Makalah Pkm
-
Upload
trii-haryaniie -
Category
Documents
-
view
126 -
download
0
description
Transcript of Makalah Pkm
MAKALAH ANALISIS PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN DI INDONESIA PADA PENYAKIT HIV/AIDS
Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat
DISUSUN OLEH :
Amanda Puspa G1B010042Tri Haryani G1B012002Lenny Rachmawati G1B012008Heriansyah G1B012025Hanifa Kusumadina M G1B012038Shella Puspawinaya G1B012057Aisyah Rachmadini G1B012088Isni Kurnia Dewi G1B012094
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDRAL SODIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel
darah putih manusia yang merupakan bagian terpenting dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
Virus ini hidup di dalam darah penderita HIV, virus ini juga tidak memandang usia, warna kulit,
orientasi seksual, agama maupum faktor pembeda lainnya. Sekali saja HIV hidup dalam tubuh
kita, itu artinya kita sudah terinfeksi virus ini, dan sejauh ini belum ada obat untuk memusnahkan
virus HIV ini, namun masih banyak upaya-upaya yang dapat kita lakukan untuk menghindari
virus HIV.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala
menurunnya system kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik dan
kanker yang berakhir pada kematian. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh
kuman yang pada keadaan system kekebalan tubuh normal tidak terjadi.
Virus HIV terdapat dalam darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua specimen
yang berupa cairan tubuh yang berasal dari tubuh penderita HIV dapat dipastikan infeksius dan
sangat potensial untuk menularkan virus ini pada orang lain (namun ada juga cairan lain yang
tidak tercemar virus HIV ini, salah satunya adalah air liur), termasuk ketika seorang penderita
HIV positif melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, dan bukan tidak mungkin bila
nanti pasangan seksualnya tersebut akan terinfeksi virus HIV juga, apalagi jika tidak
menggunakan pengaman (kondom).
Penderita pria maupun wanita sangat riskan untuk menularkan virus HIV ini pada
pasangan seksualnya ketika berhubungan badan, yakni melalui cairan sperma bagi penderita pria,
dan melalui darah menstruasi atau cairan lain pada vagina bagi penderita wanita. Selain melalui
hubungan seksual, HIV juga dapat ditularkan melalui jarum suntik yang digunakan bersamaan
oleh seseorang yang terinfeksi HIV dengan orang yang tidak terinfeksi HIV, dan kemungkinan
besar orang yang tidak terinfeksi HIV ini akan terinfeksi HIV. Virus HIV juga dapat ditularkan
oleh seorang ibu yang positif terinfeksi HIV kepada bayinya pada waktu hamil atau menyusui,
karena air susu yang diberikan sang ibu positif terinfeksi HIV.
Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit yang telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan
masyarakat dunia karena belum ditemukan obat dan vaksin pencegahan penyakit ini. Jumlah
kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus
dilaksanakan. Oleh karena itu dalam makalah ini membahas serta menganalisis program
pemerintah Indonesia dalam upaya pencegahannya menanggulangi HIV/AIDS sehingga
diharapkan program yang lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran penyakit HIV/AIDS di Indonesia?2. Bagaimana program pemerintah untuk mencegah penyakit ini?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Penyakit HIV/AIDS di Indonesia
Sejarah HIV/AIDS di Indonesia1. Sejarah 1983
Dr. Zubairi Djoerban melaksanakan penelitian terhadap 30 waria di Jakarta. Karena
rendahnya tingkat limfosit dan gejala klinis, Dr. Zubairi menyatakan dua di antaranya
kemungkinan AIDS. Pada November, Menteri Kesehatan RI, Dr. Soewandjono
Soerjaningrat menyatakan pencegahan AIDS terbaik adalah tidak ikut-ikutan jadi
homoseks ... dan mencegah turis-turis asing membawa masuk penyakit itu.
2. Sejarah 1984
Di Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) VI, pada Juli,
dilaporkan bahwa dari 15 orang diperiksa, tiga memenuhi kriteria minimal untuk
diagnosis AIDS. Pada November, Kepala Divisi Transfusi Darah PMI, Dr. Masri Rustam
menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir AIDS menyerang penerima transfusi
darah di sini. Walau skrining membutuhkan biaya besar, pencegahan dilakukan dengan
melarang kaum homoseksual atau waria menjadi donor darah.
3. Sejarah 1985
Pada 1 Agustus, Dr. Zubairi menyatakan bila penyakit AIDS sampai menyerang
masyarakat akan sulit dicegah. Pada hari berikut, Menkes membenarkan adanya
kemungkinan AIDS sudah masuk ke Indonesia. Dr. Arjatmo Tjokrnegoro PhD, ahli
imunologi di FK-UI, menduga mungkin orang Indonesia kebal terhadap AIDS karena
aspek rasial. Pada 8 Agustus, RSCM dan FK-UI membentuk satuan tugas untuk mengkaji
masalah AIDS.
Pada 2 September, Menkes menyatakan sudah ada lima kasus AIDS ditemukan di
Bali. Namun Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (P2MPLP) Depkes, Dr. M. Adhyatama mengaku dia tidak tahu-
menahu mengenai kasus tersebut. Seorang perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia
dinyatakan terinfeksi HIV pada September di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ). Pada 11
November, Menkes mengatakan bahwa belum pernah ditemukan orang yang betul-betul
terkena penyakit AIDS. Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes komentar “Kalau kita
taqwa pada Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS.”
4. Sejarah 1986
Perempuan berusia 25 tahun yang didiagnosis HIV pada September 1985 meninggal
dunia di RSIJ, tes darahnya memastikan bahwa dia terinfeksi HTLV-III, dan dengan
gejala klinis yang menunjukkan AIDS. Kasus ini tidak dilaporkan oleh Depkes. Pada
Januari, tes HIV dapat dilakukan di RSCM dengan biaya Rp 62.500. Hasil positif akan
dikirim ke AS untuk penelitian lebih lanjut. Juga pada Januari, FKUI RSCM melakukan
penelitian terhadap pasien hemofilia yang menerima produk darah (faktor VIII). Ternyata
ditemukan satu di antaranya yang dipastikan terinfeksi HIV. Dan pasien tersebut masih
diketahui hidup sehat tanpa terapi antiretroviral (ART) pada Juli 1998 – lebih dari 12
tahun setelah didiagnosis. Pada Maret, satuan tugas RSCM dan FK-UI yang dibentuk
pada 1985 untuk mengkaji masalah AIDS diresmikan sebagai Kelompok Studi Khusus
(Pokdisus) AIDS.
5. Sejarah 1987
Seorang wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Bali. Kematian pria
berusia 44 tahun itu diakui Depkes disebabkan AIDS. Indonesia masuk dalam daftar
WHO sebagai negara ke-13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS. Pada Oktober,
dilakukan Kongres tentang Penyakit Akibat Hubungan Kelamin di Bali sekaligus
Konferensi International Union Against Venerial Diseases and Treponematoses untuk
kawasan Asia dan Pasifik. Menkes Dr. Soewandjono Soerjaningrat dalam sambutan
mengatakan bahwa penyakit yang sebelumnya dikaitkan dengan hubungan seksual yang
menyimpang dari tuntutan agama, ternyata dapat menular melalui darah.
6. Sejarah 1988
Pada 1988, Depkes hanya melaporkan tambahan satu kasus infeksi HIV di Indonesia.
7. Sejarah 1989
Tema Hari AIDS Sedunia 1989 adalah “Kaum Muda (Youth).” Pada 1989, Depkes
tidak melaporkan satu pun kasus infeksi HIV tambahan di Indonesia. Namun satu kasus
HIV dilaporkan berlanjut menjadi AIDS.
8. Sejarah 1990
Tema Hari AIDS Sedunia 1990 adalah “Wanita dan AIDS (Women and AIDS).”
Pada 1990, Depkes melaporkan tambahan dua kasus AIDS, sehingga jumlah kasus
infeksi HIV di Indonesia menjadi sembilan.
9. Sejarah 1991
International AIDS Candlelight Memorial pertama diselenggarakan di Indonesia.
Peristiwa ini, dikenal sebagai Malam Tirakatan Mengenang Korban-Korban AIDS,
diselenggarakan di Surabaya oleh Kelompok Kerja Lesbian & Gay Nusantara (sekarang
Gaya Nusantara), dengan bantuan dari Persatuan Waria Kotamadya Surabaya
(Perwakos). Pada 29-30 Juli, dilakukan Semiloka Nasional AIDS di Denpasar, Bali,
untuk membahas Pengembangan Strategi Penanggulangan AIDS di Indonesia. Tema Hari
AIDS Sedunia 1991 adalah “Bersama Kita Hadapi Tantangan (Sharing the Challenge).”
Pada 1991, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah
menjadi 18, dengan 12 sudah AIDS.
10. Sejarah 1992
Tema Hari AIDS Sedunia 1992 adalah “Komitmen Komunitas (Community
Commitment)”. Pada 1992, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di
Indonesia sudah menjadi 28, dengan 10 sudah AIDS.
11. Sejarah 1993
Tema Hari AIDS Sedunia 1993 adalah “Waktunya Untuk Bertindak! (Time to Act)”.
Di Indonesia, dilaporkan 137 kasus infeksi HIV plus 51 orang dengan AIDS.
12. Sejarah 1994
LP3Y bekerja sama dengan Lentera-PKBI DIY dan The Ford Foundation,
melakukan Work Shop Penulisan AIDS bagi Wartawan. Sebagai hasil dari kegiatan itu,
diterbitkan dua buku kecil, “10 Pakar Bicara AIDS” dan “11 Langkah Memahami AIDS.”
Pada 30 Mei, Presiden RI, Suharto, menandatangani Keputusan Presiden Nomor 36/2004
tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Berdasarkan Kepres 36 ini, Menkokesra Ir
Azwar Anas mengeluarkan Keputusan tentang Susunan, Tugas dan Fungsi Keanggotaan
KPA pada 15 Juni, serta Keputusan tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di
Indonesia pada 16 Juni. Ketua KPA adalah Menkokesra sendiri, dan sekretaris KPA
pertama adalah Dr. Suyono Yayha, MPH. Pada Agustus, sebuah pokja KPA
memperkirakan bahwa jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia pada 2005 akan menjadi
antara 600.000 (penularan rendah, intervensi yang efektif) dan 1.990.000 (penularan
tinggi, tanpa intervensi). Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah
dilaporkan 275 infeksi HIV, dengan 67 diantaranya AIDS. 100 di antaranya adalah
WNA. 203 adalah laki-laki, 68 perempuan, 4 tidak diketahui. Jalur penularan: 69
homoseks, 160 heteroseks, 2 IDU, 2 transfusi darah, 2 hemofilia dan 40 tidak diketahui.
Tema Hari AIDS Sedunia 1994 adalah “AIDS & Keluarga (AIDS and the Family).”
13. Sejarah 1995
Edisi perdana majalah Support diterbitkan oleh Yayasan Pelita Ilmu pada Januari.
Hingga Mei, 49 orang tercatat meninggal karena AIDS di Indonesia. Pusat Media
Pelatihan AIDS untuk Wartawan (PMP AIDS) didirikan pada awal tahun oleh LP3Y di
Yogyakarta. Newsletter PMP AIDS edisi perdana diterbitkan pada Mei. Yayasan Pelita
Ilmu (YPI) membuka Sanggar Kerja, yaitu tempat persinggahan (shelter) untuk Odha, di
Kebon Baru, Jakarta, dengan dukungan oleh Ford Foundation. Program Buddies
(pendamping Odha) juga dimulai. Pada Agustus, RS Medistra Jakarta melarang Dr.
Samsuridjal Djauzi untuk merawat pasien apa pun, karena beliau bersedia merawat pasien
AIDS di RS tersebut.
Dikutip oleh harian Kompas pada Mei, Menteri Negara Kependudukan/Kepala
BKKBN menyinyalir bahwa “virus AIDS sudah dimanfaatkan sebagai alat tindak
kejahatan...” Spiritia didirikan oleh Suzana Murni sebagai organisasi yang mandiri pada
November. Tema Hari AIDS Sedunia 1995 adalah “Hak dan Tanggung Jawab Bersama
(Shared Rights, Shared Responsibilities).” Kegiatan dikoordinasi oleh BKKBN. Headline
pada Suplemen Khusus Harian Surya yang menyambut Hari AIDS Sedunia berbunyi
“Tunggu! AIDS mungkin akan mewabah di Indonesia.” Pada akhir tahun ini di
Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 364 infeksi HIV, dengan 87 diantaranya
AIDS.
14. Sejarah 1996
Pada pertemuan di Pacet, Jawa Timur, pada 15 Maret, dikeluarkan “Pernyataan Pacet
tentang Masalah Etika dan Hak Asasi yang berkaitan dengan Pewabahan dan Upaya
Pencegahan HIV/AIDS.” International AIDS Candlelight Memorial diselenggarakan di
31 kota di Indonesia sebagai Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN), dengan tema
“Bersama Membangun Harapan,” dikoordinasikan oleh Grup Koordinasi Nasional
Mobilisasi AIDS Nusantara (GKNMAN). Menurut harian Kompas, “diiringi lagu ‘Lilin-
lilin Kecil’ yang dinyanyikan sendiri oleh penciptanya, James F Sundah, sekitar seribu
lilin di tangan para hadirin menyala menerangi Plaza Taman Ismail Marzuki, Jakarta.”
Pertemuan Nasional Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV/AIDS (Pertemuan Nasional
HIV/AIDS I) dilakukan pada Juli di Wisma Kalimanis, Jakarta. Pada pertemuan itu,
diputuskan untuk mendirikan tiga organisasi baru: Perhimpunan Dokter Peduli AIDS
Indonesia (PDPAI); Forum Komunikasi LSM/Organisasi Peduli AIDS (FKLOPA); dan
Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI). Milis AIDS-INA, milis pertama untuk
membahas masalah HIV dan AIDS di Indonesia, diluncurkan oleh Dr. Pandu Riono.
Tema Hari AIDS Sedunia 1996 adalah “Satu Dunia Satu Harapan (One World One
Hope)”. Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 501 infeksi
HIV, dengan 119 di antaranya AIDS.
15. Sejarah 1997
Pada Mei, Ditjen POM mengeluarkan surat resmi kepada Ditjen Bea Cukai yang
menerangkan bahwa bila Bea Cukai mendapat kiriman ARV dari luar negeri yang
ditujukan pada Pokdisus AIDS, obat tersebut dapat dikeluarkan tanpa harus diuji coba
Ditjen POM. Pada Juni, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC,
saquinavir dan ritonavir. Namun harganya tidak terjangkau untuk mayoritas Odha.
Surveilans yang dilakukan terhadap waria di Jakarta menunjukkan prevalensi HIV 6%,
naik dari 0,3% pada 1995. Tema Hari AIDS Sedunia 1997 adalah “Anak-anak yang
Hidup di Dunia dengan AIDS (Children Living in a World with AIDS)” Pada akhir tahun
ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 619 infeksi HIV, dengan 153
diantaranya AIDS.
16. Sejarah 1998
Didi Mirhad, bintang iklan Indonesia, mengungkapkan status dirinya HIV-positif
pada media massa. Pertemuan Odha pertama dilakukan oleh Spiritia di Ubud, Bali,
dengan menghadirkan 16 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Pada Oktober, RCTI
mulai menayangkan sinetron Kupu-Kupu Ungu, disutradarai oleh Nano Riantiarno,
dengan bintang Nurul Arifin dan Sandi Nayoan. Sinetron sepanjang 13 episode tersebut
menggambarkan beragam masalah medis, sosial, psikologis dan mitos seputar HIV dan
AIDS. Tema Hari AIDS Sedunia ditentukan sebagai “Kaum Muda: Semangat
Perubahan”. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Agama. Menjelang Hari AIDS,
KPA meluncurkan Kampanye Nasional AIDS, ditandai oleh lambing baru, yaitu pita
merah-putih. Logo asli MRAN. Foto tangan Suzana dan ayahnya
17. Sejarah 1999
Didi Mirhad, bintang iklan Indonesia, meninggal dunia karena AIDS pada 25
Agustus. Semiloka Nasional Penggunaan dan Penyalahgunaan NAZA dilakukan selama
empat hari di September oleh sekelompok aktivis HIV dan narkoba, dengan melibatkan
beberapa pembicara dari Australia dan Malaysia. Pertemuan ini adalah pertama kali
konsep Harm Reduction dibahas oleh para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan
di Indonesia. Tema Hari AIDS Sedunia 1999, ‘Dengar, Simak, Tegar! (Listen, Learn,
Live!)’ tetap ditujukan pada orang berusia di bawah 25 tahun. Kegiatan dikoordinasi oleh
Departemen Pendidikan. Pada akhir tahun, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT,
ddI, ddC, 3TC, d4T, saquinavir, ritonavir dan indinavir.
18. Sejarah 2000
Pertemuan Nasional HIV/AIDS II dilakukan pada April di Jakarta. Surveilans di
antara 67 pengguna narkoba suntikan yang ditahan di Lapas Kerobokan di Bali pada
akhir tahun menemukan 35 (56%) terinfeksi HIV. Pada November, sebuah pertemuan
yang dilakukan oleh Lentera-Sahaja PKBI DIY di Kaliurang, DIY yang melibatkan
beberapa relawan dari kelompok marjinal dibongkar secara ‘brutal dan keji oleh
kelompok orang yang bertopeng dan bersembunyi dibalik jubah “agama” ataupun
“parpol” tertentu.’ Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘AIDS – Pria Berpengaruh
(AIDS – Men Make a Difference)’. Kegiatan dikoordinasi oleh BKKBN.
19. Sejarah 2001
Dua belas penghuni sebuah pusat pemulihan narkoba di Bali dites HIV. Delapan di
antaranya ditemukan terinfeksi. Dengan dukungan dari Ketua Badan POM, berapa jenis
ARV generik dari India mulai tersedia di Indonesia, termasuk AZT, 3TC, gabungan
AZT+3TC, d4T dan nevirapine. Dengan obat ini, terapi antiretroviral (ART) yang baku
mulai tersedia di Indonesia, walau harga masih mahal (lebih dari Rp 1 juta per bulan).
Pertemuan Nasional Odha ke-2 dilakukan oleh Spiritia di Kuta, Bali pada September,
dihadiri oleh 36 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkan
“Asas-Asas Penanggulangan HIV/AIDS” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu. Walau
dalam keadaan sakit dan harus memakai kursi roda, Suzana Murni, pendiri Spiritia
berpidato pada pembukaan Konferensi Internasional AIDS di Asia Pasifik (ICAAP) ke-6
di Melbourne, pada Oktober, dengan judul ‘Memecah Penghalang’. Tema Hari AIDS
Sedunia 2001 adalah ‘Kami peduli. Anda bagaimana? (I care. Do you?)’. Kegiatan
dikoordinasi oleh Departemen Kesehatan. Pada 31 Desember, Drs. M. Jusuf Kalla
sebagai Menkokesra menandatangani Keputusan tentang Sekretariat KPA, yang
menetapkan Dr. Farid Husein sebagai Sekretaris KPA.
20. Sejarah 2002
Sidang Kabinet Sesi Khusus HIV/AIDS dilakukan pada 28 Maret. Pada 1 April,
disusun Komite Pengarah untuk Strategi Nasional Penanggulangan AIDS, untuk
mengembangkan rancangan Stranas baru. Suzana Murni pada ICAAP ke-6 Permohonan
Indonesia untuk dana dari Global Fund Ronde 1 disetujui, dengan dana hampir 16 juta
dolar untuk HIV. Fase 1 program, dengan dana hampir 7 juta dolar, mulai diterapkan
pada Juli 2003. Suzana Murni, pendiri Spiritia, meninggal dunia pas sebelum pembukaan
Konferensi AIDS Sedunia ke- 14 di Barcelona, Spanyol pada Juli. Konferensi ini
didominasi oleh masalah terkait pengobatan untuk HIV di negara terbatas sumber daya.
Penghargaan yang diberikan pada Spiritia oleh Family Health International (FHI)
diterima oleh Siradj Okta, adik Suzana. Indonesia menunjukkan betapa mendadak
epidemi HIV dapat muncul.
Setelah lebih dari sepuluh tahun prevalensi HIV yang rendah, angka meloncat di
antara pengguna narkoba suntikan dan pekerja seks, dengan sampai 40% orang di tempat
pemulihan narkoba di Jakarta diketahui HIV-positif. Pada Oktober dibentuk Gerakan
Nasional Meningkatkan Akses Terapi HIV/AIDS (GN-MATHA), diketuai oleh Dr.
Samsuridjal Djauzi, dengan tujuan agar 10.000 Odha di Indonesia mendapatkan ART
pada 2005. Sebuah International Roundtable: Increasing Access to HIV Treatment in
Resource Poor Settings dilakukan di Canberra, Australia pada September. Di antara 85
peserta, dari 18 negara, ada lima dari Indonesia. Tema Hari AIDS Sedunia 2002
ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘Tetap Hidup dengan Tegar’. Tema internasional adalah
‘Live and Let Live’. Dirjen Farmasi Depkes memasukkan AZT, 3TC dan nevirapine
dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk semua rumah sakit tipe A dan tipe B
se-Indonesia.
21. Sejarah 2003
Pertemuan Nasional Odha ke-3 dilakukan oleh Spiritia di Cikopo, Puncak pada
Februari, dihadiri oleh 50 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui
dikeluarkannya “Pernyataan Cikopo” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu. “Tegak
Tegar – Hidup Positif Bersama HIV”, Pameran Foto Karya Rio Helmi, yang
didedikasikan untuk Almarhumah Suzana Murni, diluncurkan di Gedung DPR-RI,
Senayan, Jakarta pada Februari. Foto dalam pameran menunjukkan beberapa Odha di
Indonesia dalam kegiatan sehari-hari. Pada Maret, Menteri Kesehatan RI mengatakan
bahwa pemerintah akan memberi subsidi ARV generic sebesar Rp 200.000 per bulan
untuk setiap Odha yang membutuhkannya. Beberapa provinsi memutuskan untuk
menyediakan ARV secara gratis untuk sejumlah Odha di provinsinya. Pada Juli,
penyediaan ART untuk 100 Odha di Indonesia yang didanai oleh Global Fund mulai
direncanakan. Program Global Fund Ronde I Fase 1 untuk HIV dimulai di Indonesia pada
Juli. Program ini diutamakan untuk memberi ARV pada 100 Odha di lima provinsi.
Pada Agustus 2003, Kimia Farma meluncurkan produk ARV-nya. Pada awal
disediakan AZT (Reviral), 3TC (Hiviral), gabungan AZT+3TC (Duviral), serta
nevirapine (Neviral). Namun rencana awal untuk membuat gabungan
AZT+3TC+nevirapine dengan nama Triviral tidak berhasil. Harga untuk Duviral dan
Neviral ditetapkan sebagai Rp 345.000. Jogjakarta Round Table Meeting, yang dihadiri
oleh peserta dari 16 negara dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan akses ART,
diselenggarakan pada September. Pertemuan ini adalah lanjutan dari pertemuan serupa
yang dilakukan di Canberra pada 2002. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2003-2007. Menyambut Hari
AIDS Sedunia, Presiden Republik Indonesia Megawati bertemu dengan beberapa Odha di
istana negara. Tema Hari AIDS Sedunia 2003 ditetapkan oleh Departemen Sosial sebagai
‘Stigma dan Diskriminasi’. Pada akhir 2003, diperkirakan 1.100 Odha memakai ART di
Indonesia.
22. Sejarah 2004
Pada 19 Januari, wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan
terhadap HIV (Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Riau), pada
pertemuan di Papua dengan Ketua KPA Jusuf Kalla dan wakil dari enam departemen
serta Ketua Komisi VII DPR-RI, Dr. Sanusi Tambunan, menyatakan Komitmen Sentani.
Di antara tujuh pasal dalam komitmen tersebut, para peserta berjanji akan
“Mengupayakan pengobatan HIV/AIDS termasuk penggunaan ARV kepada minimum
5.000 Odha pada tahun 2004.” Pertemuan Nasional Odha ke-4 dilakukan oleh Spiritia di
Tretes, Jawa Timur pada Februari, dihadiri oleh 60 Odha dan Ohidha dari seluruh
Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkannya “Pernyataan Tretes” sebagai suatu hasil
dari pertemuan itu. Departemen Kesehatan menetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi
sebagai Rumah Sakit Rujukan AIDS, tahap pertama. Sedikitnya dua dokter, satu perawat
dan satu konselor dari masing-masing rumah sakit diberi pelatihan khusus. Spiritia
meluncurkan prakarsa pencegahan untuk Odha yang disebut “HIV Stop di Sini”, yang
dimaksudkan membantu memutuskan rantai penularan. Yayasan Spiritia melakukan
pelatihan Pendidik Pengobatan pertama di Jakarta, dengan melibatkan 45 peserta dari
kelompok dukungan sebaya dan komunitas di seluruh Indonesia. Setelah upaya advokasi
yang melibatkan kelompok dukungan sebaya dari seluruh Indonesia, Depkes mengubah
kebijakan untuk menyediakan ART dengan subsidi penuh pada 4.000 Odha. Dilakukan
Pertemuan Nasional KDS ke-2 di Sanur Bali pada November, dihadiri oleh wakil dari 33
kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk Odha/Ohidha dari 24 kota dan 20 provinsi.
Peserta menyetujui dikeluarkan “Pernyataan Bali” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Tema Hari AIDS Sedunia 2004 ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
sebagai ‘Perempuan, Remaja Putri, HIV dan AIDS’, dengan slogan “Sudahkah Kau
Dengar Aku Hari Ini?” Tema internasional adalah ‘Women, Girls, HIV and AIDS’,
dengan slogan “Have You Heard Me Today?”.
23. Sejarah 2005
Setelah mengevaluasi kinerja penerapan Fase 1 programnya Ronde I di Indonesia,
Global Fund memutuskan untuk memotong dana untuk Fase 2 (Juli 2005-Juni 2007) dari
9 juta dolar AS menjadi 900.000 dolar. Terkait dengan kunjungan Kofi Annan,
Sekretaris-Jenderal PBB ke Indonesia, untuk Konferensi Asia- Afrika, istrinya, Ibu Nane
Annan mengunjungi Spiritia. Di kantor Spiritia, Ibu Nane berbincang dengan kurang
lebih 20 Odha dari berbagai latar belakang. Pada Mei, Agustina Saweri, meninggal dunia
di Jayapura. Odha berusia 26 tahun itu memperoleh embelembel ‘Buah Merah’ di
namanya setelah ia diboyong ke Jakarta pada Oktober 2004 untuk member kesaksian
tentang khasiat buah tersebut sebagai alternatif pengobatan AIDS. Agustina didesak
untuk berhenti penggunaan ART-nya, karena tidak dibutuhkan lagi setelah memakai
Buah Merah. International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-7
dilakukan di Kobe, Jepang pada Juli, dengan tema ‘Bridging Science and Community
(Menjembatani Ilmiah dan Komunitas)’.
Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha pertama di Lembang, Jawa Barat,
pada September, dihadiri oleh 120 peserta Odha dan Ohidha. Peserta mengeluarkan
“Pernyataan Lembang” seusai pertemuan. Tema Hari AIDS Sedunia 2005 ditetapkan oleh
Departemen Dalam Negeri sebagai ‘Kepemimpinan dan Penanggulangan HIV/AIDS’.
Tema internasional adalah ‘Stop AIDS. Keep the Promise’. KPA Nasional mengeluarkan
rencana program akselerasi di 100 Kabupaten/Kota tahun 2005. Rencana ini dicanangkan
pada Hari AIDS Sedunia oleh Bapak Wakil Presiden.
24. Sejarah 2006
Pada Januari, laboratorium resistansi genotipe HIV mulai diuji coba di Departemen
Mikrobiologi FKUI. Lab ini disediakan untuk melakukan surveilans resistansi untuk
Depkes. Pada Mei, dilakukan International AIDS Candlelight Memorial (Malam
Renungan AIDS) dengan tema internasional “Lighting the Path to a Brighter Future”.
Antara lain, kegiatan diadakan di Tangerang, Lombok, Kediri, Malang dan Jogja. Juga
pada Mei, diluncurkan buku ‘Dua Sisi dari Satu Sosok’, kumpulan tulisan Suzana Murni.
Buku ini, yang disusun oleh Putu Oka Sukanta, mengandung 43 artikel dan puisi karya
Suzana, sebagian diterjemahkan dari tulisan asli dalam bahasa Inggris. Peraturan Presiden
(PP) RI Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
ditandatangani oleh Bapak Presiden pada 13 Juli 2006. Antara yang lain, PP ini
menetapkan Dr. Nafsiah Ben Mboi sebagai Sekretaris. Situs web Spiritia bangkit kembali
pada Juni. di antara fitur yang pada awal tersedia adalah akses pada berbagai dokumen
Spiritia (termasuk semua Lembaran Informasi), statistik Depkes dari 1995, dan informasi
mengenai kelompok dukungan sebaya dalam jaringan se-Indonesia. Pada Agustus
diluncurkan situs web www.aids-ina.org yang merupakan langkah awal dari beberapa
aktivis dan pemerhati untuk melengkapi forum milis aids-ina. Diharapkan situs web ini
bisa menjadi pusat informasi terhadap isu HIV-AIDS di Indonesia. Juga pada Agustus,
diumumkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Tanah Papua diperkirakan telah memasuki
kelompok masyarakat umum (generalized epidemic).
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional pada acara penyerahan AIDS Award 2006 di Hotel Nikko di September.
AIDS Award event di anugerahkan kepada 19 perusahaan yang telah menunjukkan
prestasi dalam melaksanakan program penanggulangan AIDS di tempat kerja. AIDS
Award Event 2006 diselenggarakan oleh KPA Nasional. Ada pertemuan antara Panglima
TNI Marsekal Djoko Suyanto dengan sekretaris KPA Nasional Dr. Nafsiah Mboi, SpA,
MPH di Markas Besar TNI Cilangkap pada Oktober. Panglima TNI Marsekal Djoko
Suyanto mengatakan bahwa upaya pencegahan penularan HIV di lingkungan TNI sangat
penting untuk segera ditingkatkan pelaksanaannya di semua jajaran TNI termasuk di
komando utama (KOTAMA). Tema Hari AIDS Sedunia 2006 ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan sebagai ‘STOP AIDS – Tepati Janji’, dengan fokus pada
akuntabilitas. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’, sama seperti
tahun sebelumnya.
25. Sejarah 2007
Buku Suzana Murni, ‘Lilin Membakar Dirinya’, biografi Suzana oleh Putu Oka
Sukanta, diluncurkan pada Januari. Pada Februari, PB IDI (Bidang Penyakit Menular)
bersama ASHM (Australasian Society HIV Medicine) mengadakan Kursus Nasional
tentang Koinfeksi HIV-Hepatitis Virus selama dua hari yang merupakan kegiatan penting
Pra-Pertemuan Nasional HIV/AIDS ke-3. Pertemuan Nasional HIV & AIDS ke-3
dilakukan di Surabaya pada Februari dengan tema “Menyatukan Langkah untuk
Memperluas Respons”. Antara lain, Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007-2010
diluncurkan di pertemuan ini. Bantuan Dana Global Fund untuk penanggulangan AIDS,
TB, dan Malaria untuk Indonesia dihentikan sementara mulai pertengahan bulan Maret.
Alasan utama penghentian aliran dana untuk tiga penyakit menular tersebut karena
ditemukan “mismanagement” dalam pengelolaan dana tersebut. Pada Juli, diketahui
bahwa Komisi E DPR Provinsi Papua, dalam Rancangan Perdasi (Peraturan Daerah
Provinsi) terkait penanggulangan HIV dan AIDS di Papua mengusulkan pemasangan
microchip dan anjuran pemeriksaan wajib HIV bagi setiap warga Papua, didorong oleh
anggota Dr. John Manangsang.
Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha dan Ohidha ke-II Peningkatan
Pemberdayaan dan Keterampilan dalam Menghadapi HIV dan AIDS di Lido 29 Juli-1
Agustus 2007 dengan tema ”Peduli AIDS – Jangan Hanya Slogan”. Pada Agustus, di
International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-8 di Colombo, Sri
Lanka, diumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk ICAAP ke-9 di Bali
pada 2009. Dana Global Fund, yang dibekukan pada Maret 2007, dicairkan lagi pada
Oktober. Tema Hari AIDS Sedunia 2007 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘STOP AIDS
– Tepati Janji’, dengan fokus pada kepemimpinan. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS.
Keep the Promise’, sama seperti dua tahun sebelumnya. Di antara kegiatan terkait dengan
Hari AIDS, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan di Istana
Negara. Puncak acara adalah dialog langsung Presiden SBY dengan Odha dan
keluarganya. Dalam dialog yang dipandu langsung oleh Aburizal Bakrie selaku ketua
KPA Nasional ini, Presiden berkesempatan mendengarkan langsung hal yang dialami
oleh Odha. Tanggapan dan jawaban yang diberikan oleh Presiden dalam dialog tersebut
secara nyata dirasakan langsung oleh peserta dialog. Seperti yang disampaikan oleh Luh
Putu Ikha, perwakilan dari Bali, bahwa peran Odha dalam penanggulangan HIV/AIDS di
tanah air perlu didukung oleh pemerintah. Pekan Kondom Nasional (PKN) Pertama
dilaksanakan 1-8 Desember 2007 dengan kegiatan yang mencakup pembagian materi
edukasi ke berbagai pelosok daerah di Indonesia, pelatihan, talkshow, konser musik, dan
lomba karya tulis dan fotografi bagi wartawan dan blogger. Akibat PKN ini, KPA
Nasional didemo dua kali, dengan tuduhan “merusak moral bangsa”, dan mereka sama
sekali tidak mau dengar penjelasan dari Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional.
Pada akhir 2007, dilaporkan 11.570 Odha pernah mulai ART, dengan 6.653 (58%) masih
memakainya.
26. Sejarah 2008
Komunitas TNI mengumumkan pada Januari bahwa akan melaksanakan proyek
percontohan untuk pelayanan terpadu HIV-AIDS di Jatim khususnya bagi masyarakat
TNI. Penasihat Khusus Sekjen PBB dan utusan khusus untuk HIV dan AIDS di Asia
Pasifik, Nafis Sadik, yang menunjungi Indonesia pada Februari, mengujar bahwa,
“Targetnya MDG 2015 tidak akan tercapai, jika keadaan AIDS tidak dapat ditanggulangi
secara baik.” Menurutnya, penyebaran epidemi HIV di Indonesia telah mengalami
peningkatan. Pertambahan itu menurutnya banyak disebabkan oleh penularan infeksi
melalui transmisi seksual. Pertemuan Nasional Harm Reduction dilakukan di Makassar
pada Juni. Pada pertemuan tersebut, Asisten Deputi Sekretaris KPA Nasional Inang
Winarso mengatakan, dari 3.000 pasien yang mengikuti program Metadon di seluruh
Indonesia, 20% di antaranya telah terbebas sebagai pengguna dan pecandu narkoba. Juga
pada pertemuan itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal
Bakrie juga mengampanyekan penggunaan kondom di kalangan pengguna Napza. Dalam
Kongres Anak Indonesia VII 2008, yang dilakukan pada Juli terkait dengan Hari Anak
Indonesia (HAN) 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, peserta
merumuskan “Suara Anak Indonesia.” Mereka bertekad meningkatkan pemahaman cara
hidup sehat, hak kesehatan reproduksi, agar terhindari dari bahaya penyakit menular,
HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkotika. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memerintahkan jajaran menteri terkait menindaklanjuti hasil kongres tersebut. Melalui
Musyawarah Nasional Orang Terinfeksi HIV yang dilakukan secara terbatas dan dihadiri
oleh 124 orang terinfeksi HIV berasal dari 27 provinsi pada Juli, telah membentuk sebuah
organisasi yang bernama Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI). Dipilih Abdullah
Denovan sebagai Koordinator Nasional dengan periode kerja dua tahun. Sekretaris
Nasional Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Nafsiah Mboi memprediksi
pada Juli bahwa jumlah kasus HIV dan AIDS pada 2020 akan melonjak menjadi 2 juta
kasus. Sekitar 80% di antaranya menimpa kaum laki-laki. Pada pertemuan di IDI di
Oktober, diumumkan bahwa estimasi jumlah orang terinfeksi HIV di Indonesia sudah
menjadi 277.000. Masyarakat Peduli AIDS Nasional (Mapan) – yang menggabungkan
antara lain Jaringan orang terinfeksi HIV (JOTHI) Jakarta, Persatuan korban Napza dan
LBH Kesehatan sebagai pendamping – pada November melakukan aksi di depan Kantor
Perwakilan PBB di Menara Thamrin, Jakarta. Mereka menuntut Koordinator UNAIDS
Indonesia Nancy Fee dipecat dan keluar dari Indonesia. Salah satu yang disuarakan
mereka, selama ini UNAIDS tidak memberikan kontribusi nyata bagi penanggulangan
AIDS di Indonesia. Akhirnya, pada Desember, pasal di Raperdasi Provinsi Papua
mengenai microchip dibatalkan, setelah banyak advokasi oleh orang di seluruh Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 2008 ditetapkan oleh ???? sebagai ‘Yang Muda Yang
Membuat Perubahan’. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’ dengan
fokus pada kepemimpinan, sama seperti dua tahun sebelumnya. KPAN, Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan DKT Indonesia menggelar
Pekan Kondom Nasional (PKN) ke-2 yang diadakan pada minggu pertama Desember.
Kegiatan ini diawali dengan Konferensi Kondom pada 1 Desember 2008 yang dibuka
Menkokesra Aburizal Bakrie. Namun kegiatan ini dilawan dengan Kampanye
Antikondomisasi, dengan konferensi pers berjudul “Stop Kondomisasi untuk Penyebaran
HIV/AIDS” oleh LSM Merc. Pada akhir 2008, dilaporkan 17.880 Odha pernah mulai
ART, dengan 10.616 (59%) masih memakainya.
Laporan Perkembangan HIV/AIDS
1. Senin, 10 Agustus 2009
Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia
Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 30 Juni 2009 adalah 7,83 per
100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2006, jumlah penduduk Indonesia
227.132.350 jiwa)
2. Selasa, 10 November 2009 Laporan Perkembangan Hiv/Aids Triwulan 4 (Oktober - Desember 2009)
Sampai dengan 30 September 2009 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
adalah sebagai berikut:
AIDS : 18.442Provinsi yang melaporkan : 32 ProvinsiKab/Kota yang melaporkan : 300 Kab/kotaRatio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan : 3 : 1
Cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui Heteroseksual 49,7%,
IDU 40,7%, dan Lelaki seks lelaki 3,4%. Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (49,57%), disusul kelompok umur 30-39
tahun (29,84%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,71%). Kasus AIDS terbanyak
dilaporkan dari Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat,
Jawa Tengah, Sumetare Utara, Riau, Kepulauan Riau. Rate kumulatif kasus AIDS
Nasional sampai dengan 30 September 2009 adalah 8,15 per 100.000 penduduk
(berdasarkan data BPS 2006, jumlah penduduk Indonesia 227.132.350 jiwa).
3. Kamis, 11 Februari 2010 Ilmuwan Temukan Asal Penularan HIV
Los Angeles - Dengan menggunakan sejenis analisis genetika, beberapa ilmuwan AS
telah menemukan bagaimana HIV menular di antara pria, demikian hasil satu studi baru.
Kasus AIDS : 17.699Provinsi yang melaporkan : 32 ProvinsiKab/Kota yang melaporkan : 300 Kab/kotaRatio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan : 3 : 1
Temuan itu dapat mengarah kepada pengobatan dan vaksinasi baru, demikian hasil studi
oleh beberapa peneliti di University of California di San Diego, sebagaimana dikutip dari
Xinhua-OANA. Studi tersebut melibatkan sejumlah orang yang tak disebutkan yang
secara seksual telah menularkan HIV mereka ke pria lain, kata para peneliti itu."Dengan
mengetahui asal virus yang ditularkan, para ilmuwan mungkin dapat mengembangkan
vaksin baru, "microbicides" vagina dan obat guna mencegah penyebaran HIV, yang
menular melalui hubungan seks," kata pemimpin penulis studi tersebut Dr. Davey Smith,
pembantu profesor bidang obat-obatan di University of California San Diego, dalam
siaran pers universitas yang disiarkan oleh HealthDay News, Rabu.
Yang menjadi pembahasan ialah HIV pada sperma, yang terdiri atas sel sperma dan
cairan yang disebut plasma sperma. Partikel HIV yang mengandung RNA ada di dalam
cairan tersebut, sementara sel sperma menyimpan DNA HIV, demikian penjelasan para
penulis studi tersebut. "Setakat ini, belum ditetapkan apakah HIV RNA atau DNA
ditularkan selama hubungan seks," kata Smith. "Dengan menganalisis perbedaan genetika
antara kedua bentuk ini dan virus yang akhirnya ditularkan ke orang yang baru terinfeksi,
kami mendapati bahwa bentuk HIV RNA yang terkandung di dalam plasma sperma lah
yang ditularkan”. Sedangkan mengenai penularan HIV ke perempuan, Smith
mengatakan, "Karena kebanyakan perempuan terinfeksi HIV melalui pajanan terhadap
virus itu pada sperma, HIV RNA di dalam plasma sperma tampaknya adalah pelakunya
tapi ini perlu dikonfirmasi."(C003/A024)
4. Senin, 22 Februari 2010Laporan Perkembangan Hiv&Aids Triwulan 1 (Januari-Maret 2010)
Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi di Indonesia dilaporkan pada kelompok
umur 20-29 tahun (49,07%), berikutnya kelompok umur 30-39 tahun (30,14%) dan
kelompok umur 40-49 tahun (8,82%). Berdasarkan jenis kelamin, dari 19.973 kasus
AIDS yang dilaporkan, sebanyak 14720 (73,7%) kasus adalah laki-laki, 5163 (25,8%)
kasus adalah perempuan dan 90 (0,5%) kasus tidak diketahui jenis kelaminnya.
Sedangkan berdasarkan cara penularan, kasus AIDS kumulatif tertinggi melalui
Heteroseksual (50,3%), pengguna napza suntik/ penasun (40,2%), dan Lelaki seks lelaki /
homoseksual (3,3%).
Jumlah kasus HIV positif kumulatif berdasarkan layanan VCT sampai 30 November
2009 sebanyak 34257 kasus dengan positive rate rata-rata 10,8%. Kasus baru HIV positif
pada triwulan keempat tahun 2009 adalah 5997. Secara kumulatif jumlah kasus HIV
positif terbanyak dilaporkan dari Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur
(4553), Jawa Barat (3077), Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914). Jumlah
infeksi HIV pada layanan VCT berdasarkan kelompok risiko sampai 30 Juni 2009
terbanyak pada pengguna napza suntik/penasun (52,18%), kelompok waria (25,89%), dan
pasangan risiko tinggi (15,83%). Sedangkan menurut kelompok umur, infeksi HIV
terbanyak pada kelompok umur 30-39 tahun (16,49%), disusul umur 20-29 tahun
(15,41%), dan umur kurang dari 1 tahun (13,61%).
Sampai 31 Desember 2009 jumlah kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang
tersebar di 32 Provinsi di Indonesia. Selama periode Oktober-Desember 2009 kasus
AIDS bertambah 1531 kasus. Sehingga kasus AIDS di Indonesia selama tahun 2009
(Januari-Desember) sebanyak 3863 kasus. Sedangkan proporsi kasus AIDS yang
dilaporkan telah meninggal adalah 3846 (19,3%).
Berdasarkan Propinsi yang melaporkan, kasus AIDS terbanyak di Jawa Barat (3598),
berikutnya Jawa Timur (3227), DKI Jakarta (2828), Papua (2808), Bali (1615),
Kalimantan Barat (794), Jawa Tengah (717), Sulawesi Selatan (591), Sumatera Utara
(485), Riau (475), dan Kepulauan Riau (333). Kasus AIDS terbanyak pada pengguna
Napza suntik di 5 Propinsi adalah Jawa Barat 2628 (73%), DKI Jakarta 2002 (70,8%),
Jawa Timur 1022 (31,7%), Bali 261 (16,2%), dan Sumatera Barat 224 (67%). Estimasi
populasi rawan tertular HIV di Indonesia tahun 2006 sebesar 193.000. Pada tahun 2014
diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi
untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus
5. Jumat, 27 Agustus 2010Y on Y Kasus Hiv/Aids Indonesia Naik Terus
Jakarta - Kementerian Kesehatan dan PBB serta Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional mengadakan pertemuan untuk membahas peningkatan kasus HIV/AIDS di
Indonesia HIV/AIDS pada 30 Agustus 2010 di Jakarta. Siaran pers yang diterima di
Jakarta, Kamis, menyatakan, kasus HIV/AIDS di Indonesia harus ditanggapi secara
serius, karena jumlah penderita terus meningkat dari tahun ke tahun.
Data Kementerian Kesehatan per Juni 2010 menunjukkan jumlah penderita
HIV/AIDS mencapai 21.770 orang meningkat dibanding 2.000 hanya sekitar 607 orang.
Berdasarkan jenis transmisi penularan sebanyak 10.722 kasus melalui heteroseksual, 718
kasus melalui homobiseksual, 8.786 kasus melalui penasun (pengguna narkoba suntik),
20 kasus melalui transmisi darah, 587 kasus transisi perinatal dan 937 kasus tidak
diketahui.
Program Harm Reduction menjadi salah satu kebijakan yang dipilih oleh pemerintah
untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan epidemi HIV/AIDS di kalangan
masyarakat. Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Aziz di Jakarta, Kamis
mengatakan, peran sosial dan ekonomi seringkali menjadi penyebab utama munculnya
kasus AIDS di Indonesia. "Rendahnya kemampuan perekonomian masyarakat pedesaan
dan ketimpangan gender menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan
berujung pada keterbatasan terhadap akses informasi publik," katanya. Oleh karena itu,
lanjut Harry Azhar , anggaran negara terutama dibidang kesehatan harus digunakan
seoptimal mungkin terutama dalam sosialisasi mengenai AIDS.
Anggaran kesehatan sangat berperan penting dalam usaha meningkatkan
kesejahteran rakyat, karena itu pemerintah harus mengoptimalkan penggunaan anggaran
tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia, ucapnya.
6. Jumat, 24 September 2010 Laporan Perkembangan Hiv/Aids Triwulan 2 (April - Juni 2010)
Pada periode triwulan kedua tahun 2010 terdapat penambahan kasus AIDS sebanyak
1.206 kasus. Sebanyak 36 kabupaten/kota dari 16 provinsi melaporkan hal tersebut yaitu
NAD, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Dengan demikian, sampai tanggal 30 Juni 2010,
secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sejak tahun 1978 berjumlah 21.770 dari 32
provinsi dan 300 kabupaten/kota. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan
adalah 3:1. Kasus terbanyak dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, Papua, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara,
Riau dan Sumatera Barat.
Rate kumulatif kasus AIDS nasional sampai 30 Juni 2010 adalah 9,44 kasus per
100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua
(14,34 kali angka nasional), Bali (5,2 kali angka nasional), DKI Jakarta (4,4 kali angka
nasional), Kep. Riau (2,4 kali angka nasional), Kalimantan Barat (1,8 kali angka
nasional), Maluku (1,5 kali angka nasional), Bangka Belitung (1,2 kali angka nasional),
Papua Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Riau (1,0 kali
angka nasional).
Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29
tahun (48,1%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49
(9,1%). Sementara cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan heteroseksual
(49,3%), Injection Drug Use/IDU (40,4%), Lelaki Seks Lelaki (3,3%), dan perinatal
(2,7%).
Proporsi kasus AIDS yang dilaporkan meninggal sebesar 19,0%. Infeksi oportunistik
yang terbanyak dilaporkan adalah TBC (10.648 kasus), diare kronis (6.392 kasus),
Kandidiasis oro-faringenal (6.412 kasus), Dermatitis generalisata (1.623 kasus), dan
Limfadenopati generalisata persisten (770 kasus).
Sementara untuk kasus HIV positif, sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif
berjumlah 44.292 kasus dengan positive rate rata-rata 10,3%. Jumlah kasus baru pada
triwulan kedua 2010 sebanyak 3.916 kasus. Daerah yang paling banyak terjadi kasus HIV
positif adalah DKI Jakarta (9.804 kasus), Jawa Timur (5.973 kasus), Jawa Barat (3.798
kasus), Sumatera Utara (3.391 kasus), Papua (2.947 kasus), dan Bali (2.505 kasus).
Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada vaksin maupun obatnya. Obat yang ada adalah
(ARV=Anti Retroviral Virus) yang berfungsi hanya untuk menekan perkembangan virus.
Perawatan HIV di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan jumlah yang masih
dalam pengobatan ARV pada tahun 2005 sebanyak 2.381 (61% dari yang pernah
menerima ARV).
Kemudian sampai 30 Juni 2010 terdapat 16.982 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
yang masih menerima ARV (60,3% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA
yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi berasal dari DKI Jakarta (7.242), Jawa
Barat (2.001), Jawa Timur (1.517), Bali (984), Papua (685), Jawa Tengah (575),
Sumatera Utara (570), Kalimantan Barat (463), Kepulauan Riau (426), dan Sulawesi
Selatan (343). Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 18% pada
tahun 2009.
Demikian laporan situasi perkembangan HIV/AIDS di Indonesia triwulan kedua
tahun 2010 berdasarkan data dari Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Kemenkes. Berita
ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI.
7. Kamis, 09 Desember 2010 Kasus Aids Didominasi Usia Produktif
Sampai dengan 30 September 2010, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan sebanyak 22.726 kasus tersebar di 32 provinsi. Kasus tertinggi didominasi
usia produktif yaitu usia 20-29 tahun (47,8%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun
(30,9%), dan kelompok umur 40-49 (9,1%). Dari jumlah iu, 4.250 kasus atau 18,7%
diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus terbanyak dilaporkan dari Provinsi DKI
Jakarta, diikuti Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Riau.
Cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan heteroseksual (51,3%), Injection
Drug User atau pengguna Narkoba suntik/Penasun (39,6%), Lelaki Seks Lelaki (3,1%),
dan perinatal atau dari ibu pengidap kepada bayinya (2,6%). Penambahan kasus AIDS
pada periode triwulan ketiga (Juli-September) tahun 2010 sebanyak 956 kasus yang
dilaporkan dari 48 kabupaten/kota di 13 Provinsi (NAD, Bengkulu, Kepri, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Banten, NTT, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan Papua). Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditma,
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI tentang situasi perkembangan HIV&AIDS di Indonesia
triwulan ketiga sampai dengan 30 September 2010.
Menurut Dirjen P2PL, rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 30
September 2010 adalah 9,85 per 100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah
penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan
dari Provinsi Papua (14,2 kali angka nasional), Bali (5,0 kali angka nasional), DKI
Jakarta (3,4 kali angka nasional), Kalimantan Barat (2,4 kali angka nasional), Kep. Riau
(2,5 kali angka nasional), Maluku (1,5 kali angka nasional), DI Yogyakarta (1,4 kali
angka nasional), Bangka Belitung (1,2 kali angka nasional), Papua Barat, Jawa Timur,
Jawa Barat, dan Sumatera Barat (1,0 kali angka nasional).
Proporsi infeksi oportunistik yang terbanyak adalah TBC (11.513 kasus), diare kronis
(6.567 kasus), Kandidiasis oro-faringenal (6.605 kasus), Dermatitis generalisata (1.676
kasus), dan Limfadenopati generalisata persisten (778 kasus).
Untuk kasus HIV positif kumulatif sampai dengan 30 September 2010 sebanyak
50.352 dengan positive rate rata-rata 10,8%. Sedangkan jumlah kasus baru pada triwulan
ketiga 2010 sebanyak 4.173 kasus. Daerah yang paling banyak terjadi kasus HIV positif
adalah DKI Jakarta (12.814), Jawa Timur (6.430), Jawa Barat (4.001), Sumatera Utara
(3.573), dan Kalimantan Barat (2.536). Ditambahkan Dirjen P2PL, HIV/AIDS sampai
saat ini belum ada obat yang ampuh dan vaksin untuk mcegahnya. Satu-satunya obat
yang ada adalah (ARV=Anti Retroviral Virus) berfungsi untuk menekan perkembangan
virus.
Salah satu upaya yang dilakukan Kemenkes adalah perawatan penderita HIV sejak
tahun 2005. Jumlah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sampai 30 September 2010
sebanyak 18.982 orang yang masih menerima ARV (60,3% dari yang pernah menerima
ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi berasal dari DKI
Jakarta (6.946), Jawa Barat (1.418), Jawa Timur (1.138), Bali (835), Papua (724), Jawa
Tengah (562), Sumatera Utara (543), Kalimantan Barat (380), Kepulauan Riau (420), dan
Sulawesi Selatan (347). Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi
18% pada tahun 2009.
Dalam rangka memperingati HAS 2010 dengan tema “ Akses Universal dan Hak
Azasi Manusia, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan serangkaian kegiatan. Pada
bulan Juli sampai November melakukan sosialisasi HIV dan AIDS melalui kesenian
tradisional dan distribusi materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi).
Juli 2010 melakukan pelatihan konselor Adiksi bagi petugas kesehatan, Agustus
2010 pelatihan konseling-testing HIV, laboratorium & RR VCT dan pertemuan laporan
analisis kohort pengobatan ARV. Agustus-September 2010 permodelan matematika HIV
di Indonesia.
Pada Agustus-November 2010 melaksanakan surveilans terpadu biologis dan
perilaku 2010. September –November 2010 pelatihan untuk pelatih (TOT)
penatalaksanaan infeksi menular seksual dan kongres nasional ikatan praktisi intervensi
perubahan perilaku.
Oktober 2010 pelatihan penatalaksanaan infkesi menular seksual, pelatihan PMTCT,
pelatihan PITC, pelatihan metadon bagi petugas kesehatan, dan pelatihan konseling
adiksi bagi layanan rumatan. November 2010 pelaksanaan monitoring survey HIV drug
resistance dan threshold survey HIV drug resistance. Juli-Desember 2010 pelaksanaan
early warning indicators HIV drug resistance. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi
Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
8. Kamis, 20 Januari 2011Laporan Perkembangan Hiv/Aids Triwulan 4 (Oktober - Desember 2010)
Pada periode triwulan keempat tahun 2010 terdapat penambahan kasus AIDS
sebanyak 1.405 kasus. Sebanyak 62 kabupaten/kota dari 15 provinsi yang melapor.
Dengan demikian, sampai dengan Desember 2010, secara kumulatif jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan adalah 24.131 kasus dari 300 Kabupaten/Kota dan 32 Provinsi yang
melaporkan.
9. Rabu, 02 Februari 2011 Masalah Hiv/Aids Dan Rokok Perlu Perhatian Serius
Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai kekuatan
pembangunan, masalah HIV/AIDS dan rokok memerlukan perhatian serius. Hal ini
disebabkan jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya dengan
proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok usia produktif (usia 20-29
tahun) sebanyak 49,07%. Demikian juga dengan jumlah perokok, berdasarkan hasil
Riskesdas Tahun 2010, prevalensi perokok secara nasional sebesar 34,7%. Berarti lebih
dari sepertiga penduduk berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti kanker, penyakit
jantung dan penyakit akibat gangguan pernapasan. Hal itu disampaikan Menteri
Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH ketika menyampaikan
sambutan kepada peserta Rapat Kerja Nasional Gubernur di Jakarta, Senin, 31 Januari
2011.
Menurut Menkes, kesehatan merupakan unsur dominan dalam Millenium
Development Goals (MDGs), karena lima dari delapan agenda MDGs berkaitan langsung
dengan kesehatan. Lima agenda tersebut adalah Agenda ke-1 (Memberantas kemiskinan
dan kelaparan), Agenda ke-4 (Menurunkan angka kematian anak), Agenda ke-5
(Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke-6 (Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan
penyakit lainnya), serta Agenda ke-7 (Melestarikan lingkungan hidup).
Untuk mendukung upaya pencapaian MDG’s, pada tahun 2011 Kemenkes mulai
meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). BOK diberikan kepada seluruh
Puskesmas di Indonesia yang besarnya berkisar antara Rp 75 juta sampai Rp 250 juta per
tahun sesuai wilayah regional masing-masing. Pada tahun 2011 ini juga mulai
dilaksanakan Program Jaminan Persalinan (Jampersal), yaitu pemberian jaminan
persalinan bagi masyarakat yang belum mendapat jaminan kesehatan untuk persalinan.
Jaminan pelayanan yang diberikan mencakup : pemeriksaan kehamilan, pelayanan
persalinan, pelayanan nifas, pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan neonatus dan
promosi ASI.
Berkaitan dengan agenda ke-6, Menkes mengingatkan kembali pentingnya komitmen
melaksanakan INPRES No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan. Salah satu fokus program pengendalian HIV/AIDS 2010 dan 2011 yaitu
jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing
HIV pada tahun 2010 sebanyak 300.000 orang dan tahun 2011 menjadi 400.000 orang.
Persentase orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mendapatkan obat anti retroviral
(ARV) tahun 2010 sebanyak 70% dan tahun 2011 menjadi 75%. Presentase
kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman tahun
2010 sebanyak 50% dan tahun 2011 menjadi 60%. Penggunaan kondom pada kelompok
risiko tinggi tahun 2011 sebanyak 35% pada perempuan dan 20% pada laki-laki.
“Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase penduduk umur 15 tahun dengan
pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS sebesar 11,4%. Hal ini menunjukkan
pentingnya terus meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap
kelompok ini”, ujar Menkes. Sedangkan prevalensi penduduk yang merokok pada
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,2%. Sedangkan pada penduduk laki-laki umur
15 tahun ke atas sebanyak 54,1% adalah perokok. Prevalensi tertinggi pertama kali
merokok pada umur 15-19 tahun (43,3%) dan sebesar 1,7% penduduk mulai merokok
pertama kali pada umur 5-9 tahun. Untuk mengatasi hal itu, mengharapkan para
Gubernur segera mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di wilayah kerja
masing-masing.
Pemberdayaan masyarakat mengacu pada visi pembangunan nasional, strategi
pertama yang dilakukan Kemenkes adalah pemberdayaan masyarakat, swasta, dan
masyarakat madani melalui kerja sama nasional dan global. Berarti pembangunan
kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia
untuk ikut merealisasikan tercapainya MDGs. Masyarakat diarahkan agar berdaya dan
ikut aktif memelihara kesehatannya sendiri, melakukan upaya pro-aktif tidak menunggu
sampai jatuh sakit, karena ketika sakit sebenarnya telah kehilangan nilai produktif. Upaya
promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mengendalikan angka kesakitan yang
muncul dan mencegah hilangnya produktivitas serta menjadikan sehat sebagai fungsi
produksi yang dapat memberi nilai tambah, ujar Menkes.
Pemberdayaan masyarakat berupaya memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat
kesehatan bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa
dan kelurahan yang disebut Desa dan Kelurahan Siaga Aktif seperti dituangkan melalui
Keputusan Menkes No.1529/MENKES/ SK/X/2010 tentang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah desa dan kelurahan yang penduduknya dapat
mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap
hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada seperti
Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Puskesmas atau sarana kesehatan
lainnya. Penduduknya dapat mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan
dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan serta menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pada kesempatan tersebut, Menkes mengharapkan kepada para Gubernur untuk
Mengembangkan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di daerah masing-masing untuk
mempercepat tercapainya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Berita ini
disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
10. Senin, 02 Mei 2011 Laporan Perkembangan Hiv/Aids Triwulan 1 (Januari - Maret 2011)
Berikut laporan tentang perkembangan penderita HIV/AIDS yang ada di Indonesia dari
Dirjen P2PL :
a. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2
b. Cara penularan kasus AIDS baru yang dilaporkan melalui heteroseksual (66,95%),
(IDU 23,08%),perinatal (5,70%) dan LSL (3,42%).
c. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%),
disusul kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun
(17,09%).
d. Jumlah total kasus baru HIV positif pada layanan VCT di triwulan 1 tahun 2011 adalah
4.552
Hasil Pengobatan sejak 2005 sampai dengan Maret 2011:
a. Pelayanan pengobatan ODHA di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2005 dengan
jumlah yang masih dalam pengobatan ARV pada akhir 2005 sebanyak 2.381 (61%
dari yang pernah menerima ARV). Sedangkan pada Maret 2011 terdapat 20.069
ODHA yang masih menerima ARV (55,4% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah
ODHA yang masih dalam pengobatan ARV dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta
(8.998), Jawa Barat (2.200), Jawa Timur (1.859), Bali (1.293), Papua (998), Jawa
Tengah (713), Sumatera Utara (767), Kalimantan Barat (541), Kepulauan Riau (569),
dan Sulawesi Selatan (500).
b. Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2010.
c. Sebanyak 80% ODHA masih menggunakan rejimen lini pertama, 16,7% telah
substitusi (salah satu ARV nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada
kelompok lini pertama yang original) dan 4% switch (1 atau 2 jenis ARV-nya diganti
dengan obat ARV lini kedua).
11. Jumat, 22 Juli 2011 Penyediaan Obat Arv Untuk Hiv/Aids
Pada saat ini, HIV/AIDS sudah menjadi pandemi global dengan dampak yang sangat
merugikan baik dampak kesehatan, sosial ekonomi, dan politik. Di negara yang
mengalami dampak terberat, seperti di negara-negara Afrika, HIV telah menurunkan
harapan hidup lebih dari 20 tahun, menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperberat
kemiskinan. Di Asia, yang prevalensi HIV jauh di bawah prevalensi di negara-negara
Afrika, penurunan produktifitas yang diakibatkan oleh HIV dapat lebih besar dibanding
dengan yang diakibatkan oleh penyakit lain.
Pada Rabu 19 Juli 2011 Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H,
DTCE Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI mengunjungi RSUD Raden Mattaher Jambi sehubungan
penyediaan obat Anti Retro Viral (ARV) di RS itu. Seperti diketahui maka -bila telah
memenuhi kriteria tertentu- maka ODHA memang harus minum ARV secara terus
menerus untuk dapat mengkontrol virus HIV yang ada.
Prof Tjandra mengadakan pertemuan dengan pihak RS, Dinas Kesehatan Propinsi
dan teman2 ODHA dalam berbagai LSMnya. Masalah yang ada telah dapat diselesaikan
dengan baik. Saya menekankan perlunya terus dibina koordinasi 4 pihak, yaitu :
1. Koordinasi di dalam RS sendiri.
2. Koordinasi RS dengan Dinas Kesehatan setempat, baik propinsi maupun kabupaten /
kota
3. Koordinasi RS sebagai pemberi pelayanan langsung dengan Kementerian Kesehatan di
Jakarta
4. Koordinasi dengan teman2 ODHA dalam berbagai LSM yang ada.
Sistem umum, rangkaian kegiatan dalam penyediaan ARV meliputi a.l :
- Pengadaan/pembelian ARV dari produsen,
- Penyimpanannya di pusat,
- Pengiriman / distribusi ke RS,
- Penyimpanan di gudang RS,
- Distribusi ke satelit RS
- Pemberian ARV pada ODHA di pelayanan kesehatan,
- Pencatatan dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu,
- dll.
Pemerintah menyediakan ARV bagi ODHA yang menurut kriteria medis memang
memerlukannya.
12. Jumat, 29 Juli 2011Laporan Perkembangan Hiv/Aids Triwulan 2 (April - Juni 2011)
Berikut situasi perkembangan penderita HIV/AIDS pada Triwulan 2 tahun 2011 di
Indonesia dari April sampai dengan Juni 2011 kasus AIDS baru dulaporkan adalah 2.001
kasus dari 59 Kabupaten/Kota di 19 Provinsi. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan
perempuan adalah 2:1.
Cara penularan kasus AIDS baru yang dilaporkan melalui heteroseksual (76,3%),
(IDU 16,3%),perinatal (4,7%) dan LSL (2,2%). Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan
pada kelompok umur 20-29 tahun (36,4%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (34,5%)
dan kelompok umur 40-49 tahun (13,3%). Jumlah total kasus baru HIV positif pada
layanan VCT di triwulan 2 tahun 2011 adalah 6.087.
13. Laporan hasil Pengobatan sejak 2005 sampai dengan Juni 2011
Pelayanan pengobatan ODHA di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2005 dengan
jumlah yang masih dalam pengobatan ARV pada akhir 2005 sebanyak 2.381 (61% dari
yang pernah menerima ARV). Sedangkan pada Juni 2011 terdapat 21.775 ODHA yang
masih menerima ARV (55,7% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang
masih dalam pengobatan ARV tertinggi dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta (8.331),
Jawa Barat (2.542), Jawa Timur (2.072), Bali (1.379), Papua (1.116), Jawa Tengah (909),
Sumatera Utara (850), Kalimantan Barat (582), Kepulauan Riau (580), dan Sulawesi
Selatan (611). Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 22% pada
tahun 2010. Sebanyak 79,7% ODHA masih menggunakan rejimen lini pertama, 16,7%
telah substitusi (salah satu ARV nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada
kelompok lini pertama yang original) dan 3.8% switch (1 atau 2 jenis ARV-nya diganti
dengan obat ARV lini kedua).
B. Gambaran Program Pemerintah Mengenai Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa pada tahun 2008 terjadi laju peningkatan
kasus baru AIDS yang semakin cepat terutama dalam 3 tahun terakhir ini. Berdasarkan laporan
situasi perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sepuluh tahun terakhir sampai dengan 30 Juni
2011, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 26.483 kasus AIDS yang
berasal dari 33 provinsi. Tidak satu provinsipun yang luput. Kasus yang terbanyak terdapat di
DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi
Selatan, DIY, Sulawesi Utara, Sumatera Utara. Kasus tertinggi pada kelompok umur 20–29
tahun (46,4%), kelompok umur 30–39 tahun (31,5%), kelompok umur 40–49 tahun tahun
(9,8%). Sedangkan cara penularan kasus AIDS kumulatif dilaporkan melalui hubungan seks
heteroseksual (54,8%), Injecting Drug User atau IDU (36,2%), hubungan seks sesama lelaki
(2,9%), dan perinatal (2,8%).
Tampak bahwa kasus AIDS bergeser ke kelompok umur yang lebih muda, dengan dua
penyebab utama penyebaran/penularan HIV yakni: melalui cairan kelamin lewat hubungan seks,
dan darah lewat jarum suntik diantara pengguna narkoba. Kelompok umur dengan kasus AIDS
tertinggi adalah: kelompok umur 20-29 tahun, dan kelompok umur 30-39 tahun, dengan usia
terendah adalah 20 dan 29 tahun, ini berarti jika sejak terinfeksi sampai masuk ke kondisi AIDS
lamanya 5 tahun, maka usia terendah saat terinfeksi sekitar 15-24 tahun.
Menyadari masalah yang dihadapi dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV dan
AIDS di Indonesia, khususnya kepada kaum muda usia 15-24 tahun, serta laporan yang
menunjukkan bahwa tidak satupun provinsi yang luput dari kasus AIDS, maka Pusat Promosi
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk menyebarkan pengetahuan yang benar
dan komprehensif tentang HIV dan AIDS kepada seluruh kaum muda usia 15-24 tahun di
seluruh provinsi Indonesia, melalui sebuah kampanye edukasi yang akan dilaksanakan bersama
lintas sektor terkait, dan pihak-pihak yang perduli, mulai tahun 2012 sampai dengan 2014.
Bagaikan fenomena gunung es, data kasus AIDS yang tercatat ini adalah puncak gunung
es yang terlihat di atas permukaan air, sedangkan badan gunung es tersebut – yakni bagian
terbesar dari gunung tersebut berada di bawah permukaan air – tidak terdeteksi. Karena sifat
virus ini memerlukan waktu 5 sampai dengan 10 tahun untuk membuat pengidap HIV masuk ke
kondisi AIDS, ini berarti ada sejumlah besar pengidap HIV yang belum masuk ke kondisi AIDS,
dan mereka berada diantara masyarakat dan terlihat normal sama seperti orang sehat lainnya.
Menurut perkiraan WHO untuk setiap 1 kasus infeksi HIV, maka kasus HIV yang “tersembunyi”
adalah 100-200 orang. Mereka berada bersamasama masyarakat yang sehat lainnya. Mereka
tidak mencari pertolongan, bahkan mungkin tidak sadar jika mereka mengidap HIV, dan masih
berperilaku yang berisiko untuk menularkannya kepada orang lain. Adalah tidak mungkin
mengharapkan tidak terjadinya kasus baru infeksi HIV diantara kaum muda usia 15-24 tahun,
jika mereka tidak tahu apa itu HIV dan AIDS dan bagaimana cara menghindarkan dirinya dari
terinfeksi HIV. Dan tentu saja juga tidak mungkin mengharapkan hilangnya perlakuan yang
diskriminatif terhadap pengidap dan penderita HIV dan AIDS diantara kaum muda, jika mereka
tidak tahu bagaimana HIV dapat menular dan bagaimana tidak, kita juga tidak mungkin dapat
mengharapkan hapusnya kematian yang berhubungan dengan HIV diantara kaum muda, jika
mereka bahkan tidak tahu bahwa mereka mengidap HIV atau tidak.
Kesimpulannya adalah tidaklah mungkin upaya pencegahan dan pengendalian HIV dan
AIDS dilaksanakan tanpa dibarengi dengan kampanye edukasi publik, dan hal ini harus segera
dilakukan karena kita berpacu dengan waktu untuk segera menggunting rantai penyebaran HIV
diantara kaum muda milik bangsa. 2 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan,
secara nasional baru 11,4% penduduk umur 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar
dan komprehensif tentang HIV dan AIDS.
Kementerian Kesehatan meluncurkan program kampanye Aku Bangga Aku Tahu
(ABAT) yang bertujuan untuk pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang
HIV/AIDS di kalangan remaja dan anak muda. Program ini menjadi bahan diskusi Menteri
Kesehatan, Nafsiah Mboi dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh
bersama peserta Rakerkesnas Regional Tengah dan sejumlah perwakilan
pelajar/mahasiswa Surabaya di Empire Palace Surabaya, Rabu (3/4/2013). Keduanya
sepakat bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan kombinasi yang baik untuk
menyelesaikan sebagian besar masalah bangsa.
Menurut Menkes, penanggulangan HIV/AIDS adalah salah satu prioritas
pembangunan nasional. “Kampanye ini juga telah dilaksanakan di 2.160 titik di 41
kabupaten/kota yakni di sekolah, perguruan tinggi, tempat kerja dan sebagainya,”
katanya. Selain itu, Kemenkes juga melakukan berbagai upaya pengendalian penyakit
HIV/AIDS dengan pendekatan secara intensif, menyeluruh, komprehensif dan
terkoordinasi. Diantaranya pengobatan dan rehabilitasi di rumah sakit rujukan, konseling
dan tes HIV serta peningkatan jumlah sarana kesehatan. “Kemenkes menyediakan sarana
kesehatan yang dapat memberi layanan infeksi menular, pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak dan layanan terapi. Bahkan jumlah rumah sakit dan sarana yang kami
sediakan meningkat setiap tahunnya,” imbuhnya. Untuk persentase kasus AIDS menurut
faktor resiko pada tahun 1987 hingga Desember 2012, secara kumulatif terbanyak pada
heteroseksual sebesar 58,7 pesen, injecting drug users (IDU) 17,5 persen, penularan
perinatal 2,7 persen dan homseksual 2,3 persen.
C. Analisis Program Pemerintah
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/phbs-di-tempat-kerja/89-program/aku-bangga-aku-tahu/136-tantangan-kampanye-aku-bangga-aku-tahu
http://www.lensaindonesia.com/2013/04/03/menkes-kampanye-program-aku-bangga-aku-tahu.html
http://www.aidsindonesia.or.id/news/5779/3/06/05/2013/Aku-Bangga-Aku-Tahu-HIV-AIDS#sthash.bPi3QTbP.dpbs
http://www.aidsindonesia.or.id/news/5979/-1-/23/09/2013/Menko-Kesra-Kita-Bisa-Mencegah-Penularan-HIV#sthash.PLqurxwh.dpbs
http://promkes.depkes.go.id/site/akubanggaakutahu/apa-itu-abat/
http://promkes.depkes.go.id/site/akubanggaakutahu/tips-untuk-mencegah-virus-hiv-aids/
http://promkes.depkes.go.id/site/akubanggaakutahu/fakta-hiv-aids/
http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1040
http://www.spiritia.or.id/Dok/stranas07-10.pdf
http://www.spiritia.or.id/Stats/jumlah.php
http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1022