Makalah Perpajakan
-
Upload
retno-enno-wulandari -
Category
Documents
-
view
82 -
download
2
description
Transcript of Makalah Perpajakan
PERPAJAKAN
Makalah tentang
Jenis-jenis pajak di Kabupaten Bogor
DISUSUN OLEH:
Distya Aulia Rahmi(121.2012.014)
Fabian Oktaviano(121.2012.024)
Fakhru Umam Maha(121.2012.023)
Lisa Ratna Juwita(121.2012.033)
Retno Ayu Wulandari(121.2012.047)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A.LATAR BELAKANG.................................................................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................................5
C.TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
JENIS PAJAK.................................................................................................................................................6
1.PAJAK HOTEL........................................................................................................................................6
2. PAJAK RESTORAN.................................................................................................................................8
3 .PAJAK HIBURAN..................................................................................................................................9
4.PAJAK REKLAME..................................................................................................................................11
5. PAJAK PENERANGAN JALAN..............................................................................................................14
6. PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,..................................................................................................................................................15
7. PAJAK PARKIR...................................................................................................................................17
8. PAJAK AIR TANAH..............................................................................................................................19
9. PAJAK SARANG BURUNG WALET......................................................................................................20
10. PAJAK BEA PEROLAHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN.........................................................23
BAB III........................................................................................................................................................25
PENUTUP...................................................................................................................................................25
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas ini kami susun dengan
maksud bukti tertulis dari presentasi yang akan dilaksanakan di kelas nantinya waktu mengkuti
kuliah perpajakan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
memberi pengarahan untuk menyelesaikan makalah ini. Sebagai manusia biasa ,kami menyadari
makalah ini masih sangat jauh dari sempurna oleh karena keterbatasan serta pengetahuan yang
3
kami miliki. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dimasa yang akan datang.
Akhirnya melalui sebuah do’a dan harapan semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi para pembaca semua.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pajak merupakan suatu iuran wajib bagi wajib pajak. Adanya pajak diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan hidup semua masyarakat. Pajak ini sifatnya tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Pajak ini ada bermacam-macam. Dalam
hubungannya dengan adanya suatu wilayah di permukaan bumi dan segala sesuatu yang bernilai
di atasnya, dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus memiliki aturan yang jelas.
4
Peraturan yang berkaitan dengan pajak ini diatur dalam Undang-undang No.12 tahun 1985 yang
telah diubah dengan adanya undang-undang No. 12 tahun 1994. Dengan adanya peraturan ini
diharapkan adanya pemungutan pajak yang berkaitan dengan bumi dan bangunan dapat
dilakukan sesuai dengan asas-asas yang ada.
Agar lebih memahami tentang perpajakan maka penulis ingin menjelaskan beberapa jenis pajak
yang ada di kabupaten Bogor.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis-jenis pajak di kabupaten Bogor?
2. Apa yang mejadi tentang dasar hukum pajak di kabupaten Bogor?
3. Apa yang menjadi dasar pengenaan pajak?
4. Siapa yang menjadi subjek,objek dan wajib pajak?
5. Berapa tarif pajak di kabupaten Bogor?
C.TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah untuk
mengetahui :
1.Menyebutkan masing-masing tentang jenis pajak di kab.Bogor
2.Menyebutkan atas dasar hukum, subjek pajak, objek pajak dan wajib pajak
3.Menyebutkan beberapa tari pajak dari masing-masing jenis pajak
4.Menyebutkan tentang dasar pengenaan pajak yang ada di kab.Bogor
5
BAB II
JENIS PAJAK
Jenis-jenis Pajak Daerah
1.PAJAK HOTEL
A. Dasar Hukum
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pajak Hotel
B. Objek Pajak
adalah Pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang
sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk
6
fasilitas olahraga olahraga dan hiburan. Jasa penunjang : fasilatas telepon, faksimile, teleteks,
internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang
disediakan atau dikelola hotel.Dikecualikan dari objek Pajak Hotel adalah :
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
b. jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti
sosial lainnya yang sejenis;
e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat
dimanfaatkan oleh umum.
C. Subjek Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel.
D. Wajib Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.
E. DPP (Dasar pengenaan, Masa Pajak)
a. Dasar pengenaan pajak
adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel Yang dimaksud
dengan ”YANG SEHARUSNYA” adalah yang termasuk Service charge yang dibebankan
kepada konsumen dan Potongan harga yang diberikan kepada konsumen.
b. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu
lainnnya yang diatur dengan Peraturan Bupati.
F. TARIF PAJAK
Cara Perhitungan : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan.
Tarif pajak : 10%7
Dasar Pengenaan : Jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
Contoh kasus Perhitungan Pajak Hotel
Sebuah Hotel Bintang 1, pada bulan Januari 2013 melaporkan omzet pendapatan yang diterima dari tamu termasuk service charge adalah Rp. 125.000.000,00 Berapakah pajak yang harus disetorkan WP tersebut?
Cara perhitungan pajaknya:
Pajak = tarif pajak x dasar pengenaan
Tarif Pajak 10% Dasar Pengenaan Rp. 125.000.000,00
Maka Pajak yang harus dibayarkan pada bulan tersebut adalah
10% x Rp. 125.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00
2. PAJAK RESTORAN
A. Dasar Hukum
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran.
B. OBJEK,SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
1. Objek Pajak adalah Pelayanan yang disediakan Restoran dengan pembayaran baik untuk dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain
2. Dikecualikan dari objek pajak adalah Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per bulan
3. Subjek Pajak adalah Orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran
4. Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan yang mengusahakan restoran.
5. Jenis pemungutan untuk Pajak Hotel ini adalah SELF ASSESSMENT (WP menghitung, melaporkan,dan menyetorkan pajaknya sendiri)
8
C. DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar pengenaan, Masa Pajak, Tarif dan Cara Perhitungan
1. Dasar pengenaan dan masa Pajak
a. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran. Yang dimaksud dengan ”YANG SEHARUSNYA DITERIMA” termasuk Service charge yang dibebankan kepada konsumen dan Potongan harga yang diberikan kepada konsumen.
b. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lainnnya yang diatur dengan Peraturan Bupati.
D. TARIF PAJAK
Cara Perhitungan : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan.
Tarif pajak 10% , Dasar Pengenaan Jumlah pembayaran yang diterima atau yang
seharusnya diterima restoran.
Contoh Perhitungan Pajak Restoran:
Sebuah Restoran menyediakan makanan dan minuman di tempat, sekaligus
melayani pesanan. Berdasarkan laporan perusahaan, selama 1 bulan restoran
tersebut memperoleh pendapatan dari konsumen yang makan di restorannya
sebesar Rp. 64.000.000,00 dan dari pesanan (dus) sebesar Rp. 15.000.000,00.
Berapakah pajak yang harus disetorkan Restoran tersebut?
Cara perhitungan pajaknya:
Pajak = tarif pajak x dasar pengenaan
Tarif Pajak = 10%
3 .PAJAK HIBURAN
A.Dasar Hukum
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan.
B. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak
9
1. Objek Pajak adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.Objek
Pajak yang dimaksud adalah:
a. tontonan film
b. pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana
c. kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya
d. pameran
e. sirkus, akrobat dan sulap
f. permainan bilyar dan bowling
g. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
h. refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness center) dan
pertandingan olahraga
Dikecualikan dari objek pajak:
a. Pagelaran kesenian, tari, musik, dan busana yang bersifat tradisional dan
perlu dilestarikan
b. Pameran pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah
c. Obyek wisata yang berkenaan dengan peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah nasional, serta budaya.
2. Subjek Pajak adalah Orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan
3. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan hiburan.
C. DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar pengenaan, Masa Pajak, Tarif dan Cara Perhitungan
1. Dasar Pengenaan, Masa Pajak dan Tarif Pajak
a. Dasar pengenaan pajak adalah Jumlah uang yang diterima atau yang
seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Yang dimaksud dengan
“YANG SEHARUSNYA DITERIMA” termasuk Service charge yang
dibebankan kepada konsumen dan Potongan harga atau tiket cuma-Cuma
yang diberikan kepada konsumen.
b.Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender
c. Tarif Pajak yang ditetapkan sebesar
10
D. TARIF PAJAK
Tarif Pajak 10% untuk tontonan Film, Pagelaran kesenian, Tari, Hiburan Kesenian,
Pameran, Sirkus, Akrobat, Sulap,Pacuan Kuda, Refleksi, Pusat Kebugaran,
Pertandingan Olahraga
Tarif Pajak 15% untuk Permainan Bilyar, Bowling, Permainan Ketangkasan
Tarif Pajak 20% untuk Pagelaran/Konser Musik, Pagelaran Busana, Kendaraan
Bermotor
Tarif Pajak 25% untuk Kontes Kecantikan, Binaraga dan Sejenisnya, Mandi Uap/Spa
4.PAJAK REKLAME
A. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang
Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang No.14 Tahun 1950
tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Djawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonsia Nomor 2851);
2. Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3209)
B . OBJEK PAJAK,SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
Atas setiap penyelenggaraan reklame dipungut pajak dengan nama Pajak
Reklame.
Pasal 3
(1) Obyek pajak adalah semua penyelenggaraan Reklame.
(2) Obyek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi :
11
a. reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
b. reklame kain;
c. reklame melekat, stiker;
d. reklame selebaran;
e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan
f. reklame udara;
g. reklame apung;
h. reklame suara;
i. reklame film/slide; dan
j. reklame peragaan.
(3) Dikecualikan dari obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta
harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya
b. label/merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk
sejenisnya;
c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan dengan ukuran
tidak melebihi 1 m x 1 m;
d. penyelenggaraan reklame Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan
e. penyelenggaraan reklame yang tidak mengandung sponsor untuk
tujuan komersial.
Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Reklame.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.
Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi
atau Badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut.
Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut
menjadi Wajib Pajak Reklame.
C. DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar pengenaan, Masa Pajak, Tarif dan Cara Perhitungan12
Pasal 5
(1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai
Sewa Reklame. (2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak
ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame. (3) Dalam hal Reklame
diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame dihitung berdasarkan Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Strategis Lokasi (NSL). (4) Nilai Jual
Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat (3) ditetapkan dalam harga
jual berdasarkan faktor-faktor :
a. jenis Reklame yang dipasang;
b. bahan yang digunakan;
c. jangka waktu penyelenggaraan;
d. jumlah;
e. ukuran media Reklame;
f. biaya pemasangan;
g. nilai komersil;
h. biaya pemeliharaan
(5) Nilai Strategis Lokasi ditetapkan dalam nilai prosentase berdasarkan
faktor-faktor :
a. lokasi penempatan Reklame;
b. frekuensi lalu lintas orang dan kendaraan;
c. kelas jalan.
D. TARIF PAJAK
Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame (NSR) adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) ditambah hasil perkalian Nilai Strategis Lokasi (NSL) dengan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) atau dengan rumus sebagai berikut:
NSR = NJOP + (NSL X NJOP)
Pasal 7
Tarif pajak ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen).
Pasal 8
13
Besaran pokok pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan dasar pengenaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6
5. PAJAK PENERANGAN JALAN
A. DASAR HUKUM.
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Djawa Barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)
B. SUBJEK, OBJEK, WAJIB PAJAK
(1) Obyek pajak adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun yang diperoleh dari sumber lain.
(2) Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga
listrik.
(3) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik.
C.DASAR PENGENAAN PAJAK
Pasal 5
(1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Tenaga Listrik.
(2) Nilai Jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan : a. dalam …
a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai
Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan
biaya pemakaian kWh/variable yang ditagihkan dalam rekening listrik
14
b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung
berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian
listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah.
Pasal 6
D.TARIF PAJAK
(1) Tarif pajak untuk penggunaan listrik dari sumber lain ditetapkan sebagai berikut :
a. rumah tangga Batas Daya Tarif 450-1300 VA 3% >1300-5500 VA 5% >5500 VA
6%
b. bisnis Batas Daya Tarif 450-1300 VA 4% >1300 VA-200 kVA 5% >200 kVA 7%
c. social Batas Daya Tarif 220-1300 VA 3% >1300 VA-200 kVA 4% >200 kVA 5%
e. Industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam Batas Daya Tarif 450-1300 VA
2,7% >1300 VA-200 kVA 3% >200 kVA 3%
(2) Tarif pajak untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri ditetapkan
sebesar 1,5%.
6. PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,
A. DASAR HUKUM
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan peran pengusaha bahan galian
golongan C terhadap penerimaan pendapatan asli daerah serta sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah
ditetapkan pajak atas pengambilan bahan galian golongan C sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2002 tentang Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C. b. bahwa sehubungan dengan berlakunya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau
kembali. c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
15
B. NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
Atas setiap pengambilan mineral bukan logam dan batuan dipungut pajak dengan
nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Pasal 3
(1) Obyek pajak adalah pengambilan mineral bukan logam dan batuan. (2) Obyek
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai berikut :
a. Mineral Bukan Logam, terdiri dari :
1. Asbes;
2. bentonit;
3. clay;
4. dolomit
5. feldspar;
6. garam batu;
7. grafit;
8. kalsit;
b. batuan :
1. batu apung;
2. batu setengah permata;
3. batu permata;
4. granit/andesit;
5. kerikil;
6. leusit;
7. marmer;
8. obsidian;
9. pasir;
10. perlit;
(3) Dikecualikan dari obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-nyata
tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk
16
keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel
listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;
b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang merupakan
ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara
komersial dan
c. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan untuk keperluan
pemerintah dan pemerintah daerah.
C.DASAR PENGENAAN, TARIF, DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 5
(1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan
Logam dan Batuan.
(2) Nilai Jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan
volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-
masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan.
(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah harga rata-rata yang
berlaku di lokasi setempat di wilayah Daerah.
(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh, digunakan harga standar
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan
Mineral Bukan Logam
Pasal 6
Tarif pajak ditetapkan sebesar 13 % (tiga belas persen).
Pasal 7
Besaran pokok pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.
7. PAJAK PARKIR
A. DASAR HUKUM
Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir.
17
B. SUBJEK OBJEK DAN WAJIB PAJAK
1. Objek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan dan garasi kendaraan bermotor.
2. Dikecualikan dari objek pajak adalah :
a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
b. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk
karyawannya sendiri.
c. Penyelanggaraan parkir oleh Kedutaan, Konsulat, Perwakilan Negara Asing dengan
azas timbal balik
d. Penyelenggaraan tempat parkir dalam kegiatan sosial keagamaan.
C.DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitugan Pajak
1. Dasar Pengenaan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada
penyelenggara tempat parkir. Yang dimaksud dengan “YANG SEHARUSNYA
DIBAYAR” adalah termasuk potongan harga Parkir dan Parkir cuma-cuma yang
diberikan kepada penerima jasa Parkir
2. Tarif Pajak 25%
3. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 bulan kalender.
D. TARIF PAJAK
Cara Perhitungan Contoh Perhitungan Pajak Hiburan
Sebuah usaha penitipan kendaraan bermotor, selama 1 bulan memperoleh penghasilan
dari pembayaran parkirnya sebesar Rp. 10.000.000,00
Cara perhitungan pajaknya:
Pajak = tarif pajak x dasar pengenaan
Tarif Pajak 25% Dasar Pengenaan Rp. 10.000.000,00
Maka Pajak yang harus dibayarkan pada bulan tersebut adalah
25% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
Cara Perhitungan : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan.
18
Tarif Pajak 25% Dasar Pengenaan jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
penyelanggara tempat parkir
8. PAJAK AIR TANAH
A. Dasar Hukum
1. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah.
2. Peraturan Bupati Nomor 74 Tahun 2010 tentang Tata Cata Perhitungan Nilai Perolehan
Air Tanah.
B. SUBJEK,PAJAK,OBJEK PAJAK
1. Objek Pajak adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
2. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah
a. untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat,
serta peribadatan
b. untuk konservasi, serta penelitian guna pengembangan ilmu pengetahuan yang
tidak akan dikomersilkan dan tidak menimbulkan kerusakan atas sumber air beserta
lingkungannya;
c. pengambilan/atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah atau Pemerintan Daerah.
3. Subjek Pajak adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.
4. Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.
5. Jenis pemungutan untuk Pajak Air Tanah ini adalah OFFICIAL ASSESMENT (pajak
yang dipungut berdasarkan ketetapan Kepala Daerah)
C. DASAR PENGENAAN
1. Dasar pengenaan dan masa pajak
a. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Air Tanah (NPA)
b. Nilai Perolehan Air Tanah dinyatakan dengan rupiah dan dihitung dengan
mempertimbangkan faktor-faktor:
- Jenis sumber air
- Lokasi sumber air
- Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
19
- Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan
- Kualitas air
- Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air
c. NPA ditetapkan dengan peraturan Bupati.
d. Tarif Pajak adalah 20% (dua puluh persen)
e. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender TARIF
PAJAK
Cara Perhitungan : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan.
Tarif pajak : 20% Dasar Pengenaan : Nilai Perolehan Air Tanah
Contoh Perhitungan Pajak Air Tanah Sebuah Perusahaan A melakukan pengambilan Air
Tanah dengan NPA sebesar Rp. 10.854.120,00 Berapakah pajak yang harus disetorkan
WP tersebut?
Cara perhitungan pajaknya:
Pajak = tarif pajak x dasar pengenaan
Tarif Pajak = 20% Dsr pengenaan (NPA) = Rp. 10.854.120,00
Maka Pajak yang harus dibayarkan pada bulan tersebut adalah: = 20% x Rp.
10.854.120,00 = Rp. 2.170.824,00
9. PAJAK SARANG BURUNG WALET
A.DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa
Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
20
Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)
B. SUBJEK OBJEK WAJIB PAJAK
OBJEK ADALAH SETIAP PENGANMBILAN SARANG BURUNG WALET YANG
DIPERJUALBELIKAN.YANG DI KECUALIKAN : DARI OBJEK PAJAK
SEBAGAIMANA YANG DIMAKSUD dalam ayat satu adalah Jual beli telur burung
wallet dan Pengambilan sarang burung wallet untuk kepentingan penelitian
SUBJEK PAJAK : Adalah orang pribadi atau badan yang melakukan penjualan sarang
burung wallet yang disebut j8uga sebagai wajib pajak.
C. DASAR PENGENAAN
1. DASAR pengenaan pajak adalah nilai jual sarang burung wallet
2. Nilai jual sebagaimana dimaksud dalam ayat satu diatur lebih lanjut dengan
keputusan bupati.
D. TARIF PAJAK
Tari pajak ditetapkan 10% Besarnya pokok pajak terhutang dihitung dengan cara
mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dengan dasar
pengenaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 4 Tahun
1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
mengubah UndangUndang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2851);
2. Undang - U ndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209)21
F. SUBJEK PAJAK, OBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK.
(1) Obyek pajak adalah Bumi dan atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, Dan
atau dimanfaat kan oleh orang pribadi atau Badan untuk sektor perdesaan dan
perkotaan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan .
(2) Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah permukaan bumi yang
meliputi tanah dan perairan.
(3) Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
(1) Subyek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,
dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas Bumi dan atau memperoleh manfaat atas Bumi
dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas Bangunan
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan Daerah.
G. DASAR PENGENAAN PAJAK
(1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3
(tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak dan wilayah tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di tetapkan
oleh Bupati berdasarkan Klasif ikasi Objek Pajak .
H. TARIF PAJAK
(1) Tarif Pajak untuk objek pajak yang NJOPnya sampai dengan
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), ditetapkan sebesar 0,11% (nol
koma sebelas persen).
(2) Tarif Pajak untuk objek pajak yang NJOPnya di atas Rp.1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah), ditetapkan sebesar 0,22% (nol koma dua puluh dua persen).
22
10. PAJAK BEA PEROLAHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
A. DASAR HUKUM
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
B. SUBJEK OBJEK DAN WAJIB PAJAK
1. Objek Pajak adalah perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau
badan
2. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, meliputi:
a. Pemindahan hak, karena:
- Jual beli
- Tukar menukar
- Hibah
- Hibah wasiat
- Waris
- Pemasukan dlm perseroan/ badan hukum lainnya
- Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
- Penunjukan pembeli dlm lelang
- Pelaksanaan putusan hakim
- Penggabungan usaha
- Peleburan usaha
- Pemekaran usaha
- Hadiah
b. Pemberian hak baru, karena:
- Kelanjutan pelepasan hak
- Diluar pelepasan hak
3. Hak atas tanah yang dimaksud, adalah:
- Hak milik Adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah dengan mengingat bahwa semua hak atas tanah berfungsi sosial, artinya kalau
kepentingan umum menghendaki hak milik atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti
rugi yang layak dan menurut cara yang diatur oleh undang-undang.
4. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh hak atas tanah dan bangunan
5. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang
23
memperoleh hak atas tanah dan bangunan
D.DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan
1. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak
a. Dasar Pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
b. NPOP berupa:
- Harga transaksi : untuk kegiatan jual beli
- Harga yang tercantum dalam risalah lelang : untuk penunjukkan pembeli dalam
Lelang.
- Nilai pasar : untuk jenis perolehan hak lainnya
c. Jika NPOP tidak diketahui atau lebih rendah dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang
digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan, maka dasar
pengenaan adalah NJOP
d. Tarif BPHTB adalah sebesar 5%
e. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NPOPTKP) adalah sebesar Rp. 60.000.000(enam puluh juta rupiah), kecuali untuk
warisan dan hibah wasiat yg diterima org pribadi dlm hubungan sedarah dalam garis
keturunan satu derajat keatas atau kebawah dengan pemberi hibah (termasuk suami/istri),
NPOPTKPnya Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah)
f. Jika pemindahan hak terdiri dari beberapa transaksi namun berasal dari pemilik yang
sama(1 pemilik kepada 1 penerima hak), maka NPOPTKP berlaku satu kali dan
dikenakan
kepada perolehan hak yang pertama atau yang nilainya paling besar dalam jangka waktu
satu tahun.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sudah dijelaskan bahwa jenis-jenis pajak dan fungsinya adalah untuk membiayai pengeluaran umum Negara. Namun realita terbesarnya, kegunaan pajak di Indonesia adalah untuk membayar cicilan hutang. Hampir setiap tahun persen penggunaan uang pajak sebagai cicilan hutang cukup besar. Jadi, kemauan masyarakat untuk membayar pajak akan membantu Negara ini terbebas dari hutang Meski ada kasus penyelewengan yang terjadi, tentunya tidak semua para petugas pajak melakukan perbuatan haram tersebut. Hanya orang yang tidak sayang dengan Negara ini yang mau memakan harta yang digunakan untu membayar utang. Dari pengertian pajak dan kegunaannya, dapat dipahami bahwa pajak memiliki potensi yang kuat untuk bisa membayar hutang. Jika Anda orang bijak tentu Anda siap membayar pajak.
B.SARAN
Kita sebagai masyarakat di negara Indonesia wajib membayar pajak untuk kelangsungan hidup negara ini dan juga untuk membangun negara ini agar mencapai kesejahteraan bersama, tetapi kewajiban membayar pajak yang sudah terlaksana ini harus diwujudkan dengan wujud nyata mana hasil dari pembayaran pajaknya. Sekarang banyak kasus penyalahgunaan pajak kasusnya juga bukan dilakukan oleh satu orang saja tapi beberapa orang bahkan hampir banyak pejabat tinggi negara yang melakukannya, ini adalah contoh bahwa penerapan pajak di Indonesia kurang pengawasan. Pembayarannya menjadi kewajiban tapi hasil dari pembayaan pajaknya tidak jelas untuk apa? Dan untuk siapa? Maka disarankan jangan hanya masyarakat yang mematuhi peraturan saja tetapi pejabat tinggi negara juga harus mematuhi. Ini untuk kepentingan bersama bukan perseorangan.
25