Makalah Perlindungan Hak Anak Pada Tahap Pemasyarakatan

38
TUGAS KELOMPOK Mata Kuliah : Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak Dosen Mata Kuliah : Nur Hasanah, SE MAKALAH “Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan” Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak OLEH KELOMPOK V 1. Hardianti (11 31 019) 2. Hasnidar (11 31 018) 3. Sarwah (11 31 012) 4. Nurlindawati (12 31 011) 5. Nurtanni (12 31 016) 6. Herna (12 31 025)

Transcript of Makalah Perlindungan Hak Anak Pada Tahap Pemasyarakatan

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah Perlindungan dan Pemberdayaan Hak AnakDosen Mata Kuliah Nur Hasanah SE

MAKALAH

ldquoPerlindungan Hukum terhadap Anak padaTahap Pemasyarakatanrdquo

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata KuliahPerlindungan dan Pemberdayaan Hak Anak

OLEH

KELOMPOK V

1 Hardianti (11 31 019)

2 Hasnidar (11 31 018)

3 Sarwah (11 31 012)

4 Nurlindawati (12 31 011)

5 Nurtanni (12 31 016)

6 Herna (12 31 025)

7 A Marlina (12 31 028)

PENDIDIKAN GURU RAUDATUL ATFHAL (PGRA)SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL-GAZALI BONE20122013

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

األنبياء اشرف على والسالم والصالة العالمين رب الحمدلله امابعد اجمعين وصحبه آله وعلى محمد سيدنا والمرسلين

Assalamu Alaikum WrWb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya Tak lupa pula shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam

yang terang benderang

Selanjutnya kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami

selama penyusunan makalah ini secara khusus kepada

1 Dosen Pembina Mata Kuliah Nur Hasanah SE atas bimbingan dan arahannya

sehingga makalah ini dapat terselesaikan

2 Kedua Orang Tua atas doa dan bimbingannya

3 Rekan Mahasiswa atas partisipasinya

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan Oleh

karena itu kami memohon maaf kepada para pembaca apabila terdapat kesalahan

didalamnya Selanjutnya kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari para pembaca guna mencapai kesempurnaan dari makalah ini

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami khususnya dan para

pembaca pada umumnya

Wassalamu Alaikum WrWb

Watampone 24 Maret 2013

KELOMPOK V

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Rumusan Masalah 2

C Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A Pengertian Anak 3

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum 7

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan 9

BAB III PENUTUP 16

A Kesimpulan 16

B Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas anak sebagai generasi

penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan

sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup Sehingga

kelangsungan hidup perkembangan fisik dan mental serta perlindungan dari

berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat

tersedia sebagaimana mestinyaLembaga Pemasyarakatan Anak

Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural

masyarakat Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan

juga pada proses perkembangan anak Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian

yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam

koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan

perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini Fenomena yang terjadi

memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan

seperti pemerkosaan pencabulan pencurian perkelahian antar pelajar dan lain-lain

sudah mulai menjamur Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan

berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa

Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila pemikiran mengenai fungsi

pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan

reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan Usaha ini dilaksanakan secara

terpadu antara pembina yang dibina dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan

kualitas warga binaan pemasyarakatan Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga

binaan menyadari kesalahan dapat memperbaiki diri dan juga tidak mengulangi

melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas masalah-masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut

1 Apa pengertian anak

2 Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

C Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengertian anak

2 Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

األنبياء اشرف على والسالم والصالة العالمين رب الحمدلله امابعد اجمعين وصحبه آله وعلى محمد سيدنا والمرسلين

Assalamu Alaikum WrWb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya Tak lupa pula shalawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam

yang terang benderang

Selanjutnya kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami

selama penyusunan makalah ini secara khusus kepada

1 Dosen Pembina Mata Kuliah Nur Hasanah SE atas bimbingan dan arahannya

sehingga makalah ini dapat terselesaikan

2 Kedua Orang Tua atas doa dan bimbingannya

3 Rekan Mahasiswa atas partisipasinya

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan Oleh

karena itu kami memohon maaf kepada para pembaca apabila terdapat kesalahan

didalamnya Selanjutnya kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari para pembaca guna mencapai kesempurnaan dari makalah ini

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami khususnya dan para

pembaca pada umumnya

Wassalamu Alaikum WrWb

Watampone 24 Maret 2013

KELOMPOK V

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Rumusan Masalah 2

C Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A Pengertian Anak 3

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum 7

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan 9

BAB III PENUTUP 16

A Kesimpulan 16

B Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas anak sebagai generasi

penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan

sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup Sehingga

kelangsungan hidup perkembangan fisik dan mental serta perlindungan dari

berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat

tersedia sebagaimana mestinyaLembaga Pemasyarakatan Anak

Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural

masyarakat Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan

juga pada proses perkembangan anak Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian

yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam

koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan

perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini Fenomena yang terjadi

memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan

seperti pemerkosaan pencabulan pencurian perkelahian antar pelajar dan lain-lain

sudah mulai menjamur Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan

berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa

Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila pemikiran mengenai fungsi

pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan

reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan Usaha ini dilaksanakan secara

terpadu antara pembina yang dibina dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan

kualitas warga binaan pemasyarakatan Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga

binaan menyadari kesalahan dapat memperbaiki diri dan juga tidak mengulangi

melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas masalah-masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut

1 Apa pengertian anak

2 Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

C Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengertian anak

2 Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami khususnya dan para

pembaca pada umumnya

Wassalamu Alaikum WrWb

Watampone 24 Maret 2013

KELOMPOK V

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Rumusan Masalah 2

C Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A Pengertian Anak 3

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum 7

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan 9

BAB III PENUTUP 16

A Kesimpulan 16

B Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas anak sebagai generasi

penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan

sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup Sehingga

kelangsungan hidup perkembangan fisik dan mental serta perlindungan dari

berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat

tersedia sebagaimana mestinyaLembaga Pemasyarakatan Anak

Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural

masyarakat Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan

juga pada proses perkembangan anak Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian

yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam

koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan

perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini Fenomena yang terjadi

memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan

seperti pemerkosaan pencabulan pencurian perkelahian antar pelajar dan lain-lain

sudah mulai menjamur Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan

berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa

Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila pemikiran mengenai fungsi

pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan

reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan Usaha ini dilaksanakan secara

terpadu antara pembina yang dibina dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan

kualitas warga binaan pemasyarakatan Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga

binaan menyadari kesalahan dapat memperbaiki diri dan juga tidak mengulangi

melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas masalah-masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut

1 Apa pengertian anak

2 Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

C Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengertian anak

2 Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang 1

B Rumusan Masalah 2

C Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A Pengertian Anak 3

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum 7

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan 9

BAB III PENUTUP 16

A Kesimpulan 16

B Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas anak sebagai generasi

penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan

sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup Sehingga

kelangsungan hidup perkembangan fisik dan mental serta perlindungan dari

berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat

tersedia sebagaimana mestinyaLembaga Pemasyarakatan Anak

Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural

masyarakat Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan

juga pada proses perkembangan anak Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian

yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam

koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan

perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini Fenomena yang terjadi

memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan

seperti pemerkosaan pencabulan pencurian perkelahian antar pelajar dan lain-lain

sudah mulai menjamur Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan

berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa

Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila pemikiran mengenai fungsi

pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan

reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan Usaha ini dilaksanakan secara

terpadu antara pembina yang dibina dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan

kualitas warga binaan pemasyarakatan Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga

binaan menyadari kesalahan dapat memperbaiki diri dan juga tidak mengulangi

melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas masalah-masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut

1 Apa pengertian anak

2 Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

C Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengertian anak

2 Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas anak sebagai generasi

penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan

sarana dan prasarana yang dapat menopang kelangsungan hidup Sehingga

kelangsungan hidup perkembangan fisik dan mental serta perlindungan dari

berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat

tersedia sebagaimana mestinyaLembaga Pemasyarakatan Anak

Di Indonesia sedang berlangsung perubahan tata nilai sosiokultural

masyarakat Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dan

juga pada proses perkembangan anak Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian

yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam

koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan

perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini Fenomena yang terjadi

memperlihatkan bahwa perilaku anak menjurus kepada tindak pidana kejahatan

seperti pemerkosaan pencabulan pencurian perkelahian antar pelajar dan lain-lain

sudah mulai menjamur Hal ini dapat menyebabkan anak tersebut diharuskan

berhadapan dengan proses hukum yang disamakan dengan orang dewasa

Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila pemikiran mengenai fungsi

pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan

reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan Usaha ini dilaksanakan secara

terpadu antara pembina yang dibina dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan

kualitas warga binaan pemasyarakatan Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga

binaan menyadari kesalahan dapat memperbaiki diri dan juga tidak mengulangi

melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas masalah-masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut

1 Apa pengertian anak

2 Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

C Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengertian anak

2 Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan Usaha ini dilaksanakan secara

terpadu antara pembina yang dibina dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan

kualitas warga binaan pemasyarakatan Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga

binaan menyadari kesalahan dapat memperbaiki diri dan juga tidak mengulangi

melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas masalah-masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut

1 Apa pengertian anak

2 Apa pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

C Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk

1 Mengetahui pengertian anak

2 Mengetahui pengertian anak yang bermasalah dengan hukum

3 Mengetahui perlindungan hukum terhadap anak pada tahap

pemasyarakatan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Anak

Apabila ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian ldquoanakrdquo dimata hukum

positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring

atau person under age) orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di

bawah pengawasan wali (minderjarige onvervoodij)

Pada tingkat Internasional rupanya tidak terdapat keseragaman dalam

perumusan batasan tentang anak tingkatan umur seseorang dikategorikan sebagai

anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu

Dua puluh tujuh negara bagian di Amerika Serikat menentukan batasan

umur antara 8-17 tahun ada pula negara bagian lain yang menentukan

batas umur antara 8-16 Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16

tahun Australia dikebanyakan negara bagian menentukan batas umur

antara 8-16 tahun Negeri Belanda menentukan batas umur antara 12-18

tahun Negara Asia antara lain Srilanka menentukan batas umur antara

8-16 tahun Iran 6-18 tahun Jepang dan Korea menentukan batas umur

antara 14-18 tahun Kamboja menentukan antara 15-18 tahun sedangkan

Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16

tahun

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius

constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku

universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku yaitu

1 Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Pada Pasal 1 (3) merumuskan bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12

(dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

melakukan tindak pidana Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun

sampai 18 tahun

2 Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak (Undang-undang No23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)

Pada Pasal 1 (1) merumuskan bahwa anak adalah seseorang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan

3 Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin Batasan umur ini juga digunakan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta Perdata tetapi dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak yang digunakan istilah dewasa yaitu

telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau

pernah kawin sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum

mencapai 21 tahun dan tidak atau belum pernah kawin

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

4 Dalam Hukum Perburuhan

Pada Pasal 1 (1) Undang-undang Pokok Perburuhan (Undang-undang No12

Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan

berumur 14 tahun kebawah

5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 45 KUHP memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum

berumur 16 (enam belas) tahun Oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam

perkara pidana maka hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah tersebut

dikembalikan kepada orang tuanya walinya ataupun pemeliharanya dengan tidak

dikenakan hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada

pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman Ketentuan Pasal 45 46 dan

47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No3 Tahun 1997

6 Anak menurut Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No1 Tahun 1974)

Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan

memberikan batasan-batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum

dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

8 Menurut Hukum Adat Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik

Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah

dewasa beraneka ragam istilahnya Misalnya telah ldquokuat gaweldquo ldquoakil baliqrdquo

ldquomenek bajangrdquo dan lain sebagainya

9 Menurut Pasal 1 Konvensi Anak merumuskan pengertian anak sebagai ldquosetiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awalrdquo

Berbagai kriteria untuk batasan usia anak pada dasarnya adalah

pengelompokan usia maksimum sebagai perwujudan kemampuan seorang anak

dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa

atau menjadiseorang subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri

terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindaka hukum yang dilakukan oleh anak

itu

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa indikator untuk mengatakan

bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan

perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali

Berdasarkan penjelasan-penjelasan beberapa peraturan perundang-undangan diatas

maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut

dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang

yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak tersebut memerlukan

bimbingan untuk kedepannya

B Pengertian Anak yang Bermasalah dengan Hukum

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah

mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas)

tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

1) Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak

pidana

2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau mendengar sendiri

terjadinya suatu tindak pidana

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak

yang terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena

1) Disangka didakwa atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum atau

2) Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orangkelompok oranglembaganegara terhadapnya atau

3) Telah melihat mendengar merasakan atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum

Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana

2) Korban tindak pidana

3) Saksi suatu tindak pidana

Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile Deliquency Juvenile atau

yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak anak muda

sedangkan Deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan yang kemudian diperluas

menjadi jahat kriminal pelanggar peraturan dan lain-lain Kamus Besar Bahasa

Indonesia delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan

norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perbuatan dikatakan delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu

perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif

Pengertian Juvenile Deliquency menurut Kartini Kartono adalah sebagai

berikut Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahatdursila atau kejahatankenakalan

anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang

Menurut Romli Atmasasmita Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan

atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang

merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Menurut Paul Mudikdo memberikan perumusan mengenai Juvenile

Delinquency sebagai

1 Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi

anak-anak merupakan delinquency Jadi semua tindakan yang dilarang oleh

hukum pidana seperti mencuri menganiaya membunuh dan lain sebagainya

2 Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulkan keonaran dalam masyarakat

3 Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

termasuk gelandangan pengemis dan lain-lain

Di Amerika Serikat perbuatan yang dilakukan anak-anak dengan perbuatan

yang dilakukan oleh orang dewasa dibedakan pengertiannya Suatu perbuatan

tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana kesusilaan dan ketertiban umum

bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan

(crime) namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang

berusia dibawah 21 tahun maka disebut dengan kenakalan (Deliquency)

C Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang ldquoPemasyarakatanrdquo

merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak

pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi berupa pidana penjara

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

terhadapnya akan dilakukan proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dan

ditempatkan secara khusus dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak)

Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak

dilakukan dalam sistem pemasyarakatan Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-

Undang No3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa Anak didik

pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa Anak yang

ditempatkan di Lapas Anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal

maupun informal sesuai bakat dan kemampuan serta memperoleh hak lain

Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 angka 3

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan) Mengacu ketentuan

dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI

dengan judul Lembaga Pemasyarakatan Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang

dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak

memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta

hak lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana di Lapas

Anak diatur di Pasal 20 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap anak pidana di Lapas

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Anak dilakukan penggolongan berdasarkan umur jenis kelamin lamanya pidana

yang dijatuhkan jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau

perkembangan pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan

sesuai dengan sistem pemasyarakatan maka LPA terlebih dahulu telah

mempertimbangkan bahwa usia kematangan jiwa antara terpidana dewasa berbeda

dengan terpidana anak dengan ciri khas yang masih bersifat labil dan belum memiliki

kematangan jiwa sehingga terhadap terpidana anak perlu diterapkan metode

pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak

tersebut

2 Anak Didik Pemasyarakatan dan Hak-Haknya

Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik Pemasyarakatan

yaitu

a Anak Pidana

Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana

di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun

b Anak Negara

Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada

negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

c Anak Sipil

Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh

penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal 22

ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan

memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan untuk perbedaan hak dari ketiga jenis Anak Didik

Pemasyarakatan itu adalah

a Anak Negara mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

2) Cuti menjelang bebas

b Anak Pidana mempunyai penambahan hak untuk mendapatkan

1) Pembebasan bersyarat

2) Cuti menjelang bebas

3) Pengurangan masa pidana (remisi)

Dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 juga diatur

mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas meliputi hak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta hak lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ketentuan tersebut

kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana Anak

Negara serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

3 Pembinaan Narapidana Anak

Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara

pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya

melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga

menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji Dengan menempatkan anak didik

pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan

hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab melaksanakan

tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap

negara hukum dan masyarakat Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo yang berisi petugas

Pemasyarakatan adalah abdi hukum pembina narapidana atau anak didik dan

pengayom pelaksanaan tugas bertekad menjadi suri tauladan dalam mewujudkan

tujuan sistem pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila

Walaupun proses pemasyarakatan yang dilakukan dengan menjalankan

pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan

kebijakan yang diatur dalam perundang-undangan serta memperhatikan hak

terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi

anak serta dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah memperhatikan

kepentingan anak namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif

bagi anak terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak

semestinya penjatuhan pidana terhadap anak benar-benar harus bersifat ultimum

remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada

yang dipandang tepat

Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu

sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental dan sosial secara utuh serasi selaras dan seimbang

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara dalam menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat yang

baik Lembaga Pemasyarakatan Anak ikut berperan dalam pembinaan narapidana

yang mempunyai tugas untuk memperlakukan narapidana agar menjadi baik

Dalam pembinaan itu yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan

membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat

sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi

baik dan bermoral tinggi

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut

Pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut dilihat dari

pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak

tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari

pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur

adalah seseorang yang tumbuh dalam perkembangannya yang mana anak

tersebut memerlukan bimbingan untuk kedepannya

Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak

yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana yaitu

a Yang diduga disangka didakwa atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana

b Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat danatau

mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Perlindungan Hukum terhadap Anak pada Tahap Pemasyarakatan

1) Guna melaksanakan pemasyarakatan dan sistem pemasyarakatan tersebut

dilakukan oleh suatu lembaga yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk

melaksanakan pembinaan NAPI dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal

1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan)

Mengacu ketentuan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak pada Bab VI dengan judul Lembaga Pemasyarakatan

Anak Pasal 60 menentukan

a Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus

terpisah dari orang dewasa

b Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat

dan kemampuannya serta hak lain berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

2) Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan terdapat batasan pengertian mengenai Anak Didik

Pemasyarakatan yaitu

a Anak Pidana

b Anak Negara

c Anak Sipil

Dari ketiga jenis Anak Didik Pemasyarakatan tersebut berdasarkan Pasal

22 ayat (1) Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan masing-masing jenis

Anak Didik Pemasyarakatan memiliki hak yang hampir sama yaitu

a Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani

c Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e Menyampaikan keluhan

f Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang

g Menerima kunjungan keluarga penasihat hukum atau orang tertentu

lainnya

h Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga

i Mendapatkan hak-hak lain sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

3) Metode pembinaan atau bimbingan narapidana anak sebagai berikut

a Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan

antara pembinaan dengan yang dibina

b Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah

lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji

Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban

yang sama dengan manusia lain

c Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis

d Pemeliharaan dengan peningkatan langkah-langkah keamanan yang

disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi

e Pendekatan individual dan kelompok

f Untuk menambah kesungguhan keikhlasan dan tanggung jawab

melaksanakan tugas serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan

dalam pengabdian terhadap negara hukum dan masyarakat Petugas

pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan

dalam bentuk ldquoEtos Kerjardquo

B Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran

yakni

1 Karakteristik anak berbeda dari orang dewasa baik jasmani rohani

maupun sosial Misalnya belum memiliki kemampuan untuk berdiri

sendiri akal yang belum sempurna belum dapat membedakan yang

benar dan salah baik dan buruk serta belum matang dan stabil Oleh

karena itu apabila seseorang anak melakukan tindak pidana maka tidak

hanya dilihat sifat jahat dan akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

yang dilakukan tetapi diperhatikan juga kondisi dan latar belakang

melakukan tindak pidana tersebut

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

2 Apapun dan bagaimanapun kondisi anak tetap membutuhkan

perlindungan dan perhatian guna meningkatkan mengembangkan dirinya

sebagai generasi penerus dan menjadi manusia yang berkualitas

Walaupun anak telah melakukan tindak pidana maka perlindungan dan

perhatian terhadapnya serta upaya pembinaan (pola pembinaan) harus

menjadi tanggung jawab bersama secara integral dan tidak hanya seolah-

olah menjadi tanggung jawab Lapas Anak saja Oleh karena itu

sosialisasi dan diseminasi informasi harus terus dilakukan guna

meningkatkan partisipasi semua pihak dalam melaksanakan pola

pembinaan secara terpadu

3 Agar pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan maka petugas diberi kesempatan untuk

menambah ilmunya melalui pelatihan atau penataran yang diadakan oleh

kementerinan hukum dan HAM Mengangkat petugas petugas seperti

dokter psikiater sosiolog krimonolog dan ilmu-ilmu lainnya yang

dibutuhkan dalam pembinaan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan

DAFTAR PUSTAKA

httpimadiklusgooglecodecomfiles11 gasty R Pola Pembinaan NAPI Anak

sebagai Salah Satu Upayapdf

httprepositoryunandacid170301

RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAKBERKAITAN_DENGAN_EFEKTIV

ITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDANApdf

httpwwwkumham-jogjakarya-ilmiah-lainnyaperlindungan-hak-hak-anak-

pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana

httpaminhamid09wordpresscom20121115perlindungan-hukum-terhadap-

anak-pada-tahap-penyidikan