, insiden, anatomi fisiologi

sistem yang terganggu, patofisiologi, manifestasi klinik, tes diagnostic, dan

penatalaksanaan. Bab III, berisikan konsep proses keperawatan tentang

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan

keperawatan, dan evaluasi. Bab IV, berisikan kesimpulan.

2

Page 3: Makalah Pneumonia

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan

mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan

menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat

dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat

pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu.

Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses

metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses

peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi

seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau emfisema),

jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks)

dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi

melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan

kematian.

B. ETIOLOGI

Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus,

bakteri). Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak

tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi

lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).

Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan

golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya

(komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah

virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%.

Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus

pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib).

3

Page 4: Makalah Pneumonia

Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),

kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas

ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui

aliran darah.

Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut

Depkes RI (2004) antara lain:

a. Status gizi bayi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi

juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status

gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta

biokimia dan riwayat diet.

b. Riwayat persalinan

Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah

ketuban pecah dini dan persalinan preterm.

c. Kondisi sosial ekonomi orang tua

Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat

pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia.

Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah :

1. Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras. dan seimbang antar anggota, serta

antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

2. Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru bisa

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu

memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.

3. Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan

4

Page 5: Makalah Pneumonia

agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua

kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan

bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan

belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern.

d. Lingkungan tumbuh bayi

Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya

pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran

udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat.

e. Konsumsi ASI

Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi

yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih

baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.

C. INSIDEN

Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus.

Pneumococcus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada

orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan

9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan

mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu

disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak

besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil

dan bayi. Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua

bulan, berjenis kelamin laki-laki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak

mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal,

imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A. Faktor-faktor yang

meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur

dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir

rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih

kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya

penyakit kronis pada bayi.

5

Page 6: Makalah Pneumonia

D. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM YANG TERGANGGU

1. Anatomi sistem pernapasan

a. Saluran Napas Bagian Atas (Upper Respiratory Airway).

Secara umum fungsi utama dari saluran nafas bagian atas adalah

sebagai berikut:

1) Air conduction kepada saluran napas bagian bawah untuk pertukaran

gas

2) Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing

3) Warming, filtration, humidification dari udara yang diinspirasi

Hidung (Cavum Nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago. Bagian yang kecil dibentuk

oleh tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikta

(connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang

yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga

hidung memounyai rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai

filter/penyaring kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada

mukosa hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet

dimana sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap

benda asing yang masuk ke saluran pernafasan.

Fungsi hidung secara umum sebagai berikut:

1. Sebagai jalan nafas

2. Pengatur udara

3. Pengatur kelembapan udara

4. Pengatur suhu

5. Sebagai pelindung dan penyaring udara

6. Sebagai indera penciuman

7. Sebagai resonator suara

Sinus Paranasalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang

kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang dimana dia berada terdiri

6

Page 7: Makalah Pneumonia

atas sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus

maksilaris. Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan

humidifikasi, meringankan berat tulang tengkorak, serta mengatur

bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (13 cm) yang

berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan

esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring

digunakan pada saat menelan (digestion) seperti juga pada saat

bernafas. Faring berdasarkan letaknya dibagi menjadi tiga, yaitu

dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan

dibelakang laring (laringofaring).

Laring

Laring biasa disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktru

ephitelium-lined yang berhubungan dengan faring dan trakea.

Lokasinya berada dianterior tulang vertebra ke-4 dan ke-6.

Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu juga

berfungsi sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan

memfasilitasi batuk.

Laring terdiri dari bagian-bagian seperti berikut:

1) Epiglotis: Merupakan katup kartilago yang menutup dan

membuka selama proses menelan

2) Glotis: Lubang antara pita suara dan laring

3) Tiroid kartilago: Kartilago terbesar pada trakea, bagiannya

membentuk jakun

4) Krikoid kartilago

5) Aritenoid kartilago

6) Pita suara

7

Page 8: Makalah Pneumonia

b. Saluran Pernafasan Bagian Bawah (Lower Airway)

Trakea

Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang

vertebra torakal ke-7 yang mana bercabang menjadi dua bronkus

(primary bronchus). Ujung dari cabang trakea biasa disebut carina.

Trakea ini sangat fleksibel dan beroto, panjangnya 12 cm dengan C-

shaped cincin kartilago. Pada garis ini mengandung pseudostratified

ciliated columnar epithelium yang mengandung banyaksel goblet

(sekresi mucus).

Bronkus dan Bronkiolus

Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cendrung

lebih vertical dari pada cabang yang kiri. Oleh karena itu, benda asing

lebih mudah masuk kedalam cabang sebelah kanan daripada cabang

bronkus sebelah kiri

Segmen dan subsegmental bercabang lagi membentuk seperti

ranting yang masuk kesetiap paru-paru. Bronkus ini disusun oleh

jaringan kartilago. Struktur ini berbeda dengan bronkioulus, yang

berakhir di alveoli. Alveoli merupakan bangian yang tidak

mengandung kartilago, oleh karena itu aveoli memiliki kemampuan

untuk menangkap udara dan dapat kolaps.

Alveoli

Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana pada

daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar. Alveoli

bentuknya sangat kecil. Alveoli merupakan kantong udara pada akhir

bronkus respiratorius yang memungkinkan terjadinya pertukaran

oksigen dan karbon dioksida. Seluruh unit alveolar (zona respirasi)

terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan kantong

alveoli.

Fungsi utama alveolar adalah pertukaran oksigen dan karbon

dioksida diantara kapiler pulmoner dan alveoli.

8

Page 9: Makalah Pneumonia

Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga torak, berbentuk kerucut dengan

apeks berada diatas tulang iga pertama dan dasarnya pada

diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus, sedangkan paru-

paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus ini merupakan lobus

yang terlihat, setiap paru-paru dapat dibagi lagi menjadi bebrapa sub-

bagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut

bronkopulmonari segmen.

Kedua paru-paru dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum,

jantung, aorta, vena kava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari

trakea, bronkus, sdan kelenjar timus terdapat dimediastinum ini.

Torak, Diafragma, dan Pleura

Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan

pembuluh darah besar. Bagian luar rongga torak terdri dari 12 pasang

tulang iga. Pada bagian atas torak didaerah leher terdapat dua otot

tambahan inspirasi yaitu skaleneus dan sternokleidomastodeus. Otot

skaleneus menaikan tulang iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk

mempeerluas rongga dada atas dan menstabilkan dinding dada. Otot

sternokleidmastoideus mengangkat sternum. Otot parasternal,

trapezius dan pektoralis juga merupakan otot tambahan inspirasi

yang berguna untuk meningkatkan kerja napas.

Diantara tulang iga terdapat otot interkosta. Otot interkosta

eksternus yang menggerakan tulang iga keatas dan kedepan,

sehingga dapat meningkatkan diameter anteroposterior dari dinding

dada.

Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru.

Terdapat duan mavam pleura: pleura parietal dan pleura visceral

yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat

cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua

permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi dan

9

Page 10: Makalah Pneumonia

mencegah pemisahan tprak dan paru-paru. Jika pleura bermasalah

sepertimengalami peradangan, maka udara atau cairan dapat masuk

kedalam rongga pleura, dan menyebabkan paru-paru tertekan dan

kolaps.

2. Fisiologi Pernapasan

Proses respirasi dapat dibagi dalam tiga proses mekanis utama yaitu

sebagai berikut:

a. Ventilasi pulmonal, yaitu keluar masuknya udara antara atmosfir dan

alveoli paru-paru

b. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah

c. Transportasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh

ke dan dari sel-sel.

Proses fisiologis respirasi yang memindahkan oksigen dari udara ke dalam

jaringan dan karbon dioksida yang dikeluarkan ke udara dapat dibagi

menjadi tiga stadium, yaitu sebagai berikut:

a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna)

serta antara darah sisitemik dan sel-sel jaringan

b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaianya dengan

distribusi udara dalam alveolus-alveolus

c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah

Pertukaran Oksigen dan Karbon dioksida

Agar pernapasan dapat berlangsung dengan normal, diperlukan beberapa

factor seperti berikut ini:

Suplai oksigen yang adekuat

Tempat yang tinggi tidak mengubah komposisi udara, tetapi

menyebabkan tekanan oksigen (PO2) menurun. Reaksi awal yang timbul

jika seseorang berada pada ketinggian adalah munculnya tanda dan

gejala seperti orang yang telihat pada setiap orang yang yang

mengalami kekurangan oksigen.

10

Page 11: Makalah Pneumonia

Saluran udaran yang utuh

Saluran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membran alveolar

menjadi factor penting dalam pertukaran O2 dan CO2.

Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal

Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama membentuk unti

pernapasan terminal dalam jumlah yang cukup

Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif

Berfungsinya pusat pernapasan

E. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada

beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.

Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh

mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai

paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan

juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Reflek batuk

mengeluarkan benda asing mikroorganisme serta mengeluarkan mucus yang

terakumulasi. Apabila mikroorganisme dapat lolos dari mekanisme

pertahanan tersebut akan terjadi gangguan mekanisme pertahanan disistem

pernapasan/ mikroorganisme virulen dapat terjadi infeksi.

Setelah mencapai parenkim paru, respon inflamasi awal yang

berlangsung didaerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeablitas kapiler ditempat infeksi.

Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi dari sel-sel mast

setelah mengaktifkan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator

tersebut antara lain histamine dan prostaglandin.

Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen

bekerja sama dengan histamine dan prostaglandin untuk memvasodilatasi

otot polos vaskuler paru, meningkatkan peningkatan aliran darah ke area

cedera, dan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan

11

Page 12: Makalah Pneumonia

perpindahan eksudat plasma kedalam ruang interstisial sehingga terjadi

pembengkakan dan edema antara kapiler dan alveolus. Penimbuanan cairan

diantara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh

oksigen dan karbon dioksida untuk berdifusi, sehinggaterjadi penurunan

kecepatan difusi gas. Infeksi menyebar kejaringan sekitarnya akibat

peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus terdekat serta membrane

kapiler disekitar tempat infeksi seiring dengan berlanjutnya proses inflamasi.

Bakteri juga menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi

cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang

diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi

lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia

menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur

submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke

dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan

secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4

stadia, yaitu : (1) stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di

dalam alveolus terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak,

beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan

lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna

mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus

didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan

kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek. (3) stadium hepatsasi kelabu:

lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan

pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit,

tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongesif.(4)

stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah

dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan

menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari

pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan

12

Page 13: Makalah Pneumonia

distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium

khas ini tidak terlihat.

F. MANIFESTASI KLINIK

Secara umum dapat dibagi menjadi :

a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,

iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

b. Gejala Umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu,

ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger,

merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan

lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri

dada.

c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),

perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah dan ronki.

d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di

daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,

suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada

karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah

menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus(meningen tanpa

inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen(kadang

terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan

bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu

jelas.efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

e. Tanda infeksi ekstrapulmonal.

G. TES DIAGNOSTIK

1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan

status pulmoner

13

Page 14: Makalah Pneumonia

2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang

berhubungan dengan oksigenasi

3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan

adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi

4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba

5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi

tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan

6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial

7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan

luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.

8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti

10. Virus

H. PENATALAKSANAAN

1. Oksigen 1-2 L/menit

2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah

cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi

3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feading drip

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier

5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan:

Untuk kasus pneumonia community base:

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base:

Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

14

Page 15: Makalah Pneumonia

BAB III

KONSEP PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan :

Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk, pilek,

takhipnea, demam.

Anoreksia, sukar menelan, muntah.

Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili,

pertusis, malnutrisi, imunosupresi.

Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan.

Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan

dangkal, gelisah, sianosis.

2. Pemeriksaan Fisik :

Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung.

Auskultasi paru à ronchi basah, stridor.

Laboratorium à lekositosis, AGD abnormal, LED meningkat.

Roentgen dada à abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada

kedua paru).

3. Faktor Psikososial/Perkembangan :

Usia, tingkat perkembangan.

Toleransi/kemampuan memahami tindakan.

Koping.

Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.

Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

4. Pengetahuan Keluarga, Psikososial :

Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.

Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.

Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.

Koping keluarga.

15

Page 16: Makalah Pneumonia

Tingkat kecemasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan,

penumpukan secret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

kapiler alveolus.

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak

adekuat, demam, takipnea.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen

darah.

5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri

dada.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah

pulang dari rumah sakit.

8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

C. INTERVENSI

a. Dx. : Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan,

penumpukan sekret.

Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada

penumpukan sekret.

Rencana tindakan :

1. Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status

pernafasan dan bunyi nafas abnormal.

2. Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam.

3. Beri terapi oksigen sesuai program.

4. Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lendir.

5. Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.

16

Page 17: Makalah Pneumonia

6. Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.

7. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.

8. Beri minum yang cukup.

9. Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.

10. Kelolaa pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.

b. Dx. : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane kapiler alveolus.

Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara

optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat.

Rencana Tindakan :

1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis

setiap 2 jam.

2. Beri posisi fowler/semi fowler.

3. Beri oksigen sesuai program.

4. Monitor analisa gas darah.

5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.

6. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.

c. Dx. : Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak

adekuat, demam, takipnea.

Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.

Rencana Tindakan :

1. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi

cairan peroral à hindari milk yang kental/minum yang dingin à

merangsang batuk.

2. Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor kulit, nadi

cepat, kesadaran menurun, tanda-tyanda vital.

3. Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.

4. Lakukan oral hygiene.

d. Dx. : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen

darah.

17

Page 18: Makalah Pneumonia

Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi.

Rencana Tindakan :

1. Kaji toleransi fisik pasien.

2. Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari.

3. Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak

mengeluarkan energi banyak à sesuaikan aktifitas dengan kondisinya.

4. Beri O2 sesuai program.

5. Beri pemenuhan kebutuhan energi.

e. Dx. : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri

dada.

Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang,

dapat batuk efektif dan suhu normal.

Rencana Tindakan :

1. Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.

2. Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta antibiotic sesuai

program.

3. Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya.

4. Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk.

5. Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup.

f. Dx. : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

2. Beri kompres dingin.

3. Kelola pemberian antipiretik dan antibiotik.

4. Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan tetesan infus.

g. Dx. : Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah

pulang dari rumah sakit.

Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-

tahap yang harus diambil bila infeksi terjadi lagi.

18

Page 19: Makalah Pneumonia

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anak dengan

bronchopneumonia.

2. Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ;

keseimbangan diit, istirahat dan aktifitas yang sesuai.

3. Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai

dengan status RR kembali normal.

4. Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.

5. Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit.

6. Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh.

7. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

h. Dx. : Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

Tujuan : Kecemasan teratasi.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan anak.

2. Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.

3. Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu

berada di dekat anaknya.

4. Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan à

tujuan, manfaat, bagaimana dia merasakannya.

5. Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

D. IMPLEMENTASI

Prinsip implementasi :

1. Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2

jam, lakukan fisioterapi dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran

secret melalui batuk atau pengisapan, beri O2 sesuai program.

2. Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out

put.

3. Monitor suhu tubuh.

19

Page 20: Makalah Pneumonia

4. Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi

pasien.

5. Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.

6. Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya

dengan bronchopneumonia.

E. EVALUASI

Hasil evaluasi yang ingin dicapai :

1. Jalan nafas efektif, fungsi pernafasan baik

2. Analisa gas darah normal.

20

Page 21: Makalah Pneumonia

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penguraian dan mebahas secara keseluruhan tentang

Pneumonia pada anak maka dapat di simpulkan bahwa pneumonia

merupakan radang pada paru yang Salah satu penyebab utamanya adalah

Pneumococcus. Untuk menegakkan diagnosa os dapat melakukan rontgen

dan hasil laboratorium.dan yang terpenting os juga harus segera di lakukan

pemeriksaan di puskesmas atau RS untuk tindak lanjut yang adekuat.

B. SARAN

Bagi para orang tua jagalah kesehatan anak anda. Perhatikan lingkungan

tempat tinggal anda, pola makan anak, Jauhkan dari asap rokok, asap sampah,

serta polusi kendaraan bermotor. Vaksinasi merupakan upaya terpenting

untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan penyakit ini. Jangan

remehkan polusi udara berupa, asap rokok, asap knalpot, rumah lembab,

serta lingkungan rumah yang tidak sehat. Gangguan lingkungan semacam itu

bisa memicu pneumonia pada buah hati. Jadi mulai saat inilah sebaiknya anda

lebih menjaga kesehatan anak anda.

21

Page 22: Makalah Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2007. Askep Anak dengan Pneumonia.

in www.stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com.

2. Alimul Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba

Medika

3. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media

Aesculapius

4. Rahimul. 2008. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Pneumonia.

in www.rahimul.wordpress.com

22