Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

19
Sinusitis Maksilaris Akut Kelompok B1 Anastasia Anggraeni 102010151 Maulana Malik Ibrahim 102011158 Agnes Borneo 102011164 Muhammad Hasa Narej 102011450 Roswita Da Marli 102012049 Teo Wijaya 102012121 Tiffany Cindy Claudia A.P 102012197 Egidius Ian Andrian 102012346 Tiffany 102012368 Ninanda Ayu Paramitha Widakdo 102012469 1

description

sinusitis maxillaris

Transcript of Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

Page 1: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

Sinusitis Maksilaris Akut

Kelompok B1

Anastasia Anggraeni 102010151

Maulana Malik Ibrahim 102011158

Agnes Borneo 102011164

Muhammad Hasa Narej 102011450

Roswita Da Marli 102012049

Teo Wijaya 102012121

Tiffany Cindy Claudia A.P 102012197

Egidius Ian Andrian 102012346

Tiffany 102012368

Ninanda Ayu Paramitha Widakdo 102012469

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Tahun Ajaran 2015/2016

1

Page 2: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara berkembang yang terletak pada iklim tropis, memiliki

berbagai ragam budaya, kesenian, flora, fauna dan juga berbagai macam jenis penyakit.

Sebagai negara yang berkembang, sanitasi di Indonesia masih kurang memadai dengan

lonjakan penduduk yang ada. Pemerintah tidak dapat menangani banyaknya wilayah di

Indonesia, dan banyaknya penduduk saat ini. Oleh karena iklim yang baik di Indonesia,

banyaknya penyakit yang lebih marak berkembang di Indonesia dibandingkan dengan negara

lain.

Sinusitis merupakan penyakit yang lazim sekali kita dengar di masyarakat luas. Sinusitis

adalah peradangan pada sinu,s dengan terisinya sinus dengan sekret berupa cairan ataupun

mukoid. Terisinya sinus tersebut di karenakan beberapa bakteri dan virus patogen yang

menyumbat saluran drainase dari carian tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas lebih

lanjut mengenai patogenesis, patofisiologi, pengobatan dan pencegahan dari sinusitis ini,

sehingga pembaca dapat lebih mengerti dan memahami penyakit ini.

Anamnesis

Rinorea, atau rabas dari hidung, sering dikaitkan dengan kongesti nasal, yaitu sensasi

sesak atau sumbatan. Tanyakan lebih lanjut mengenai bersin, mata berair, dan sakit

tenggorok, serta rasa gatal pada mata, hidung, dan tenggorok.

o Penyebabnya antara lain infeksi virus, rhinitis alergi (“hay fever”) dan rhinitis

vasomotor. Gatal lebih disebabkan oleh faktor alergis.1

Sakit kepala merupakan gejala yang sangat sering terjadi yang selalu memerlukan

evaluasi yang cermat karena sebagian kecil fraksi timbulnya sakit kepala berasal dari kondisi

yang mengancam hidup. Dapatkan gambaran yang lengkap mengenai sakit kepala dan tujuh

karakteristik nyeri pasien. 1

Apakah sakit kepala menyerang satu sisi atau bilateral? Apakah sifatnya menetap atau

berdenyut? Kontiniu atau hilang-timbul? Minta pasien untuk menunjukkan area nyeri atau

ketidaknyamanan. Kaji pola kronologis dan keparahan. 1

o Ketegangan sakit kepala sering muncul dari area temporal; sakit kepala klaster

kemungkinan menjalar searah retroorbital.

2

Page 3: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

o Sakit kepala yang berubah-ubah atau menghebat secara progresif meningkatkan

kemungkinan tumor, abses, atau lesi massa lainnya. Sakit kepala yang sangat berat dapat

diduga pendarahan subaraknoid atau meningitis. 1

Tanyakan mengenai gejala yang terkait. Dapatkan rincian mengenai mual dan muntah

serta gejala neurologis terkait penyakit, seperti deficit penglihatan atau deficit motoric-

sensorik.

o Aura visual atau skotoma scintillating dapat menyertai migrain. Mual dan muntah

sering terjadi bersamaan dengan migraine tetapi juga dapat terjadi bersamaan dengan tumor

otak dan pendarahan subaraknoid. 1

Tanyakan aapakah batuk, bersin, atau perubahan posisi kepala dapat berefek (lebih

baik, memburuk atau tidak ada) pada sakit kepala.

o Maneuver ini dapat meningkatkan nyeri pada tumor otak dan sinusitis akut. 1

Tanyakan mengenai riwayat keluarga

o Riwayat keluarga mungkin postif pada pasien migraine.1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sinus maksilaris akut

Inspeksi Palpasi Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior

Pembengkakan

Pada muka dan pipi

Nyeritekan

dan ketok gigi

Mukosa

Konka hiperemis

Dan udematik dan

lendir mukopurulen

di meatus medius.

Lendir di

nasofaring.

Table 1. pemeriksaan fisik sinus maksilaris akut 1

Pemeriksaan Penunjang

3

Page 4: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

Pemeriksaan radiologis untuk mendapatkan informasi dan untuk mengevaluasi sinus

paranasal adalah:2

- Pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas.

- Pemeriksaan CT-Scan

Dengan pemeriksaan radiologis tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran

anatomi atau variasi anatomi, kelainan-kelainan patologis pada sinus parasinalisdan struktur

tulang sekitarnya, sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih dini. 2

Pemeriksaan Foto Kepala

Pemeriksaan foto kepala untuk mengevaluasi sinus parasanal terdiri atas berbagai macam

posisi, antara lain: 2

a. Foto kepala posisi anterior-posterior (AP atau posisi Caldwell)

b. Foto kepala lateral

c. Foto kepala posisi Waters

d. Foto kepala posisi Submentoverteks

e. Foto Rhese

f. Foto basis kranii dengan sudut optimal

g. Foto proyeksi Towne

Pemeriksaan foto polos kepala adalah pemeriksaan yangpaling baik dan paling utama untuk

mnegevaluasi sinus parasanal. Karena banyaknya unsur-unsur tulang dan jaringan lunak yang

tumpang tindih pada daerah sinus parasanal, kelainan-kelainan jaringan lunak, erosi tulang

kadang-kadang sulit dievaluasi. Pemeriksaan ini dari sudut biaya cukup ekonomis dan pasien

hanya mendapat radiasi yang minimal. 2

Pada beberapa rumah sakit/klinik di Indonesi untuk mengevaluasi sinus parasanal cukup

melakukan pemeriksaan foto AP dan lateral serta posisi Waters. Apabila pada foto di atas

belum dapat menentukan atau belum diperoleh informasi yang lengkap, baru dilakukan

pemotretan dengan posisi-posisi yang lain. 2

Semua pemeriksaan harus dilakukan dengan proteksi radiasi yang baik, arah sinar yang

cukup teliti dan digunakan focal spot yang kecil (0.6 mm atau lebih kecil). Posisi pasien

4

Page 5: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

paling baik adalah posisi duduk. Apabila dilakukan pada posisi tiduran, paling tidak foto

Waters dilakukan pada posisi duduk, diusahakan untuk memperoleh hasil yang dapat

mengevaluasi air fluid level dalam sinus-sinus. Apabila pasien tidak dapat duduk, dianjurkan

melakukan foto lateral dengan film diletakkan pada posisi kontralateral dan sinar X

horizontal. 2

Foto AP kepala (Posisi Caldwell)

Foto ini diambil pada posisi menghadap kaset, bidang midsagital kepala tegak lurus pada

film. Idealnya pada film tampak piramid tulang petrosum diproyeksi pada 1/3 bawah orbita

atau pada dasar orbita. Hal ini dapat tercapai apabila orbito-meatal line tegak lurus pada film

dan sentrasi membentuk sudut 150 kaudal.

Foto lateral kepala

Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletak sebelah lateral dengan sentrasi di lusr

kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksilaris berhimpit satu sama lain.

Foto posisi Waters

Foto waters dilakukan dengan posisi di mana kepala menghadap kaset, garis orbitomeatus

membentuk sudut 37 derajat dengan kaset. Sentrasi sinsr kira-kira di bawah garis

interororbital. Pada foto Waters, secara idea piramid tulang petrosum diproyeksikan pada

dasar sinus maksilsris sehingga kedua sinus maksilaris dapst dievaluasi seluruhnya. Foto

Waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan

dapat menilai daerah dinding posterior sinus sfenoid dengan baik.

Pada sisnusistis, mula mula tampak penebalan dinding sinus, dan yang paling sering diserang

adalah sinus maksilaris, tetapi pada sinusitis kronik tampak juga sebagai penebalan dinding

sinus yang disebabkan karena timbulnya fibrosis dan jaringan oarut yang menebal. Foto polos

tak dapat membedakan antara penebalan mukosa dan gambaran fibrotik jaringan parut,

dimana hanya tampak sebagai penebalan dinding sinus. CT scan dengan penyuntikan kontras

dimana apabila terjadi enhance menunjukkan adanya inflamasi aktif, tetapi bila tidak terjadi

enhance biasanya jaringan fibrotik dan jaringan parut.

Pada kasus kasus sinusistis bakterial akut dengan pemeriksaan posisi waters, sukar

membedakan perselubungan sinus maksilaris yang disebabkan sinusistis murnin atau

disebabkan oleh air-fluid level. Untuk kasus-kasus semacam ini perlu dibuatkan posisi waters

5

Page 6: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

dalam keadaan duduk. Hampir 50% kasus kasus dengan perselubungan pada salah satu sinus

maksilaris pada pemotretan posisi tiduran, ternyata setelah difoto duduk, terdapat air-fluid

level.2

Etiologi

Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus adalah menyadari bahwa hidung dan sinus

paranasalis hanyalah sebagaian dari sistem pernapasan total. Penyakit yang menyerang

bronkus dan paru – paru juga dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis. Oleh karena itu,

dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran napas dengan perluasan-perluasan

anatomik harus dianggap sebagai suatu kesatuan. Infeksi mula-mula dapat menyerang seluruh

sistem pernapasan, namun dalam derajat yang berbeda-beda, dan perubahan patologik dan

kondisi klinis yang ditimbulkannya, tergantung pada predominansi infeksi pada daerah

tertentu, sehingga timbul sinusitis, laringitis, pneumonitis dan seterusnya. Hubungan antara

saluran pernapasan atas dan bawah ini menyebabkan apa yang disebut sebagai sindrom

sinobronkial.3

Telah sangat diketahui bahwa berbagai faktor fisik, kimia, saraf, hormonal dan emosional

dapat mempengaruhi mukosa hidung, demikian juga mukosa sinus dalam derajat yang lebih

rendah. Secara umum, sinusitis kronik lebih lazim pada iklim yang dingin dan basah.

Defisiensi gizi, kelemahan, tubuh yang tidak bugar, dan penyakit sistemik umum perlu

dipertimbangkan dalam etiologi sinusitis. Perubahan dalam faktor-faktor lingkungan,

misalnya dingin, panas, kelembaban, dan kekeringan, demikian pula polutan atmosfer

termasuk asap tembakau, dapat merupakan predisposisi infeksi. Dalam daftar faktor

predisposisi umum ini harus ditambahkan paparan terhadap infeksi sebelumnya, misalnya

common cold. 3

Faktor-faktor lokal tertentu juga dapat menjadi predisposisi penyakit sinus. Faktor-faktor ini

akan dijelaskan pada masing-masing penyakit sinus, namun secara umum berupa delormitas

rangka, alergi, gangguan geligi, benda asing dan neoplasma.

Agen etiologi sinusitis dapat berupa virus, bakteri atau jamur: 3

Virus.

Sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas; virus yang lazim menyerang

hidung, laring, dan faring juga menyerang sinus. Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinu

dengan mukosa hidung, dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat

meluas ke sinus.

Bakteri.

6

Page 7: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus meciptakan suatu lingkungan

yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Infeksi ini seringkali melibatkan lebih dari

satu bakteri. Organisme penyebab sinusitis akut mungkin sama dengan penyebab otitis

media. Yang sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun adalah Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, bakteri anerob, Branhamella catarrhalis, strep tokok

alfa, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. Selama suatu fase akut, sinusitis

kronik dapat disebabkan oleh bakteri yang sama seperti yang menyebabkan sinusitis akut.

Sinusitis kronik biasanya berkaitan dengan drainase yang tidak adekuat ataupun fungsi

mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung oportunistik, di mana

proporsi terbesar merupakan bakteri anaerob. Akibatnya, biakan rutin tidak memadai dan

diperlukan pengambilan sampel secara hati-hati untuk bakteri anaerob. Bakteri aerob yang

sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun antara lain Staphylococcus aureus,

Streptococcus viridans, Haemophilus influenzae, Neisseria flavus, Staphylococcus

epidermidis, Streptococcus pneumoniae, dan Escherichia coli. Bakteri anaerob termasuk

Peptostreptococcus, Coryne-bacterium, Bacteroides, dan Veillonella. Infeksi campuran

antara organisme aerob dan anaerob seringkali terjadi. 3

Epidemiologi

Sinus berkembang pada masa kanak-kanak dan remaja, dan kemudian saat sinus-sinus

tersebut menjadi rentan infeksi. Sinus maksilaris dan etmoidalis sudah terbentuk sejal lahir,

dan biasanya hanya kedua sinus ini yang terlibat dalam sinusitis di masa kanak-kanak. Sinus

frontalis mulai berkembang dari sinus etmoidalis anterior pada usia sekitar 8 tahun dan

menjadi penting secara klinis menjelang usia 12 tahun, terus berkembang hingga usia 25

tahun. Sinusitis frontalis akut biasanya jadi pada usia dewasa muda. Pada sekitar 20 persen

populasi, sinus frontalis tidak ditemukan atau rudi-menter, dan karenanya tidak mempunyai

makna klinis. Sinus sfenoidalis mulai mengalami pneumati-sasi sekitar usia 8 hingga 10

tahun dan terus berkembang hingga akhir usia belasan atau awal dua-puluhan. 3

Sinusitis

Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran napas atas yang ringan.

Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor

predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. Dcformitas rahang-wajah, terutama

palatoskisis, dapat menimbulkan masalah pada anak. Anak-anak ini cenderung menderita

7

Page 8: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

infeksi nasofaring atau sinus kronik dengan angka insidens yang lebih tinggi. Sedangkan

gangguan geligi bertanggung jawab atas sekitar 10 persen infeksi sinus maksilaris akut. 3

Sinusitis kronik ialah sinusitis yang sudah berlangsung lebih dari 12 minggu. Gambaran

patologik sinusitis kronik adalah kompleks dan ireversibel. Mukosa umumnya menebal,

membentuk lipatan-lipatan atau pseudopolip. Epitel permukaan tampak mengalami

deskuamasi, regenerasi, metaplasia, atau epitel biasa dalam jumlah yang bervariasi pada suatu

irisan histologis yang sama. Pembentukan mikroabses, dan jaringan granulasi bersama-sama

dengan pembentukan jaringan parut. Secara menyeluruh, terdapat infiltrat sel bundar dan

polimorfonuklear dalam lapisan submukosa. Penyebab sinusitis kronik ialah obstruksi pada

kompleks ostiomeatal yang mengakibatkan statis dan infeksi sekret didalam sinus. Obstruksi

tersebut akibat infeksi saluran napas atas, rinitis alergika, trauma, atau pembedahan

sebelumnya. Sinusitis maksilaris kronik dapat meluas ke orbita, pipi, rahang atas, mukut dan

sinus etmoidalis. 3,4

Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas

yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bcngkak,

dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun

tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada

palpasi dan perkusi. Secret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau

busuk. Batuk iritatif non-produktif seringkali ada. 3

Pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya puss dalam hidung, biasanya dari meatus

media, atau sekret mukopurulen dalam nasofaring. Sinus maksilaris terasa nyeri pada palpasi

dan perkusi. Transiluminasi berkurang bila sinus penuh cairan. Gambaran radiologik sinusitis

maksilaris akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya diikuti opasifikasi sinus

lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang

memenuhi sinus. Akhirnya terbentuk gambaran air-fluid level yang khas akibat akumulasi

pus yang dapat dilihat pada foto tegak sinus maksilaris. Oleh karena itu, radiogram sinus

harus dibuat dalam posisi telentang dan posisi tegak, yaitu dua posisi yang paling me-

nguntungkan untuk deteksi sinus maksilaris Suatu skrining mode ultrasound juga disebut

sebagai metode diagnostik non-invasif yang aman. 3

Diagnosis banding

Sinusitis Etmoidalis

Sinusitis etmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali bermanifestasi sebagai

selulitis orbita. Pada dewasa, seringkali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris, serta

8

Page 9: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tak dapat dielakkan. Gejala berupa nyeri

dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung, drainase dan sumbatan

hidung. Pada anak, dinding lateral labirin etmoidalis (lamina papirasea) seringkali merekah

dan karena itu cenderung lebih sering menimbulkan selulitis orbita. 3

Sinusitis Frontalis

Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior.

Sinus frontalis berkembang dari sel-sel udara etmoidalis anterior, dan duktus nasalis frontalis

yang berlekuk-lekuk berjalan amat dekat dengan sel-sel ini. Maka faktor-faktor predisposisi

infeksi sinus frontalis akut adalah sama dengan faktor-faktor untuk infeksi sinus lainnya.

Penyakit ini terutama ditemukan pada dewasa, dan selain daripada gejala infeksi yang umum,

pada sinusitis frontalis terdapat nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata,

biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan

mereda hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri yang

hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah sinus yang terinfeksi. Transiluminasi dapat

terganggu, dan radiogram sinus memastikan adanya penebalan periosteum atau kekeruhan

sinus menyeluruh, atau suatu air-fluid level. 3

Penatalaksanaan

Tabel 1. Antibiotic oral untuk sinusitis akut.5

Sinusitis maksilaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas seperti

amoksisilin, ampisilin atau eritromisin plus sulfonimid, dengan alternatif lain berupa

amoksisilin/klavulanat, sefaklor, sefuroksim, dan trimetoprim plus sulfonamid. Dekongestan

seperti pseu-docfedrin juga bermanfaat, dan tetes hidung poten seperti fenilefrin (Neo-

9

Page 10: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

Syncphrinc) atau oksimctazolin dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun

kemudian harus dihentikan. Kompres hangat pada wajah, dan analgetik seperti aspirin dan

asetaminofen berguna untuk meringankan gejala. Pasien biasanya memperlihatkan tanda-

tanda perbaikan dalam dua hari, dan proses penyakit biasanya menyembuh dalam 10 hari,

kendatipun konfirmasi radiologik dalam hal kesembuhan total memerlukan waktu dua

minggu atau lebih. 3

Kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif mungkin menunjukkan organisme tidak

lagi peka terhadap antibiotik, atau antibiotik tersebut gagal mencapai lokulasi infeksi. Pada

kasus demikian, ostium sinus dapat sedemikian edematosa sehingga drainase sinus terhambat

dan terbentuk suatu abses sejati. Bila demikian, terdapat suatu indikasi irigasi antrum segera. 3

Pada sinusitis kronik dapat dilakukan pembedahan dengan functional endoscopic sinus

surgery (FESS) melalui kompleks ostiomeatal. Sering kali diperlukan modifikasi daerah ostia

untuk mendapatkan penyaliran yang baik misalnya membuang ujung anterior konka media.

Adanya polip harus dibuang dengan pembedahan. 4

Pada sinusitis maksilaris kronik yang tidak sederhana dapat dikerjakan operasi Caldwell-Luc,

yaitu sinusotomi maksila yang dapat dilakukan melalui irisan pada daerah fosa kanina.

Tulang dinding anterior sinus maksilaris direseksi melalui mulut untuk mencapai sinus guna

mengeluarkan mukosa yang terinfeksi, kista, serta debris epitel. Pembedahan ini tidak boleh

dilakukan pada anak karena dapat merusak gigi primordial.4

Komplikasi

a) Komplikasi Orbita

Pengobatan komplikasi orbita dari sinusitis berupa pemberian antibiotik intravena

dosis tinggi da pendekatan bedah khusus untuk membebaskan pus dari rongga abses. Manfaat

terapi antikoagulan pada trombosis sinus kavernosus masih belum jelas. Pada kasus

tromboflebitis septik, masuk logika bila dikatakan terapi antikoagulan hanya akan

menyebarkan (diseminata) trombus yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa angka kematian

setelah trombosis sinus kavernosus dapat setinggi 80%. Pada penderita yang berhasil sembuh,

angka morbiditas biasanya berkisar antara 60 hingga 80%, di mana gejala sisa trombosis

sinus kavernosus seringkah berupa atrofi optik. 3

b) Mukokel

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus. Kista ini

paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan

10

Page 11: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, etmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat

membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur di sekitarnya. Dengan demikian, kista

ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat

menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan

gangguan penglihatan dengan menekan saraf di dekatnya.

c) Komplikasi Intrakranial

Meningitis Akut. Di samping trombosis sinus kavernosus yang telah dijelaskan di

atas, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut. Infeksi dari sinus

paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan,

seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem

sel udara etmoidalis.

Abses Dura. Adalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna kranium

seringkali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini mungkin timbul lambat sehingga pasien

mungkin hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu

menimbulkan tekanan intrakranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala neurologik

lain. Abses subdural adalah kumpulan pus di antara dura mater dan araknoid atau permukaan

otak. Gejala-gejala kondisi ini serupa dengan abses dura yaitu nyeri kepala yang membandel

dan demam tinggi dengan tanda-tanda rangsangan meningen. Gejala utama tidak timbul

sebelum tekanan intrakranial meningkat atau sebelum abses memecah ke dalam ruang

subaraknoid.

Abses Otak. Setelah sistem vena dalam mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat

dimengerti bahwa dapat terjadi perluasan metastastik secara hematogen ke dalam otak.

Namun, abses otak biasa nya terjadi melalui tromboflebitis yang meluas secara langsung.

Dengan demikian, lokasi abses yang lazim adalah pada ujung vena yang pecah, meluas

menembus dura dan araknoid hingga ke perbatasan antara substansia alba dan grisca korteks

serebri. Pada titik inilah akhir saluran vena permukaan otak bergabung dengan akhir saluran

vena serebralis bagian sentral.

Kontaminasi substansi otak dapat terjadi pada puncak suatu sinusitis supuratif yang berat, dan

proses pembentukan abses otak dapat berlanjut sekalipun penyakit pada sinus telah memasuki

tahap resolusi normal. Oleh karena itu, kemungkinan terbentuknya abses otak perlu

dipertimbangkan pada semua kasus sinusitis frontalis, etmoidalis dan sfenoidalis supuratif

akut yang berat, yang pada fase akut dicirikan oleh suhu yang meningkat tajam dan

menggigil sebagai sifat infeksi intravena. Kasus seperti ini perlu diobservasi selama beberapa

11

Page 12: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

bulan. Hilangnya napsu makan, penurunan berat badan, kakeksia sedang, demam derajat

rendah sore hari, nyeri kepala berulang, serta mual dan muntah yang tak dapat dijelaskan

mungkin merupakan satu-satunya tanda infeksi yang berlokasi dalam hemisfer serebri. 3

Komplikasi-komplikasi intrakranial ini sekali-sekali tidak boleh ditafsirkan selalu berjalan

mengikuti urutan dari meningitis ke abses lobus frontalis. Komplikasi ini dapat terjadi setiap

saat dengan hanya sedikit atau tanpa keterlibatan varian lainnya. Pengobatan infeksi supuratif

intrakranial yang berat kembali berupa terapi antibiotik yang intensif, drainase secara bedah

pada ruangan yang meng-ilami abses dan pencegahan penyebaran infeksi. 3

Prognosis

Pada sinusitis akut yang diberikan terapi adekuat memiliki prognosis yang baik, yaitu dapat

sembuh sempurna tanpa meninggalkan skuele. Tetapi tidak menutup kemungkinan sinusitis

tersebut residif. Namun, jika penanganan tidak adekuat dan pasien tidak menurut maka

kemungkinan dari sinusitis akut menjadi kronik akan sangat besar.

Kesimpulan

Sinusistis merupakan penyakit yang residif, lebih banyak menyerang anak anak daripada

orang dewasa. Bila penanganan tepat maka sinusitis tidak akan menjadi kronik dan

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pengobatan yang diberikan dapat berupa bed rest

dengan posisi kepala yg lebih tinggi selama 10 hari dan pemberian antibiotik yang sesuai

dengan kausa dari sinusitis tersebut. Bila dengan pengobatan antibiotic saja tidak bisa

sembuh, maka perlu dilakukan drainase.

Daftar Pustaka

1. Bickley LS. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Jakarta:

EGC.2012. h.79-90.

2. Rasad s. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Universitas Indonesia. 2011(2).431-7

3. Adams GL, Boies LR, Higler PA. boies buku ajar tht edisi 6. Jakarta:

EGC.2013.h.240-57

4. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu

bedah. Jakarta: EGC. 2012.h.450-1

5. Papadapkis MA, Mcphee SJ. Current medical diagnosis & treatment. Mc graw-hill

lange. 2012. p.214-216

12

Page 13: Makalah Pleno Blok 23 Sinusitis

13